Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI


A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri (Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

2. JENIS–JENIS PERAWATAN DIRI


a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah :
2004, 79).
3. ETIOLOGI
Menurut Depkes (2000: 20) penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000), Faktor–faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
3) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
4) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
4. RENTANG RESPON DEFISIT PERAWATAN DIRI

a. Pola perawatan diri seimbang : saat pasien mendapatkan stressor


dan mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak : saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak
perduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stressos (Ade,
2011).
5. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSONAL
HYGIENE
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

6. DAMPAK YANG SERING TIMBUL PADA MASALAH


PERSONAL HYGIENE.
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

7. TANDA DAN GEJALA


Menurut Depkes (2000: 20), Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :
a. Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan
kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai
norma, cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

8. DATA YANG PERLU DIKAJI


a. Data Subyektif
Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau
menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa
menggunakan alat mandi / kebersihan diri.
b. Data Obyektif
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan
kotor, gigi
kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat
mandi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal
dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi
faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber
koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya,
dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar
memudahkan dalam pengkajian.
Isi pengkajian meliputi :

a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik

Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi


dua macam sebagai berikut :
a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat.
b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien
dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat
kepada klien dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh
perawat disebut sebagai data primer, dan data yang diambil dari
hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data sekunder.
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien
dari kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan
adalah sebagai berikut :
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
1) Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya
memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan tindak
lanjut secara periodik karena tidak ada masalah serta klien
telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.
2) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya
prevensi dan promosi, sebagai program antisipasi terhadap
masalah.
a. Ada masalah dengan kemungkinan
1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah.
2) Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat
langsung merumuskan masalah keperawatan dan masalah
kolaboartif. Menurut FASID pada tahun 1983 dan INJF di tahun
1996, umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta
dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat, 2005).
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan
akibat. Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa
masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama
berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab
adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan
penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh
salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat adalah
adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek
atau akibat dari masalah utama
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Defisit perawatan diri
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
e. Kekerasan, resiko tinggi

POHON MASALAH

Resiko Mencederai Diri


Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan
Gangguan Sensori/Persepsi :
Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri Defisit Perawatan Diri : Mandi


Dan Berhias

Gangguan Konsep Diri : Harga


Diri Rendah (Keliat,B.A,2005:201)
3. RENCANA KEPERAWATAN

PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN TUJUAN
EVALUASI
1 2 3 4 5
Defisit perawatan diri TUM
Klien dapat
memenuhi
kebutuhan
perawatan
dirinya.
TUK
1. Klien dapat 1.1. Klien dapat 1.1.1. Diskusikan bersama
mengenal menyebutkan klien pentingnya
tentang kebersihan diri kebersihan diri
pentingnya dalam waktu 2 dengan menjelaskan
kebersihan diri. kali pertemuan : pengertian tentang arti
tanda-tanda bersih dan tanda-tanda
berish, badan bersih.
tidak bau, gigi 1.1.2. Dorong klien untuk
bersih dan tidak menyebutkan 3 dari 5
bau, baju rapi tanda kebersihan diri
dan tidak bau. 1.1.3. Diskusikan fungsi
1.2. Klien mampu kebersihan diri
menyebutkan dengan menggali
kembali manfaat pengetahuan klien
kebersihan untuk terhadap hal yang
kesehatan berhubungan.
yaitu :mencegah 1.1.4. Bantu klien
penyakit, mengungkapkan arti
memberi kebersihan diri dan
perasaan segar tujuan memelihara
dan nyaman, kebersihan diri
mencegah 1.1.5. Beri pujian positif
keruskan setelah klien mampu
mengungkapkan
kebersihan diri
1.1.6. Ingatkan klien untuk
1 2 3 4 5
Gigi dan Memelihara keberisihan diri
menjaga seperti : mandi 2 kali pagi dan
kebersihan sore, sikat gigi minimal 2 kali
mulut. sehari, keramas dan menyisir
1.3. Klien dapat rambut.
menjelaskan Gunting kuku bila panjang.
cara merawat
diri, antara lain :
mandi 2 kali
sehari dengan
sabun,
menggososk gigi
minimal 2 kali
sehari setelah
makan dan
sebelum tidur,
mencuci rambut
2-3 kali
seminggu dan
memotong kuku
yang panjang,
Mencuci tangan
sebelum makan
dan sesudah
makan.

2. Klien dapat klien berusahan 2.1.1. Motivasi klien untuk


melakukan untuk mandi
kebersihan memelhiara a. ingatkan caranya,
diri dengan kebersihan diri, evaluasi hasilnya
bantuan yaitu : mandi bimbing klien dengan
perawat pakai sabun dan bantuan minimal
disiram dengan jika hasilnya kurang,
air sampai kaji hambatan yang
bersih, ada.
Mengganti 2.1.2. Bimbing klien untuk
pakaian bersih,
Sehari sekali
dan merapikan
1 2 3 4 5
Penampilan. Mandi, beri kesempatan
klien, untuk
mendemonstrasikan
cara memelihara
kebersihan diri yang
benar yaitu : ingatkan
dan anjurkan untuk
mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan
sabun, Anjurkan klien
untuk meningkatkan
cara mandi yang benar.
2.1.3. Anjurkan klien untuk
mengganti pakaina
setiap hari : anjurkan
klien untuk
mempertahankan dan
meningkatkan
penampilan dir setiap
hari, dorong klien
untuk mencuci
pakaiannya sendiri,
demonstrasikan cara
mencuci pakaian yang
benar dengan sabun
dan di bilas.
2.1.4. Kaji keinginan klien
untuk memotong kuku
dan merapikan rambut
:
a. beri kesempatan
kepada klien untuk
melakukan sendiri.
Ingatkan potong kuku
dan keramas.
2.1.5. Kolaborasi dengan

1 2 3 4 5
Perawat ruangan untuk
menggunakan fasilitas
perawatan kebersihan
diri, seperti mandi dan
kebersihan kamar
mandi
2.1.6. Bekerjasama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan seperti odol,
sikat gigi, shampo,
pakaian ganti handuk
dan sandal.
3. Klien dapat 3.1. Setelah satu 3.1.1. monitor klien dalam
melakukan minggu klien melaksanakan
kebersihan dapat melakukan kebersihan diri secara
perawatan dir perawatan teratur. Ingatkan untuk
secara kebersihan diri mencuci rambut,
mandiri. secara rutin dan menyisir, gosok gigi,
teratur tanpa ganti baju dan pakai
anjuran. sendal.

4. Klien dapat 4.1. klien selalu 5.2.1. beri informasi positif


mempertahan tampak bersih dan jika klien berhasil
kan rapi. melakukan kebersihan
kebersihan diri.
diri secara
mandiri.

5. Klien 5.1. keluarga selalu 5.1.1. jelaskan pada keluarga


mendapat mengingat hal- tentang penyebab
dukungan hal yang kurang minatnya klien
keluarga berhubungan menjaga kebersihan
dalam dengan diri.
meningkatkan kebersihan diri 5.1.2. diskusikan bersama
kebersihan 5.2. keluarga keluarga tentang
diri. menyiapkan tindakan yang telah di
sarana untuk lakukan klien selama di
membantu rawat di RS dalam
1 2 3 4 5
klien dapat menjaga kebersihan dan
menjaga kemajuan yang Telah
di alami di RS.
5.1.3. Anjurkan keluarga
untuk memutuskan
stimulasi terhadap
kemajuan yang telah di
alami di RS.
5.1.4. Jelaskan pada keluarga
tentang manfaat sarana
yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri
klien.
5.1.5. Anjurkan keluarga
untuk
menyiapkansarana
dalam menjaga
keberishan diri.
5.1.6. Diskusikan bersama
keluarga cara
membantu klien dalam
mejaga kebersihan diri.
5.1.7. Diskusikan dengan
keluarga mengenai hal-
hal yang di lakukan
misalnya :
Mengingatkan klien
pada waktu mandi,
Sikat gigi, keramas,
ganti baju, dll,
Membantu klien apabila
mengalami hambatan.
Memberi pujian atas
keberhasilan klien.
1 2 3 4 5
Gangguan Persepsi TUM
Sensori : Halusinasi 1. Klien tidak
mencederai
diri, orang
lain, dan
lingkungan.
TUK

1. Klien
1.1. pasien 1.1.1. Bina hubungan saling
dapat
menunjukkan percaya dengan
membina
ekspresi wajah menggunakan prinsip
hubungan
bersahabat, komunikasi terapeutik
saling
memperlihatkan a. Sapa pasien dengan
percaya
rasa senang, ada ramah, baik verbal
diri.
kontak mata, maupun non verbal
mau berjabat b. Perkenalkan diri
tangan, mau dengan sopan
menyebutkan c. Tanyakan nama
namanya, mau lengkap dan nama
menjawab panggilan yang
salam, pasien disukai klien
mau duduk d. Jelaskan tujuan
berdampingan pertemuan.
dengan perawat, e. Jujur dan menepati
mau janji
mengutarakan f. Tunjukkan empati dan
masalah menerima pasien apa
yang dihadapi adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien.
2.1. klien dapat
2. Klien dapat menyebutkan 2.1.1. adakan kontak sering
mengenal waktu, isi, dan dan singkat secara
halusinasinya frekuensi bertahap.
timbulnya 2.1.2. Observasi tingkah laku
halusinasi klien yang terkait dengan
halusinasinya : bicara dan
memandang kiri/kanan ke
depan
1 2 3 4 5
seolah-olah ada teman
bicara.
2.1.3. Bantu klien mengenal
halusinasinya :
a. Jika menemukan
klien sedang
berhalusinasi :
tanyakan apakah ada
suara yang di
dengarnya.
b. Jika klien menjawab
ada, lanjutkan : apa
yang di katakan
suara itu.
c. Katakan bahwa
perawat percaya
klien mendengar
suara itu, namun
perawat sendiri
tidak mendengarnya
( dengan nada-nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.1.4. Diskusikan dengan
klien:
a. Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan.
halusinasi (jika
sendiri, atau sedih ).
Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
( pagi, siang, sore,
Dan malam, terus
menerus atau
sewaktu-waktu).

2.1.1. Diskusikan dengan


klien tentang apa yang di
2.1. Klien dapat rasakannya jika terjadi
mengungkapkan halusinasi (marah/takut,
bagaimana sedih, dan senang), beri
perasaannya kesempatan kepada klien
terhadap untuk
halusinasi mengungkapkannya.
tersebut.
3.2.1. Identifikasi bersama
klien tindakan yang di
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat lakukan jika terjadi
mengontrol menyebutkan halusinasi ( tidur, marah,
halusinasinya tindakan yang menyibukkan diri, dll)
biasanya 3.2.2. Diskusikan manfaat dan
dilakukan untuk cara yang di gunakan
mengendalikan klien, jika bermanfaat
halusinasinya. beri pujian kepada klien.
3.2.1 Diskusikan dengan klien
tentang cara baru
mengontrol halusinasinya :
3.2. Klien dapat a. Menghardik/mengus
menyebutkan ir/tidak
cara baru memedulikan
mengontrol halusinasinya.
halusinasi. b. Bercakap-cakap
dengan orang lain
jika halusinasinya
muncul
c. Melakukan kegiatan
sehari-hari.

1 2 3 4 5
3.3. Klien dapat 3.4.1. Beri contoh cara
mendemonstrasi menghardik
kan cara halusinasinya : “pergi,
menghardik/me saya tidak mau
ngusir/tidak mendengar kamu, saya
memedulikan mau mencuci
halusinasinya. piring/bercakap-cakap
dengan suster.
3.3.2. Minta klien mengikuti
contoh yang di berikan
dan minta klien
mengulanginya
3.3.3. Beri pujian atas
keberhasilannya
3.3.4. Susun jadwal latihan
klien dan minta klien
untuk mengisi jadwal
kegiatan (self-valuation)
3.3.5. Tanyakan kepada klien “
bagaimana perasaannya
setelah menghardik?
apakah halusinasinya
berkurang? “ berikan
pujian.

3.4. Klien 3.4.1. Beri contoh percakapan


mendemonstrasi dengan orang lain ; “
kan bercakap- suster, saya dengar
cakap dengan suara-suara. Temani saya
orang lain. bercakap-cakap”
3.4.2. Minta klien mengikuti
contoh percakapan dan
mengulanginya.
3.4.2. Beri pujian atas
keberhasilannya
3.4.3. Susun jadwal klien untuk
melatih diri, mengisis
kegiatan dengan
1 2 3 4 5
bercakap-cakap, dan
Mengisi jadwal
kegiatan )self-evaluation)
3.4.5. Tanyakan kepada klien:
“bagaimana perasaannya
setelah latihan bercakap-
cakap? Apakah
halusinasinya
berkurang?” berikan
pujian.

3.5. Klien dapat 3.5.1. Diskusikan dengan klien


mendemonstrasi tentang kegiatan harian
kan pelaksaan yang dapat di lakukan di
kegiatan sehari- rumah dan rumah sakit
hari. ( untuk klien halusinasi
dengan perilaku
kekerasan, sesuaikan
dnegan kontrol perilaku
kekerasan).
3.5.2. Latih klien untuk
melakukan kegiatan yang
di sepakati dan masukkan
ke dalam jadwal kegiatan.
Minta klien mengisi
jadwal kegiatan ( self-
evaluation)
3.5.3. Tanyakan kepada klien :
“bagaimana perasaannya
setelah melakukan
kegiatan seharian?
Apakah halusinasinya
berkurang? Beri pujian.

3.6. Klien dapat 3.6.1. Anjurkan klien untuk


mengikuti terapi mengikuti terapi aktivitas
aktivitas kelompok, orientasi
kelompok realita, stimulasi persepsi.

1 2 3 4 5
3.7. Klien dapat 3.7.1. Klien dapat menyebutkan
mendemonstrasi jenis, dosis, dan waktu
kan kepatuhan minum obat serta manfaat
minum obat obat tersebut ( prinsip 5
untuk mencegah benar: benar orang, obat,
halusinasi. dosis, waktu, dan cara)
3.7.1.1. Diskusikan dengan
klien tentang jenis
obat yang di minum
( nama, warna, dan
besarnya) : waktu
minum obat ( jika 3
x ; pukul 07.00,
13.00 dan 19.00),
dosis dan cara.
3.7.1.2. Diskusikan
dengan klien
tentang manfaat
minum obat
secara teratur :
a. Beda perasaan
sebelum dan
sesudah
minum obat
b. Jelaskan
bahwa dosis
hanya boleh di
ubah oleh
dokter
c. Jelaskan
tentang akibat
minum obat
tidak teratur
misalnya
penyakit
kambuh.

1 2 3 4 5
3.7.2.1. Diskusikan proses
minum obat :
a. Klien meminta obat
kepada perawat
( jika di rumah
sakit), kepada
keluarga jika di
rumah
b. Klien memeriksa
obat sesuai dosisnya
c. Klien meminum
obat pada waktu
yang tepat.
3.7.2.2. Susun jadwal minum
obat bersama klien.
3.7.3. Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum obat
dengan mengisi jadwal
kegiatan harian (self-
evaluation).
3.7.3.1. Validasi
pelaksanaan minum
obat klien
3.7.3.2. Beri pujian atas
keberhasilan klien
3.7.3.3. Tanyakan kepada
klien : “bagaimana
perasaanya dengan
minum obat secara
teratur?apakah
keinginan marahnya
berkurang?

4. Klien mendapat 4.1. Keluarga dapat


dukungan dari menyebutkan 4.1.1. Diskusikan dengan
keluarga dalam pengertian, tanda, keluarga (pada saat
mengontrol dan tindakan keluarga
halusinasinya untuk berkunjung.pada saat
kunjungan rumah
1 2 3 4 5
mengendalikan a. Gejala halusinasi
halusinasi. yang di alami klien.
Cara yang dapat di
lakukan klien dan
keluarga untuk
memutuskan
halusinasi ( sama
seperti yang di
ajarkan kepada
klien).
b. Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah : beri
kegiatan. Jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama,
jika klien sedang
sendirian di rumah,
lakukan kontak
dengan sering via
telpon.
c. Beri informasi
tentang waktu tidak
lanjut (follo-up) atau
kapan perlu mendpat
bantuan : halusinasi
tidak terkontrol, dan
risiko mencederai
orang lain.
4.2. Keluarga dapat 4.2.1. Disuksikan dengan
menyebutkan keluarga tentang jenis,
jenis, dosis, dosis, waktu pemberian,
waktu pemberian, manfaat dan efek
manfaat serta efek samping obat
samping obat. 4.2.2. Anjurkan keluarga untuk
berdiskusi dengan dokter
tentang manfaat dan efek
1 2 3 4 5
samping obat
4.2.3. Diskusikan akibat dari
berhenti minum obat
tanpa berkosnultasi
terlebih dahulu.

Strategi Pelaksanaan
Diagnosa Strategi Tindakan
Keperawatan Pelaksanaan

Defisit SP 1 Pasien 1. Menjelasakan pentingnya kebersihan


Perawatan diri
2. Menjelaskan cara menjaga
Diri
kebersihan diri
3. Membantu pasien mempraktikkan
cara menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan pasien memasukkan
kebersihan diri ke dalam jadwal
kegiatan harian
SP 2 Pasien 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
Pasien
2. Menjelaskan cara makan yang baik

3. Membantu pasien mempraktikkan


cara makan yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukkan
cara makan yang baik ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
Pasien
2. Menjelaskan cara eliminasi yang
baik
3. Membantu pasien mempraktikkan
cara eliminasi yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukkan
eliminasi yang baik ke dalam jadwal
kegiatan harian
SP 4 Pasien 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Menjelaskan cara berdandan

3. Membantu pasien mempraktikkan


cara berdandan
4. Menganjurkan pasien memasukkan
berdandan ke dalam jadwal kegiatan
harian
SP 1 Keluarga 1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala defisit perawatan diri, dan
jenis defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien defisit perawatan diri
SP 2 Keluarga 1. Melatih keluarga mempraktikkan
cara merawat Pasien defisit
perawatan diri
2. Melatih keluarga mempraktikkan
cara merawat langsung kepada
Pasien defisit perawatan diri
Sp3 Keluarga 1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat
2. Menjelaskan tindak lanjut Pasien
setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998.


Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat, Budi anna. ( 2005 ). Proses keperawatan jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.


Yogyakarta : Momedia

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai