Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Kelompok 3
Andi Akbar Prabowo (0026.01.52.2020)
Muhammad Ainul Az (0027.01.52.2020)
Ruhandi (0038.01.52.2020)
JURUSAN MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
i
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Emosi sangat berpengaruh di tempat kerja. Perilaku organisasi kini sangat gencar
untuk membahas mengenai topik tentang emosi.
Pertama adalah mitos rasionalitas. Sampai baru-baru ini, protokol dunia kerja
membatasi emosi. Sebuah organisasi yang dijalankan dengan baik tidaknya
mengizinkan pekerja menunjukkann emosi mereka yang dianggap merupakan antitesis
dari rasionalitas. Meskipun para peneliti dan manajer mengetahui emosi adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, mereka mencoba menciptakan
organisasi yang bebas emosi. Dan hal itu tidaklah mungkin.
Kedua adalah banyak yang percaya emosi bersifat merusak. Para peneliti melihat
pada emosi negatif lebih kuat, terutama amarah yang mengganggu kemampuan bekerja
secara efektif. Mereka jarang memandang emosi itu konstruktif atau berkontribusi
dalam memperbaiki kinerja.
Memang beberapa emosi khususnya yang ditampilkan pada saat yang salah, dapat
menurunkan kinerja. Tetapi para pekerja nyatanya membawa emosi mereka saat bekerja
setiap hari dan tidak ada studi perilaku yang komprehensif tanpa mempertimbangkan
persn emosi dalam perilaku di tempat kerja.
2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian emosi dan suasana hati?
2) Apa emosi dasar itu?
3) Apa suasana hati dasar itu?
4) Apa saja fungsi dari emosi itu sendiri?
5) Dari manakah sumber emosi dan suasana hati itu?
6) Bagaimana emosi pekerja dalam bekerja?
7) Apa saja teori peristiwa afektif?
8) Bagaimana pengaturan emosi itu?
9) Bagaimana mengaplikasikan perilaku organisasi terhadap emosi dan suasana hati?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Afeksi (Affect) adalah istilah umum yang mencakup kisaran yang luas dari
perasaan yang dialami seseorang atau nada perasaan (bagaimana kita merasakan
sesuatu), hanya dirasakan di 'dalam' namun tidak melibatkan aspek biologis. Akan
tetapi dapat menimbulkan ketidaksebidangan.
Emosi (Emotion) adalah emosi dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai perasaan
intens yang ditunjukkan kepada seseorang atau sesuatu, emosi juga dapat
dikatakan reaksi terhadap seseorang terhadap kejadian , Emosi dapat ditunjukkan
ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut
terhadap sesuatu
Suasana Hati (mood) adalah perasaan yang kurang intens dibandingkan emosi dan
sering muncul tanpa sebuah peristiwa spesifik sebagai stimulus atau respon yang
terjadi setelah merasakan, melibatkan aspek biologis dan durasi terjadinya
biasanya panjang/lama, bisa dalam hitungan hari, bulan hingga tahun).
Emosi dapat berubah menjadi suasana hati saat kehilangan fokus pada peristiwa atau
objek yang memulai perasaan itu. Dengan cara yang sama, suasana hati baik atau buruk
dapat membuat lebih emosional dalam merespon sebuah peristiwa. Tampilan itu
menujukkan bahwa emosi dan suasana hati sangat berhubungan dan dapat
memengaruhi satu sama lain. Memiliki suasana hati buruk ataupun baik, yang mungkin
menyebabkan mengalami emosi positif atau negatif yang lebih intens.
2
Afeksi, emosi, dan suasana hati terpisah secara teori, namun dalam praktik,
perbedaannya tidaklah selalu jelas.
2. Emosi Dasar
Macam dari emosi sendiri antara lain amarah, tidak suka, antusias, cemburu, takut,
frustasi, tidak setuju, malu, jijik, kebahagiaan, benci, harapan, kecemburuan,
kebahagiaan, cinta, angkuh, kejutan, dan kesedihan.
Masalah dalam penerapan emosi sendiri adalah terlalu kompleks untuk dengan
mudah di presentasikan oleh wajah kita. Budaya juga memiliki norma-norma yang
mengatur ekspresi emosional, jadi cara mengalami sebuah emosi tidak selalu sama
dengan bagaimana kita menunjukkannya. Contohnya senyuman di Indonesia diartikan
kebahagiaan dan berbuat ramah. Namun di beberapa negara menganggap senyuman
adalah sebuah tanda ketertarikan seksual seperti perempuan tersenyum dengan laki-laki.
Di negara sosial, orang lebih percaya tampilan emosi seseorang berkaitan dengan
hubungan di antara mereka, sedangkan orang-orang dalam budaya individualistis tidak
berpikir bahwa ekspresi emosional orang lain diarahkan pada mereka.
Para peneliti menyebutkan emosi dasar yaitu emosi universal esensial. Beberapa
membagi mereka ke dalam skala: kebahagiaan, kejutan, ketakutan, kesedihan, amarah
dan rasa jijik. Semakin dekat dua emosi satu sama lain dalam skala ini, semakin
mungkin orang akan bingung membedakannya, namun hal itu bisa bergantung pada
faktor – faktor budaya yang memepengaruhi interprestasi.
3
4. Fungsi Emosi
Emosi itu membuat seseorang melakukan hal tidak rasional. Rasionalitas dan emosi
saling bertolak belakang dan jika menampilkan emosi tersebut bisa dikatakan tidak
rasional. Dalam dunia pekerjaan, menampilkan emosi seperti kesedihan sampai
menangis sangat berbahaya bagi karier, emosi tersebut menyebabkan orang tersebut
terlihat lemah, rapuh dan tidak rasional. Riset menunjukkan emosi penting untuk
penalaran rasional.
Emosi memberikan informasi penting mengenai bagaimana memahami dunia
sekitar. Sebuah studi mengindikasi bahwa individu dalam suasana hati negatif lebih
baik dalam mengenali kebenaran informasi akurat dibandingkan orang dalam suasana
hati bahagia. Untuk mengambilan keputusan agar tak terbawa oleh emosi adalah dengan
mempergunakan pikiran dan perasaan dalam keputusan.
Emosi menyebabkan kita bersikap etis. Pengambilan keputusan etis didasarkan pada
proses kognitif urutan yang lebih tinggi, tetapi riset mengenai emosi moral semakin
mempertanyakan perspektif ini. Contoh emosi moral adalah simpati pada penderitaan
orang lain, rasa bersalah mengenai perilaku tidak bermoral sendiri dan lain-lain. Reaksi
umum ini didasarkan kepada pada perasaan dibandingkan kognisi semata. Meskipun
demikian, kita melihat batasan moral logis dan wajar, tidaklah emosional. Dalam situasi
tersebut kebanyakan orang memiliki dorongan emosional yang mungkin bisa
menggerakkan mereka untuk terlibat dalam kegiatan etis. Kesimpulannya orang yang
berperilaku etis membuat keputusan berdasarkan emosi.
4
bersifat fisik, informal dan kuliner lebih kuat asosiasinya dengan kenaikan suasana
Ehati positif dariapada peristiwa bersifat formal atau tidak aktif.
7) Tidur. Kualitas tidur memengaruhi suasana hati. Kurangnya tidur mengganggu
pembuatan keputusan dan sulit untuk mengendalikan emosi.
8) Olah raga. Latihan fisik dapat membantu menempatkan suasana hati yang baik
dengan terapi keringat.
9) Umur. Orang muda lebih memiliki emosi positif ekstrem daripada orang tua.
Suasana hati positif lebih bertahan lama bagi individu yang berumur dan suasana
hati negative lebih mudah menghilang.
10) Jenis Kelamin. Wanita lebih ekspresif secara emosional dan lebih intens daripada
pria. Ekspresi emosi mengintepretasikan reaksi wanita sebagai disposisional
(berhubungan dengan kepribadian), sedangkan pria berhubungan dengan lingkungan
sekitar.
6. Emosi Pekerja
Emosi pekerja (emotional labor) adalah sebuah situasi di mana seorang pekerja
menampilkan emosi yang diinginkan organisasi selama transaksi interpersonal di
tempat kerja. Tantangan yang sebenarnya adalah dimana pekerja harus menampilkan
suatu emosi yang tidak sama dengan apa yang dirasakan. Disparitas adalah disonansi
emosi (emotional dissonance) dan nilai ini sangat berpengaruh. Disonansi emosi adalah
seperti disonansi kognitif dan berpusat pada perasaan bukan pikiran.
Akan sangat membantu jika bisa membedakan Antara emosi yang dirasakan dengan
yang ditampilkan. Emosi yang dirasakan (felt emotion) adalah emosi actual individu.
Emosi yang ditampilkan (displayed emotion) adalah yang dituntun oleh organisasi
untuk menunjukkan oleh pekerja dan pantas untuk pekerjaan itu.
Menampilkan emosi - emosi palsu harus merendam yang sebenarnya. Akting
permukaan (surface acting) adalah menyembunyikan perasaan di dalam dan
menyembunyikan ekspresi emosional sebagai respon atas peraturan. Akting mendalam
(deep acting) adalah mencoba untuk memodifikasi perasaan di dalam diri yang
sebenarnya beradasarkan aturan. Akting permukaan hanya berhadapan dengan mimik
wajah yang ditampilkan, sedangkan acting mendalam berhadapan dengan yang
dirasakan.
5
5) Bahkan emosi yang positif sekalipun tidak cocok dengan sebuah pekerjaan yang
dilakukan, sehingga memiliki pengaruh negated bagi pekerjaan itu.
8. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan untuk
mendeteksi dan mengelola petunjuk dan informasi emosional dengan menilai,
memahami dan mengatur emosi itu sendiri.
Menurut penelitian, kecerdasan emosional mempunyai peran yang besar dalam
performa kerja. Sebuah studi yang menggunakann fMRI menemukan bahwa pelajar
yang mempunyai performa bagus dalam pembuatan keputusan strategis lebih cenderung
untuk tidak melibatkan pusat emosi otak dalam proses pengambilan keputusan dan lebih
menekankan pada penggunaan bagian kognitif dalam otak mereka.
Sebuah studi menunjukkan bahwa mahasiswa mengidentifikasi dan membedakan
antara perasaan sendiri maupun membuat keputusan. Kecerdasan emosional menjadi
sebuah konsep kontroversial dalam perilaku organisassi dengan pendukung dan
penentang.
Berikut argumen-argumen yang mendukung tentang viabilitasnya:
a) Daya Tarik Intuisi
Hampir semua orang setuju bahwa kecerdasan social itu penting. Intuisi
membuat seseorang dapat mendeteksi emosi orang lain, mengontrol emosinya
sendiri kecerdasan social itu penting. Intuisi membuat seseorang dapat mendeteksi
emosi orang lain, mengontrol emosinya sendiri, dan mengatasi interaksi social
dengan baik, mempunyai keunggulan di dalam dunia bisnis.
b) Kecerdasan Emosional Memprediksi Kriteria Masalah
Bukti menunjukkan bahwa meskipun lemah tetapi secara konsisten positif
berhubungan dengan performa kerja.
c) Berbasis Biologi
Menurut sebuah studi, orang dengan kerusakan di bagian otak yang mengatur
proses emosional mempunyai tingkat inteligensi yang sama dengan standard
daripada orang tanpa kerusakan yang sama. Tetapi mereka mempunyai skor yang
jauh lebih rendah dan terganggu saat membuat keputusan dengan baik.
Berikut argumen – argument yang menentang viabilitas:
a) Peneliti Kecerdasan Emosional tidak Sepakat dengan Definisi
Ada beberapa definisi tentang kecerdasan emosional yang menyebabkan peneliti
tidak bisa sepakat akan arti dari kecerdasan emosional. Beberapa peneliti berfokus
pada kecerdasan emosional dengan menggunakan test jawaban benar dan salahuntuk
mengukur kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi. Peneliti lain berfokus
pada kecerdasan emosional sebagai berbagai macam pemikiran yang dapat diukur
dengan self-report dan tidak berhubungan utama dengan cognitive intelligence.
b) Kecerdasan Emosional Tidak Dapat Diukur
Bermacam kritik menimbulkan pertanyaan bagaimana cara mengukur
kecerdasan emosional. Karena kecerdasan emosional merupakan sebuah bentuk
kecerdasan banyak yang berpendapat harus ada benar dan salah dalam jawabannya.
Tetapi beberapa test self-report seperti “Saya baik dalam membaca”, tidak
mempunyai jawaban salah dan benar. Tetapi, ukuran self-report tersebut dapat
menunjukkan kemampuan non-ability seperti kepercayaan diri.
c) Kecerdasan Emosional Tidak Lebih dari Sekedar Kepribadian dengan Label
Berbeda
6
Kecerdasan emosional sangat dekat dengan kepintaran dan kepribadian sehingga
bila mempertimbangkan factorfaktor tersebut, maka kecerdasan emosional tidak
mempunyai hal khusus untuk ditawarkan.
9. Pengaturan Emosi
Ide utama dari pengaturan emosi adalah untuk mengidentifikasi dan memodifikasi
emosi yang dirasakan. Strategi untuk merubah emosi meliputi berpikir tentang hal yang
menyenangkan, menekan pikiran negatif, mengalihkan perhatian, atau melakukan teknik
relaksasi.
Strategi digunakan untuk mengatur emosi:
Akting permukaan, tidak mengubah emosi, sehingga efek pengaturannya sedikit.
Sebuah studi menyatakan bahwa individu meragamkan respons yaitu memiliki
kepuasan kerja yang rendah dan penarikan diri dari pekerjaan tinggi daripada
secara konsisten menggunakan acting permukaan.
Akting mendalam, lebih mudah secara psikologis dibandingkan dengan acting
permukaan, karena pekerjaan mencoba mengalami emosi itu.
Sasarannya adalah untuk memberikan pekerja dan manajer alat untuk memonitor
dan memodifikasi respons emosional mereka atas situasi di tempat kerja. Tektik
pengaturan emosi yang efektif mencakup mengakui bukannya menekan respon
emosional atas situasi dan mengevaluasi kembali peristiwa yang terjadi.
Walaupun kelihatannya menguntungkan untuk menggunakan emotion regulation,
peneliti juga menemukan efek buruk darinya. Contohnya adalah berbicara pada diri
sendiri pada saat ketakutan malah dapat membuat diri kita fokus pada apa yang
membuat kita takut.
a) Selection
Pengusaha harus mempertimbangkan kecerdasan emosional faktor dalam
mempekerjakan karyawan, khususnya untuk pekerjaan yang memiliki level tingkat
tinggi dan dituntut untuk berinteraksi sosial.
b) Pengambilan Keputusan
Emosi yang positif dapat meningkatkan kemampuan kita dalam memecahkan
masalah dan membantu kita memahami dan menganalisa informasi baru. Oleh
karena itu orang yang memiliki sifat emosi negative cenderung membuat keputusan
yang buruk, dan cepat kehilangan kesabaran untuk menganalisis pro dan kontra.
Sebaliknya, orang-orang yang mengalami emosi positif adalah pembuat keputusan
yang baik.
c) Kreativitas
Suasana hati yang baik atau positif dan umpan balik yang baik dari perusahaan dapat
meningkatkan kreativitas pekerja. Para pekerja akan lebih banyak memiliki ide-ide
yang bagus jika emosi dan suasana hati atau moods para pekerja tersebut baik.
7
Suasana hati yang baik membuat pikiran para pekerja menjadi lebih fleksible dan
terbuka dalam berkreasi.
d) Motivasi
Mempromosikan para pekerja adalah salah satu cara agar para pekerja memiliki
emosi dan suasana hati yang baik, dengan promosi ini mereka juga akan termotivasi
dalam bekerja. Orang yang memiliki motivasi yang tinggi secara emosional akan
berkomitmen pada pekerjaan mereka. Jika para pekerja memiliki motivasi yang
rendah maka akan menyebabkan mereka tidak loyal terhadap pekerjaan mereka dan
cenderung berbuat menyimpang. Seperti memberikan umpan balik.
e) Kepemimpinan
Menjadi seorang pemimpin harus memiliki emosi yang baik, karena emosi yang
baik membantu menyampaikan pesan lebih efektif. Pemimpin harus bisa membaca
dan memahami emosi orang lain untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.
Pemimpin harus membuat orang mengikuti mereka dengan cara membuat para
pekerjanya menjadi berpikiran atau memliki emosi yang positif. Orang yang
memiliki emosi yang positif dapat lebih mudah menerima perubahan.
f) Negosiasi
Emosi yang buruk dapat mengganggu kinerja negosiator. Sebaliknya, emosi yang
baik dapat memperlancar jalannya negosiasi karena masing-masing pihak lebih
tenang dan sabar dalam bernegosiasi. Emosi yang buruk menyebabkan negosiasi
menjadi tidak efektif.
g) Layanan Pelanggan
Pelanggan "menangkap" emosi dari karyawan,apabila karyawan melayani dengan
sikap dan emosi yang baik, maka para pelanggan juga akan merasakan suasana hati
dan emosi yang baik, namun apabila karyawan melayani pelanggan dengan sikap
dan emosi yang buruk maka pelanggan akan juga memiliki suasana hati yang buruk
dan cenderung memiliki emosi yang buruk, hal ini disebut emotional contagion atau
penularan emosi.
h) Sikap Kerja
Emosi yang di dapat di tempat kerja bisa terbawa hingga pekerja tersebut pulang
kerumahnya, namun biasanya emosi tersebut juga jarang terbawa di tempat kerja
pada hari berikutnya
i) Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Mereka yang merasakan emosi negatif kemunginan terlibat dalam perilaku
menyimpang di tempat kerja. Tindakan yang melanggar norma-norma dan
mengancam anggota atau organisasi disebut penyimpangan karyawan . Ini
merupakan suatu tindakan pemindaian berupa kekerasan atau non-kekerasan, iri,
dengki, menusuk dari belakang, dan lain-lain.
j) Keselamatan dan Cedera di Tempat Kerja
Individu dalam suasana hati yang buruk cenderung lebih cemas dapat membuat
mereka kurang dapat menyesuaikan diri dengan potensi berbahaya.
k) Bagaimana Manajer dapat Mempengaruhi Suasana Hati
Manajer dapat menggunakan candaan dan memberikan kepada pegawainya
penghargaan kecil untuk pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik. Dan ketika
pemimpin sedang dalam keaadaan yang baik, anggota kelompok akan menjadi lebih
positif, dan hasilnya mereka akan bekerjasama dengan lebih baik. Memilih anggota
tim yang positif dapat memberikan efek yang positif karena engergi positif mengalir
di antara anggota.
8
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Emosi dan suasana hati sama-sama afektif sifatnya. Tetapi mereka berbeda, suasana
hati lebih umum dan kurang kontekstual daripada emosi. Waktu, peristiwa yang
menekan, aktivitas social, serta pola tidur adalah beberapa factor yang memengaruhi
emosi dan suasana hati. Emosi dan suasana hati telah terbukti relevan untuk setiap topic
perilaku organisasi dan memiliki implikasi dan praktik manajerial.
9
DAFTAR PUSTAKA
iii