Nim : 40019023
Pertemuan 4
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi terdapat 3 (tiga) jenis paradigma
pengembangan IPTEKS, yaitu: Paradigma sekuler, sosialis dan Islam. Paradigma sekuler
memandang agama dan IPTEK tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya.
Paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama
sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan IPTEKS.
IPTEKS bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip
dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Paradigma Islam memandang bahwa
agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu
pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-
Hadits-- menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya
dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.
Kajian paradigma pengembangan IPTEKS pada bab ini difokuskan pada dua pembahasan, yaitu
potensi manusia dalam pengembangan IPTEKS dan rambu-rambu pengembangan IPTEKS dalam
Islam. Oleh karena, setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa dapat: (1)
memahami potensi akal, hati dan jasadiyah (pancaindra) dalam pengembangan IPTEKS; dan (2)
memahami rambu-rambu dalam pengembangan IPTEKS yangf sesuai dengan ajaran Islam.
Ada beberapa pendapat yang membahas tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia.
Rakhmad (2005), ada tiga potensi yang dimiliki oleh manusia, yaitu potensi ruh, jasmani (fisik),
dan rohaniah. Ruh berisikan potensi manusia untuk bertauhid, yang merupakan kecenderungan
untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta. Potensi jasmani mencakup konstitusi biokimia
yang secara materi teramu dalam tubuh. Potensi rohani berupa konstitusi non-materi yang
terintegrasi dalam jiwa, termasuk ke dalam naluri penginderaan, intuisi, bakat, kepribadian,
intelek, perasaan, akal, dan unsur jiwa yang lainnya.
Imam al-Ghazali, manusia mempunyai empat kekuatan (potensi), yaitu (1) qalbmerupakan
suatu unsur yang halus, berasal dari alam ketuhanan, berfungsi untuk merasa, mengetahui,
mengenal, diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya yang pada hakikatnya tidak bisa
diketahui; (2) ruh, yaitu sesuatu yang halus yang berfungsi untuk mengetahui tentang sesuatu
dan merasa, ruh juga memiliki kekuatan yang pada hakikatnya tidak bisa diketahui; (3) nafs,
yaitu kekutan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia; dan (4) ‘aql, yaitu
pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal ibarat sifat-sifat ilmu yang tempatnya
di hati (Al-Ghazali, 1995).Sumber ilmu selain wahyu dalam epistemologi Islam adalah akal (‘aql)
dan kalbu (qalb). ‘Aql sebagai masdhar tidak disebutkan dalam al-Qur’an, tetapi sebagai kata
kerja ‘aqala dengan segala akar katanya terdapat dalam Al-Qur’an sebanyak 49 kali. Semuanya
menunjukkan unsur pemikiran pada manusia (Wan Daud, 1997).
Pengembangan IPTEKS pada satu sisi memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup manusia bila IPTEKS disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Sebaliknya, tanpa asas iman dan taqwa, IPTEKS bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang
bersifat destruktif (merusak). Al-Qur’an sebagai dasar pijakan seorang muslim dalam kehidupan
ini memberikan kejelasan, bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan potensi akal untuk
memahami elemen- elemen alam, menyelidiki dan menggunakan benda-benda dalam bumi dan
langit demi kebutuhannya.
Allah SWT dalam surat al-Israa’ berfirman:
Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka didaratan dan
dilautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Israa’
[17]: 70)
Dalam ayat tersebut, Al-Qur’an sakhhara yang artinya menundukkan atau merendahkan,
maksudnya adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus
tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Peran manusia
sebagai khalifah dimuka bumi menyebabkan alam semesta tunduk dalam kepemimpinan
manusia yang sejalan dengan maksud Allah SWT dalam firmanNya berikut:
"Allahlah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas Arasy, manundukkan matahari dan bulan. Masing- masing beredar hingga
waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaranNya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” (Q.S. Ar-Ra’du
[13]:2)
Berdasarkam ayat di atas, menjelaskan bahwa melalui kemampuan akal, ilmu, dan teknolginya
manusia dapat meniru segala kekuatan beraneka makhluk, manusia dengan kapal udara dan jet
dapat terbang ke udara seperti burung. Manusia dapat menembus bumi dengan teknologinya
serta menggali segala mineral dan minyak yang terpendam dalam bumi. Oleh karena itu, Islam
memberikan rambu-rambu kepada manusia dalam mengembangan IPTEKS, sehingga searah
dan sejalan dengan kehendak Allah SWT. Rambu-rambu tersebut diantaranya diuraikan sebagai
berikut:
a. Aqidah Islam sebagai dasar IPTEKS
Menjadikan aqidah Islam dijadikan landasan IPTEKS, bukan berarti konsep-konsep IPTEKS harus
bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep IPTEKS harus
distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh
bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996). Al-Qur’an dan Hadits dijadikan sebagai
tolak ukur benar atau salahnya ilmu pengetahuan dan konsep teknologi itu dan konsep-konsep
IPTEK tersebut, tidak boleh lepas dan keluar dari inti kandungan Al�Qur’an dan Hadits.
Dengan demikian, yang dimaksud menjadikan aqidah Islam menjadikan syariah Islamsebagai
standar pemanfaatan IPTEKS. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan IPTEKS, bagaimana pun juga bentuknya. IPTEKS yang
boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan IPTEKS yang
tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (Q.S. Al-Bayyin [98]: 5)
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 77)
Pertemuan 5
1. Pengertian kesehatan
Kesehatan dalam Islam adalah perkara yang penting, ia merupakan nikmat besar yang harus
disyukuri oleh setiap hamba. Terkait pentingnya kesehatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu
luang.” (HR. Al-Bukhari: 6412, at-Tirmidzi: 2304, Ibnu Majah: 4170)
2. Manfaat makanan sehat bagi kesehatan
Orang-orang yang makan dengan cepat beresiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2.Umumnya
jika Anda menggunakan garpu dan pisau maka Anda makan lebih cepat daripada makan dengan
tangan Anda. Oleh karena itu, sebisa mungkin akan lebih baik jika Anda senantiasa makan
dengan cara “primitif” (menggunakan tangan).
Selain itu, Anda hanya dapat menyuap sepotong irisan makanan ketika Anda makan dengan
tangan Anda, sementara jika Anda makan menggunakan garpu Anda, Anda dapat mengambil 5-
6 potong sekaligus. Dan, Anda akan makan lebih lambat dengan tangan Anda daripada
menggunakan garpu.
Ini mungkin terdengar aneh, tapi makan dengan jari-jari Anda dapat meningkatkan kinerja
sistem pencernaan juga karena ketika Anda mencuci tangan dengan sabun, semua bakteri jahat
dibasmi sedangkan bakteri baik tetap ada di tangan Anda, yang bisa sangat sehat untuk usus
Anda.
Selain itu, makan dengan jari-jari Anda bisa mengirimkan sinyal ke otak mengenai makanan
yang Anda makan, apakah itu padat atau lembut, panas atau dingin, sehingga mempersiapkan
sistem pencernaan untuk mencerna makanan tersebut.
Orang-orang yang makan dengan tangan memiliki berat badan yang lebih seimbang karena
mereka tidak makan terlalu banyak.Akan menjadi sangat baik untuk anak-anak, jika orang tua
mereka mengizinkan mereka untuk makan dengan tangan saja. Ini dianggap sebagai cara paling
aman untuk mempertahankan berat badan normal.
Selain itu, orang-orang yang makan sambil melakukan sesuatu yang lain seperti menonton TV,
akan makan lebih banyak makanan daripada mereka yang fokus duduk dan makan saja.
Ketika Anda makan dengan tangan Anda, Anda tidak dapat melakukan hal lain karena tangan
Anda tidak bersih dan atau sibuk. Oleh karena itu, Anda hanya terfokus pada proses makan dan
Anda akan tahu berapa banyak makanan yang Anda makan dan kapan saatnya untuk berhenti.
Demikianlah Islam mengajarkan hidup sehat dan memerintahkan untuk menjaga kesehatan.
Seorang muslim yang sehat akan mampu beribadah kepada Allah ta’ala secara maksimal,
karena memang tujuan manusia hidup hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Allah ta’ala
berfirman:
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (Allah).” (QS.
Adz-Dzariyat: 56).
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang
tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat
sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya
Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab:
Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagipada
kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan
akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah
kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar)
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan,
antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta
menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Hal-hal
tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat
al-Quran.
Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipaharm. berdasarkan rumusan WHO yaitu:
Health is a state of complete physical, mental and social-being, not merely the absence q;
disease on infirmity (Sehat adalah suatu keadaan j^sm rohaniah, dan sosia] yang baik, tidak
hanyatidak bt”.*)-esiyal cacat). Dadang Ha\v?ri melaporkan, bahwa s^aK ^hunsehingga rnonjadi
-eliat
Menurut penelitian ‘Ali Mu’nis, dokter spesialis internal Fakultas Kedokteran Universitas ‘Ain
Syams Cairo, menunjukan bahwa ilmu kedokteran modern menemukan kecocokan terhadap
yang disyariatkan Nabi dalam praktek pcngobatan yang berhubungan dengan spesialisasinya.
Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu termasuk
ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis (kejiwaan). Pada
saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya, berbagai penyakit
lahir dan batin terjaga.
3. Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam
hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu,
keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk menjaga
kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban.
Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam
ayat: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abasa 80 : 24 )
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua sifat,
yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q., s. al-Baqarat (2)1168; al-Maidat (s):88; al-Anfal
(8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam menekankan
bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga mengandung nilai
kesehatan. Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.
Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di bidang medis
memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan membinasakan diri
dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran
Nabi: Bahwa badanmu mempunyai hak
Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat cukup,
di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur
waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional,
masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti
melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun
maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang ingin
terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus
sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau ‘menggauli’ istrinya, sebagaimana disebutkan dalam
hadits:
“Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa kamu
puasa di sz’am? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya Rasulullah, Nabi
menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab,
pada badanmu ada hak dan pada lambungmujuga ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan
berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea
atau deportore, dalam bahasa Itali disebut ‘deporte’ yang berarti penyenangan, pemeliharaan
atau menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia
untuk menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.
Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga
otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta
daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan
meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh.
Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat) termasuk bidang ijtihadiyat.
Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika diniati
ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan sempurna dan
pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.
Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan
berolahraga, karena termasuk masalah ‘duniawi’ atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan
peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan
prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.
Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks perintah
jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu
ayat:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah niscaya akan
dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):
Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah.
Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana dinyatakan
dalam satu hadits:
Nabi berkata: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sang
gupi” Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah
kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan
al-Darimi)
Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam
menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari
ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: “Dari ‘Ali ra., dari Nabi
saw, beliau berkata: “Kunci shalat adalah bersuci” (HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-
Darimi)
Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis, mutanajjis, dan
hadats. Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-
buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan mengupas masalah thaharat,
dan dapat dinyatakan bahwa ‘fikih pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah
kesucian’.
‘Abd al-Mun’im Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya kebanyakan ulama
membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah meliputi kebersihan
badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang dipergunakan manusia dalam
urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak,
dan pikiran
istilah untuk menerangkan tentang rohani yaitu: Roh, seperti yang terdapat dalam surat Al-Isra
ayat 85.
1. Qalbu, seperti yang terdapat dalam surat Al-A’raf ayat 179: ”Bagi mereka ada hati tetapi
tidak dapat mengerti dengannya”.
2. Nafs, seperti yang terdapat dalam surat As-Sajadah ayat 13: “Dan jika Kami kehendaki,
tentulah tiap-tiap jiwa Kami beri petunjuknya”.
3. Af-idah, seperti yang terdapat dalam surat Ibrahim ayat 37: ”Maka jadikanlah hati manusia
condong kepada mereka”.
4. Akal, pada umumnya kata akal dalam Al-Qur’an mengandung pengertian berpikir, seperti
yang terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 28: ”Demikianlah Kami terangkan ayat-ayat bagi kaum
yang mau berpikir”.
Jadi, menurut Al-Qur’an rohani manusia itu mengandung roh, akal, nafsu dan hati. Roh adalah
alat penimbang, nafsu adalah alat pendorong dan hati adalah alat pemutus.