Anda di halaman 1dari 112

Keperawatan

keluarga

STIKES KESEHATAN BARU PRODI D III KEPERAWATAN DOLOKSANGGUL


TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

MODUL

KEPERAWATAN KELUARGA

Penanggung jawab

ROULI F. SIMAMORA, S.KEP, MKM

Tim penyusun :

ROULI F. SIMAMORA, S.KEP, MKM

JANNER SIMAMORA, SKM, M.KES

Disahkan pada tanggal :

Mengetahui :

KA. PRODI KEPERAWATAN STIKES

KESEHATAN BARU

Winta M. Batubara, S.Kep, Ns, MKM


DAFTAR ISI

BAB I TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi Mata Kuliah


B. Tujuan pembelajaran
C. Capaian pembelajaran
D. Bahan kajian
E. Petunjuk penggunaan modul
F. Pengalaman belajar mahasiswa
G. Norma akademik

Topik 1

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 2

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 3

PENGKAJIAN ASKEP KELUARGA

ii
A. TUJUAN PEMBELAJARAN

B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 4

DIAGNOSE DAN RENVANA ASKEP KEPERAWATAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 5

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASKEP KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 6

ASKEP KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 7

ISUE KEPERAWATAN KELUARGA DI INDONESIA

iii
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 8

PERAN PERAWAT KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 9

KELUARGA BATAK

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 10

KELUARGA JAWA TENGAH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

Topik 11

STRESS DAN KOPING KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
iv
D. LATIHAN

Topik 12

BUDAYA KELUARGA UNTUK MENCIPTAKAN KESUKSESAN DAN


MENGELOLA PERUBAHAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
C. RINGKASAN
D. LATIHAN

v
vi
BAB 1

TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi mata kuliah


Mata kuliah ini membahas tentang konsep pelayanan Kesehatan primer, konsep
keluarga, model konseptual keperawatan keluarga, trend dan issue dalam
keperawatan keluarga, konsep asuhan keperawatan keluarga.
Tentang teori konsep dan prinsip-prinsip asuhan keperawatan keluarga, dengan
memahami konsep keluarga sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga, mampu melakukan pengkajian keluarga sesuai konsep yang ada,
merumuskan dan menetapkan diagnose keperawatan keluarga, membuat
perencanaan keperawatan keluarga, melakukan intervensi keperawatan keluarga
dengan fokus memberdayakan keluarga, menerapkan ketrampilan spesifik dalam
melakukan asuhan keperawatan kepada keluarga, melakukan evaluasi asuhan
keperawatan keluarga sesuai implementasi yang telah dilakukan, serta
mendokumentasikan seluruh proses dan hasil asuhan keperawatan keluarga.
B. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini adalah untuk mencapai:
a.Aspek hars skills
Kognitif:
Mengingat,Memahami, Mengaplikasikan,Menganalisis
PSikomotor :
Mengamati, Mempraktekkan, Memodifikasi
b. Aspek soft skills
berpikir kreatis, berpikir kritis, berpikir analitis, berpikir inovatif, mampu
mengatur waktu, berargumen logis, mandiri, dapat mengatasi stress, Memahami
Keterbatasan diri, Kepemimpinan, Kerja dalam tim, komunikasi lisan,memasarkan
diri, sinergi negosiasi, fleksibel,adaptasi,tanggung jawab, berbiara di depan umum,
memilikisensitivtas budaya.

1
C. Capaian pembelajaran
Capaian pembelajaran lulusan :
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious
(S1).
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjealankan tugas berdasarkan
agama, moral, dan etika (S2).
3. Bekerja sama dan memiliki kepekaan social serta kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan (S6).
4. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (S7).
5. Menunjukkan perilaku interpersonal dan intrapersonal sesuai nilai-nilai ajaran
islam yang rahmatan Iil’alamin (cinta sesame, toleran dan tidak radikal) )S12).
6. Mampu menerapkan pemkiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan dan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya (KUI).
7. Menguasai nilai-nilai kemanusiaan (humanity values)(PP3).
8. Menguasai Teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan asuhan atau praktik
keperawatan yang dilakukan secara mandiri atau kelompok pada bidang
keilmuwan keperawatan dasar, keperawatan medical bedah, keperawatan anak,
keperawatan maternitas, keperawatan jiwa, keperawatan keluarga, keperawatan
gerontic, dan keperawatan komunitas serta keperawatan bencana (PP4).
9. Menguasai konsep dan Teknik penegakan diagnosis asuhan keperawatan (PP5).
10. Menguasai konsep teoritis komunikasi teraupetik (PP6).
11. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada area spesialisasi (kmb,
keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatab jiwa serta keperawatan
komunitas (termasuk keperawatan keluarga dan keperawatan gerontic) sesuai
dengan delegasi dari ners spesialis (KK2).
12. Mampu menegakkan diagnosis keperawatan dengan kedalaman dan keluasan
terbatas berdasarkan analisis data, informasi dan hasil kajian dari berbagai sumber
pendekatan proses keperawatan (KK5).
13. Menghubungkan menetapkan prioritas asuhan keperawatan (KK6)

2
14. Mampu melakukan evaluasi dan revisi rencana asuhan keperawatan secara regular
dengan/atau tanpa tim Kesehatan lain (KK9)
Capaian pembelajaran mata kuliah/Blok :
1. Memahami konsep keperawatan dan konsep terkait dan penerapannya pada
asuhan keperawatan keluarga
2. Memahami dan mempraktikkan asuhan keperawatan keluarga dengan dampak
isu pada perkembangan keperawatan keluarga.
D. Bahan kajian
1. Konsep dasar keperawatan keluarga
2. Asuhan keperawatan keluarga
3. Pengkajian askep keluarga
4. Diagnose dan renvana askep keperawatan
5. Implementasi dan evaluasi askep keluarga
6. Askep keluarga dengan anak usia sekolah
7. Isue keperawatan keluarga di indonesia
8. Peran puskesmas dalam membangun budaya hidup sehat melalui askep keluarga
9. Peran perawat keluarga
10. Keluarga batak
11. Keluarga jawa tengah
12. Stress dan koping keluarga
13. Budaya keluarga untuk menciptakan kesuksesan dan mengelola perubahan
E. Petunjuk penggunaan modul
1. Bagi Mahasiswa

Petunjuk bagi mahasiswa untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam
menggunakan modul ini maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain :

a. Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-
masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, mahasiswa dapat bertanya
pada dosen atau instruktur yang mengampu kegiatan belajar.

3
b. Kerjakan setiap tugas formatis (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari terori dan praktik, perhatikanlah hal-hal
berikut ini :1)perhatikan pentunjuk-petunjuk keselamatan kerja yang berlaku.
2)pahami setiap langkah kerja (prosedur praktikum) dengan baik.3) sebelum
melaksanakan praktikum, identifikasi (tentukan) peralatan dan bahan yang
diperlukan dengan cermat. 4). Gunakan alat sesuai prosedur pemakaian yang benar.
5). Untuk melakukan kegiatan praktikum yang belum jelas, harus meminta ijin dosen
atau instruktur terlebih dahulu.
6). Setelah selesai, kembalikan alat dan bahan ke tempat semula
c. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar
sebelumnya atau bertanyalah kepada dosen atau intruktur yang mengampu kegiatan
pembelajaran yang bersangkutan.
2. Petunjuk Bagi Dosen
a. Membantu mahasiswa dalam merencanakan proses belajar
b. Membimbing mahasiswa melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar
c. Membantu mahasiswa dalam memahami konsep dan menjawab pertanyaan
mahasiswa mengenai proses belajar mahasiswa
d. Membantu mahasiswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang
diperlukan untuk belajar
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan

Merencanakan seorang ahli atau pendamping dosen dari tempat kerja untuk membantu
jika diperlukan

F. Pengalaman belajar mahasiswa

Pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus
dikerjakan oleh mahasiswa mampu mencapai kemampuan yang diharapkan disetiap
tahapan pembelajaran. Proses ini termasuk di dalamnya kegiatan asesmen proses dan
hasil belajar mahasiswa.

4
Deskripsi Tugas :
 Tugas mandiri dari hasil tutorial
 Tugas pleno
Tugas Diskusi topik
 Tugas kuliah

Pengantar Asesmen Proses :

 Penilaian diskusi pleno


 Penilaian proses tutorial
 Penilaian hasil diskusi kelompok/topik
 Penilaian tugas skills Lab
 Penilaian
 Ujian UTS dan UAS\
 Ujian ketrampila/skills lab
 Ujian OSCE

Mahasiswa yang akan mengikuti ujian tulis/praktik harus mengikuti persyaratan


berikut:

a) Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi tutorial 85%


b) Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi pleno 85%
c) Minimal kehadiran dalam kegiatan ketrampilan klinik 85%
d) Minimal kehadiran dalam kegiatan praktikum 85%
e) Miniimal kehadiran dalam kegiatan kuliah pengantar 100%

Apabila tidak lulus dalam ujian tulis, mahasiswa mendapat kesempatan untuk ujian
remedial satu kali pada akhir tahun akademik yang bersangkutan. Jika masih gagal,
mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang mata kuliah.

G. Norma akademik
1. Kehadiran mahasiswa dalam kuliah tatap muka minimal 85% dari total pertemuan
kuliah yang terlaksana

5
2. Kegiatan pembelajaran sesuai jadwal resmi dan jika terjadi perubahan ditetapkan
bersama antara dosen dan mahasiswa
3. Toleransi keterlambatan 10 menit
4. Selama proses pembelajaran berlangsung leptop dimatikan, kecuali atas ijin dosen
pengajar
5. Pengumpulan tugas ditetapkan sesuai jadwal
6. Yang berhalangan hadir karena sakit (harus ada keterangan sakit/surat pemberitahuan
sakit) dan halangan lainnya harus menghubungi dosen sebelum perkuliahan atau ijin
disampaikan oleh wali
7. Memakai seragam dan bersepatu dalam perkuliahan (dilarang menggunakan kaos kaki
berwarna saat perkuliahan)
8. Kecurangan dalam ujian, nilai mata kuliah yang bersangkutan nol

6
Topik 1

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum
Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu menjelaskan tentang konsep
dasar keperawatan keluarga.
2. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, anda diharapkan mampu :
1. Mengetahui definisi dari keluarga
2. Menjelaskan macam-macam bentuk/type keluarga
3. Menjelaskan struktur dan fungsi keluarga
4. Menjelaskan tugas perkembangan keluarga
5. Menjelaskan implikasi keperawatan keluarga

B. URAIAN MATERI
1. Definisi keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien (penerima)
asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan keperawatan yang
diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit
akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan
benar oleh klien atau kelurganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan anggota
keluarga terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan.

Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan
dengan kita.Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu
merupakan bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan
yang berarti. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan
nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta berbagai aspek yang terkait
dengan apa yang diyakini dalam keluarga tersebut.

7
Banyak ahli mendefinisikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan social di
masyarakat.Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang
mendefinisikannya.

Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua


orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Duvall dan Logan (1986) menguraikan definisi keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional
serta social dari tiap anggota keluarga.

Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan budaya.

Dari ketiga pengertian dari ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah sebagai berikut :

1. Terdiri dari 2 atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau
adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup Bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran social suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social anggota keluarga.

Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga
adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau
adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

8
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya
atau ibu dan anaknya.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran
yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti
yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang syah.

Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistim. Sebagai
sistim keluarga mempunyai anggota, yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua individu
yang tinggal dalam suatu rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling
berinteraksi dan interdependensi (saling ketergantungan) untuk mencapai tujuan
bersama.Keluarga merupakan sistim terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra
sistimnya, yaitu lingkungan (masyarakat) dan sebaliknya sebagai sub sistim dari
lingkungan (masyarakat) dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistim).

Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk
keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang
sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat.

Dapat dicontohkan apabila satu anggota keluarga menderita sakit, maka semua
anggota keluarga akan merasakannya, dan ini akan mempengaruhi juga di dalam
masyarakat.

2. Tipe keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan.Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya.Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

1. Pembagian tipe keluarga menurut Sussman (1974) dan Meclin (1988)


a. Tipe keluarga tradisional

9
1. Keluarga inti (nuclear family), yaitu suatu rumah tangga yang hanya
terdiri dari suami, istri dan anak.
2. Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek,
nenek, keponakan, paman, bibi.
3. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4. Orang tua tunggal (Single Parent family), yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5. “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
6. Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Tipe keluarga non tradisional
1. “Commune family”, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2. Orang tua (suami-istri) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
dalam satu rumah tangga (kumpul kebo).
3. “Homoseksual”, yaitu dua individu yang sejenis hidup satu rumah tangga
(gay atau lesbian family).
2. Pembagian tipe keluarga menurut Anderson Carter
a. Keluarga inti (Nuclear Family), terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial Family), terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.

10
e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cohabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Pembagian tipe keluarga menurut Konteks Keilmuwan dan pengelompokkan
orang
a. Traditional nuclear, adalah keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Reconstituted nuclear, adalah pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu anak dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
c. Middle age atau aging couple, adalah suami sebagai pencari uang, istri di
rumah, atau keduanya bekerja di luar rumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah, perkawinan atau meniti karier.
d. Dyadic nuclear, adalah pasangan suami isteri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
e. Single parent, adalah keluarga dengan satu orang tua sebagai akibat
perceraian atau kematian pasangannya. Anak-anaknya dapat ditinggal di
dalam atau luar rumah..
f. Dual career, adalah suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter married, adalah pasangan suami isteri atau keduanya sama-sama
bekerja dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari
pada waktu-waktu tertentu.
h. Single adult, adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk menikah.
i. Three generation, adalah tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
j. Institusional, adalah anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu
panti.

11
k. Communal, adalah satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang
monogamy dengan anak-anaknya dan bersama-sama berbagi fasilitas.
l. Group marriage, adalah satu rumah terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga.
m. Unmarried parent and child, adalah ibu dan anak yang pernikahannya tidak
dikehendaki dan kemudian anaknya di adopsi.
n. Cohabitating couple, adalah dua orang atau satu pasangan yang bersama
tanpa menikah.
o. Extended family, adalah nuclear family dan anggota keluarga yang lain
tinggal dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga.

Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (Extended Family),


karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam suatu
komunitas dengan adat istiadat yang sangat kuat.

3. Struktur keluarga
Menurut Friedman (1986) elemen struktur keluarga terdiri dari :
1. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktir yang ada dalam komponen komunikasi,
seperti: sender, chanel-media, massage, environtment dan receiver. Pola
interaksi keluarga yang berfungsi :
a. Bersifat terbuka dan jujur
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga
c. Berpikiran positif
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri

Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi :

a. Karakteristik pengirim keluarga berfungsi :


- Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat
- Apa yang disampaikan sesuatu dan berkualitas
- Salah meminta dan menerima umpan balik
b. Karakteristik penerima

12
a. Siap mendengarkan
b. Memberikan umpan balik
c. Melakukan validasi
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu
dengan baik. Ada beberapa anak yang terapaksa mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka
entah ke mana atau malah berdiam diri di rumah. Posisi atau status adalah
tempat seseorang dalam suatu sistem sosial.Misal : posisi ibu mempunyai
peran sebagai penjaga rumah, perawat anak, pemimpin kesehatan dalam
keluarga, sahabat.Okupan peran adalah seseorang yang memegang suatu posisi
dalam struktur sosial.Perilaku peran adalah apa yang sebenarnya seseorang
lakukan di dalam posisi tertentu sebagai respon terhadap harapan-harapan
peran. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu.Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu
juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

13
c. Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Variabel Yang Mempengaruhi Struktur Peran adalah sebagai berikut :
a. Perbedaan kelas sosial
b. Bentuk keluarga
c. Variasi kultur
d. Tahap perkembangan keluarga
e. Model peran
f. Kejadian situasional
Masalah-Masalah Yang Berkaitan Dengan Peran, adalah :
a. Transisi peran
b. Kesenjangan peran
c. Konflik peran
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan, baik kemampuan potensial maupun aktual
dari seorang individu untuk mengontrol, mempengaruhi dan mengubah tingkah
laku seseorang.Kekuasaan keluarga merupakan sebuah karakteristik dari
sistem keluarga adalah kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang
anggota indidvidu untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga. Komponen
utama dari kekuasaan keluarga adalah :
a. .Pengaruh, baik pengaruh dari dalam keluarga maupun dari luar
keluarga
b. Tingkat penggunaan tekanan formal maupun informal oleh seorang
anggota keluarga terhadap orang lain dan berhasil dalam memaksakan
pandangan orang tersebut.
c. Pengambilan keputusan
Proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk
melakukan serangkaian tindakan.

Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan, yaitu :

14
a. Kekuasaan/wewenang yang sah (legitimate power/authority) Satu
orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu anggota
keluarga yang lain. Dengan bantuan peran dan posisi, hak-hak istimewa
yang diwariskan secara budaya.Contoh : orang tua terhadap anak.
b. Kekuasaan yang tidak berdaya atau putus asa Yang berkuasa adalah
orang yang tidak berdaya. Contoh : anggota keluarga yang cacat yang
mengontrol anggota keluarga lainnya atas dasar ketidakberdayaan.
c. Kekuasaan referen (referent power) Semacam kekuasaan yang dimiliki
oleh orang-orang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif
terhadap mereka. Contoh : seorang anak yang meniru orang tuanya.
d. Kekuasaan ahli dan sumber Kekuasaan sumber : tipe dasar kekuasaan
yang datangnya dari sumbersumber berharga dalam jumlah yang lebih
banyak dalam suatu hubungan. Contoh : suami dominan karena ia
mengontrol uang belanja, istri dominan karena ia lebih praktis dan lebih
terarah pada tujuan daripada suami.
e. Kekuasaan penghargaan (reward power) Adanya harapan bahwa orang
yang berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang positif
terhadap ketaatan seseorang. Contoh : anak sering menggunakan
tingkah laku yang baik untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan.
f. Kekuasaan dominansi/paksaan Orang yang memiliki kekuasaan akan
menghukum, mengancam, memaksa atau bertindak keras jika mereka
tidak taat.

Proses Pembuatan Keputusan adalah teknik interaksi dimana anggota keluarga


menggunakan upaya – upaya mereka untuk meningkatkan kontrol dalam
negosiasi/proses pengambilan keputusan. Terdapat 3 tipe proses pembuatan
keputusan, yaitu :

a. Konsensus, dimana urutan tindakan tertentu secara bersama disetujui


oleh semua yang terlibat

15
b. Akomodasi, adalah perasaan awal anggota keluarga tentang isu-isu
ditentang, satu/lebih anggota keluarga membuat kelonggaran, baik
diinginkan atau tidak diinginkan
c. De facto, adalah keputusan dipaksakan oleh kejadian-kejadian tak
adanya pembuatan keputusan yang aktif dan efektif
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Kekuasaan Keluarga :
a. Hirarki kekuasaan keluarga
b. Bentuk keluarga
c. Koalisi anggota keluarga
d. Jaringan komunikasi
e. Kelas sosial
f. Tahap perkembangan keluarga
g. Latar belakang budaya dan agama
h. Kelompok situasional
i. Variabel individu
j. Ketergantungan emosi dan tanggung jawab terhadap perkawinan
4. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajar, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
Ciri-ciri struktur keluarga :
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, dimana setiap anggota
keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing sehingga tujuan
keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan
dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan

16
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing. Sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak bisa semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan bahwa
masingmasing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang
berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama
dan peran ibu yang merawat anak-anak.
Macam-macam struktur keluarga :

a. Dominansi jalur hubungan darah

1) Patrilineal. Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis


keturunan ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur
keluarga patrilineal.

2) Matrilineal. Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis


keturunan ibu. Suku Padang merupakan salah satu contoh suku yang
menggunakan struktur keluarga matrilineal.

b. Dominansi keberadaan tempat tinggal

1) Patrilokal. Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan


keluarga sedarah dari pihak suami.

2) Matrilokal. Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan


keluarga sedarah dari pihak istri.

c. Dominansi pengambil keputusan

1) Patriakal. Dominansi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.

2) Matriakal. Dominansi pengambilam keputusan ada pada pihak istri.

4. Fungsi keluarga
Secara umum Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu :

17
1. Fungsi afektif (the affective function)
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan
dikembangkan melalui interkasi dan hubungan dalam keluarga. Dengan
demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh. Cinta kasih, kehangatan saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkah, yang pada akhirnya tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam
keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain
di luar keluarga/masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif
sehingga angak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan


keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan remaja atau masalah keluarga timbul
karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement


function)

18
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan
menatap ayah, ibu dan orang-orang di sekitarnya. Kemudian beranjak balita
dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun keluarga
tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
keluarga yang diujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin,
belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi dalam keluarga.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. Dengan adanya program
keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain, banyak
kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan perkawinan sehingga
lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua.
4. Fungsi ekonomi (the economic function)
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan
tempat berlindung (rumah). Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga di bawah
garis kemiskinan serta banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan
yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan
yang berujung pada perceraian.
5. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function)
Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Keluarga juga berfungsi untuk
melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit.

19
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi


keluarga dikembangkan menjadi :

a. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif


yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber
daya keluarga

b. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.

c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.

d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.

e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi


kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan
terhadap penyakit yang mungin dialami keluarga.

f. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan.

g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan


yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

h. Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga


merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal
(menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi
anak, dan lain-lain.

20
i. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.

Indonesia membagi fungsi keluarga menjadi delapan dengan bentuk operasional yang
dapat dilakukan oleh setiap keluarga (UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun
1994), antara lain :

a. Fungsi keagamaan
1) Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
2) Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari
seluruh anggota keluarga.
3) Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari
ajaran baru.
4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan
yang tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan di masyarakat.
5) Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai
fondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
b. Fungsi budaya
1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
normanorma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.
2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan
budaya asing yang tidak sesuai.
3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.
4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berperilaku yang baik (positif) sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya
masyarakat/bangsa untuk menunjang terwujudnya Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera.
c. Fungsi cinta kasih

21
1) Menumbuh-kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar-anggota
keluarga (suami-isteri-anak) ke dalam simbol-simbol nyata (ucapan, tingkah
laku) secara optimal dan terus menerus.
2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar-anggota keluarga maupun
antar-keluarga yang satu dengan lainnya secara kuantitatif dan kualitatif.
3) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam
keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.
4) Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan
menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera.
d. Fungsi perlindungan
1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman
yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk
ancaman dan tantangan yang datang dari luar.
3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
e. Fungsi reproduksi
1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat
baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
2) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam
hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.
3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan
waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang
diinginkan dalam keluarga.
4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
f. Fungsi sosialisasi
1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai
wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama.

22
2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat
tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan
yang dijumpainya, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang
diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan
mental), yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua
dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera.
g. Fungsi ekonomi
1) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan
keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan
keluarga.
2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan
kesimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.
3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya
terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.
4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
h. Fungsi pelestarian lingkungan
1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga.
2) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan ekstern keluarga

23
3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi,
selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup
masyarakat sekitarnya.
4) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai
pola hidup keluarga menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

5. Tugas keluarga di bidang Kesehatan


Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi: (Menurut Bailon dan Maglaya, 1998)
1. Mengenal masalah Kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena


tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluara habis. Orang tua harus mengenal
keadaan kesehatan dan perubahan – perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan yang terjadi, dan berapa besar
perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2. Membuat keputusan Tindakan Kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga
agar memperoleh bantuan. Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat
mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

24
keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat
keputusan. Berikut ini hal-hal yang harus dikaji oleh perawat :

a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
b. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.
d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
e. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
f. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
g. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
h. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, yang tidak dapat
membantu diri karena cacat atau umur terlalu muda.

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat
dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. Ketika
memberikan perawatan pada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan


perawatannya).
b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c. Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik, psikososial).
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

25
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a. Sumber-sumber keluarga yang dimiliki.


b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c. Pentingnya higiene sanitasi.
d. Upaya pencegahan penyakit.
e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi
f. Kekompakan antar anggota keluarga
5. Merujuk pada fasilitas Kesehatan masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui


hal-hal berikut ini :

a. Keberadaan fasilitas keluarga.


b. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.
c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.
d. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
e. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
Kelima tugas kesehatan keluarga tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh
keluarga, perawat perlu mengkaji sejauh maka keluarga mampu melaksanakan
tugas tersebut dengan baik agar dapat memberikan bantuan atau pembinaan
terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut

C. RINGKASAN

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien


(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Banyak ahli
mendefinisikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan social di
masyarakat.Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang
mendefinisikannya.

26
D. LATIHAN
1. Berikut merupakan karakteristik dari teori sistem dalam keluarga, kecuali...
a. Terdapat hirarki dalam keluarga
b. Perubahan gangguan pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi
anggota keluarga lain
c. Merupakan bagian dari suprasistem
d. Keluarga mengetahui peran masing-masing anggota keluarga
e. Keluarga mampu menciptakan keseimbangan antara perubahan dan stabilitas
2. Pasangan suami istri yang membawa anak masing-masing dari hasil perkawinan
sebelumnya membentuk keluarga baru, adalah bentuk keluarga....
a. Dyad nuclear
b. Blended
c. Kin
d. Extended
e. Three generation
3. Tugas perkembangan keluarga menurut McGold adalah, kecuali...
a. Membentuk keluarga muda sebagai unit yang mantap
b. Mensosialisasikan anak
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d. Merumuskan keluarga berencana
e. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi
dan keamanan
4. Tahap siklus keluarga menurut Duvall mengacu pada...
a. Umur dan tingkat sekolah dari anak paling tua
b. Umur orangtua
c. Umur perkawinan
d. Datang dan perginya seseorang dalam keluarga
e. Umur dari tiap anak
5. Asumsi dasar dari teori perkembangan keluarga adalah....

27
1. Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara yang
sama dan dapat diprediksi
2. Keluarga dan anggota melakukan tugas-tugas tertentu yang ditentukan oleh
mereka atau oleh budaya dan masyarakat
3. Kecenderungan untuk memulai dengan sebuah awal dan akhir dan jelas
4. Karena manusia menjadi matang dan berintaksi dengan orang lain, mereka
memulai tindakan-tindakan

28
Topik 2
KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum
Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu memahami tentang asuhan
keperawatan keluarga.
2. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, anda diharapkan mampu :
1. Falsafah keperawatan keluarga
2. Standar keperawatan keluarga
3. Peran perawat dalam keperawatan keluarga

B. URAIAN MATERI  

1. Falsafah keperawatan keluarga

2.  !
"!
&!
(")
#"#"
/("#
29
#//8/
/.98
3. 9.!
((."/
#)"#"
)
""
&
&((
#
4. /"
")
(&(+:
%"#&-

30
5.  !

%&"!
""
&&!
#&(#
"#
6. 
%&)
0"#
""

%&
7.  !

31
%&/&(0(
!
#&

%&)"#
(
8. 
%&(
&"!
#&!
"(#)
#&(/(&(!
(#/#
8

32
9. #8#8
##&(
10.  !
"!
&!
(")
#"#"
/("#
#//8/
/.98
11. 9.!
((."/
#)"#"
)
""
33
&
&((
#
12. /"
")
(&(+:
%"#&-

13.  !

%&"!
""
&&!
#&(#
"#
34
14. 
%&)
0"#
""

%&
15.  !

%&/&(0(
!
#&

%&)"#
(

35
16. 
%&(
&"!
#&!
"(#)
#&(/(&(!
(#/#
8
17. #8#8
##&(
18.  !
"!
&!
(")
#"#"
36
/("#
#//8/
/.98
19. 9.!
((."/
#)"#"
)
""
&
&((
#
20. /"
")
(&(+:

37
%"#&-

21.  !

%&"!
""
&&!
#&(#
"#
22. 
%&)
0"#
""

%&
38
23.  !

%&/&(0(
!
#&

%&)"#
(
24. 
%&(
&"!
#&!
"(#)
#&(/(&(!

39
(#/#
8
25. #8#8
##&(
26.  !
"!
&!
(")
#"#"
/("#
#//8/
/.98
27. 9.!
((."/
#)"#"
40
)
""
&
&((
#
28. /"
")
(&(+:
%"#&-

29.  !

%&"!
""
&&!
41
#&(#
"#
30. 
%&)
0"#
""

%&
31.  !

%&/&(0(
!
#&


42
%&)"#
(
32. 
%&(
&"!
#&!
"(#)
#&(/(&(!
(#/#
8
33. #8#8
##&(
34.  !
"!
&!
43
(")
#"#"
/("#
#//8/
/.98
35. 9.!
((."/
#)"#"
)
""
&
&((
#
36. /"
")
44
(&(+:
%"#&-

37.  !

%&"!
""
&&!
#&(#
"#
38. 
%&)
0"#
""

45

%&
39.  !

%&/&(0(
!
#&

%&)"#
(
40. 
%&(
&"!
#&!
"(#)
46
#&(/(&(!
(#/#
8
41. #8#8
##&(
42.  !
"!
&!
(")
#"#"
/("#
#//8/
/.98
43. 9.!
((."/
47
#)"#"
)
""
&
&((
#
44. /"
")
(&(+:
%"#&-

45.  !

%&"!
""
48
&&!
#&(#
"#
46. 
%&)
0"#
""

%&
47.  !

%&/&(0(
!
#&

49
%&)"#
(
48. 
%&(
&"!
#&!
"(#)
#&(/(&(!
(#/#
8
49. #8#8
##&(
Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, azas-azas, hukum dan sebagainya dari pada segala yang ada dalam alam semseta
ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta).

Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam parktik keperawatan.

50
Falsafah keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Keperawatan menganut pandangan holistic terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia
bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakuka dengan pendekatan
humanistic, dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi
perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi sesame manusia.

Keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin,
usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status social ekonomi. Keperawatan
adalah falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari
realitas, serta kaingin tahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alas
an logis daripada metoda empiris.

Falsafah keperawatan menurut Roy : Roy memiliki delapan falsafah , empat


berdasarkan falsafah prinsip humanism dan empat berdasarkan prinsip falsafah verivity.
Falsafah humanism atau kemanusiaan “ mengenali manusia dan sisi subyektif manusia
dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa menghargai”. Sehingga ia
berpendapat bahwa seorang individu :

1. Saling berbagi dalam kemampuan untuk berpikir kreatif yang digunakan untuk
mengetahui masalah yang dihadapi, mencari solusi.
2. Bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar memenuhi hukum
aksi-reaksi
3. Memiliki holism intrinsic
4. Bertujuan untuk mempertahankan integritas dan memahami kebutuhan untuk
memiliki hubungan dengan orang lain verivity. Berarti kebenaran, yang bermaksud
mengungkapkan keyakinan roy bahwa ada hal yang benar absolut. Ia mendefinisikan
verivity sebagai : “prinsip alamiah manusia yang mempertegas tujuan umum
keberadaan manusia:. Empat falsafah yang berdasarkan prinsip verivity adalah
sebagai berikut ini. Individu dipandang dalam konteks :
a. Tujuan eksistensi manusia
b. Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c. Aktivitas dan kreativitas untuk kebaikan-kebaikan umum
d. Nilai dan arti kehidupan bagian integral dari pelayanan Kesehatan

51
Keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif, dalam arti perawat selalu
bekerjasama dengan klien dalam pemberian asuan keperawatan.

1. Standar keperawatan keluarga


Kriteria dan standar dalam keperawatan keluarga

N Kriteria Standar
o
1 Pengetahuan - Keluarga mampu menyatakan
pengertian masalah Kesehatan secara
umum.
- Keluarga mampu menyebutkan jenis
makanan yang dapat menurunkan
hipertensi dan juga meningkatkan
tekanan darah
- Keluarga dapat menyebutkan akibat jika
tekanan darah tidak dikonntrol secara rutin
- Keluarga mampu melakukan
pemeriksaan tekanan darah sendiri
2 Sikap/afektif - Keluarga mampu memutuskan untuk
membuat rencaa control setiap 2 minggu
sekalui ke puskesmas
- Keluarga mampu membuat rencana
utuk membeli tensi sendiri
3 Psikomotor - Keluarga menyediakanjenis makanan yang
dapat mengurangi darah tinggi
- Kleuarga dapat mengolah makanan yang
mengurangi darah tinggi
- Keluarga mampu melakukan pengukuran
tekanan darah sendiri

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat standart adalah :


- Berfokuslah pada keluarga, outcomes harus ditujukan pada keadaan keluarga ‘ apa yang
harus dilakukan keluarga, kapan, dan sejauh mana tinnndakan akan dilaksanakan
- Singkat dan jelas, untuk memudahkan perawat dalam mengidentifikasi tujuan dan
rencana. Perawat harus menghindari kata-kata yang terlalu panjang dan bermakna ganda

52
- Dapat diobservasi dann diukur, tanpa hasil yang didapat diukur proses keperwatan tidak
dapat terselesaikan.
Perawat harus menghidari penggunaan istilah memahami dan mengerti, karena istilah
tersebut sulit untuk diukur.

Contoh : keluarga dapat mendemonstrasikan Teknik injesi insulin dengan benar


- Realistic, ini harus disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia dirumah.
Misalnya keluarga dapat merawat luka tiga kali sehari, kenyataanya keluarga jarang
dirumah karena bekerja sehingga lebih pas kalau dua kali sehari
- Ditentukan oleh perawat dan keluarga, mulai pengkajian perawat harusnya melibatkan
keluarga dalam intervensi

2. Peran perawat dalam keperawatan keluarga

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan
karena masalah Kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara
sesame anggota keluarga dan masyarakat disekitarnya.

Perawatan Kesehatan keluarga adalah proses penyediaan kebutuhan perawatan


Kesehatan keluarga yang berada dalam lingkup praktek keperawatan. Ada beberapa
peranan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
Kesehatan di tingkat keluarga. Terdapat 13 peran perawat keluarga, diantaranya :

1. Perawat sebagai pendidik Kesehatan

Perawat memberikan edukasi mengenai Kesehatan keluarga, penyakit, hubungan dan


pengasuhan. Contohnya mengajarkan orang tua bagaimana cara merawat bayi atau
memberikan pengetahuan mengenai diabetes pada remaja laki-laki yang bari
didiagnosis.

2. Perawat sebagai coordinator, kolaborator, navigator, dan penghubung

Perawat mengkoordinasikan perawatan keluarga dan bekerja sama dengan keluarga


untuk merencanakan perawatan. Contohnya : jika ada anggota keluarga yang

53
mengalami trauma kecelakaan, perawat akan membantu keluarga untuk mengakses
sumber daya dari rawat inap, rawat jalan, dan perawatan Kesehatan di rumah.

3. Perawat sebagai pemberi dan pengawas perawatan.

Perawat memberi atau mengawasi perawatan yang diterima keluarga dalam berbagai
tatanan. Contohnya : perawat dating kerumah keluarga untuk berkonsultasi dengan
keluarga dan membantu merawat anaknya yang terpasang alat bantu pernapasan.

4. Perawat sebagai advocator

Perawat keluarga menganjurkan keluarga dan memberdayakan anggota keluarga.


Contohnya adalah advokasi perawat sekolah mengenai layanan Pendidikan khusus
untuk anak denan gangguan deficit hiperaktif.

5. Perawat sebagai konsultan

Perawat sebagai konsultan untuk keluarga kapan pun diminta atau kapan pun
diperlukan. Contohnya : perawat klinis spesialis di rumah saki diminta untuk
membantu keluarga dalam menemukan perawatan jangka Panjang yang sesuai untuk
nenek yang sakit.

6. Perawat sebagai konselor

Perawat keluarga memiliki peran teraupetik dalam membantu individu dan keluarga
memecahkan masalah atau mengubah perilaku. Contohnya : keluarga yang
membutuhkan bantuan untuk mengatasi kondisi kronis jangka Panjang, seperti saat
anggota keluarga yang didiagnosis dengan skizofrenia.

7. Perawat sebagai penemu kasus

Perawat terlibat dalam penemuan kasus. Contohnya : perawat mencari tahu sumber
penularan pada kasus infeksi menular seksual.

8. Perawat sebagai spesialis lingkungan

Perawat bekerja sama dengan keluarga dan pemberi pelayanan Kesehatan lain untuk
memodifikasi lingkungan. Contohnya : seseorang dengan paraplegia yang telah
dipindah dari rumah sakit ke rumah, perawat mendampingi keluarga untuk
54
memodifikasi lingkungan rumah sehingga pasien dapat beraktivitas di kursi roda dan
melakukan perawatan diri.

9. Perawat sebagai clarifer dan interpreter

Perawatmenjelaskan dan menafsirkan data ke keluarga di semua


pengaturan. Contohnya : jika seorang anak dalam keluarga memiliki
penyakit leukimia, perawat mengkklarifikasi dan menafsirkan informasi
mengenai diagnosis dan pengobatan.

10. Perawat sebagai pengganti

Perawat keluarga berfungsi sebagai pengganti dengan mengganti peran orang lain.
Misalnya, perawat dapat berperan sebagai orang tua yang penuh kasih kepada
seorang remaja yang akan melahirkan anak di ruang persalinan dan melahirkan.

11. Perawat sebagai peneliti

Perawat keluarga harus mengidentifikasi masalah praktik dan menemukan solusi


terbaik untuk menangani permasalahan tersebut melalui proses ilmiah. Contohnya :
berkolaborasi dengan seorang kolega untuk menemukan intervensi yang lebih baik
dalam mengatasi orang dewasa yang mengompol dan tinggal di rumah.

12. Perawat sebagai role model

Misalnya perawat sekolah yang menujukan Kesehatan yang baik dalam hal
perawatan diri sebagai panutan bagi orang tua dan anak-anak.

13. Perawat sebagai manajer kasus

Peran ini melibatkan kolaborasianatar, keluarga dan system perawatan Kesehatan.


Misalnya, perawat yang bekerja dengan senior di sebuah komunitas dapat menjadi
manajer untuk kasus pasien dengan penyakit Alzheimer.

55
C. RINGKASAN

Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam parktik keperawatan. Falsafah
keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Keperawatan menganut pandangan holistic terhadap manusia yaitu kebutuhan
manusia bio-psiko-sosial-spiritual. Peran perawat dalam keperawatan keluarga
diantaranya : perawat sebagai pendidik, perawat sebagai kolaborator, perawat
sebagai pemberi perawatan, perawat sebgaai advocator, perawat sebagai konsultan,
perawat sebagai role model , dan sebagainya.

D. LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan falsafah keperawatan?
2. Jelaskan standart keperawatan keluarga!
3. Jelaskan secara singkat peran perawat dalam keperawatan keluarag!

56
Topik 3
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum
Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu memahamipengkajian askep
keluarga.
2.
3. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, anda diharapkan mampu menjelaskan
pengkajian askep keluarga.
B. URAIAN MATERI
1. Pengkajian
a. Pengertian pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari keseluruhan proses keperawatan yang


menentukan proses berikutnya. Pengkajian keluarga merupakan suatu tahapan di mana
seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga

57
yang dibinanya. Dalam tahap pengkajian ini dikumpulkan data keluarga dan data
masingmasing dari anggota keluarga. Berbagai teori model konsep keperawatan
melandasi penyusunan data pengkajian keluarga. Secara umum data keluarga yang
dikumpulkan mencakup struktur keluarga,7 fungsi, data sosio kultur, lingkungan
keluarga serta stressor keluarga dan strategi koping. Sedangkan data individu anggota
keluarga mencakup data mental, fisik, emosi, sosial dan spiritual.

b. Metode pengkajian

Metode yang dapat digunakan untuk menggali sumber informasi adalah :

1. Wawancara dengan keluarga kejadian sekarang dan masa yang lalu


2. Observasi terhadap rumah,fasilitas-fasilitas yang ada didalam rumah
3. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga, (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)
4. Sumber data sekunder (hasil laboratorium, Rontgen) Untuk dapat bekerja secara
efektif dengan klien, maka dalam melakukan pengkajian dan memberikan perawatan,
perawat keluarga harus berfiikir secara interaksi.

Wright dan Leahey (1984) menerangkan bahwa variabel paling penting


meningkatkan atau
merintangiperawatanyangberpusatkeluargaadalahbagaimanaperawatmengkonseptualisasi
kan masalah. Pengetahuan tentang teori keluarga dan penelitian serta suatu kerangka
kerja sistematis untuk mengkaji dan bekerja dengan keluarga, benar-benar membantu
perawat dalam membuat transisi dari perspektif familistis.

2. Langkah-langkah pengkajian keperawatan keluarga

Proses pengkajian keperawatan dimanifestasikan dengan pengumpulan informasi


secara terus menerus terhadap arti yang melekat pada informasi yang sedang
dikumpulkan tersebut. Dengan kata lain, data dikumpulkan secara sistematis,
diklasifikasikan dan dianalisa artinya. Pengumpulan data merupakan syarat utama untuk
mengidentifikasi masalah. Penjajagan pertama Pengkajian merupakan suatu tahapan
dimana seorang perawat mengambil informasi secara berkesinambungan terhadap
anggota keluarga yang dibinanya. Pengkajian menggunakan format yang lazim
digunakan misalnya model Friedman dengan menggunakan berbagai metoda sesuai

58
dengan kebutuhan antara lain wawancara,8 observasi, pemeriksaan fisik yang dilakukan
secara cermat dan teliti dengan melibatkan secara aktif kien sebagai penerima asuhan
keperawatan. Hal-hal yang perlu dikaji dalam penjajagan pertama keluarga (sesuai
dengan model Friedman) mencakup 6 (enam) kategori yaitu mengidentifikasi data
(umum), riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga,
fungsi keluarga, dan koping keluarga.

Disamping ke-6 kategori tersebut, hal lain yang dilakukan dalam pengkajian /
penjajagan pertama adalah pemeriksaan fisik dan harapan-harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada. Penjajagan kedua Penjajagan kedua dilakukan untuk
memastikan apakah keluarga telah mampu melakukan tugas-tugas kesehatan sesuai
dengan Freeman (1963) dalam Bailon & Maglaya (1978) dalam menghadapi masalah
kesehatan yang dialami oleh keluarga bersangkutan. Tugas kesehatan tersebut berupa
kemampuan keluarga untuk megenal masalah kesehatan, mengambil keputusan,
merawat anggota keluarga yang sakit, menyediakan lingkungan yang mendukung
kesehatan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk memecahkan masalah kesehatan.
Bila keluarga tidak mampu melakukan lima tugas kesehatan tersebut, maka hal ini dapat
dijadikan sebagai penyebab atau etiologi dari masalah kesehatan / diagnosa keperawatan
yang ditemukan dalam bentuk ketidakmampuan melakukan ke lima tugas kesehatan
tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pengkajian keluarga adalah suatu
tahapan awal dari proses keperawatan di mana seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Pengkajian ini
mengumpulkan data keluarga dan data masing-masing dari anggota keluarga.

Pengumpulan data tentang keluarga didapat dari berbagai sumber, yaitu :

a. Wawancara dengan klien dalam hubungannya dengan kejadian-kejadian pada waktu


lalu dan sekarang
b. Temuan-temuan yang objektif, missal : observasi terhadap rumah dan fasilitas-
fasilitas yang ada didalamnya.
c. Informasi-informasi yang tertulis maupun lisan dan rujukan berbagai Lembaga yang
menangani keluarga dan anggota tim lainnya.

59
Salah satu peran penting dari perawat keluarga adalah menjadi partisipan pengamat
dalam keluarga. Sementara perawat bekerja secara aktif dengan keluarga, ia juga harus
memiliki kemampuan melangkah mundur dan secara mengobservasi kondisi dan situasi
dirumah. Keperawatan keluarga bisa terdiri dari beberapa babak interaksi dengan sebuah
keluarga. Keefektifan dari para perawat dalam membantu keluarga mengidentifikasikan
kebutuhan keluarga tersebut dan memenuhi kebutuhannya tidak hanya tergantung pada
keahlian perawat profesional, tetapi juga bagaimana perawat tersebut peka dan keluarga
yang bagaimana mengalaminya. Sebuah keluarga yang membutuhkan bantuan seringkali
lebih cepat terbuka apabila ada seorang dimana mereka bisa mengungkapkan masalah
mereka secara bebas.

3. Jenis data yang harus di kaji pada keluarga

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga menurut konsep model teori friedman
adalah :

A. DATA UMUM, meliputi :


a. Nama kepala keluarga
b. Alamat
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga
f. Genogram (dibuat 3 generasi)
Adalah sebuah gambaran Riwayat keturunan dalam sebuah keluarga yang
umumnya dibuat kedalam 3 generasi, sehingga dapat diketahui apakah ada
pengaruh antara kesamaan perilaku, struktur keluarga atau pola penyakit
dengan kemungkinan terjadinya masalah Kesehatan pada keluarga.
g. Tipe keluarga
Kaji mengenai tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi
dengan tipe keluarga tersebut. Tipe keluarga diantaranya :
a. Inti/nuclear family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak( kandung atau angkat)

60
b. Besar/extended, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga yang lain
yang tinggal bersama dalam satu rumah, yang mempunyai hubungan
darah.
c. Dyad, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
d. Single parent, yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung atau angkat)
e. Single adult, yaitu keluarga yang terdiri hanya seorang dewasa.
f. Usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
h. Suku bangsa
bangsa Kaji asal usul, identifikasi budaya, dan kebiasaan keluarga yang
berhubungan suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
i. Agama
Kaji agama yang dianut, dan sejauhmana keluarga menanamkan nilai-nilai
spiritual yang mempengaruhi kesehatan.
j. Status social ekonomi keluarga
Kaji pendapatan baik kepala keluarga dan anggota keluarga, pengaturan
keuangan keluarga, kebutuhan yang dikeluarkan untuk membeli
barangbarang yang dimiliki keluarga.
k. Kebiasaan sehari-hari dan aktivitas rekreasi keluarga
- Kebiasaan sehari-hari
Kaji kebiasaan keluarga meliputi kebiasaan tidur siang dan malam,
kebiasaan makan, menu yang dihidangkan dan kebiasaan personal
higine keluarga (mandi, gosok gigi dan cuci rambut).
- Aktivitas rekreasi keluarga
Kaji kebiasaan rekreasi keluarga, meliputi kebiasaan mengisi waktu
senggang, kebiasaan menonton Televisi, interaksi keluarga saat
menonton televisi, mendengarkan radio, dan bersama-sama
mengunjungi tempat rekreasi.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

61
Hal yang perlu dikaji adalah tahap perkembangan tertinggi yang saat ini dicapai
oleh keluarga.
1. Tahap I : pasangan baru (keluarga baru)
Tugas perkembangan :
- Membina hubungan intim yang memuaskan
- Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social
2. Tahap II
- Mendiskusikan rencana memiliki anak
- Persiapan menjadi orang tua
- Keluarga child beraing
- Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga
3. Tahap III : interaksi hubungan seksual dan mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan.
- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : keluarga dengan
anak prasekolah, kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa, keluarga
yang memiliki anak pertama usia aman.
4. Tahap IV : keluarga dengan anak sekolah
- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
- Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
- Membantu sosialisasi anak pada tetangga, sekolah dan lingkungan.
5. Tahap V
- Memberikan kebebasan yang seimbang
- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan otrang tua.
Hindari perdebatan kev=curigaan dan permusuhan.
6. Tahap VI
- Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh dan kembang
keluarga.
- Mempeluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
7. Tahap VII
- Mempertahankan Kesehatan
8. Tahap VIII : keluarga usia lanjut

62
- Tahap terakhir ini dimulai pada saat salah satu pasangan pension,
berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal.

C. RINGKASAN

Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi


secara berkesiinambungan terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Selama mengkaji
keluarga, perawat harus melakukan tahapan yang merupakan tahap penjajakan 1 dan 2
setiap yang untuk setiap unit pengkajian seperti yang diuarikan oleh friedman. Dalam
pengkajian ini sangat membutuhkan waktu dan ketelitian perawat karena mengenai
semua aspek keluarga yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap Kesehatan
keluarga.

D. LATIHAN
1. Pengkaian tahap pertama, data dasar yang harus dikumpulkan meliputi, kecuali….
a. Tipe keluarga
b. Status social ekonomi
c. Lima tugas Kesehatan
d. Struktur keluarga
e. Tahap perkembangan keluarga
2. Bila dalam pengkajian tahap kedua didapatkan data keluarga bingung untuk
menetapkan skor masalah Kesehatan/ keperawatan, maka tugas Kesehatan
keluarga yang tidak dspat dilakukan adalah kemampuan…
a. Mengenal masalah
b. Merawat anggota keluarga yang sakit
c. Menyediakan lingkungan yang sehat
d. Memanfaatkan fasilitas Kesehatan
e. Mengambil keputusan

63
3. Bila dari hasil pengkajian pada keluarga belum didapatkan data yang diharapkan,
maka Langkah yang dilakukan perawat adalah…
a. Pakai data seadanya
b. Melakukan penjajakan tahap dua
c. Meminta tokoh masyarakat untuk membantu
d. Meminta anggota keluarga untuk berkumpul Bersama
e. Menyarankan anggota yang sakit diperiksakan ke puskesmas
4. Tahap perkembangan pada anggota keluarga tn. M (35 thn) dengan 3 anak (10 thn
dan 3 thn), keluarga dengan…
a. Anak balita
b. Anak prasekolah
c. Anak sekolah
d. Usia pertengahan
e. Pelepasan
5. Hal yang perlu dikaji untuk mengetahui kemampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang sakit, kecuali…
a. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
b. Kepada siapa keluarga mengadu apabila menemukan masalah
c. Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
e. Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit

64
Topik 4

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum
Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu memahamiDiagnosa dan
Rencana askep keluarga.
2. Khusus
Setelah selesai mempelajari bab ini anda diharapkan mampu menjelaskan Diagnosa
dan Rencana Askep Keluarga
B. URAIAN MATERI
A. KONSEP DIAGNOSA
1. Definisi keperawatan keluarga

65
Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri diagnosis ke
sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial
dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk
menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman. (Friedman, 2010, p. 170)
Diagnosis tersebut digunakan sebagai dasar proyeksi hasil, intervensi perencanaan,
dan evaluasi hasil yang dicapai.

Penetapan diagnosis keperawatan keluarga selalu mempertimbangkan faktor


resiko, faktor potensial terjadinya penyakit dan kemampuan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatannya. (Ali, 2009, p. 62)

Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap


stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem atau
masalah, etiologi atau penyebab, manifestasi atau data penunjang. (ekasari, 2008, p.
37)

2. Cara-cara menentukan diagnose keperawatan keluarga


a. Diagnosis keperawatan dengan klasifikasi NANDA

Diagnosis keperawatan menunjukkan upaya yang signifikan atas nama


pemimpin perawat untuk mengelola praktek keperawatan dan meningkatkan
penggunaan daftar diagnosis dalam praktek yang terstandar.

NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) yang dikutip


dalam (Friedman, 2010, p. 171) mendefinisikan diagnosis keperawatan sebagai
keputusan klinik tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan/ proses 2 kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis
keperawatan memberikan dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang menjadi akuntabilitas perawat. (Friedman, 2010, p. 171)

Format NANDA yang dikutip dalam (Friedman, 2010, p. 171) berfungsi


untuk menyatakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari pernyataan diagnosis,
tanda dan gejala (karakteristik) dan faktor etiologi dan penyerta. Format ini

66
memberikan sumber yang kaya dan luas untuk menetapkan tujuan dan
perumusan rencana intervensi. (Friedman, 2010, p. 171)

b. Menetapkan masalah keluarga

Peran serta aktif keluarga melalui proses keperawatan harus menjadi


perhatian utama. Dalam hal mengidentifikasi masalah dan kekuatan, perawat
keluarga dan keluarga, bersama-sama bertanggung jawab mengambil bagian dari
proses ini. Proses identifikasi masalah dan kekuatan secara bersama ini akan
meningkatkan hubungan perawat-keluarga. Perawat perlu menunjukkan tingkat
sistem apa masalah keluarga ini berada-di tingkat unit keluarga atau di tingkat
salah satu subsistem seperti hubungan pernikahan suami-istri, subsistem orang
tua-anak.. (Friedman, 2010, p. 172)

Diagnosis melibatkan proses menyusun informasi keluarga untuk


merumuskan masalah dan menggali tindakan yang dapat dilakukan. Maknanya:
tidaklah cukup bagi perawat bekerja dengan keluarga untuk mengamati bahwa
keluarga mengalami stres dan tidak memasukkan keluarga atau teman dalam
rencana perawatannya agar membantu. Bersama keluarga, perawat perlu
menghasilkan diagnosis tentang apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa
keluarga tidak mampu melakukan sesuatu. Jika perawat telah mengumpulkan
informasi yang memadai dan memverifikasi informasi tersebut dengan keluarga
maka diagnosis yang ditegakkan dapat dinyatakan akurat. Diagnosis yang dibuat
tersebut selanjutnya mengarahkan pada sasaran 3 dan intervensi yang ditujukan
untuk membantu keluarga mengatasi masalah dengan lebih efektif. (Friedman,
2010, p. 172)

c. Ketertarikan antara data dan masalah

Salah satu masalah dalam menetapkan kebutuhan dan masalah kesehatan


keluarga adalah bahwa semua informasi yang terkumpul saling berhubungan, dan
terdapat kesulitan yang tidak teratasi yang terlibat dalam pemilahan hubungan
sebab-akibat. Hal ini karena, menurut teori sistem, terdapat kausalitas sirkular.
Lingkungan umpan balik ada ketika perilaku seseorang (A) menimbulkan

67
perilaku orang lain (B) yang menyebabkan A bereaksi dalam menanggapi
perilakunya (A) sebelumnya dan respons (B). juga, tumpang tindih masalah
keluarga seperti; konflik peran dan kekuasaan, dan masalah tertentu yang tidak
sama dalam jenis maupun tingkat generalisasi atau spesifikasinya seperti yang
lain.

d. Masalah potensial

Masalah yang teridentifikasi dalam keperawatan keluarga berfokus pada


kemampuan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan atau lingkungan. Pada
banyak situasi, tidak ditemui penyakit medis atau kecacatan. Pada keadaan ini,
diagnosis yang sering adalah pencegahan (preventif), seperti pengurangan resiko
(modifikasi nutrisimengurangi garam, kalori, gula, dan lemak; dan mengurangi
tingkat stres); memperbaiki gaya hidup (olahraga teratur , lebih banyak istirahat
dan relaksasi, komunikasi yang lebih baik). Dari pengertian, diagnosis
keperawatan dapat melibatkan masalah kesehatan potensial yang berasal dari
kondisi yang ada atau yang diantisipasi. Karena periode antisipasi ketika tuntutan
berhadap keluarga dan anggota di luar kebiasaan, bimbingan antisipatif,
konseling kesehatan, dan inisiatif rujukan ke sumber komunitas sedring kali
diperlukan. Contoh stresor yang dapat diantisipasi yaitu kehamilan, pindah ke
komunitas baru, pensiun, masa remaja, isteri mulai bekerja penuh waktu, dan
kemunduran progresif orang tua berusia lanjut.

e. Diagnosis kesejahteraan

Keluarga mungkin juga sampai pada satu titik, berkeinginan untuk mencapai
tingkat fungsi yang lebih tinggi dalam bidang tertentu (Friedman, 2010, p. 172).
Pada kasus ini, akan dipilih diagnosis (promosi) kesehatan atau kesejahteraan. Ini
menunjukkan keluarga siap pada keadaan sehat, namun tetap ingin memfokuskan
rencana perawatan mereka untuk meningkatkan kekuatan dan modal mereka.

3. Macam-macam diagnosis keperawatan


a. Diagnosis actual (terjadi deficit atau gangguan Kesehatan)

68
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan
bantuan untuk segera di tangani dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan aktual
faktor yang berhubungan merupakan etiologi, atau faktor penunjang lain, yang telah
mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Sedangkan menurut (Chayatin, 2012, p. 102) faktor tersebut dapat


dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu :

1. Patofisiologi

2. Tindakan yang berhubungan

3. Situasional

4. Maturasional

Menurut (Chayatin, 2012, p. 102) secara umum faktor-faktor yang berhubungan


atau etiologi dari diagnostik keperawatan keluarga adalah

1. Ketidak tauan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi)

2. Ketidak mauan ( sikap dan motivasi)

3. Ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur,


kurangnya sumber daya keluarga, baik finansial, fasilitas, sistem
pendukung,lingkungan fisik, psikologis)

b. Diagnosis resiko tinggi/ancaman kesehatan

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda
tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan/ keperawatan. Faktor-faktor risiko untuk diagnosis
resiko dan resiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat
terhadap klien atau kelompok. Faktor ini membedakan klien atau kelompok resiko
tinggi dari yang lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai resiko.

c. Diagnosis potensial

69
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera tidak mencangkup faktor-faktor yang
berhubungan. Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat
ditingkatkan kearah yang lebih baik. (Chayatin, 2012, p. 104)

Diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan buku NANDA yang dikutip dalam


buku (Chayatin, 2012, p. 104) adalah:

1. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan

a. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah/ hygien lingkungan

b. Resiko terhadap cidera

c. Resiko terjadi infeksi atau penularan penyakit (Chayatin, 2012, p. 104)

2. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunitas.

3. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran

a. Berduka dan antisipasi

b. Berduka disfungsional

c. Isolasi sosial

d. Perubahan dalam proses keluarga

e. Potensial peningkatan menjadi orang tua

4. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif

a. Perubahan proses keluarga

b. Perubahan menjadi orang tua

c. Potensial peningkatan menjdai orang tua

d. Berduka yang diantisipasi

5. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial

a. Perilaku mencari bantuan kesehatan

70
b. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan

c. Perubahan pemeliharaan kesehatan (Chayatin, 2012, p. 106)

6. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan

a. Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan

b. Perilaku mencari pertolongan kesehatan

c. Ketidak efektifan penatalaksanaan aturan terapeutik atau pengobatan keluarga

7. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping

a. Koping keluarga tidak efektif, menurun.

b. Resiko terhadap tindakan kekerasan

c. Koping keluarga tidak efektif, ketidak mampuan

4. Prioritas diagnose keperawatan


skala untuk menetukan prioritas asuhan keperawatan keluarga.

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah
skala : actual 3 1
risiko 2
keadaan sejahtera/diagnosis sehat 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : mudah 2
Cukup 1 2
Tidap dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala : tinggi 3
Cukup 2 1
Tidak dapat 1
4 Menonjolnya masalah
Skala : masalah dirasakan dan harus segera 2

71
ditangani 1
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangai 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria


b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan kalikan lah dengan bobot.

skor
x bobot
angka tertinggi

c. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria

Factor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas adalah :

1. Rasa keterdesakan klien


2. Tindakan yang akan atau mungkin mempunyai efek teraupetik terhadap perilaku
Kesehatan klien dan keluarga dimasa mendatang. Masalah ini kemudian akan
membentuk landasan untuk menentukan tujuan dan perencanaan intervensi.

B. KONSEP PERENCANAAN
1. Definisi

Menurut (Susanto, 2012, p. 63) Perencanaan keperawatan keluarga merupakan


kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersamasama sasaran yaitu keluarga
untuk dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi dapat diselesaikan. Kualitas rencana keperawatan keluarga sebaiknya
berdasarkan masalah yang jelas, harus realita, sesuai dengan tujuan, dibuat secara tertulis
dan dibuat bersama keluarga.

2. Cara-cara menentukan rencana keperawatan


a. Menetapkan Prioritas Masalah Kesehatan
Menetapkan prioritas masalah/ diagnosa keperawatan keluarga adalah dengan
menggunakan Skala menyusun prioritas dari Bailon dan Maglaya

72
b. Menetapkan tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang dapat dicapai atau
dipertahankan melalui program intervensi keperawatan (mandiri). Sasaran
merupakan tujuan umum ( yang merupakan akhir yang dituju dengan semua usaha).

Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari


tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek.

a. Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang diharapkan
dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan (penyelesaian satu
diagnosa atau masalah) dan biasanyaberorientasi pada perilaku seperti
pengetahuan ,sikap dan pengetahuan. Misalnya : keluarga mampu merawat
anggotanya (Tn.X) yang mengalami TB Paru.
b. Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang di harapkan dari setiap akhir kegiatan
yang di lakukan pada waktu tertentu di sesuaikan dengan penjabaran jangka panjang.
Misalnya setelah dilakukan satu kali kunjungan, keluarga mengerti tentang penyakit
TBC. Pada tujuan juga perlu ditentukan rencana evaluasi yang merupakan kriteria
(tanda/ indikator yang mengukur pencapaian tujuan dan tolak ukur dari kegiatan
tertentu) dan standar tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang ada. (Susanto, 2012,
p. 64). Misalnya : 1. Berat badan akan naik minimal 1 kg setiap bulan. 2. Setelah
kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas munimal 4 kali selama
kehamilannya. 3. Keluarga dapat menjelaskan secara verbal: arti TB paru, minimal 3
tanda TB paru, minimal 2 penyebab TB paru.
3. Langkah-langkah Menyusun rencana Tindakan keperawatan keluarga
a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segalaupaya. Prinsip
yang paling penting adalah bahwa sasaran harus ditentukan bersama keluarga.
Jika keluarga mengerti dan menerima sasaran yang telah ditentukan, mereka
diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dalam mencapai sasaran tersebut.
Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan , keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
b. Menentukan tujuan atau objektif

73
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci, berisi
tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan. Ciri
tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,
realistis, dan ada batasan waktu. Misalnya setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan 10 anggota keluarga yang sakit hipertensi mengerti
tentang cara pencegahan, pengobatan hipertensi, dan tekanan darah 120/80
mmHg.
c. Menentukan pendekatan dan Tindakan keperawatan yang akan dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada sifat masalah dan
sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah. Dalam perawatan
kesehatan keluarga tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk
mengurangi atau menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya
ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas Kesehatan.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) perawat dapat melakukan tindakan
keperawatan dengan menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap masalah
atau kebutuhan kesehatan keluarga dengan jalan :
1. Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
2. Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang ada.
3. Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah
ditentukan. 4. Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi
masalah.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) tindakan perawat untuk menolong keluarga
agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalahnya
dapat dilakukan dengan :
1. Mendiskusikan konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan.
2. Memperkenalkan kepada keluarga alternatif kemungkinan yang dapat diambil
serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternatif tersebut.
3. Mendiskusikan dengan keluarga manfaat dari masing-masing alternatif atau
tindakan.

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria

74
Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) kriteria merupakan tanda atau indikator yang
digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan
tingkat penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang
menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) pernyataan tujuan yang tepat akan menentukan
kejelasan kriteria dan standar evaluasi.
1. Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan rumah,
keluarga akan memanfaatkan puskesmas atau poliklinik sebagai tempat mencari
pengobatan.
2. Kriteria, kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.
3. Standar, ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau poliklinik,
keluarga membawa berobat anaknya yang sakit ke puskesmas

C. RINGKASAN
Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri diagnosis ke sistem
keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis
keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat
keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya
berdasarkan pendidikan dan pengalaman. (Friedman, 2010, p. 170) Diagnosis tersebut
digunakan sebagai dasar proyeksi hasil, intervensi perencanaan, dan evaluasi hasil yang
dicapai.

Menurut (Susanto, 2012, p. 63) Perencanaan keperawatan keluarga merupakan


kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersamasama sasaran yaitu keluarga
untuk dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi dapat diselesaikan. Kualitas rencana keperawatan keluarga sebaiknya
berdasarkan masalah yang jelas, harus realita, sesuai dengan tujuan, dibuat secara tertulis
dan dibuat bersama keluarga.

D. LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagnose keperawatan keluarga!

75
2. Bagaimana cara menentukan diagnose keperawatan dalam keluarga?
3. Tuliskan macam-macam diagnose keperawatan keluarga!
4. Apa yang dimaksud perencanaan keperawatan keluarga!
5. Apa saja Langkah-langkah Menyusun rencana Tindakan keperawatan keluarga?

Topik 5

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASKEP KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum
Setelah anda mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu memahami implementasi
dan evaluasi askep keluarga.
2. Khusus
setelah anda mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu menjelaskan
implementasi dan evaluasi askep keluarga.

76
B. URAIAN MATERI
1. Tindakan keperawatan
a. Terapi modalitas pada keluarga
1) Pengertian terapi modalitas keluarga

Terapi modalitas adalah terapi yang melibatkan perlakuan terhadap fisik


pasien, seperti pemberian elektroterapi, kemoterapi, krioterapi dan tindakan
pembedahan. Terapi modalitas sebaiknya tidak diberikan tersendiri pada suatu
penatalaksanaan penyakit, dan sebaiknya diberikan tambahan terapi baik dalam
bentuk terapi latihan maupun intervensi farmakologis. (Inverarity, 2005; Malanga,
2010)

2) Jenis terapi modalitas keluarga


1. Coaching dan Guidance

Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan


perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik
segera. Tujuan dari coaching pada keluarga dengan anak remaja adalah untuk
meningkatkan, mengembangkan, dan atau menerapkan materi pembelajaran atau
prosedur, misalnya prosedur belajar yang efektif (Gladding, 2002).

2. Konseling

Konseling merupakan proses saling belajar yang menyangkut dua individu dalam
suasana edukatif. Pihak pertama adalah konseli atau klien yang meminta atau
memerlukan bantuan dari pihak kedua yaitu konselor (Friedman, Bowden, & Jones,
2003). Pada kelima keluarga binaan ini direncanakan dilakukan konseling dalam
pemecahan perawatan tumbuh kembang kesehatan reproduksi remaja. Permasalahan
yang muncul seputar remaja di keluarga akan digali dan dipecahkan melalui
pemberian solusi yang baik melalui konseling keluarga.

77
Tujuan dari konseling diberikan pada kelima keluarga binaan adalah untuk
membantu keluarga dalam mengemukakan masalah yang dialaminya, membantu
keluarga mengambil keputusan bersama dalam upaya mencari solusi sesuai dengan
sumber yang dimiliki keluarga, dan untuk membantu keluarga dalam elaksanakan
solusi secara bertahap sesuai dengan hasil kesepakatan (Friedman, Bowden, & Jones,
2003).

3. Game Terapi

Game adalah suatu cara untuk menarik perhatian terhadap suatu objek. Game
merupakan sesuatu yang bersifat universal dan disukai serta telah dimainkan sejak
dahulu hingga sekarang. Game memungkinkan orang-orang untuk relak dengan
menghasilkan suatu suasana hati bebas masalah da tenang; menimbulkan tantangan
pemain untuk memecahkan pokok materi permainan yang sedang dimainkan;
mendorong keikutsertaan pemain dan setiap orang untuk masuk dari permainan
tersebut; mengajarkan sesuatu pelajaran yang berbeda; dan umumnya murah atau
cuma-cuma. Game hanya dibatasi waktu dan imajinasi (PATH, 2002)

4. Modifikasi perilaku

Modifikasi perilaku pada keluarga dilakukan melalui prinsip dengan perjanjian


kintrak dan prinsip ekonomi. Modifikasi perilaku dengan perjanjian kontrak
dilakukan untuk mendisiplinkan remaja untuk manajemen aktivitas kesehariannya
dari bangun tidur sampai dengan menjelang tidur lagi (Stuart, 2009). Contingency
contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara terapis dalam hal ini perawat
jiwa dengan klien. Perjanjian dibuat dengan punishment dan reward. Konsekuensi
yang berat telah disepakati antara klien dengan perawat terutama bila klien
melanggar kebiasaan buruk yang sudah disepakati untuk ditinggalkan.

Token economy adalah bentuk reinforcement positif yang sering digunakan pada
kelompok anak-anak atau klien yang mengalami masalah psikiatrik. Hal ini
dilakukan secara konsisten pada saat klien mampu menghindari perilaku buruk atau
melakukan hal yang baik. Modifikasi dengan prinsip token ekonomi merupakan
pemberian penghargaan yang dilakukan seperti yang diharapkan. Pemberian

78
penghargaan diberikan secara bersamaan dengan pemberian umpan balik. Hal ini
dilakukan pada keluarga dengan tujuan supaya terjadi perubahan perilaku dengan
pemberian penghargaan (Stuart, 2009).

5. Relaksasi progresif

Relaksasi progresif diberikan pada remaja dan keluarga untuk meningkatkan


manajemen stress terkait dengan pola koping keluarga. Relaksasi progresif
merupakan upaya menanggulanggi stres, keteganggan jiwa dan raga individu serta
keluarga. Tujuan intervensi ini adalah untuk mengistirahatkan unsur jiwa dan raga
secara optimal meliputi perasaan, kemauan, dan pikiran secara berturutturut
(DeLaune & Ladner, 2002).

6. Latihan asertif

Perilaku asertif adalah kemampuan individu untuk mengkomunikasikan apa yang


diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga hak-
hak serta perasaan orang lain (Stuart, 2009). Latihan assertif adalah suatu terapi
modalitas keperawatan dalam bentuk terapi kelompok (terapi perilaku), klien belajar
mengungkapkan perasaan marah secara tepat atau assertif sehingga klien mampu
untuk berhubungan dengan orang lain, mampu menyatakan: apa yang diinginkan,
apa yang disukainya, dan apa yang ingin dia kerjakan dan kemampuan untuk
membuat seseorang merasa tidak risih berbicara tentang dirinya sendiri

7. Komunikasi efektif

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran, perasaan melalui bahasa,


pembicaraan, mendengar, gerak tubuh atau ungkapan emosi. Komunikasi efektif
adalah proses komunikasi yang mencapai tujuan dari komunikasi tersebut.
Komunikasi efektif adalah suatu proses penyampaian pikiran, perasaaan melalui
bahasa, pembicaraaan, mendengar, gerak tubuh, dan ungkapan emosi dengan saling
menghargai dan mendengar orang lain ketika berbicara dalam suasana yang
harmonis dan terbuka. Tujuan intervensi komunikasi efektif ini adalah untuk

79
membangun hubungan yang harmonis dengan remaja dan membentuk suasana
keterbukaan dan mendengar diantara orang tua dan remaja sehingga akan
menghindarkan konflik yang terjadi diantara orang tua dan remaja. komunikasi yang
efektif akan dapat membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi
masalah dan membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua dan dewasa
saat mereka berbicara sehingga akan dapat membantu remaja menyelesaikan
masalahnya (Stuart, 2009).

b. Pendidikan Kesehatan pada keluarga

Pendidikan Kesehatan keluarga berfokus pada fungsi keluarga yang sehat dalam
perspektif sistem keluarga dan memberikan pendekatan terutama pencegahan .
Keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk berfungsi secara sehat secara
luas dikenal: keterampilan komunikasi yang kuat, pengetahuan tentang
perkembangan khas manusia, keterampilan membuat keputusan yang baik, positif
harga diri ,dan hubungan interpersonal yang sehat. Tujuan pendidikan kehidupan
keluarga adalah untuk mengajar dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
ini untuk memungkinkan individu dan keluarga untuk berfungsi optimal . Pendidikan
kesehatan keluarga mempertimbangkan isu-isu sosial termasuk ekonomi, pendidikan,
masalah kerja keluarga, orangtua, seksualitas, gender dan lainnya dalam konteks
keluarga. Mereka percaya bahwa masalah sosial seperti penyalahgunaan zat,
kekerasan dalam rumah tangga, pengangguran, hutang, dan kekerasan terhadap anak
dapat lebih efektif ditangani dari perspektif yang menganggap individu dan keluarga
sebagai bagian dari sistem yang lebih besar. Pengetahuan tentang fungsi keluarga
yang sehat dapat diterapkan untuk mencegah atau meminimalkan banyak masalah
ini.

Adapun pencegahan dalam keluarga diantaranya :

1. Pencegahan primer

Pencegahan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah penyakit,


ketidakmampuan dan cedera. Pencegahan primer melibatkan peningkatan kesehatan
melalui penyuluhan kesehatan dengan penekanan pada pembentukan gaya hidup

80
sehat guna meningkatkan tingkat fungsional optimal (seperti nutrisi, latihan, tiur,
rekreasi, relaksasi, tidak menggunakan alkohol, tembakau, dan obat-obatan),
pembentukan kepribadian yang sehat, konseling, dan pembentukan lingkungan sosial
yang sehat (Hitchcook, Stubert & Thomas, 1999). 

Pencegahan primer meningkatkan dan mempertahankan kesehatan keluarga.


Pencegahan primer berdampak dalam peningkatan promosi kesehatan di keluarga,
peningkatan kesehatan keluarga menyeluruh untuk setiap anggota keluarga. Promosi
kesehatan di desain agar dapat berkontribusi dalam pertumbuhan, perluasan atau
menghasilkan yang terbaik bagi kesehatan. promosi kesehatan hal yang positif,
proses dinamis berfokus pada peningkatan kualitas hidup dan perbaikan, bukan
semata-mata menghindar dari penyakit (Pender, Carolyn & Mary, 2002).

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah aktivitas yang berhubungan dengan deteksi dini


dantreatmen. Fokus pencegahan ini adalah dengan melakukan skrining untuk
mendeteksi penyakit pada fase awal. 

3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah
penyakit tidakbertambah parah (kronis) dan tidak menimbulkan ketidakmampuan
pada individu. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi
kepada individu yang meliputi rehabilitasi fisik, psikis, dan spiritual (Hitchcook,
Stubert & Thomas, 1999). Tujuan keperawatan keluarga Tujuan umum keperawatan
keluarga adalah meningkatkan kesadaran, keinginan, dan kemampuan keluarga
dalam meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap
yang optimal dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.
2. Evaluasi Keperawatan
a. Pengertian evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan


seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai, meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan.

81
Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan
data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah
mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosa keperawatan
juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan keperawatan
harus dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut, dapat dicapai secara
efektif. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau tindakan yang
dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan
melihat respon keluarga dan hasil, bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan.
Meskipun evaluasi dengan pendekatan terpusat pada klien paling relevan, sering kali
membuat frustrasi karena adanya kesulitan-kesulitan dalam membuat kriteria objektif
untuk hasil yang dikehendaki. Rencana perawatan mengandung kerangka kerja evaluasi.
Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat
memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum perencanaan dikembangkan lebih
lanjut, perawat bersama keluarga perlu melihat tindakan-tindakan perawatan tertentu
apakah tindakan tersebut benar-benar membantu.

b. Tujuan evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil
keputusan untuk:

1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan


2. Memodifikasi rencana Tindakan keperawatan
3. Melanjutkan rencana Tindakan keperawatan

c. Proses evaluasi
Mengukur pencapaian tujuan klien.
1. Kognitif (pengetahuan)
Untuk mengukur pemahaman klien dan keluarga setelah diajarkan teknik-teknik
perawatan tertentu. Metode evaluasi yang dilakukan, misalnya dengan

82
melakukan wawancara pada klien dan keluarga. Contoh, setelah dilakukan
pendidikan kesehatan tentang pencegahan TB Paru, klien dan keluarga ditanya
kembali tentang bagaimana cara pencegahan TB Paru.
2. Afektif (status emosional)
Cenderung kepenilaian subjektif yang sangat sulit diukur. Metode yang dapat
dilakukan adalah observasi respon verbal dan nonverbal dari klien dan keluarga,
serta mendapatkan masukan dari anggota keluarga lain.
3. Psikomotor (tindakan yang dilakukan)
Mengukur kemampuan klien dan keluarga dalam melakukan suatu tindakan atau
terjadinya perubahan perilaku pada klien dan keluarga. Contoh, setelah perawat
mengajarkan batuk efektif, klien diminta kembali untuk mempraktikkan batuk
efektif sesuai dengan yang telah dicontohkan.
d. Metode dan sumber data evaluasi
1. Observasi

Melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku dari anggota keluarga yang


mempunyai masalah kesehatan.

2. Memeriksa laporan atau dokumentasi keperawatan

Perawat perlu memeriksa kembali laporan atau catatan keperawatan yang telah
ditulis oleh tim keperawatan setelah melaksanakan intervensi keperawatan.

3. Wawancara atau angket

Membuat daftar pertanyaan atau angket yang ditujukan pada keluarga untuk
mengetahui kemajuan kondisi kesehatannya. Pengambilan data dilakukan dengan
metode wawancara.

4. Latihan

Perawat mengevaluasi kemampuan perawat dalam melakukan suatu tindakan untuk


merawat anggota keluarga yang sakit dengan meminta keluarga untuk melakukan
Kembali tindakan keperawatan yang telah diajarkan

83
C. RINGKASAN

Terapi modalitas adalah terapi yang melibatkan perlakuan terhadap fisik pasien,
seperti pemberian elektroterapi, kemoterapi, krioterapi dan tindakan pembedahan.
Adapun jenis-jenis terapi modalitas yaitu : coaching, konseling, game terapi, modifikasi
perilaku, relaksasi progresif, Latihan asertif, dan komunikasi efektif.

D. LATIHAN
1. Yang dimaksud dengan terapi modalitas adalah….
a. terapi yang melibatkan perlakuan terhadap fisik pasien, seperti pemberian
elektroterapi, kemoterapi, krioterapi dan tindakan pembedahan.
b. Usaha untuk memulihkan Kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit, dan perawatan penyakit.
c. Suatu perlakuan dan pengobatan yang ditunjukkan kepada penyembuhan suatu
kondisi patologis
d. Suatu jenis pengobatan penyakit dengan kekuatan batin atau rohani, bukan
pengobatan dengan obat-obatan.
2. Yang bukan termasuk kedalam jenis-jenis terapi modalitas adalah….
a. Coaching
b. Advokat
c. Konseling
d. Modifikasi perilaku
3. Proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang
diikuti dengan pemberian umpan balik segera merupakan pengertian dari…
a. Konseling
b. Latihan asertif
c. Game terapi
d. Coaching
4. Berikut dibawah ini yang termasuk pencegahan dalam keluarga adalah…
a. Pencegahan tersier dan primer
b. Pencegahan tersier dan sekunder
c. Pencegahan primer, sekunder dan tersier

84
d. Pencegahan primer dan sekunder
5. Perawat akan menilai kemampuan seoarnag ibu dalam membuat oralit, metode yang
tepat adalah….
a. Observasi
b. Wawancara
c. Redemonstrasi
d. Pembuatan angket
6. Perawat akan melakukan evaluasi sumatif pada klien dengan hipertensi, apakah yang
perlu diperhatikan oleh perawat…
a. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan
b. Sarana yang tersedia di rumah
c. Tim Kesehatan yang terlibat selama tindakan keperawatan dilakukan
d. Kriteria yang tertulis pada tujuan
7. Keluarga yang mengalami masalah Kesehatan atau ketidakmampuan memodifikasi
lingkungan yang sehat dapat dievaluasi dengan metode…
a. Observasi
b. Wawancara
c. Redemonstrasi
d. Pembuatan angket
8. Perawat akan melakasanakan evaluasi formatif pada keluarga dengan hipertensi,
yang dilakukan perawat adalah…
a. Melakukan observasi perilaku setelah terget waktu sesuai dengan Tujuan
terpenuhi
b. Menanyakan Kembali pada keluarga setelah dilakukan penuluhan Kesehatan
tentang perawatan hipertensi
c. Menyebarkan angket setelah intervensi keperawatan dilakukan selama 3 bulan
d. Menanyakan Kembali tujuan umum dan tujuan khusus pada keluarga

Topik 6

ASKEP KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

85
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu memahami askep
keluarga dengan anak usia sekolah.
2. Khusus
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu menjelaskan askep
keluarga dengan anak usia sekolah.
B. URAIAN MATERI
1. Konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan anak usia sekolah

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat
mempunyai sifat individual serta atif fan tidak bergantung dengan orangtua. Banyak ahli
menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa laten, dimana apa yang telah
terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-
masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).

Menurut wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orangtua mereka,
teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anka memperoleh
dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa
dan memperoleh ketrampilan tertentu.

Menurut Hurlock (2002), orangtua, pendidik, dan ahli psikologis memberikan


berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari
periode anak usia sekolah, yaitu sebagai berikut :

a. Predikat yang digunakan oleh orangtua


1) Masa yang menyulitkan
Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih
banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada orangtua dan anggota
keluarga lainnya.
2) Masa anak tidak rapi

86
Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada peraturan keluarga
yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan barang-barangnya, hanya
beberapa saja yang taat, kecuali kalau orangtua mengharuskan melakukannya
dan mengancam dengan hukuman.

Adapun tugas-tugas anak usia sekolah menurut Havighurst dalam Hurlock adalah
sebagai berikut :

a. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang


umum
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
d. Mulai mengembangkan peran social pria atau Wanita yang tepat
e. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan
berhitung
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-
hari
g. Mengembangkan hati Nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan Lembaga-
lembaga
i. Mencapai kebiasaan pribadi

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota maksimum dan hubungan keluarga diakhir tahap ini
(Duval, 1977).

Pada masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini anak-anak mempunyai
keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping kegiatan-kegiatan wajib dari
sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orang tua sendiri. Setiap orang
menjalani tugas-tugas perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya
memenuhi tugas-tugas dan perkembangannya sendiri.

87
Menurut Erikson (1950)orangtua berjuang dengan tuntutanganda yaituberupaya mencari 
kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya(tugas perkembangan generativitas) danmemp
erhatikan perkembangan merekasendiri, sementara anak-anak usia sekolah bekerja untuk
mengembangkansense ofindustrykapasitas untuk menikmati pekerjaan dan mencoba
mengangkis perasaanrendah hati.
Tugas orang tua pada tahap ini adalah untuk belajar menghadapi pisah dengan atau lebih
sederhana membiarkan anak pergi. Lama kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan
kegiatan-kegiatan di luar rumah akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan
anak usia sekolah. Tahun-tahun ini dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan keluarga, tapia da
juga kekuatan-kekuatan yang secara perlahan mendorong anak tersebut pisah dari keluarga
sebagai persiapan menuju masa remaja. Orangtua yang mempunyai perhatian di luar anak
mereka akan merasa lebih mudah membuat perpisahan yang perlahan-lahan. Akan tetapi,
dalam contoh-contoh dimana peran ibu merupakan central dan satu-satunya peran yang
signifikan dalam kehidupan Wanita, maka proses pisah ini merupakan sesuatu yang
menyakitkan dan dipertahankan mati-matian.
Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan yang luar biasa dari komunitas diluar
rumah melalui system sekolah dan berbagai asosiasi di luar keluarga yang mengharuskan
anak-anak mereka menyesuaikan diri dengan standar-standar komunitas bagi anak. Hal ini
cenderung mempengaruhi keluarga-keluarga kelas menengah untuk kelas menengah
menekan nilai-nilai tradisional pencapaian dan produktivitas, dan menyebabkan sejumlah
keluarga dari kelas pekerja dan banyak keluarga miskin meras tersingkir dari dan konflik
dengan sekolah dan atau nilai-nilai komunitas.
Kecacatan pada anak-anak akan ketahuan selama periode kehidupan anak. Para perawat
sekolah dan guru akan mendeteksi banyak defek penglihatan, pendengaran, wicara, selaian
sulit belajar gangguan tingkah laku, dan perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan
anak, penyalahgunaan zat dan penyakit-penyakit menular (Edelman dan Mandle, 1896).
Bekerja dengan keluarga dngan peran sebagai konselor dan pendidik dalam bidang
Kesehatan, selain memulai rujukan yang layak untuk skrining lanjutan, membutuhkan energi
yang layak untuk skrining lanjutan, membutuhkan energi yang sangat banyak dari seorang
perawat sekolah. Ia juga bertindak sebagai narasumber bagi guru sekolah, memungkinkan
guru mampu menangani kebutuhan-kebutuhan ksehatan individua tau yang telah lazim dari

88
siswa-siswa secara efektif. Ada banayk keadaan cacat yang terdeteksi selama tahun-tahun
sekolah, termasuk epilepsy, serebral palsi, reterdasi mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi
utama perawat Kesehatan Disini disamping fungsi rujukan, mengajar, dan memberikan
konseling kepada orangtua mengenai kondisi tersebut akan membantu keluarga melakukan
koping sehingga pengaruh yang merugikan dari cacat tersebut pada keluarga dapat
diminimalkan.
Bagi anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat keluarga di sekolah, klinik, kantor
dokter, dan Lembaga-lembaga komunitas harus mengupayakan keterlibatan orangtua seccara
aktif. Memulai rujukan untuk konseling atau terapi keluarga seringa mat bermanfaat dalam
membantu keluarga agar sadar akan masalah-masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi
anak usia sekolah secara meruikan. Jika orangtua dapat menata Kembali masalah tingkah
laku anak sebagai sebuah masalah keluarga dan berupaya mencari resolusi dengan fokus baru
tersebut, akan tercapai lebih banyak fungsi-fungsi keluarga dan tingkah laku anak yang sehat
(Bradt, 1988).
Table : siklus kehidupan keluarga ini dengan dua orangtua, dan tugas-tugas perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah.
Tahap siklus kehidupan Tugas-tugas perkembangan keluarga
keluarga
Keluarga dengan anak usia 1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk
sekolah meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan ubungan dengan teman
sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan Kesehatan fisik
anggota keluarga

2. Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak sekolah

Salah satu tugas orangtua yang sangat penting dalam mensosialisasikan anak pada
saat ini meliputi meningkatkan prestasi anak di sekolah. Tugas keluarga yang signifikan
lainnya adalah mempertahankan hubungan perkawinan yang Bahagia. Sekali lagi

89
dilaporkan bahwa kebahagiaan perkawinan selama tahap inime nurun. Dua buah
penelitian yang besar menguatkan observasi ini. Meningkatkan komunikasi yang terbuka
dan mendukung hubungan suami istri merupakan hal yang vital dalam bekerja dengan
keluarga dalam anak usia sekolah.

3. Asuhan keperawatan keluargag dengan anak usia sekolah


a. Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep
keluarga)
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
3. Identitas anak
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
5. Riwayat Kesehatan bayi sampai saat ini
6. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari
7. Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah
dicapai)
8. Pemeriksaan fisik
9. Lengkapi dengan pengkajian focus :
1) Bagaimana karakteristik teman bermain
2) Bagaimana lingkungan bermain
3) Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
4) Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang
dimilikinya
5) Bagaimana temperamen anak saat ini
6) Bagaimana pola anak jika menginginkan sesuatu barang
7) Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
8) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
9) Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
10) Sudahkah memperoleh imunisasi ulangan disekolah atau dirumah saat bermain
11) Pernahkan mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain
12) Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
13) Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya

90
14) Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
15) Bagaimana pelaksaan tugas dan fungsi keluarga

b. Diagnose dan intervensi keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai usia anak2.
2. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada limatugas keluarga
yang bertujuan agar keluarga memahami danmemfasilitasi perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnose keperawatan yaitu :
1. Masalah actual/risiko
a. Gangguan pemenuhan nutrisi : lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
b. Menarik diri dari lingkungan social
c. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
d. Mudah dan sering marah
e. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang
dibebankan
f. Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
g. Keengganan melakukan kewajiban agama
h. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Gangguan pemenuhan kebersihan diri
2. potensial atau sejahtera
a. meningkatnya kemandirian anak
b. peningkatan daya tahan tubuh
c. hubungan dalam keluarga yang harmonis
d. terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
e. pemeliharaan Kesehatan yang optimal

3. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Actual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anak yang sakit

91
Tujuan : hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan
yang adekuat
Intervensi :
 Diskusikan tentang tugas keluarga
 Diskusikan bahwa jika hubungan keluarga tidak harmonis saat
anggota keluarga sakit
 Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
 Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya
pertolongan yang telah dilakukan.
 Ajarkan cara merawat anak dirumah.
 Rujuk ke fasilitas Kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidk harmonis berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenai masalah yang terjadi pada anaknya.
Tujuan : ketidakmampuan keluarga menurun
Intervensi :
 Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
 Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
 Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan
masalah
 Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
 Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau membuat
alternatif
3. Potensial atau sejatera
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga
Tujuan : dipertahankan hubungan yang harmonis
Intervensi :
 Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada
keluarga
 Disksikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas
kemampuannya

92
 Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia
sekolah)
 Diskusikan cara memenuhi anggota keluarga tanpa menimbulkan
masalah

C. RINGKASAN

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat
mempunyai sifat individual serta atif fan tidak bergantung dengan orangtua. Banyak ahli
menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa laten, dimana apa yang telah
terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-
masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).

Menurut wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orangtua mereka,
teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anka memperoleh
dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa
dan memperoleh ketrampilan tertentu.

D. LATIHAN
1. Minat remaja putri terhadap informasi sex berbeda dengan remaja putra. Pada remaja
putri ingin tahu tentang informasi….
a. Kehamilan
b. Kenikmatan sex
c. Hubungan sex
d. Penyakit kelamin
e. Perilaku sex
2. Usia sekolah (6-12 tahun) dalam tahap perkemabangan menurut charter, dalam
urutan….
a. Kesatu
b. Kedua

93
c. Ketiga
d. Keempat
e. Kelima
3. Anak usia sekolah menurut Hurlock sering disebut…..
a. Awal masa kanak
b. Tengah masa kanak
c. Akhir masa kanak
d. Awal masa remaja
e. Akhir masa remaja
4. Label sebutan anak usia sekolah bagi orangtua adalah….
a. Krisis berprestasi
b. Penyesuaian diri
c. Tidak rapi
d. Ketrampilan fisik
5. Untuk membuat diagnose pada keluarga dengan anak usia sekolah, hal yang perlu
diperhatikan adalah…
a. Prioritas
b. Masalah Kesehatan
c. Skoring
d. Rencana
e. Ansietas

Topik 7

ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA DI INDONESIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

94
1. Umum

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu memahami issue


keperawatan keluarga di Indonesia.

2. Khusus

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu menjelaskan issue keperawatan
keluarga di Indonesia meliputi :

1. Keluarga sebagai system


2. Trend dan issue dalam keperawatan keluarga (kelompok keluarga di Indonesia)
B. URAIAN MATERI
1. Keluarga sebagai system
2. Trend dan issue keperawatan keluarga di Indonesia

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-menerus


dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keperawatan Kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat
sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Defenisi dan filosofi terkini
dari keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan
secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta
dalam interaksinya dengan keluarga.

Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta. Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh
banyak orang namun belum jelas faktanya atau buktinya. Keperawatan keluarga adalah
serangkaian kegiatan yang diberi via praktek keperawatan kepada keluarga untuk
membantu menyelesaikan masalah Kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota
keluarga individu, dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi
klien, perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam
unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan masyarakat. Keberhasilan
keperawatan di RS dapat menjadi sia-sia jika dilanjutkan oleh keluarga di rumah.
Keluarga sebagai tituk sentral pelayanan Kesehatan. Keluarga yang sehat akan

95
mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat. Askep yang
diberikan berdasarkan pada masalah Kesehatan dari setiap anggota keluarga. Agar
pelayanan Kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga :

1. Harus mengerti dan memahami tipe dan struktur keluarga


2. Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya
3. Perlu pemahaman perkembangan
Beberapa trend dan isu dalam keperawatan keluarga diantaranya :
1. Trend dan isu global
a. Dunia tanpa batas (Global Village), mempengaruhi sikap dan pola perilaku
keluarga.
b. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya
semakin meluas.
c. Kemajuan teknologi dibidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk
yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap
interaksi keluarga yang berubah.
d. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketak
serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas
Pendidikan.
e. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan
Kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
2. Trend dan isu nasional
a. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan Kesehatan
b. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang Kesehatan
c. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang Kesehatan
d. Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah Kesehatan
masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi
Kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu.

Berikut beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang
muncul di Indonesia diantaranya :

96
1. Sumber daya tenaga Kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum
adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita
2. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga Kesehatan
3. Pelayanan Kesehatan yang diberikan Sebagian besar masih bersifat pasif
4. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana-sarana pelayanan Kesehatan
yang memiliki kualitas baik
5. Pengetahuan dan ketrampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan
6. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum
berkembang
7. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun
telah disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisasikan secara
umum
8. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas
transfortasi yang cukup
9. Kerjasama program lintas sectoral belum memadai
10. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi
11. Lahan praktek yang terbatas
12. Sarana dan prasarana Pendidikan juga terbatas
13. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang
14. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani Pendidikan juga kurang
Trend dan current issue keperawatan keluarga :
1. Dunia tanpa batas mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga
2. Kemajuan dan pertukaran IPTEK
3. Kemajuan teknologi transportasi migrasi dan mudah interaksi keluarga berubah
4. Kesiapan untuk bersaing secara berkualitas dan sekolah-sekolah berkualitas
5. Kompetensi global tenaga Kesehatan/keperawatan
Trend dan isu current keperawatan keluarga dibagi menjadi beberapa bidang yaitu :
a. Dalam bidang pelayanan
1. SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga
2. Penghargaan atau reward rendah
3. Bersikap pasif

97
4. Biaya pelayanan Kesehatan rawat inap mahal
5. Pengetahuan dan ketrampilan perawat masih rendah
6. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum
berkembang
7. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang
8. Keperawatan keluarga tidak menantang
9. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas
10. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai
11. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi
b. Dalam bidang Pendidikan
1. Lahan praktik terbatas; pendirian Pendidikan keperawatan cenderung “mudah”
2. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas
3. Sarana dan prasarana Pendidikan sangat terbatas
4. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang
5. Keterlibatan berbagai profesi selama Pendidikan kurang
c. Dalam bidang profesi :
1. Standar kompetensi belum disosialisasikan
2. Belum ada model pelayanan ynag dapat menjadi acuan
3. Kompetensi berbagai jenjang Pendidikan tidak terbatas
4. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik
5. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak
6. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan
d. Trend dan current isu keperawatan keluarga dalam bidang pelayanan di Indonesia
Home Care adalah bentuk pelayanan prima yang merupakan kelanjutan dari
pelayanan Kesehatan kepada klien di rumah untuk mempertahankan atau
meningkatkan Kesehatan fisik dan mental dan emosi pasca perawatan di rumah sakit.
Pelaksanaan home car emembutuhkan koordinasi antar profesi dimana pelaksana
minimal Pendidikan D III keperawatan yang telah diregulasi. Di dalam home care
juga melaksanakan askep.

Dalam menghormati melaksanakan hak home care pasien, merujuk kasus perawat
berkewajiban yang tidak bisa ditangani, meyimpan rahasia, memberikan informasi,

98
meminta persetujuan Tindakan yang akan dilakukan dan melakukan pencatatan
perawatan dengan baik. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan home health
care yaitu :

1. Image masyarakat tentang praktik keperawatan masih berorientasi pada pelayanan


medis
2. Praktik keperawatan yang sesungguhnya belum tersosialisasi pada seluruh tenaga
keperawatan
3. Peraturan tentang praktik keperawatan yaitu kepmenkes 1239 tahun 2001 lebih
bersifat administrative tidak menjamin kompetensi perawat dalam melakukan praktik
keperawatan
4. Kebijakan PPNI dan pemerintah untuk home helath care dilaksanakan minimal oleh
D III keperawatan dengan sertifikat home health care oleh PPNI dengan manejer
kasus oleh ners
5. Perangkat-perangkat pelaksana praktik belum optimal seperti :
a. Standat praktik keperawatan
b. Standar kompetensi
c. Kode etik profesi keperawatan dan implementasi

C. RINGKASAN

Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang namun belum jelas
faktanya atau buktinya. Keperawatan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang diberi
via praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah
Kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam konteks
keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan
hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh
unit pada individu dan masyarakat.

99
D. LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan issue keperawatan keluarga?
2. Apa saja permasalahan yang timbul mengenai isu dan trend keperawatam keluarga di
Indonesia?
3. Apa saja contoh issue keperawatan keluarga yang pernah anda ketahui? Coba
tuliskan!

100
Topik 8

PERAN PERAWAT KELUARGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu memahami peran
perawat keluarga
2. Khusus
setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat menjelaskan peran perawat keluarga
yang meliputi :
1. Defenisi
2. Tujuan
3. Ruang lingkup
4. Ciri-ciri dan tanggung jawab perawat dalam pelayanan lesehatan primer
B. URAIAN MATERI
A. DEFENISI

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk memben
tuk kebudayaan yang sehat. Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karenamasalah
kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama
anggotakeluarga dan masyarakat disekitarnya.

Perawatan kesehatan keluargaadalah Proses penyediaan Kebutuhanperawatan 

kesehatan keluargayang berada dalamlingkup praktek keperawatan (Kaakinen et al., 2015).

Ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam memberikan
asuhankeperawatan kesehatan di tingkat keluarga. Terdapat 13 peran perawat keluarga,
Pertama, perawat sebagai pendidik kesehatan. Perawat memberikan
edukasimengenai kesehatan keluarga, penyakit, hubungan, dan pengasuhan. Contohnya,meng
ajarkan orang tua bagaimana cara merawat bayi atau memberikan pengetahuanmengenai diab

101
etes pada remaja laki-laki yang baru didagnosis. Kedua, perawat sebagaikoordinator,
kolaborator, navigator, dan penghubung. Perawat mengkoordinasikan perawatankeluarga dan
bekerja sama dengan keluarga untuk merencanakan perawatan.
Contohnyayaitu, jika ada anggota keluarga yang mengalami trauma kecelakaan, perawat aka
nmembantu keluarga untuk mengakses sumber daya dari rawat inap, rawat jalan, dan perawat
an kesehatan di rumah

Selanjutnya, perawat sebagai penemu kasus. Perawat terlibat dalam penemuan


kasus.Contohnya, perawat mencari tahu sumber penularan pada kasus infeksi menular
seksual.Perawat sebagai spesialis lingkungan. Perawat bekerjasama dengan keluarga dan
pemberi pelayanan kesehatan lain untuk meodifikasi lingkungan. Contohnya, seseorang denganp
araplegia yang telah dipindah dari rumah sakit ke rumah, perawat mendampingi keluargauntuk
memodifikasi lingkungan rumah sehingga pasien dapat beraktivitas di kursi roda danmelakukan
perawatan diri. Selanjutnya, perawat sebagai clarifier dan interpreter. Perawatmenjelaskan dan
menafsirkan data ke keluarga di semua pengaturan. Sebagai contoh,
jikaseorang anak dalam keluarga memiliki penyakit leukemia, perawat mengklarifikasi danmenaf
sirkan informasi mengenai diagnosis, dan pengobatan

Perawat sebagai pengganti.
Perawat keluarga berfungsi sebagai pengganti denganmengganti peran orang lain. Misalnya,
perawat dapat bereperan sebagai orang tua yang penuhkasih kepada seorang remaja yang akan
melahirkan anak di ruang persalinan dan
melahirkan.Perawat sebagai peneliti. Perawat keluarga harus mengidentifikasi masalah praktik d
anmenemukan solusi terbaik untuk menangani permasalahan tersebut melalui proses
ilmiah.Contohnya, berkolaborasi dengan seorang kolega untuk menemukan intervensi yang
lebih baik dalam mengatasi orang dewasa yang mengompol dan tinggal di rumah

Perawat sebagairole model(panutan). Misalnya, perawat sekolah yang


menujukankesehatan yang baik dalam hal perawatan diri sebagai panutan bagi orang tua dan
anak-anak.Peran yang terakhir yaitu perawat sebagai manajer kasus. Peran ini melibatkan
kolaborasianatar keluarga dan sistem perawatan kesehatan. Misalnya, perawat yang bekerja
dengansenior di sebuah komunitas dapat menjadi manajer untuk kasus pasien dengan penyakit

Alzheimer.

102
B. RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KELUARGA

Pelaynnan keperawatan keluarga mencakup upaya kesehatan perorangan dan upaya


kesehatan masyarakat yang diberikan kepada klien sepanjang rentang kehidupan dan
sesuai tahap perkembangan keluarga

Lingkup pelayanan keluarga mencakup :

1. Promosi kesehatan
Perawat melakukan promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Contohnya: mengajarkan cuci tangan yang benar, penggunaan
jamban dan lain-lain
2. Pencegahan penyakit
Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada anggota keluarga supaya
bebas dari penyakit atau cedera melalui kegiatan :
a. Kegiatan imunisasi
b. Pencegahan merokok
c. Program kebugaran fisik
d. Screening dan follow up berbagai kasus seperti : hipertensi dan DM
3. Intervensi keperawatan untuk proses penyembuhan
Perawat memberikan intervensi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dalam keluarga melalui terapi modalitas dan komplementer. Contoh Terapi
modalitas adalah coaching untuk mengatasi masalah kesehatan akibat perilaku tidak
sehat, batuk efektif, teknik relaksasi dan lain-lain . sedangkan contoh terapi
komplementer adalah pijat bayi herbal terapi, meditasi dan lain-lain.
4. Pemulihan kesehatan
Perawat membantu fase pemilihan setelah cedera atau megalami penyakit kronis. Ini
bertujuan meningkatkan kemampuan anggota keluarga untuk berfungsi secara
optimal melalui berbagai terapi modalitas dan komplementer keperawatan.

103
C. RANGKUMAN

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk membentuk 
kebudayaan yang sehat. Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karenamasalah kesehatan
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggotakeluarga dan
masyarakat disekitarnya.

Adapun ruang lingkup pelayanan keluarga mencakup : promosi kesehatan, pencegahan


penyakit, intervensi keperawatan untuk proses penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

D. LATIHAN
1. Dibawah ini adalah pertimbangan perawat dalam memprioritaskan masalah
kesehatan keluarga dapat diubah...
a. Ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan
b. Persepsi keluarga terhadap masalah
c. Adanya kelomppok beresiko
d. Adanya role model
e. Berat ringanya masalah
2. Bukan tindakan keperawatan agar keluarga mampu mengambil keputusan untuk
tindakan keperawatan yang tepat yaitu....
a. Identifikasikan alternatif tindakan bersama keluarga
b. Demonstrasikan cara-cara tindakan keperawatan
c. Diskusikan konsekuensi tidak melakukan tindakan
d. Diskusikan konsekuensi tiap alternatif tindakan
e. Tekankan gentingnya masalah
3. Perawat melakukan kontrak dan inform consent pada keluarga. Aktivitas tersebut
termasuk fase...
a. Pra interaksi
b. Implementasi
c. Pasca kunjungan
d. Orientasi
e. Terminasi

104
4. Perawat ingin mengetahui keberhasilan asuhan keperawatn keluarga, waktu yang
tepat adalah...
a. Segera setelah melakukan tindakan keperawatn
b. Setiap memulai kontak dengan keluarga
c. Setiap ada respon dari setiap anggota keluarga
d. Setiap kali kontak dengan keluarga
e. Pada batas waktu yang telah ditetapkan pada rumusan tujuan
5. Tindakan mandiri perawat kesehatan keluarga adalah....
a. Memeriksa sputum salah satu anggota keluarga yang menderita TBC
b. Mengajarkan pada keluarga cara menyusui bayi yang benar
c. Menetapkan campuran obat
d. Mendiagnosa penyakit pasien yang datang kebalai pengobatan
e. Menyusun diet anggota keluarga yang menderita penyakit jantung

105

Anda mungkin juga menyukai