Anda di halaman 1dari 11

2 Desember 2016, Halaman 183 - 193

E-ISSN 2527-5879 P-ISSN 2527-5879


http://journal.um.ac.id/index.php/jsph

KONTRAK SOSIAL MENURUT THOMAS HOBBES DAN JOHN LOCKE

Daya Negri Wijaya


Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang
Email: dayawijaya15@yahoo.com

Abstrak

Thomas Hobbes dan John Locke adalah dua pemikir politik Inggris abad 17. Mereka menjadi
saksi atas pergolakan politik Inggris mulai dari Revolusi Puritan 1648 dan Revolusi Kejayaan
1688. Banyaknya korban perang dan penindasan membuat mereka berupaya untuk mencari
alternatif solusi. Mereka terlihat “berkoalisi” untuk mencapai tujuan yang sama tetapi dengan
jalan yang berbeda. Hal ini terjadi karena mereka memiliki asumsi yang berbeda. Jika Hobbes
merasa manusia adalah serigala bagi manusia lainnya maka Locke melihat manusia seperti kertas
putih tanpa noda. Keadaan perang menuntut Hobbes dan Locke mencari jalan keluarnya. Mereka
terlihat sependapat untuk mengajukan kontrak sosial sebagai jalan perdamaian dimana negara
akan menjamin keadilan dan kesejahteraan rakyat. Tulisan ini berupaya untuk membahas ide
mereka dalam konteks sejarah pemikiran.

Kata Kunci : revolusi, masyarakat, bangsa, negara

SOCIAL CONTRACT ACCORDING TO THOMAS HOBBES AND JOHN LOCKE

Abstract

Thomas Hobbes and John Locke are two of English political thinkers in the age of Seventeenth
century. They witness the political upheaval from the 1648 Puritan Revolution and the 1688
Glorious Revolution. Many victims and oppressions make them to search for the solution. They
seem to make a coalition to reach the same aim but using different ways. If Hobbes assumes man is
a wolf for other man so Locke argues that man is a blank-slate. The state of war leads them to find
the way out of. They propose the social contract as a peace vision where the state will guarantee
people's justice and welfare. This paper tries to discuss both ideas in the context of intellectual
history.

Keyword : revolution, society, nation, state

183 J S P H
JSPH Volume 1, Nomor 2, Desember 2016

PENDAHULUAN seorang saja. Mereka membutuhkan suatu


Membicarakan relasi antara masyarakat organisasi politik untuk mencapainya
dan negara memang tiada habisnya. Salah satu (Plummer, 2013:43). 1Negara kemudian
hal yang menarik adalah kenyataan bahwa memberikan dasar konstitusional bagi
kekuasaan negara dihadirkan oleh kesepakatan pemerintah untuk menjalankan kuasanya.
masyarakat. Kesepakatan inilah yang kemudian Budiardjo (2009:13-14) terlihat
dikenal sebagai kontrak sosial. Magna Charta mengikuti teori kontrak sosial yang lazim
adalah salah satu contoh bagaimana negara digunakan para filsuf politik seperti Thomas
mengikuti kehendak rakyat. Rakyat memberi- Hobbes dan John Locke di permulaan abad
kan kekuasaannya pada raja dan raja tidak modern ini walaupun belum dijelaskan
diberbolehkan berlaku secara semena-mena bagaimana terbentuknya suatu negara:
(Adisusilo, 2013:327). Oleh karena itu, ketika “Masyarakat dahulu mengatur
raja Charles I berlaku semena-mena, parlemen kehidupan kolektif dengan baik mengingat
masyarakat sering menghadapi terbatasnya
bersama rakyat menggulingkan kekuasaannya. sumber alam atau perlu dicari satu cara
Negara yang berkuasa ternyata distribusi sumber daya agar semua warga
disokong oleh rakyatnya. Wajar apabila merasa bahagia dan puas. Masyarakat
kiranya membutuhkan bantuan politik.
kemudian negara dipandang sebagai institusi Tujuan masyarakat tersebut dapat tercapai
politik yang memperjuangkan kepentingan apabila memiliki kekuasaan suatu wilayah
rakyatnya bukan segelintir kalangan saja tertentu (negara atau sistem politik).
Kekuasaan itu perlu dijabarkan dalam
(Budiman, 1996:7). Setidaknya terdapat dua keputusan mengenai kebijakan yang akan
pemikir yang menjadi produk pergolakan menentukan pembagian atau alokasi dari
politik abad ke-17 sekaligus menjadi pondasi sumber daya yang ada”
keberadaan negara modern. Mereka adalah Tulisan ini akan berupaya untuk
Thomas Hobbes dan John Locke. Walaupun mengelaborasikan konsep kontrak sosial
mereka condong pada empirisme tetapi mereka menurut Hobbes dan Locke. Namun, tidak
memiliki perbedaan asumsi mengenai konsep akan berhenti pada uraian mereka saja.
kontrak sosial dan negara. Hobbes melihat Penulis ingin lebih jauh membahas mengenai
kontrak sosial dari kecenderungan keadaan persamaan dan perbedaan pemikiran mereka
alamiah persaingan manusia. Akan tetapi, sekaligus kritik yang ditujukan pada konsepsi
Locke melihat manusia dilahirkan bukan untuk kontrak sosial itu sendiri.
bersaing tetapi untuk mengikuti pengalaman
yang membentuk perilaku mereka. KONTEKS PEMIKIRAN
Kontrak sosial menjadi penjelasan Dinasti Tudor kerapkali dipandang
umum kaum intelektual Eropa modern dalam sebagai dinasti pemersatu keluarga-keluarga
membangun sebuah negara. Namun, alasan Inggris. Mereka dapat melerai sengketa tahta
masyarakat membutuhkan negara tentu juga dari Duke of York dan Duke of Lancaster
patut dipertanyakan. Landasan filosofis inilah dalam perang mawar. Namun, segera setelah
yang membawa khalayak pada kenyataan penguasa terakhir mereka, Elizabeth,
bahwa setiap masyarakat pasti memiliki tujuan. meninggal dan sang ratu tidak memberikan
Tujuan masyarakat tidak bisa dibebankan pada wasiat siapa yang akan menggantikan (John,

184 J S P H
Kontrak Sosial Menurut Thomas Hobbes Dan John Locke, Daya Negri Wijaya

2015). William Cecil sebagai penasehat dilaksanakan tahun 1649. Cromwell


kepercayaan kerajaan memanfaatkan situasi kemudian memegang tampuk pemerintahan
pelik ini. Dengan membuat wasiat palsu atas bukan sebagai raja tetapi sebagai “pelindung
nama Ratu, dia melegitimasikan James of persemakmuran” (Gombrich, 2015:262)
Scotland sebagai Raja Inggris Raya dengan Cromwell tidak berkuasa lama dan harus
nama James I. Dia kemudian memulai dinasti tutup usia. Ketiadaan pemimpin yang cakap
yang baru, disebut dinasti Stuart. membuat parlemen memilih untuk
James I (1603-1625) dan Charles I memulihkan istana dan tahta dengan
(1625-1649) begitu percaya pada mengundang putra dari raja yang telah
absolutisme. Mereka mengulangi kekelaman dihukum mati (Charles I). Setelah menarik
Dinasti Tudor. Mereka terus menggunakan pelajaran dari apa yang ditolak ayahnya
agama sebagai legitimasi untuk memperoleh dengan angkuh, Charles II tidak
kekuasaan dan mendapat dukungan. Mereka melembagakan absolutisme kerajaan (Perry,
yang haus akan kekuasaan bersikap seolah- 2014:360). Realitas kehancuran republik
olah diri mereka layaknya Tuhan yang harus inilah yang mendorong Thomas Hobbes
dilayani. James I membuat parlemen marah untuk mengemukakan karyanya yang
karena membuat kebijakan luar negeri tanpa berjudul “Leviathan”.
berkonsultasi terlebih dahulu. Sedangkan Kematian mendadak Charles II pada
Charles I berkonflik dengan parlemen karena medio 1685 memaksa saudaranya James II
masalah pajak dan agama (Perry, 2014:358). untuk bertahta. Dia seorang pengagum
Charles I telah menyalahgunakan kekuasaan absolut dan Katolik yang kaku.
kekuasaannya. Dia begitu cepat melupakan James menghimpun semua kalangan Katolik
Magna Charta. Setiap raja Inggris pada saat dan para pendukung hak prerogatif kerajaan.
itu berjanji dan para penggantinya kelak tidak Dia juga berupaya untuk membelokkan
akan pernah melakukan sesuatu tanpa Parlemen dan pemerintahan lokal pada
persetujuan dari para bangsawan dan kemauan raja. Katolikisme James adalah
penguasa daerah terlebih dahulu serta yang unsur yang sangat penting atas kegaga-
terpenting rakyat yang duduk di parlemen. lannya. Gereja Anglican tidak akan
Mayoritas dari mereka adalah protestan dan mendukungnya dan kekuatan-kekuatan
mereka sering menyebut dirinya puritan. politik yang mirip dengan yang bergabung
Mereka sangat membenci segala kemewahan melawan ayahnya dulu berupaya untuk
dan hidup enak seperti kebiasaan Charles I melengserkannya. Namun demikian, kaum
yang menghamburkan banyak uang. elit yang sedang berkuasa menarik pelajaran
Pemimpin para puritan, Oliver Cromwell dari peristiwa 1650-an: perang saudara akan
yang merangkap sebagai anggota parlemen menghasilkan ketidakpuasan sosial di
sangat mengutuk perilaku raja. Oleh karena kalangan massa. Kelas-kelas atas ingin
itu, dia melakukan gerilya hingga mampu menghindari perang terbuka dan melestari-
menahan raja dan mengajukannnya ke muka kan monarki sebagai otoritas konstitusional
pengadilan militer. Pengadilan menjatuhkan tetapi bukan sebagai otoritas absolut.
hukuman mati pada raja dan hukum pancung Puritanisme dengan semangat sekretarian

185 J S P H
JSPH Volume 1, Nomor 2, Desember 2016

yang berbahaya bagi keberlangsungan merupakan seorang empiris tetapi dia sangat
republikanisme tidak diizinkan berperan di berbeda dengan para empiris lainnya. Dia
dalam fase kedua dan terakhir dari revolusi begitu mengagumi metode matematis baik
Inggris (Perry, 2014:360). matematika murni maupun aplikasinya
Pada awal 1688, semua kalangan yang (Russel, 2007:717). Kecenderungan inilah
terdiri dari sebagian Anglican, sejumlah yang membuat Hobbes dipandang pula
Aristokrat, dan penentang hak prerogratif raja sebagai seorang rasionalis (Suhelmi,
kerajaan membentuk konspirasi untuk 2001:169; Syam, 2007:117). Pada mulanya,
menggulingkan James II. Tujuan mereka Hobbes menganalogikan manusia seperti
adalah mengundang menantunya, William jam tangan. Manusia dapat bergerak dan
dari Orange (Raja Belanda) yang merupakan bekerja karena manusia adalah perangkat
suami dari Mary. Mereka berdua beragama mekanis. Kemudian, Hobbes mulai berpikir
protestan walaupun Mary adalah putri dari bahwa apa yang menggerakkan manusia
James II. Mereka kemudian menyerbu Inggris adalah nafsunya. Nafsu yang paling kuat
dan menyelamatkan pemerintahan dari dalam diri manusia adalah nafsu untuk
kendali James. James yang banyak mempertahankan diri (Fibriamayusi,
kehilangan orang-orang kepercayaannya 2013:97).
akhirnya meninggalkan negeri. William dan Senada dengan diatas, Magnis-
Mary dinobatkan sebagai raja dan ratu atas Suseno (1992:72) berpendapat bahwa “ia
keputusan parlemen (Perry, 2014:360). (Hobbes) memandang manusia sebagai
Revolusi tidak berdarah ini seringkali mesin tanpa kebebasan dan akal budi, tanpa
disebut sebagai revolusi kejayaan yang suara hati dan rasa tanggung jawab...ia
menciptakan realitas politis dan konstitu- membangun suatu tatanan sosial
sional yang baru. Parlemen dijamin hak- memandang semua warga negara adalah
haknya untuk berkumpul secara teratur dan suatu mekanisme yang perlu ditertibkan”.
mempunyai hak suara pada semua masalah Akan tetapi, Hobbes terlihat begitu
pemungutan pajak; hak untuk diperiksa di dipengaruhi oleh Galileo Galilei. Jika
muka hakim dan pengadilan disertai saksi Galileo berpendapat bahwa alam semesta
juga dijamin. Hak-hak ini yang kemudian ibarat mesin raksasa dan manusia tidak lebih
disahkan dalam sebuah dokumen yang dari mesin-mesin kecil, maka Hobbes
mengikat secara konstitusional (Perry, menambahkan manusia sebagai mesin-
2014:361). mesin yang berpikir (Suhelmi, 2001:170).
Asumsi seperti ini yang kemudian dia
Kontrak Sosial Thomas Hobbes kembangkan dalam teori kontrak sosial.
Thomas Hobbes adalah salah satu Dengan mengakui kekuatan akal dan nafsu
filsuf politik yang terkemuka. Dia hidup dia berupaya untuk mencari jalan keluar
bersamaan dengan keadaan korup Inggris permasalahan masyarakat.
abad ke-17. Tidak seperti Locke, dia adalah Kehidupan manusia sebelum
seorang filsuf yang sulit untuk diklasifika- terbentuknya negara digambarkannya
sikan pada kelompok tertentu. Dia sebagai keadaan alamiah. Kehidupan

186 J S P H
Kontrak Sosial Menurut Thomas Hobbes Dan John Locke, Daya Negri Wijaya

manusia hanyalah suatu usaha terus menerus namun bersifat individual. Mereka menyepa-
dalam memuaskan hawa nafsu dan mencari kati agar negara memaksa mereka menjadi
kebahagiaan dan menghindari apa yang tidak makhluk sosial. Penguasa diberikan otoritas
disukainya. Hakikat alamiah tersebut akan untuk menciptakan pembedaan dalam
membawa manusia untuk saling bersaing dan masyarakat (Fink, 2010:59). Selain itu,
berebut kuasa. Manusia akan saling ketika mereka telah bersepakat maka Segala
memerangi manusia lainnya. Ketiga faktor hak mereka berakhir dan harus menaati semua
yang membuat mereka bertarung adalah (1) aturan penguasa (Hadiwijono, 1980:34-35).
kecenderungan untuk meraih kebesaran diri; Dengan kata lain, masyarakat melalui negara
(2) faktor kesetaraan manusia; dan (3) faktor memiliki peran yang fundamental dalam
agama (Suhelmi, 2001:171). Oleh karena itu, mengatur interaksi antar manusia.
mereka akan melakukan apapun yang Prinsip Hobbes dalam membangun
menurut mereka akan menjamin keberlang- negara didasarkan pada kekuasaan mutlak
sungan hidupnya sendiri, tanpa memandang (penguasa berkuasa atas kekuasaan
apakah hal itu akan menyakiti yang lain legislatif, eksekutif, dan yudikatif). Magnis-
ataupun bertentangan dengan hukum ilahi Suseno (1995:11), kemudian, merangkum
(Fink, 2010:49). asumsi filsafat negara Hobbes, dalam:
Keadaan alamiah, bagi Hobbes, tidak
“(1) negara harus kuat tanpa tanding
seorang-pun dapat menjamin bahwa dirinya
sehingga dapat memastikan ketaatan para
tidak akan dibunuh atau dirampok anggota masyarakat terhadap peraturan-
makanannya atau pun pasangannya. Keadaan peraturannya; dan (2) negara harus
menetapkan suatu tatanan hukum bahwa
alamiah adalah keadaan perang. Tidak ada setiap orang yang tidak menaatinya akan
sesuatu yang bisa mencegah orang untuk dihukum mati”
tidak membunuh, melukai, atau merampok
orang lain. Dalam hal ini menggarap lahan Menariknya, penguasa bukan
bukanlah hal yang penting, hal ini terjadi didasarkan pada legitimasi illahi tetapi dari
karena tidak dapat dipastikan siapa yang rakyat. Dia khawatir apabila manusia harus
memetik hasil panennya. Kebutuhan manusia kembali pada keadaan alamiah. Akan tetapi,
yang utama adalah keluar dari keadaan jika raja tidak cukup kuat dalam menegakkan
alamiah (Fink, 2010:50). Naluri memperta- hukum dan ketertiban maka tidak ada satu
hankan nyawa inilah yang membawa Hobbes alasan-pun yang bisa mencegah mereka yang
untuk berasumsi bahwa manusia dapat dikuasai untuk menumbangkan penguasa.
ditertibkan apabila nafsunya dibatasi. Mereka harus memilih menumbangkan
Manusia sangat membutuhkan rajanya daripada pilihan lainnya yakni mati
kekuasaan bersama untuk menghindari (Fink, 2010:53).
pertumpahan darah. Kebersamaan tersebut Warga negara tidak memiliki hak
(kontrak atau perjanjian sosial) mendorong apapun terhadap negara. Mereka memberi-
manusia untuk membentuk sebuah negara kan segala hak yang melekat pada negara.
atau kedaulatan (Suhelmi, 2001:176). Hobbes Negara kemudian melalui undang-undang
terasa menyadari bahwa manusia setara menetapkan nilai-nilai moral yang diguna-

187 J S P H
JSPH Volume 1, Nomor 2, Desember 2016

kan. Hobbes menolak kemungkinan warga hidup. Keterpenuhan hak asasi manusia dan
negara naik banding terhadap kehendak suatu sistem yang menjamin adanya hak asasi
negara berdasarkan keadilan atau tuntutan tersebut adalah inti dari teori kontrak sosial
moral. Apa yang adil dalam kehidupan Locke. Menurut Wijaya (2013), hak-hak
bernegara ditentukan oleh negara. Keadilan yang terampas dari kehidupan manusia
adalah apa yang sesuai dengan undang- adalah hak untuk memiliki hidup, bebas,
undang, betapapun buruknya. Apabila negara properti, dan kesehatan. Kontrak sosial yang
bertindak bertentangan dengan undang- dijalankan oleh suatu pemerintahan harus
undang, para warga negara akan kehilangan melindungi hak-hak tersebut.
motivasi untuk bersikap taat kepadanya Locke juga menyaksikan pertentang-
(Magnis-Suseno, 1995:11). an antara urusan pemerintahan dan agama
Negara ideal menurut Hobbes semakin meruncing. Dia merasa hal tersebut
tidaklah jelas. Suhelmi (2001:178-9) sebagai kekacauan utama masyarakat. Dia
berpendapat bahwa bagi Hobbes semua percaya bahwa cara yang mungkin dilakukan
bentuk negara baik, asal saja kekuasaan untuk menyelesaikan permasalahan ini
dalam negara tidak terbagi-bagi. Kekuasaan- adalah dengan mengembalikan urusan
nya harus mutlak. Dalam kasus di Inggris, dia mereka pada hakikatnya. Di satu sisi,
setuju bila parlemen yang berkuasa tetapi pemerintah berhubungan dengan urusan
pada saat yang sama raja tidak boleh berkuasa publik seperti bagaimana mengatur masyara-
atau sebaliknya. Fink (2010:52) menambah- kat atau melindungi masyarakat. Sedangkan
kan bahwa Hobbes memilih penguasa laki- di sisi yang lain urusan gereja merujuk pada
laki daripada penguasa perempuan. Hobbes urusan batiniah antara seseorang dengan
terlihat begitu fanatik pada ketertiban sosial tuhannya. Locke memper-timbangkan
yang diciptakan oleh sistem feodalis-patriarki bahwa seseorang pasti memiliki keinginan
Inggris. Wajar apabila kemudian dia sendiri-sendiri; sehingga dibutuh-kan
memberikan penguasa ideal dalam diri kontrak sosial untuk melindungi kepe-
William Sang Penakluk (William I atau milikan dan kebebasan rakyat. Dia percaya
William dari Normandia). bahwa kontrak sosial dipercaya adalah satu-
satunya jalan dalam menuju masyarakat
Kontrak Sosial John Locke 1 beradab. Kontrak sosial adalah legitimasi
John Locke adalah seorang filsuf otoritas politik untuk membatasi kewenang-
sekaligus pemikir yang lahir pada medio an setiap subjek dan hak dari setiap penguasa
1632. Dia hidup di tengah gejolak dua dari seluruh manusia yang secara alamiah
revolusi. Revolusi Puritan 1648 membawa terlahir bebas dan setara (Lessnoff, 1990:2).
kesadarannya bahwa agama dijadikan sebagai
kendaraan politik dalam menguasai suatu
1 Sub-bab ini dikembangkan dari artikel penulis
pemerintahan. Revolusi Kejayaan 1688 berjudul “John Locke dalam Demokrasi” yang
menjadi titik tolak pemikirannya tentang dipublikasikan di Jurnal Sejarah dan Budaya,
manusia dan dunia. Dia mulai memahami apa Vol.8, No.1, (2014): 13-24

yang dibutuhkan manusia dalam menjalani

188 J S P H
Kontrak Sosial Menurut Thomas Hobbes Dan John Locke, Daya Negri Wijaya

Baginya tidak seorangpun dapat apakah bangsa atau negara terlebih dahulu
memiliki kekuatan politik tanpa persetujuan karena para pendiri bangsa berpijak pada
rakyat. Hal ini berarti pada hakikatnya seluruh kebangsaan Indonesia hadir atas reaksi pada
aktivitas rakyat akan ditentukan oleh negara kolonial (Hindia-Belanda) yang
persetujuan rakyat. Namun, hanya manusia berarti tanpa disadari lebih dahulu terdapat
yang bebas (bukan budak) yang bersepakat negara kemudian bangsa.
untuk berpikir dan bertindak dalam satu Sangat membingungkan bagi
pemerintahan yang berdaulat disebut sebagai masyarakat umum jika memahami gagasan
masyarakat sipil. Pemerintah inilah yang Locke tentang pemerintah khususnya jika
kemudian memiliki tugas dalam melindungi berkaitan dengan commonwealth dan
kehidupan kebebasan, dan kepemilikan rakyat dominions (kedua konsep yang dimaksud
(Richards dkk, 1981:38). Dia mencoba oleh Locke ini berbeda dengan apa yang
menjelaskan bagaimana sistem kerja dipahami saat ini. keduanya merujuk pada
pemerintahan dan legitimasinya sesuai pemerintahan di pusat dan di koloni). Pada
dengan argumen-argumen di zamannya abad ke-17, proses kolonialisme Inggris di
seperti keadaan alamiah, keadaan perang, Amerika mengalami penyesuaian dan
ataupun mitos kontrak sosial. Dia memba- percampuran antara teori konstitusi dan
yangkan kehidupan manusia tanpa sebuah praktik kolonialisme. Locke sendiri juga
pemerintahan yang disebut keadaan alamiah berpartisipasi dalam proses tersebut sebagai
dan manusia hanya dibatasi oleh hukum alam. salah satu sekretaris informal dari pemilik
Hukum tersebut memiliki berbagai kelema- tanah di koloni Carolina bidang perdagangan
han yang mendorong mereka untuk masuk (Hsueh, 2002:427-429). Pengalamannya
pada alam peperangan. Satu-satunya jalan kemudian dituangkan dalam the Fundamen-
untuk keluar dari permasalahan ini adalah tal Constitutions of Carolina pada tahun
keluar dari keadaan alamiah dan menciptakan 1669. Esai tersebut menjelaskan bagaimana
masyarakat sipil dibawah satu pemerintahan cara membentuk pemerintahan perwakilan
yang berdaulat dengan kesepakatan bersama yang mengakomodir rakyat untuk berpartisi-
seluruh rakyat (Plamenatz, 1992:334). pasi dalam pemerintahan dan masyarakat
Ujaran tersebut tentu dapat dipahami koloni dapat dikontrol oleh pemilik tanah
jika melihat perkembangan manusia dan yang bermukim di Inggris (Locke, 1669).
masyarakat di permulaan kehidupan. Manusia Para pemilik tanah di Carolina membuat
mulai berkumpul dan membentuk suatu hukum dan struktur sosial yang sesuai
komunitas. Dalam komunitas tersebut akan sehingga dapat menjamin kehidupan yang
dipilih pemimpin sebuah komunitas yang layak bagi setiap insan dan mengisi semua
biasanya disebut ketua atau kepala suku. posisi eksekutif setelah menandatangani
Kepala suku ini yang kemudian menjalankan beberapa dokumen.
ketiga fungsi legislatif, eksekutif, dan Pemerintahan baik di pusat ataupun
yudikatif dalam politik modern. Walaupun di koloni bertugas untuk melindungi properti
demikian jika melihat perkembangan Indone- rakyat dan pelaksanaan pemerintahan
sia terlihat kerumitan dalam menentukan berdasarkan hukum yang telah ditegakkan

189 J S P H
JSPH Volume 1, Nomor 2, Desember 2016

oleh para pendiri negara. Locke (1691:273) yang menarik mengenai ketergantungan
berargumen bahwa: manusia. Manusia pada dasarnya sangat
bergantung pada orang lain dan bahkan tidak
“It may employ all that power in making laws
bisa hidup tanpa orang lain. Ketergantungan
for the community from time to time, and
executing those laws by officers of their own adalah salah satu sifat yang manusiawi. Kita
appointing” seringkali tanpa menyadari selalu bersandar
pada berbagai pelayanan ganda, sistem dan
Kesepakatan bukan hanya digunakan untuk
struktur, demi keberhasilan hidup. Akan
merevisi hukum dan memilih para eksekutif
tetapi, manusia seringkali malu ketika
tetapi juga untuk mengambil pajak dari rakyat
bergantung pada orang lain. Mereka begitu
seperti yang diungkapkan Locke (1691:227)
percaya bahwa mereka adalah manusia
dalam:
tangguh yang akan mencapai kesuksesan
“governments cannot be supported without hidup tanpa ketergantungan pada orang lain.
great charge, and it is fit everyone who enjoys Konsekuensi logisnya, manusia mulai tidak
his share of the protection, should pay out of
his estate his proportion for the maintenance percaya pada orang lain dan tidak mengakui
of it. But still it must be with his consent, i.e. kelebihan manusia lainnya.
the consent of the majority, giving it either by Kepekaan sosial dalam diri setiap
themselves, or their representatives chosen by
manusia nampak dengan jelas dikonstruksi
them: for if any one shall claim a power to lay
and levy taxes on the people” oleh masyarakat. Walaupun Hobbes (homo
homini lupus) dan Locke (tabula rasa)
Gagasannya mengenai pemerintahan kiranya memiliki perbedaan dalam melihat hakikat
bermuara pada pembagian kekua-saan manusia tetapi mereka memiliki tujuan yang
pemerintahan untuk mencapai semua yang sama yakni berupaya memberikan solusi
diinginkan dari keadaan alamiah manusia dan pada pergolakan masyarakat Inggris.
menjauhi keadaan perang dalam tiga Keduanya dapat disebut sedang “berkoalisi”
kekuatan: legislatif, eksekutif, dan federatif ketika mengajukan teori kontrak sosial.
(Tully, 1993:11). Kesepakatan bersama dianggap sebagai
kunci peredam konflik dan perang. Negara
Komparasi, Kontradiksi, dan Kritik dianggap sebagai pondasi utama dalam
Logika kontrak sosial Hobbes dan menyelesaikan permasalahan masyarakat.
Locke terlihat dalam institusi sosial terkecil, Hal yang berbeda juga nampak dalam negara
yakni keluarga. Mereka berdua terlihat ideal versi Hobbes dan Locke. Jika Hobbes
sepakat untuk melihat bahwa setiap anak sangat mendambakan kekuasaan mutlak
harus mematuhi apa yang diperintahkan oleh maka Locke menginginkan adanya
orang yang mengasuh mereka (Fink, 2010:54; pemisahan kekuasaan antara legislatif,
Wijaya, 2014:21). Oleh karena itu, orang eksekutif, dan federatif.
yang membesarkannya memiliki kuasa atas Walaupun mereka tergolong pemikir
anak tersebut. Ketergantungan antara satu klasik tetapi bukan berarti mereka tanpa cela.
manusia dengan lainnya terlihat begitu alami. Magnis-Suseno (1995:10) memberikan
Sadarjoen (2016) memberikan penjelasan tanggapan yang menarik pada asumsi dan

190 J S P H
Kontrak Sosial Menurut Thomas Hobbes Dan John Locke, Daya Negri Wijaya

teori Hobbes. Dia melihat rasa takut warga permasalahan masyarakat. Hal tersebut
negara sebagai dasar negara akan membuat disebabkan karena dia terlalu gegabah dalam
Hobbes kehilangan apa yang dicarinya yaitu merespon dan tidak pernah menyelidiki
stabilitas. Kekuasaan yang hanya berdasar- sesuatu secara mendalam. Kedua, apa yang
kan kemampuan penguasa untuk mengintimi- dia tulis hanya menghimpun apa yang ada
dasi bawahan secara hakiki bersifat instabil. dahulu dan yang ada sekarang. Dia tidak
Begitu kemampuan penguasa untuk mela- pernah melakukan suatu sintesis pada
kukan intimidasi berkurang kekuasaannya premis-premis yang ada. Ketiga, dia
pasti tumbang karena tidak ada unsur lain mengabaikan keberadaan raja atau ratu
yang menunjangnya. Selanjutnya, Mouritz beserta dengan para menterinya dalam
(2010) merasa kelemahan utama dari teori pemerintahan sipil. Dia terkesan melupakan
kontrak sosial Hobbes adalah ketidakmam- adanya berapa persen keterwakilan para
puannya dalam menjelaskan mengapa bangsawan di parlemen Inggris.
seseorang tidak menyepakati kontrak sosial Teori kontrak sosial seperti koin yang
dan tidak menaati negara. dilihat dari sisi yang berbeda. Nbete (2012)
Locke ternyata juga memiliki memandang dari sisi kebermanfaatan
berbagai keterbatasan. Russel (2007:818- kontrak sosial. Dia berujar bahwa kesepa-
844) setidaknya melihat terdapat dua hal yang katan sosial berhasil untuk menyeimbangkan
janggal dalam pemikiran Locke. Pertama, otoritas pemerintah dan kewajiban dari
gagasan Locke pada keadaan alamiah terlihat rakyat. Hal tersebut nampak dari kajiannya
kurang asli. Dia terlihat hanya mengambil apa mengenai pemerintah Nigeria. Kontrak so-
yang telah ada dari pendahulunya. Dia sial juga memberikan jalan bagi pemerintah
memakai kisah dari penjelasan Injil masa untuk menyampaikan kepentingan rakyat
patriarkal. Dia menulis ulang bahwa manusia secara rasional dan berpijak pada kehendak
hidup pada awalnya dengan kesejahteraan. umum. Akan tetapi, Frederik (2013) tidak
Kedua, Locke begitu memuja hak kepemi- sependapat dengan hal itu. Dia melihat tidak
likan. Walaupun apa yang dipikirkannya selamanya kontrak sosial akan berhasil. Dia
seolah menjadi pelumas jalannya roda berpijak pada asumsi bahwa manusia selalu
revolusi industri namun Locke tidak ingin untuk tidak bersepakat. Dia mengan-
menyadari tindakannya sebagai jalan daikan bahwa tidak mungkin semua orang
“penghisapan” manusia atas manusia lainnya. dewasa setuju pada satu keputusan tertentu.
Selain itu, Sabine (1981:187) Konsekuensi logisnya, akan selalu tercipta
mengajukan tiga kelemahan mendasar dalam ketidakharmonisan, konflik, bahkan perang.
teori Locke. Pertama, teorinya tidak Oleh karena itu, keberhasilan kesepakatan
mempunyai struktur yang logis yang cukup sosial (negara) sangat bergantung pada kese-
baik untuk menerima persoalan yang sulit. ragaman dan kepatuhan rakyat itu sendiri.
Locke memang telah menghubungkan satu
prinsip dengan prinsipnya yang lain tetapi hal
itu tidak banyak membantu dalam mengatasi

191 J S P H
JSPH Volume 1, Nomor 2, Desember 2016

PENUTUP Fink, H. (2010). Filsafat Sosial. Yogyakarta:


Teori kontrak sosial menurut Hobbes Pustaka Pelajar
dan Locke terlihat sama tetapi sebenarnya Frederick, D. (2013). “Social Contract
berbeda. Hobbes melihat hakikat manusia Theory Should Be Abandoned”.
sebagai serigala bagi manusia lainnya. RMM. Vol.4, (2013): 178–190
Mereka tidak akan berhenti merampas Gombrich, E.H. (2015). Sejarah Dunia untuk
bahkan membunuh manusia lainnya hingga Pembaca Muda. Tangerang Selatan:
kesejahteraan dan kebahagiaan mereka Marjin Kiri
tercapai. Akan tetapi, Locke melihat manusia Hadiwijono, H. (1980). Sari Sejarah Filsafat
sebagai kertas putih tanpa noda. Manusia Barat 2. Yogyakarta: Kanisius
hidup dengan kebahagiaan dan kesejahteraan Hsueh, V. (2002). “Giving Orders: Theory
sampai mereka merasa memiliki sesuatu. and Practice in the Fundamental
Keinginan untuk memiliki membuat mereka Constitutions of Carolina”. Journal
saling berebut satu sama lain hingga terjadilah of the History of Ideas. Vol.63, No.3
konflik dan perang. Keadaan perang (2002): 425-445
menuntut Hobbes dan Locke mencari jalan John, J. (2015). Sejarah Gelap Dinasti Tudor.
keluarnya. Mereka seirama untuk mengaju- Jakarta: PT Elex Media
kan kontrak sosial sebagai jalan perdamaian Komputindo
dimana negara akan menjamin keadilan dan Lessnoff, M. (1990). Social Contract Theory.
kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, negara Oxford: Basil Blackwell
ideal bagi mereka juga berbeda. Hobbes Locke, J. (1669). “Letters and Miscellaneous
mendambakan kekuasaan mutlak dan Locke Works: The Fundamental Constitu-
pemisahaan kekuasaan. tion of Carolina”. The Works of John
Locke in Nine Volumes 12th editions
DAFTAR RUJUKAN (1824). London: Rivington
Adisusilo, S. (2013). Sejarah Pemikiran Locke, J. (1691). “Economic Writings and
Barat: Dari Klasik sampai Yang Two Treatises of Government”. The
Modern. Jakarta: Rajawali Press Works of John Locke in Nine Volumes
Budiardjo, M. (2009). Dasar-Dasar Ilmu 12th editions (1824). London:
Politik. Jakarta: Gramedia Media Rivington
Pustaka Magnis-Suseno, F. (1992). Filsafat sebagai
Budiman, A. (1996). Teori Negara: Negara, Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius
Kekuasaan, dan Ideologi. Jakarta: Magnis-Suseno, F. (1995). Kuasa dan Moral.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Fibriamayusi, R.P. (2013). “Thomas Hobbes: Mouritz, T. (2010). “Comparing the Social
Rasionalitas dan Konsepnya tentang Contracts of Hobbes and Locke”. The
Manusia dan Kekuasaan Negara”. B. Western Australian Jurist Vol. 1,
Suyanto (Ed). 2013. Filsafat Sosial. (2010):123-127
Malang & Yogyakarta: Aditya Media
Publishing

192 J S P H
Kontrak Sosial Menurut Thomas Hobbes Dan John Locke, Daya Negri Wijaya

Nbete, A.D. (2012). “The Social Contract Sabine, G.H. (1981). Teori-Teori Politik:
Theory: A Model for Reconstructing a Sejarah Pertumbuhan dan
True Nigerian Nation-State”. Perkembangannya. Bandung:
International Journal of Humanities Binacipta
and Social Science, Vol.2, No.15, Sadarjoen, S.S. (2016). “Mitos Ketergan-
(2012):267-278 tungan”. Kompas, 25 Juni 2016,
Perry, M. (2014). Peradaban Barat: Dari Hal.25
Zaman Kuno sampai Zaman Suhelmi, A. (2001). Pemikiran Politik Barat:
Pencerahan. Yogyakarta: Kreasi Kajian Sejarah Perkembangan
Wacana Pemikiran Negara, Masyarakat, dan
Plamenatz, J. (1992). Man and Society: Kekuasaan. Jakarta: Gramedia
Political and Social Theories from the Pustaka Utama
Middle Ages to Locke. London: Syam, F. (2007). Pemikiran Politik Barat:
Longman Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan
Plummer, K. (2013). Sosiologi the Basics. Pengaruhnya terhadap Dunia Ke-3.
Jakarta: Rajawali Press Jakarta: Bumi Aksara
Richards, J., L. Mulligan, & J. Graham. Tully, J. (1980). A Discourse on Property.
(1981). “Property and People: Cambridge: Cambridge University
Political Usages of Locke and Some Press
Contemporaries”. Journal of the Wijaya, D.N. (2013). The Dynamo of
History of Ideas. Vol. XLII, No. 1 Civilised Society: John Locke on
(1981): 29-52. Nation and Character Building.
Russel, B. (2007). Sejarah Filsafat Barat dan Disertasi Master Tidak Dipublikasi-
Kaitannya Dengan Kondisi Sosio- kan. Sunderland: MA History,
Politik Zaman Kuno Hingga University of Sunderland
Sekarang. Yogyakarta: Pustaka Wijaya, D.N. (2014). “John Locke dalam
Pelajar Demokrasi”. Jurnal Sejarah dan
Budaya, Vol.8, No.1, (2014): 13-24

193 J S P H

Anda mungkin juga menyukai