Anda di halaman 1dari 5

Hidayaturrahmi & Tirthaningsih Peran FISH pada diagnostik genetik

PERAN TEHNIK SITOGENETIK MOLEKULER FLUORESCENT IN SITU HYBRIDIZATION


(FISH) PADA DIAGNOSTIK GENETIK
1
Hidayaturrahmi, 2Ni Wajan Tirthaningsih
1
Bagian Anatomi Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Aceh
2
Departemen Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya
2
Unit Genetika Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo, Surabaya

ABSTRACT
Fluorescent in situ hybridization techniques (FISH) is a molecular cytogenetic technique used to detect
chromosomal abnormalities using fluorescence microscope. This technique bridges the gap between
conventional metaphase chromosome analysis with molecular genetic analysis (DNA). FISH technique has
sensitivity, specificity, and high speed in the implementation process, so that it becomes the technique of
choice to detect the microdeletion and microduplication syndrome (deletion < 4Mb), along with mental
retardation characteristic. FISH provide useful information for the genetic counseling of affected families.
In general, FISH can be used to diagnose genetic disorders and estimate prognosis. However, FISH cannot
be used as a screening test for chromosomal rearrangement.
Keywords: FISH, genetic disorder, microdeletion, microduplication

ABSTRAK
Teknik Fluorescent In Situ Hybridization (FISH) merupakan teknik molekuler sitogenetik yang digunakan
untuk mendeteksi kelainan kromosom dengan menggunakan mikroskop fluoresens. Teknik ini menjembatani
jarak antara analisis kromosom metafase konvensional dengan analisis genetik molekuler (DNA). Teknik
FISH mempunyai sensitifitas, spesivisitas dan kecepatan yang tinggi dalam proses pelaksanaannya,
sehingga teknik ini menjadi pilihan untuk mendeteksi sindroma mikrodelesi dan mikroduplikasi (delesi <
4Mb) yang disertai dengan ciri retardasi mental. FISH sangat membantu konseling kepada keluarga yang
terkena menjadi tepat sasaran. Secara umum, FISH dapat digunakan untuk mendiagnosis banyak kelainan
genetik dan memperkirakan prognosis. Namun, FISH tidak dapat digunakan sebagai screening test untuk
chromosomal rearrangement.
Kata kunci: FISH, kelainan genetik, mikrodelesi, mikroduplikasi

Korespondensi: Hidayaturrahmi, Bagian Anatomi Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala,
Jl. Tanoh Abee, Kopelma Darussalam, Banda Aceh, Propinsi Aceh, email: hidayaturrahmi.dr@gmail.com

Latar belakang reproduksi, infertilitas, kematian pada saat lahir,


Perkembangan teknik sitogenetik selama 30 tahun kelainan kongenital, retardasi mental dan
terakhir telah menentukan teknik yang semakin patogenesis malignancy. Kelainan kromosom
sensitif alam mendeteksi kelainan kromosom, terdeteksi sekitar 2% dari seluruh kehamilan dan
yaitu teknik Fluorescent In Situ Hybridization ditemukan pada wanita berusia 35 tahun atau
(FISH) (Bishop, 2010). Teknik FISH merupakan lebih. Dengan angka kejadian pada sekitar 50%
awal dari sebuah era baru studi kromosom terkait dari aborsi spontan, 6% pada saat dilahirkan, 5%
struktur dan fungsi (Ivan, et al., 2005), pada pasangan dengan riwayat keguguran dan
menggunakan gabungan pendekatan molekuler 0,5% dari bayi yang baru lahir (Luthardt &
dan sitologi (Ivan, et al., 2005). Teknik FISH Keitges, 2001).
diperkenalkan pada akhir tahun 1980-an (Jeffrey, Kromosom merupakan bahan genetik dari suatu
et al., 2003; Bishop, 2010). organism dan senyawa organik yang paling stabil
Pada tahun 1956 ditemukan bahwa jumlah mempertahankan jumlah dan strukturnya, namun
kromosom manusia adalah 46, maka mulai saat 9okikromosom dapat mengalami aberasi
itu era baru sitogenetika klinis mulai berkembang (kelainan) yang dapat menyebabkan kelainan
dengan pesat (Luthardt & Keitges, 2001). jumlah dan struktur (Obe, et al., 2002; Volpi &
Beberapa sindroma kromosom mayor mulai Bridger, 2008). Kelainan jumlah dan fungsi
dilaporkan dan kontribusinya terhadap penyakit tersebut dapat menyebabkan kelainan genetik
genetik yang mengakibatkan masalah pada (Moore & Best, 2001). Kelainan jumlah seperti

1
Majalah Biomorfologi Volume 28 No. 1 Februari 2015

polyploidy dan aneuploidy (Bishop, 2010), dan dari hibridisasi probe (Volpi & Bridger, 2008) dan
kelainan struktur terjadi karena kerusakan segmen menjadi teknik pilihan untuk menentukan lokasi
kromosom atau crossing over yang tidak merata sekuen dari nucleic acid yang spesifik (Jeffrey et
yang menyebabkan terjadinya delesi, ring al., 2003).
chromosom, duplikasi, translokasi, insersi dan
inversi (Moore & Best, 2001). Dalam konteks ini
terdapat banyak kondisi kelainan struktur
kromosom yang ditandai dengan retardasi mental
dan telah terbukti berhubungan dengan
mikrodelesi dan mikroduplikasi kromoson
tertentu, kondisi ini disebut sindroma mikrodelesi
dan sindroma mikroduplikasi (Angelovska, et al.,
2007), dimana kelainan struktur kromosom pada
kedua sindroma ini adalah < 4Mb, mendekati
limit resolusi analisis kromosom konvensional
(Halder, et al., 2013). Sehingga untuk mendeteksi
kelainan genetik seperti ini tidak dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis kromosom
konvensional namun dibutuhkan analisis genetik
molekuler (DNA) (Jeffrey et al., 2003). Oleh
karena itu, FISH sangat berperan untuk dapat Gambar 1. Prinsip kerja teknik FISH
mendeteksi dengan cepat berbagai kasus yang (Bishop, 2010).
dicurigai sebagai suatu sindroma mikrodelesi dan
mikroduplikasi (Halder, et al., 2013).
Selain dapat digunakan untuk membantu Prinsip kerja dari teknik FISH adalah dengan
penegakan diagnostik kelainan genetik tersebut mempersiapkan elemen dasar probe DNA dan
diatas, FISH juga dapat digunakan pada diagnosis urutan target yang diinginkan (Gambar 1A) dalam
preimplantasi dan prenatal (Jeffrey et al., 2003; hal ini probe yang dipilih harus spesifik, sensitif
Ivan, et al., 2005), dapat diaplikasikan ke dalam dan mudah untuk masuk dalam jaringan (Moter &
kegiatan penelitian gen mapping dan identifikasi Gobel, 2000), karena pemilihan probe sangat
jenis onkogen terbaru atau kelainan genetik yang penting dalam menganalisis kelainan genetik
terdapat pada beberapa jenis sel kanker (Bishop, (Bishop, 2010). Sebelum dilakukan tahap
2010). hibridisasi, probe DNA diberi label secara tidak
langsung dengan hapten atau diberi label secara
Diskusi langsung dengan menggunakan penggabungan
FISH adalah teknik sitogenetik molekuler yang fluorophore (gambar 1B) (Bishop, 2010). Cara
mampu mendeteksi kelainan struktur kromosom yang umum dipakai adalah cara langsung karena
yang sangat kecil < 4Mb, dengan menggunakan tidak memerlukan langkah deteksi lanjut setelah
mikroskop fluoresens (Bishop, 2010). Teknik ini dihibridisasi sehingga lebih mudah, murah dan
sangat spesifik karena hibridisasi hanya terjadi cepat (Moter, & Gobel, 2000). Selanjutnya probe
antara probe dan spesimen yang akan dianalisis DNA berlabel dan DNA target didenaturasi untuk
dalam lokus target yang spesifik dari suatu menghasilkan untaian DNA tunggal (gambar 1C).
kromosom (Angelovska, et al., 2007), juga Kemudian probe DNA dan DNA target
memiliki sensitivitas sangat tinggi hingga 10 kb digabungkan, memungkinkan annealing of
serta kecepatan tes dari material FISH dapat complementary urutan DNA (gambar 1D) pada
berproses dalam 4-24 jam (Bishop, 2010). probe yang dilabel secara tidak langsung maka
Sehingga teknik ini dapat menjembatani jarak diperlukan langkah tambahan untuk
antara teknik analisis kromosom metafase memvisualisasi hapten non-fluoresensi dengan
konventional dengan analisis molekuler (DNA) menggunakan sistem deteksi enzimatik atau
(Angelovska, et al., 2007). Secara umum, teknik imunologi, selanjutnya sinyal dapat dievaluasi
ini telah disepakati sebagai alat laboratorium dengan menggunakan mikroskop fluoresens
klinis (Bishop, 2010). Secara konseptual, teknik (gambar 1E) (Bishop, 2010).
FISH sangat sederhana yang pada dasarnya terdiri

2
Hidayaturrahmi & Tirthaningsih Peran FISH pada diagnostik genetik

Pada kelainan kromosom seperti sindroma


mikrodelesi dan mikroduplikasi dimana kelainan
struktur kromosom yang sangat kecil < 4Mb atau
mendekati limit resolusi analisis kromosom rutin,
maka analisis metafase konventional tidak mampu
mendeteksi kelainan kromosom tersebut
(Angelovska, et al., 2007; Moore & Best, 2001),
namun analisis genetik dengan menggunakan
teknik analisis molekuler (DNA) membutuhkan
waktu yang sangat lama dan membutuhkan biaya
yang mahal. Oleh karena itu, teknik FISH sangat
berperan untuk mendeteksi secara cepat berbagai
kasus yang dicurigai sebagai suatu sindroma
mikrodelesi dan mikroduplikasi (Halder, et al.,
2013).
Gambar 2. Fluoresensi pada FISH, 2 probe Sindroma mikrodelesi dan mikroduplikasi sering
kontrol menunjukkan kromosom 22, hilangnya juga disebut sebagai sindroma gen yang
pendar warna merah menunjukkan mikrodelesi berdekatan karena melibatkan hilangnya
22q11.2 pada 1 lengan homolog serangkaian kromosom yang terkait dengan gen,
(Hijau = probe kontrol. Merah= probe 22q11.2) dengan variasi ukuran delesi yang berbeda-beda
( Karen, E.W. & Erik, C.T., 2011) (Moore & Best, 2001). Segmen kromosom yang
hilang terjadi tumpang tindih sehingga
menimbulkan beberapa ciri-ciri klinis yang sama
Kemampuan penting dari teknik FISH adalah (Moore & Best, 2001). Sindroma mikrodelesi
dengan menentukan multicolor probe secara terjadi secara spontan dan dilaporkan terjadi
bersamaan. Hal ini sangat berguna untuk sekitar 5 persen dari angka retardasi mental yang
mendeteksi kelainan struktur yang melibatkan tidak dapat dijelaskan (Halder, et al., 2013) dan
daerah kromosom yang berbeda dan mendeteksi sindroma mikroduplikasi angka kejadiannya lebih
kelainan jumlah secara paralel (Bishop, 2010; langka dari pada sindroma mikrodelesi (Moore &
Volpi & Bridger, 2008). Best, 2001).

Tabel 1. Sindroma mikrodelesi dan mikroduplikasi (Moore & Best, 2001).

3
Majalah Biomorfologi Volume 28 No. 1 Februari 2015

Tabel 2. Insiden dan variasi panjang delesi kromosom (Vogel & Fryns, 2004).
Sindroma Insiden dalam kelahiran hidup Panjang delesi kromosom
Digorge 1/Velocardiofacial 1/4000 1-3 Mb
Prader Willi 1/20000 3 Mb kromosom paternal
Angelman 1/20000 3 Mb kromosom maternal
Neurofibromatosis 1/3500 1.5 Mb
Williams 1/20000 1,6 Mb
Smith Magenis 1/25000 3.7 Mb

FISH dapat digunakan untuk mendeteksi seluruh digunakan sebagai screening test untuk
kelainan yang terjadi karena kelainan genetik chromosomal rearrangement karena FISH hanya
terkecuali pada kasus Loss Of Heterozygosity mampu mendeteksi imbalansi yang sudah dikenali
(paternal dan maternal) yang membutuhkan teknik sebelumnya.
deteksi jangkauan yang cukup luas (Bishop,
2010). Namun, FISH masih memiliki Daftar pustaka
kelemahanya itu hanya dapat mendeteksi kelainan Angelovska, S. et al., 2007. Implementation of
genetik yang dikenal dan sesuai dengan probe fluorescent in situ hybridization (FISH) as
yang tersedia atau dengan kata lain probe untuk method for detecting microdeletion
kelainan genetik yang telah diketahui sebelumnya syndromes- our first experiences. Sec. Bio.
harus hibridisasi dengan spesimen yang menjadi Med. Sci., MASA, 28(2), hal.87-97.
target sehingga teknik FISH dapat menunjukkan Bishop, R., 2010. Applications of fluorescence in
kelainan genetik tertentu saja (Bishop, 2010). Dan situ hybridization (FISH) in detecting
FISH juga tidak dapat digunakan sebagai genetic aberrations of medical significance.
screening test untuk chromosomal rearrangement Bioscience Horizons, 3, hal.85-95.
karena FISH hanya mampu mendeteksi imbalansi Devi, et al., 2005. FISH and GISH: modern
yang sudah dikenal sebelumnya (Bishop, 2010). cytogenetic techniques. Indian journal of
Namun demikian FISH sangat membantu biotechnology, 4, hal.307-315.
menyelesaikan kasus retardasi mental dan Halder, A. et al., 2013. Fluorescence in situ
sindrom malformatif yang semakin meningkat, hybridization (FISH) using non-commercial
sehingga konseling kepada keluarga yang terkena probes in the diagnosis of clinically
menjadi tepat sasaran (Angelovska, et al., 2007). suspected microdeletion syndromes. Indian
J Med Res., 138, hal.135-142.
Simpulan Ivan, Y. et al., 2005. An Approach for
FISH adalah teknik sitogenetik molekuler yang quantitative assessment of fluorescence in
digunakan untuk mendeteksi abnormalitas situ hybridization (FISH) signal for applied
kromosom dan kelainan genetik tertentu, dengan human molecular cytogenetics. Journal of
menggunakan mikroskop fluoresens. Teknik FISH histochemistry & cytochemistry, 53(3), hal.
diperkenalkan pada akhir tahun 1980-an sebagai 401-408.
teknik yang dapat mejembatani jarak antara teknik Jeffrey, M. et al., 2003. Fluorescence in situ
analisis kromosom metafase konvensional dengan hybridization: past, present and future.
analisis genetik dengan molekuler (DNA). FISH Journal of Cell Science, 116, hal.2833-
dapat mendeteksi delesi kromosom yang kecil < 2838.
4Mb yang dikenal sebagai mikrodelesi dan Karen, E.W. & Erik, C.T., 2011, Clinical Utility
mikroduplikasi, bila disertai dengan gejala of Chromosomal Microarray Testing,
retardasi mental disebut sebagai sindroma Mayo Foundation for Medical Education
mikrodelesi dan mikroduplikasi. Teknik FISH and Research. Diunduh: 20 Desember
memiliki spesifisitas dan sensitifitas serta 2013 dari
kecepatan yang tinggi dalam pelaksanaanya. http://www.mayomedicallaboratories.com/a
Namun FISH belum mampu mendiagnosis rticles/communique/2011/03.html
kelainan pada kasus Loss Of Heterozygosity Luthardt, W.F. & Keitges, E., 2001.
(paternal dan maternal). FISH juga tidak dapat Chromosomal syndrome and genetic

4
Hidayaturrahmi & Tirthaningsih Peran FISH pada diagnostik genetik

disease. Encyclopedia of life science, hal.1- Vogel, A & Fryns, P.J., 2004. Atlas of genetics
11. and cytogenetics in oncology and
Moore, M.C. & Best, G.R., 2001. Chromosomal haematology. Microdeletions and
genetic disease: structural aberrations. Molecular Genetic, Diunduh: 28 November
Encyclopedia Of Life Sciences. Diunduh: 2013 dari
17 november 2013 dari http://AtlasGeneticsOncology.org/Educ/Mi
http://www.els.net/WileyCDA/ElsArticle/re crodeletionID30059ES.html.Volpi, V.E. &
fId-a0001452.html. Bridger, M.J., 2008. FISH glossary: an
Moter, A & Gobel, U.B., 2000. Invited review overview of the fluorescence in situ
fluorescence in situ hybridization (FISH) hybridization technique. Biotechniques, 45,
for direct visualization of microorganisms. hal.385-409.
Journal of microbiological methods, 41, Volpi, V.E. & Bridger, M.J., 2008. FISH glossary:
hal.85-112. an overview of the fluorescence in situ
Obe, G. et al., 2002. Chromosomal aberrations: hybridization technique. Biotechniques, 45,
formation, identification and distribution. hal.385-409.
Mutation research, 504, hal.17-36.

Anda mungkin juga menyukai