Inc Jelita Fix
Inc Jelita Fix
OLEH
JELITA
201902022
A. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan. Meskipun persalinan adalah suatu hal yang
fisiologi, namun di dalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi
serangkaian perubahan fisik dan psikologis (Toddy, 2016).
Persalinan adalah peristiwa yang penuh dengan tekanan pada kebanyakan
wanita melahirkan yang menyebabkan bertambahnya rasa sakit, ketakutan dan
ketaatan (Purwaningsih, dkk. 2016).
B. Tahap-Tahap Persalinan
1. Kala I Persalinan
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan
kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten
dan fase aktif.
a. Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap. Pembukaan servix kurang dari 4 cm
Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b. Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Servix
membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm). Terjadi penurunan bagian
terendah janin
c. Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan
ke bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan
sangat kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan
relaksasi memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik.
d. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut.
Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan
pemendekan dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir kehamilan
normal berubah – ubah (beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya
persalinan panjangnya serviks berkurang secara teratur sampai menjadi
pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sangat tipis ini disebut
sebagai menipis penuh. Dilatasi berhubungan dengan pembukaan
progresif dari serviks. Untuk mengukur dilatasi/diameter serviks
digunakan ukuran centimeter dengan menggunakan jari tangan saat
peeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka lengkap setelah mencapai
diameter 10 cm. Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan
mengeluarkan darah sedikit atau sedang dari serviks
2. Kala II Persalinan
a. Pengertian
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada
primi dan 1 jam pada multi
b. Tanda dan gejala kala II
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah Ibu ingin
meneran, Perineum menonjol, Vulva vagina dan sphincter anus
membuka, Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat, His lebih kuat dan
lebih cepat 2-3 menit sekali, Pembukaan lengkap (10 cm ), Pada
Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5
jam 8. Pemantauan
c. Fisiologi kala II
His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya
tiap 2-3 menit, Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan
keluarnya cairan kekuningkuningan sekonyong-konyong dan banyak,
Pasien mulai mengejan, Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala
sudah sampai di dasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan
rectum terbuka, Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva
dan hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih
besar. Kejadian ini disebut “Kepala membuka pintu”, Pada akhirnya
lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa
mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di
bawah symphisis disebut “Kepala keluar pintu”, Pada his berikutnya
dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan mulut pada
commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan
robek pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan regangan yang
kuat tersebut, Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan
oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan, Pada
his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh
badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir, Setelah
anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu
ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah, Lama kala II pada primi
50 menit pada multi 20 menit
d. Mekanisme Persalinan
, ada tujuh gerakan-gerakan janin dalam persalinan atau gerakan
kardinal yaitu engagement, penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi,
rotasi luar, ekspulsi. Menurut Sumarah, (2018)
1) Engangement
Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir
kehamilan, sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal
persalinan. Masuknya kepala akan mengalami kesulitan bila saat
masuk ke dalam panggul dengan sutura sagitalis dalam
anteroposterior.
2) Penurunan
Penurunan diakibatkan oleh kekuatan kontraksi rahim,
kekuatan mengejan dari ibu, dan gaya berat kalau pasien dalam posisi
tegak. Berbagai tingkat penurunan janin terjadi sebelum permulaan
persalinan pada primigravida dan selama Kala I pada primigravida
dan multigravida. Penurunan semakin berlanjut sampai janin
dilahirkan, gerakan yang lain akan membantunya.
3) Fleksi
Fleksi sebagian terjadi sebelum persalinan sebagai akibat tonus
otot alami janin. Selama penurunan, tahanan dari serviks, dinding
pelvis, dan lantai pelvis menyebabkan fleksi lebih jauh pada tulang
leher bayi sehingga dagu bayi mendekati dadanya.
4) Putaran Paksi Dalam
Pada posisi oksipitoanterior, kapala janin, yang memasuki
pelvis dalam diameter melintang atau miring, berputar, sehingga
oksipito kembali ke anterior ke arah simfisis pubis.
5) Ekstensi
Kepala yang difleksikan pada posisi oksipitoanterior terus
menurun di dalam pelvis. Karena pintu bawah vagina mengarah ke
atas dan ke depan, ekstensi harus terjadi sebelum kepala dapat
melintasinya.
6) Putaran Paksi Luar
Pada posisi oksipitoanterior dan oksipitoposterior, kepala yang
dilahirkan sekarang kembali ke posisi semula pada saat engagement
untuk menyebariskan dengan punggung dan bahu janin. Putaran paksi
kepala lebih jauh dapat terjadi sementara bahu menjalani putaran
paksi dalam untuk menyebariskan bahu itu di bagian anteriorposterior
di dalam pelvis.
7) Ekspulsi (Pengeluaran)
Setelah putaran paksi luar dari kepala, bahu anterior lahir
dibawah simfisis pubis, diikuti oleh bahu posterior di atas tubuh
perineum, kemudian seluruh tubuh anak.
3. Kala III Persalinan
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta, Peregangan Tali
pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi
uterus dan mengurangi perdarahan. Tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu
Perubahan ukuran dan bentuk uterus, Uterus menjadi bundar dan uterus
terdorong ke atas karena plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim,
Tali pusat memanjang , Semburan darah tiba tiba.
a. Fisiologi Kala III
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam
uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan
mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan
pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena
tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta
akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding
uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek
saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus
hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding
uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah
ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta
tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan
darah 350-360 cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus
tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu
seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera
setelah ia melepaskan dari dinding uterus merupakan tujuan dari
manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten. Tanda-tanda
pelepasan plasenta yaitu Semburan darah, Pemanjatan tali pusat,
Perubahan dalam posisi uterus naik di dalam abdomen.
b. Pemantauan kala III
Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika
ada maka tunggu sampai bayi kedua lahir dan Menilai apakah bayi beru
lahir dalam keadaan stabil, jika tidak rawat bayi segera.
4. Kala IV
a. Pengertian
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu,
Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung, Masa 1 jam
setelah plasenta lahir, Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika
kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering, Observasi intensif
karena perdarahan yang terjadi pada masa ini.
b. Fisiologi kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah
pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara
anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
c. Tujuh (7) langkah pemantauan yang dilakukan kala IV
1) Kontraksi rahim Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah
plasenta lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah
mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus
yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras.
Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan
pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri.
2) Perdarahan Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa
3) Kandung kencing Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu
diminta untuk kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasi.
Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas dan
menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
4) Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak Evaluasi
laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai
perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas :
a) Derajat I Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit
perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan,
kecuali jika terjadi perdarahan
b) Derajat II Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan
dengan teknik jelujur
c) Derajat III Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot spingter ani external
d) Derajat IV Derajat III ditambah dinding rectum anterior
e) Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini
memerlukan teknik dan prosedur khusus
5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap
6) Keadaan umum ibu
7) Bayi dalam keadaan baik.
C. KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN
Menurut JNPK-KR (2017) kebutuhan dasar ibu bersalin yaitu:
1. Dukungan emosional, dukungan dari suami, orang tua dan kerabat yang
disukai ibu sangat diperlukan dalam mengurangi rasa tegang dan
membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. Penolong
persalinan juga dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan
anggota keluarga dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses
persalinan dan kelahiran bayinya.
2. Kebutuhan makanan dan cairan, selama persalinan anjurkan ibu sesering
mungkin minum dan makanan ringan.
3. Kebutuhan eliminasi, kandung kencing harus dikosongkan setiap dua jam
atau lebih sering jika kandung kemih ibu terasa penuh selama proses
persalinan. Kandung kemih yang penuh akan menghambat penurunan
bagian terbawah janin.
4. Mengatur posisi, peranan bidan adalah mendukung ibu dalam pemilihan
posisi apapun, menyarankan alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak
efektif atau membahayakan bagi diri sendiri maupun bagi bayinya.
5. Peran pendamping, kehadiran suami atau orang terdekat ibu untuk
memberikan dukungan pada ibu sehingga ibu merasa lebih tenang dan
proses persalinannya dapat berjalan dengan lancar.
6. Pengurangan rasa nyeri, mengurangi rasa nyeri bisa dilakukan dengan
pijatan.
D. 5 BENANG MERAH
Lima aspek dasar lima benang merah yang penting dan saling terkait
dalam asuhan persalinan menurut (JNPK-KR, 2017).
1. Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh
pasien. Keputusan ini harus akurat, komprehemsif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang
ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi.
3. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan
lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.
Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularan penyakit-
penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya,
seperti HIV/AIDS dan Hepatitis.
4. Pencatatan/dokumentasi
Pencatatan adalah bagian penting dari proses pembuatan keputusan
klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus
memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Catat semua asuhan yang diberikan kepada ibu atau bayinya.
Jika asuhan tidak dicatat, dapat diangggap bahwa hal tersebut tidak
dilakukan. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data
yang telah dikumpulkan dan dapat lebih 24 efektif dalam merumuskan suatu
diagnosis dan membuat rencana asuhan bagi ibu dan bayinya. Hal yang
penting diingat yaitu identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis, dan obat–
obatan yang diberikan dan partograf adalah bagian terpenting dari proses
pencatatan selama persalinan (JNPK-KR, 2017).
5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan
atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar
ibu akan menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15% diantaranya
akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi
sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit menduga
kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan bayi
ke fasilitas rujukan secara optimal dan tepat waktu menjadi syarat bagi
keberhasilan upaya penyelamatan. Setiap penolong persalinan harus
mengetahui fasilitas rujukan yang mampu untuk menatalaksana kasus
gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2017).
E. KOMPLIKASI PERSALINAN
Sebagian besar kehamilan dan persalinan akan mempunyai hasil yang
menggembirakan yaitu ibu dan bayi lahir sehat. Namun sebagian ibu hamil
akan menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat
memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan,
kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan atau bayinya, terutama pada
kelompok ibu hamil risiko tinggi, maupun ibu hamil risiko rendah yang
mengalami komplikasi pada persalinan.
Besarnya kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan pada setiap
ibu tidak sama, tergantung keadaan selama kehamilan apakah ibu hamil
tersebut tanpa masalah termasuk kelompok kehamilan risiko rendah, atau ibu
hamil dengan masalah/faktor risiko, yaitu kehamilan risiko tinggi dan
kehamilan risiko sangat tinggi.
Selama kehamilan, persalinan dan nifas, kedua kelompok tersebut
membutuhkan perhatian yang sama, untuk melakukan pencegahan dan
pengenalan dini terjadinya komplikasi persalinan (Komplikasi obstetrik).
Selanjutnya apabila memang terjadi komplikasi obstetrik maka dapat
ditemukan dini dan segera ditangani, atau diberikan pertolongan pertama
sebagai persiapan rujukan ke tempat dimana pertolongan dapat diberikan
secara adekuat dan komprehensif/tuntas, yaitu ke Puskesmas dengan Rawat
Inap atau Rumah Sakit Kabupaten.
Komplikasi persalinan adalah semua masalah yang membahayakan ibu
yang terjadi selama persalinan sampai dengan masa nifas. Sebagian
komplikasi persalinan, kejadiannya tidak dapat diduga sebelumnya ataupun
tidak dapat dihindari. Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan pasca
persalinan (perdarahan PP), persalinan macet/persalinan lama serta infeksi
(Rochjati, 2015).
1. Perdarahan Post partum
Istilah pendarahan post partum digunakan apabila pendarahan setelah
anak lahir melebihi 500 ml (Prawirohardjo, 2013). Pada periode pasca
persalinan, sulit untuk menentukan terminologi berdasarkan batasan kala
persalinan yang terdiri dari 1 hingga 4. Definisi perdarahan
pascapersalinan adalah perdarahan yang melebihi 500 ml. Kondisi dalam
persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan
yang terjadi karena bercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian
atau kain alas tidur.
Oleh sebab itu, maka batasan operasional untuk periode pasca
persalinan adalah setelah bayi lahir. Sedangkan tentang jumlah
perdarahan, disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal di
mana telah menyebabkan perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemah,
limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik <90 mmHg,
nadi >100 x/mnt dan kadar Hb <8 g%) (Winkjosastro, 2016).
2. Persalinan lama
Persalinan dikatakan lama jika berlangsung lebih dari 24 jam untuk
primigravida dan atau 18 jam bagi multigravida. Persalinan harus
dikatakan lama jika terjadi keterlambatan 2-3 jam di belakang partogram
normal. Definisi ini menarik perhatian yang lebih dini terhadap terjadinya
abnormalitas (Liu, 2017).
3. Infeksi
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan
nifas. Menurut John Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat),
definisi morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu sampai 380C atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, dengan
mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut setidaknya 4
kali sehari.
Nifas adalah masa sesudah melahirkan. Hal paling membahayakan
pada masa ini adalah jika organ reproduksi terkena infeksi bakteri. Ini bisa
mengancam hidup ini, bahkan bisa membawa kepada kematian.
Gejala klinis tergantung keganasan kumannya serta masa inkubasi
Gejalanya ada reaksi radang seperti suhu tubuh naik (panas tinggi)
danbadan terasa nyeri, menggigil dan nafsu makan menurun. Kemudian
keluarlah nanah yang berbau dari vagina/jalan lahir. Jika berlanjut, kuma
bisa masuk dalam aliran darah dan terjadi sepsis sehingga harapan hidup si
ibu kemungkinan sangat kecil (Lamadhah, 2018).
F.APN
1. Pengertian Asuhan Persalinan Normal (APN)
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan
aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai
dengan kala empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta asfiksia pada bayi baru lahir
(JNPK-KR, 2018).
Tahun 2000 ditetapkan langkah-langkah APN yaitu 60 langkah,
tahun 2001 langkah APN ditambah dengan tindakan resusitasi. Tahun
2004 APN ditambah dengan inisiasi menyusu dini (IMD), pengambilan
keputusan klinik (PKK), pemberian tetes mata profilaksis, pemberian
vitamin K1 dan imunisasi HBo. Langkah APN pada tahun 2007 tidak
mengalami perubahan, namun pada tahun 2008 langkah APN dilakukan
perubahan dari 60 langkah menjadi 58 langkah (JNPK-KR, 2016).
Menurut JNPK-KR (2016), asuhan persalinan normal memiliki tujuan
yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi
dan lengkap serta dengan intervensi yang minimal sehingga prinsip keamanan
dan kualitas pelayanan tetap terjaga pada tingkat yang optimal.
Rohani, dkk. (2016) menyatakan bahwa tujuan asuhan persalinan
adalah memberikan asuhan yang memadai selama proses persalinan
berlangsung, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan
aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
2. 60 LANGKAH APN
I. Mengenali gejala dan tanda kala 2
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala 2
c. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
d. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina
e. Perinium tampak menonjol
f. Vulva stigfer ani membuka
A. Menyiapkan pertololongan persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan , bahan dan obat2tan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bbl.
untu asfiksia: tempat datar dan keras,2 kain dan 1 handuk bersih dan
kering, lampu sorot 60 watt dgn jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a. Menggelar kain di atas di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
3. Pakai celemek plastikan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan dtt pada tangan yang di gunakan untuk periksa
dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik ( gunakan tangan yang
memakai sarung tangan dtt atau steril ) dan letakkan di partus set
/wadah dtt atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik).
B. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perinium , menyekannya dengan hati2 dari
depan ke belakang dengan menngunakan kapas atau kassa yang di
basahi air dtt.
a. Jika introitus vagina , perineum dan anus terkontaminasi tinja ,
bersihkan dengan saksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang sudah tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dlam larutan klorin 0,5 % : langkah 9).
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap,
bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menceluokan tangan yang
masihmemakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian
lepaskan dan rendam dalam kadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.cuci ke2 tangan setelah sarung tangan di lepaskan.
10. Periksa djj setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untu memastikan
bahwa djj dalam batas normal (120-160x/m).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika djj tidak normal.
b. Mendokumentasi hasil2 pemeriksaan dalam, djj dan semua hasil2
penilain serta asuhan lainnya pada patograf.
C. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
11. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkapdan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan proses yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa nyeri dan rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin. (ikuti pedoman
penatalaksanaan) fase aktif dan dokumentasikan semua temuan yang
ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk meneran secara teratur.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa
ingin) meneran dan terjadi kontraksi yang kuat untuk meneran.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat merasa ada dorongan kuat
untuk meneran.
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat merasa meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kembali) posisi terbaring terlentang dalam waktu yang lama.
d. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi .
e. Berikan kesempatan keluarga memberikan dukungan dan semangat
untuk ibu.
f. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
g. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir selama 120
menit (2jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) mneran
(multigravida).
h. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
D. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
a. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
b. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
c. Buka tutup partus set dan mematiskan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
d. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
E. Menolong Kelahiran Bayi
e. Setelah tampak kepala bayi membuka vulva 5-6 cm lindungi
perenium dengan tangan kanan dan tangan kiri menahan kepala
bayi untuk mempertahankan posisi defleksi dan melahirkan kepala
f. bersihkan dengan lembut muka, mulut dan hidung bayi dengan
kasa/kapas.
g. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher.
h. Menunggu putaran paksi luar secara spontan.
i. Tempatkan kedua tangan secara biparietal pada kepala janin,
gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan gerakkan ke
atas untuk melahirkan bahu belakang.
j. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher, bahu
bayi.
k. Tangan kiri menyusuri bada bayi dan selipkan jari telunjuk dengan
jari kiri diantara tungkai bayi.
F. Penanganan bayi baru lahir
l. Letakkan bayi di atas perut ibu.
m. Keringkan bayi di atas perut ibu menggunakan handuk bersih.
n. Memeriksa fundus uteri untuk mematiskan janin tunggal.
o. Beri tahu tahu ibu bahwa ia akan disuntik.
p. Suntik oksitosin 10 unit/IM.
q. Menjepit tali pusar dengan klem kurang lebih 3 cm dari pusat bayi
kemudian kedua kurang lebih 2 cm dari klem pertama.
r. Memotong tali pusat diantara klem tersebut.
s. Mengambil kain kering dan bersih untuk membungkus bayi.
t. Berikan bayi pada ibu dan langsung ditelungkupkan di dada ibu
untuk inisiasi menyusu dini.
G. Manajemen Aktif Kala III
u. Memindahkan klem pada tali pusar dengan jarak 5-10 cm di depan
vulva.
v. Beri tahu ibu bahwa akan disuntik untuk kontraksi uterus.
w. Setelah berkontraksi, lakukan PTT (peregangan tali pusat
terkendali).
x. Lakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas.
y. Saat plasenta muncul di vagina, lahirkan plasenta, pegang dan putar
plasenta hingga selaput terpilin dan lahirkan.
z. Jika plasenta dan selaput lahir, lakukan masase.
H. Menilai Perdarahan
a. Periksa kedua sisi plasenta dan pastikan selaput ketuban lengkap
dan utuh.
b. Evaluasi adanya laserasi vagina dan perenium, lakukan jahitan
apabila robek.
I. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
c. Biarkan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan.
d. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit paling sedikit 1 jam.
e. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pegukuran, beri tetes
mata, vit. K 1 mg di paha kiri anterolateral.
f. Setelah 1 jam berikan suntukan Hb0 di paha kanan.
J. Evaluasi
g. Lanjutkan pemantauan kontraksi mencegah perdarahan
1) Dua sampai tiga kali dalam 15 menit pertama post partum
2) Setiap15 menit pada 1 jam pertama post partum
3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua post partum
h. Ajarkan ibu/keluarga cara masase dan menilai kontraksi.
i. Evaluasi dan estimasi jumlah perdarahan.
j. Periksa nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama post partum dan setiap 30 menit selama jam kedua post
partum, periksa suhu ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
post partum.
k. Periksa kembali bayi, pastikan bernafas dengan baik (40-60 kali
per menit) serta suhu normal (36,5-37,5oC).
K. Kebersihan dan Keamanan
l. Tempatkan semua alat bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi selama 10 menit, setelah itu cuci dan bilas.
m. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah.
n. Bersihkan ibu dengan air DTT, bantu ibu memakai baju yang
kering dan bersih.
o. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu memberikan ASI, anjurkan
keluarga untuk memberi minum dan makan yang diinginkan.
p. Dekontaminasi tempat besalin dengan larutan klorin 0,5%.
q. Celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% balik dan
rendam selama 10 menit.
r. Cuci tangan.
Dokumentasi
s. Lengkapi patograf, periksa TTV, dan asuhan kala
1. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Adalah kala yang dimulai setelah lahir bayi dan terakhir setelah lahir
plasenta dan berlangsung dalam waktu 30 menit. Tanda-tanda plasenta
telah lahir :
a. Menurut Schuitze
Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan sehingga plasenta lahir
diikuti pengeluaran darah
b. Menurut Dunran
Pelepasan plasenta dari arah tepi sehingga terjadi perdarahan dan
diikuti kombinasi pelepasan plasenta
Tanda-tanda Plasenta telah lepas
1) Terjadi kontraksi rahim membalut, terdorong ke atas.
2) Tali pusat bertambah panjang
3) Adanya semburan darah secara tiba-tiba
2. Kala IV ( kala Pengawasan)
Adalah kala pengawasan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
setelah 2 jam post partum dan pemantauan pada kala IV yaitu:
Lakukan rangsangan taktil pada uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi.
a. Evaluasi TFU dengan meletakkan jari secara melintang antara pusat
dan fundus uteri.
b. Periksa perineum dari perdarahan aktif
c. Evaluasi kondisi ibu secara umum (TTV)
d. Dokumentasi semua asuhan pada temuan selama masa kala IV.
F. PARTOGRAF
1. Pengertian partograf
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik,
memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan28. Partograf
dapat dipakai untuk memberikan peringatan awal bahwa suatu persalinan
berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, serta perlunya rujukan
2. Waktu pengisian partograf.
Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat proses
persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat pembukaan
serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV29.
3. Isi partograf
Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh informasi
ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi uterus,
kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dicatat secara
rinci sesuai cara pencatatan partograf
4. Cara pengisian partograf.
Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase
aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Kondisi ibu dan janin
dinilai dan dicatat dengan cara:
a. Denyut jantung janin : setiap 30 menit.
b. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit.
c. Nadi : setiap 30 menit.
d. Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
e. Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.
f. Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam30.
g. Produksi urin (2 – 4 Jam), aseton dan protein : sekali
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengisian Partograf
Menurut Yisma (2013) hal – hal yang mempengaruhi penggunaan
partograf antara lain adalah pengetahuan dan pengalaman kerja. Menurut
Fahdhy (2015) hal yang mempengaruhi antara lain adalah sikap, lama
bekerja ,pendidikan dan pengetahuan19.Menurut Khonje (2012) hal – hal
yang mempengaruhi penggunaan partograf adalah pengetahuan, sarana
prasarana, supervisi dan evaluasi. Berikut faktor – faktor yang
mempengaruhi penggunaan partograf sesuai survey penelitian yang telah
terbukti.
6. Alur Pelaporan Catatan persalinan
Alur pencatatan persalinan yang selama ini dilaksanakan umumnya
melalui pihak – pihak terkait mulai rumah sakit swasta dan bidan desa ke
puskesmas PONED, kemudian dinas kabupaten setempat , dinas kesehatan
propinsi hingga di direktorat kesehatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Pusdiknas, WHO, JHIPEGO. 2016. Buku III asuhan kebidanan pada ibu infartum.
Jakarta
Saeffudin, AB. 2016. Buku praktis pelayanan Maternal dan Neonatus : Jakarta.
Tgl/Tahun Keadaan
Tempat Umur Jenis Anak
NO Penolong Penyulit Nifas Anak
Partus Hamil Partus JK/BB/PB
Partus Sekarang
2 KEHAMILAN SEKARANG
16) Tungkai
Tidak varises, tidak ada oedema dan refleks patella +
9. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 16-10-2020
a. HB : 9,2 gr %
b. Darah : Rapid test IGM Negatif
Kala IV
Tanggal 26-01-2021 Jam 20:37 Wita
SUBJEKTIF (S)
Ibu merasa lelah dan masih agak lemah
OBJEKTIF (O)
1. Plasenta lahir lengkap jam 20:37 Wita
2. Kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras)
3. Tinggi fundus uteri 1 jari bawah pusat
4. Perdarahan + 50 cc
5. TTV : TD : 100/70 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,5oC
P : 20 x/menit
ASSESMENT (A)
Ny “D” P1A0, dengan partus spontan
Diagnosa aktual : Perlangsungan Kala IV
Masalah aktual : Kelelahan
Planning (P)
Tanggal 26-01-2021, jam 20:42 Wita
1. Jam 20:42 Wita
Memeriksa adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang menyebabkan perdarahan aktif
Alat hecting :
a) Catgut otot
b) Nalfuder
c) Gunting
d) Pinset anatomi
e) Pinset serugis
f) Kasa steril
g) Handscoon steril
h) Nierbekken
Jahitan satu-satu
2. Jam 20:43 Wita
Menilai ulang kontraksi uterus
3. Jam 20:43 Wita
Menjepit tali pusat dengan umbilical klem
4. Jam 20:45 Wita
Melepaskan klem arteri dan rendam dalam larutan clorin
5. Jam 20:46 Wita
Membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering
6. Jam 20:48 Wita
Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI
7. Jam 20:50 Wita
Memantau kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam
8. Jam 20:50 Wita
Mengajarkan ibu untuk massase uterus
9. Jam 20:51 Wita Mengevaluasi jumlah perdarahan
10. Jam 20:52 Wita
Memeriksa tekanan darah, nadi, keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinane
11. Jam 20:53 Wita
Merendam semua peralatan dalam larutan clorin 0,5 %
12. Jam 20:54 Wita
Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
13. Jam 20:55 Wita
Membersihkan ibu dari sisa ketuban dan darah serta mengganti pakaiaannya
14. Jam 20:56 Wita
Memastikan ibu merasa nyaman dan menganjurkan keluarga untuk memberikan
makan dan minuman yang di inginkan
15. Jam 20:56 Wita
Mendekontaminasikan tempat persalinan dengan larutan clorin 0,5 %
16. Jam 20:57 Wita
Mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir
17. Jam 21:00 Wita
Melengkapi partograf.