Anda di halaman 1dari 12

Ririn Fauziah

URGENSI SUNAH DALAM PENETAPAN HUKUM ISLAM

Ririn Fauziah
Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro
shonafauziyah@gmail.com

Abstract

“Sunnah as one of the sources of Islamic law that occupies the second position after al-
Qur'an, it is still a matter of disputed. The dispute stems from differences of opinion about the
legal force contained in the sunnah, which includes binding and has the power to emulate or
not. These differences of opinion have different legal consequences. The position and urgency
of sunnah in the formation of Islamic law also did not escape from the dispute. Some scholars
believe that the sunnah as the second source of law is capable of independently establishing
the law, but some others assume that the sunnah is not a source of law-settlers but rather the
explanation and detailing, so that anything born from sunnah has actually been covered in
al-Qur'an 'an. Sunnah serves to explain and strengthen the laws that already exist in al-
Qur'an. Sunnah also provides the details and interpretations of the verses of al-Qur'an that
are still mujmal or global, providing limits on the things that have not been limited, giving
specificity (takhsis) on the verses that are general, and provide explanations of things which
is still complicated in al-Qur'an. Sunnah also serves as the forming of a new law that does
not exist in al-Qur'an.”

Keyword: Sunah, Islamic Law

Pendahuluan

Sunah sebagai salah satu sumber hukum Islam yang menduduki posisi kedua setelah
al-Qur’an, ternyata masih menjadi hal yang diperselisihkan. Perselisihan tersebut bersumber
dari perbedaan pendapat mengenai kekuatan hukum yang dikandung sunah tersebut, yakni
termasuk yang mengikat dan mempunyai kekuatan untuk diteladani atau tidak. Perbedaan
pendapat ini menimbulkan akibat hukum yang berbeda pula.
Adakalanya kapasitas Rasul SAW sebagai utusan Allah yang mendapat perlakuan
khusus tidak difahami oleh umatnya sehingga umatnya mengikuti segala perbuatan yang
dilakukan Rasul SAW yang sebenarnya hal tersebut hanya dikhususkan bagi Rasul SAW dan

37 AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018


tidak diperbolehkan bagi umatnya untuk mengikutinya, seperti menikah lebih dari empat
orang istri, dan sebagainya.
Kedudukan sunah dan urgensinya dalam pembentukan hukum Islam juga tak luput
dari perselisihan. Sebagian ulama meyakini bahwa sunah sebagai sumber hukum kedua
mampu dengan mandiri menetapkan hukum, namun sebagian yang lain beranggapan bahwa
sunah bukan merupakan sumber penetap hukum tetapi lebih pada penjelas dan merinci,
sehingga apa-apa yang lahir dari sunah sesungguhnya telah tercover di dalam al-Qur’an. Oleh
karena itu, pada tulisan ini akan dibahas mengenai sunah, macam-macamnya, dan kedudukan
serta urgensinya dalam pembentukan hukum islam.

Sunah: Definisi dan Macam-macamnya

Sunah menurut bahasa adalah: jalan (cara) yang biasa dilakukan, baik berupa cara
yang baik atau buruk. Menurut istilah ulama ushul, Sunah adalah: segala suatu yang
bersumber dari Rasulullah SAW berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan, dari segi
kedudukannya sebagai salah satu sumber hukum Islam.1 Syi’ah memandang sunah sebagai
segala sesuatu yang disandarkan pada orang yang ma’sum (terjaga dari segala perbuatan hina,
dosa, dan maksiat) baik berupa perkataan, perbuatan, atau penetapan. Mereka beranggapan
bahwa yang ma’sum bukan hanya Rasul SAW, tetapi keturunan dari Fatimah dan Ali (ahl al-
bait) juga merupakan orang-orang yang ma’sum dan dapat dijadikan sebagai sumber .2
Sunah dari segi dzatnya dibagi menjadi 3 macam, yaitu: sunah qauliyah, sunah
fi’liyah, dan sunah taqri>riyah.
a. Sunah qauliyah adalah: segala yang diucapkan Rasul SAW baik dalam bentuk
pernyataan, anjuran, perintah, cegahan, maupun larangan3. Seperti hadis di bawah ini:
‫ صوموا لرؤيته وافطروا لرؤيته‬:‫قوله صلى هللا عليه و سلم‬
Rasul SAW bersabda: “berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah (tidak puasa)
karena melihat hilal”.
‫ من نام عن الصلة او نسيها فليصلها اذاذكرها‬:‫قوله صلى هللا عليه و سلم‬
Rasul SAW bersabda: barang siapa yang tidak shalat karena tertidur atau karena lupa
maka hendaklah ia mengerjakan shalat itu ketika ia telah ingat.4

1
Musthafa Ibrahim. Asba>bu ikhtilafi al-fuqaha> fi al-ahka>m al-syar’iyyah (Bagdad: Darul Arabiyyah, 1987),
255.
2
Amir Syarifuddin. Us}u>l al-Fiqh (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 75.
3
Tim Penyusun Studi Islam IAIN Ampel. Pengantar Studi Islam (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2010), 52.

AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018 38


Ririn Fauziah

b. Sunah fi’liyah (‘amaliyah): segala perbuatan Rasul SAW yang dilihat oleh para
sahabat mengenai masalah ibadah, muamalah, dan sebagainya. Seperti cara Rasul
SAW melaksanakan shalat, puasa, haji, dan lain-lain.5 Para ulama membagi sunah
fi’liyah dari segi kekuatan untuk diteladani dan mengikat ke dalam tiga bagian, yaitu:
1. Perbuatan Rasul SAW sebagai manusia biasa atau berupa adat kebiasaan, seperti:
cara makan, minum, duduk, berdiri, berpakaian, memelihara jenggot, dan
sebagainya.
Mengenai kekuatan mengikat untuk diteladani atau tidak, para ulama
berbeda pendapat. Sebagian ulama berpendapat bahwa perbuatan Rasul SAW
semacam ini merupakan sunah yang memiliki kekuatan hukum untuk diikuti
meskipun hanya dihukumi sunah (mandub). Sedang ulama yang lain menganggap
perbuatan Rasul SAW hanya sebagai adat kebiasaan sehingga tidak memiliki
kekuatan hukum untuk diteladani.6
Namun, segala suatu yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai
manusia, bukan sebagai Rasul, ada kemungkinan boleh dilakukan baginya dan
bagi umatnya, dan umatnya disunahkan untuk mengikutinya.
2. Perbuatan Rasul SAW yang dikhususkan hanya untuk Rasul SAW, seperti:
wajibnya s}alat d}uha, witir, tahajjud tengah malam, dan berkurban. Perbuatan ini
hanya diwajibkan bagi Rasul SAW dan disunahkan bagi umatnya. Sedang
mengenai masuk Makkah tanpa ihram dan nikah lebih dari empat istri, hanya
dikhususkan bagi Rasul SAW dan merupakan hal yang haram dilakukan bagi
umat.
Jadi segala suatu yang sudah pasti merupakan kekhususan bagi Rasul
SAW, tidak perlu diikuti oleh umatnya kecuali ada dalil yang mengharuskan atau
membolehkan kita untuk mengikutinya.
3. Perbuatan Rasul SAW yang berisi penjelasan hukum, seperti: tata cara s}alat,
puasa, cara melakukan jual-beli, utang-piutang, dan sebagainya.7 Perbuatan Rasul
SAW yang berupa penjelasan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a) Merupakan penjelas terhadap apa-apa yang terdapat dalam al-Qur’an yang
masih memerlukan penjelasan. Hukum yang timbul dari penjelasan Rasul

4
Muhammad Abu Zahrah. Us}u>l al-Fiqh (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, t. th), 82.
5
Zufran Rahman. Kajian Sunah Nabi SAW Sebagai Sumber Islam: Jawaban Terhadap Aliran Inkar Sunah
(Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1995), 11.
6
Amir syarifuddin. Us}u>l Fiqh…………….., 78-79.
7
Musthafa Ibrahim. Asba>b al-ikhtila>fi al-fuqaha> fi al-ahkam al-syar’iyyah………… 257-259.

39 AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018


SAW itu mengikuti hukum yang ada dalam al-Qur’an, baik dalam bentuk
waji>b, nadb maupun iba>hah.
b) Memberi petunjuk kepada umat bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukan.
Para ulama sepakat mengenai perbuatan Nabi yang merupakan penjelas
hukum untuk umat dan menjadi dalil hukum harus dipatuhi oleh umat.
Perbuatan Rasul SAW yang tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa itu
merupakan penjelas hukum, tidak membenarkan dan tidak menolak terbagi menjadi dua,
yaitu:
1) Terdapat tujuan ibadah atau pendekatan diri kepada Allah. Pada hal ini terjadi
perbedaan pendapat tentang kedudukan hukumnya. Madhab Hanabilah dan
Mu’tazilah mengatakan bahwa perbuatan tersebut mengarah pada hukum waji>b untuk
Rasul SAW dan umatnya. Madhab Syafi’ dan pengikutnya berpendapat bahwa hal
tersebut hanya merupakan nadb. Madhab Maliki menghukumi mubah, dan sebagian
pengikut madhab Syafi’i tidak memberi komentar.
2) Tidak jelas memiliki tujuan ibadah atau pendekatan diri kepada Allah. Dalam hal ini
terdapat empat pendapat berbeda, yaitu: waji>b menurut ibn Suraikh, at-Tabari, dan
sebagian pengikut Syafi’i. Sunah menurut Hanafi, Syafi’i dan Mu’tazilah. Mubah
menurut Malik dan Hanbali. Sedang Asy’ariyah memilih al-tawaquf (tidak
berkomentar sampai datangnya dalil).8
Segala sunah Rasul SAW yang berupa penjelasan terhadap sesuatu maka
hukumnya sama seperti sesuatu yang dijelaskan. Selain itu, perbuatan Rasul SAW
dianggap sunah (untuk diikuti umatnya) apabila tidak ada dalil yang mewajibkannya,
sebab apa yang keluar dari Rasul SAW dalam kapasitasnya sebagai seorang Rasul tidak
menunjukkan kebolehan (mubah) untuk diikuti juga tidak menunjukkan kewajiban untuk
diikuti bila tidak ada petunjuk atau dalil yang mewajibkannya.
c. Sunah Taqririyah adalah: sikap diam Rasulullah SAW saat mengetahui peristiwa yang
dilakukan para sahabat baik berupa ucapan, atau perbuatan, baik kejadian itu terjadi di
hadapan Rasul SAW atau berita tersebut sampai kepada Rasul SAW. Oleh karena Rasul
diutus untuk menjelaskan syariat Islam dan menentang segala yang bertentangan dengan
syariat, maka diamnya Rasul SAW berarti persetujuan dari beliau terhadap perbuatan atau
ucapan tersebut. Sebagaimana ketika Rasul SAW berkata kepada para sahabat yang
menemaninya dalam perang Bani Quraidhah: “janganlah salah satu dari kalian s}alat

8
Amir syarifuddin. Ushul Fiqh…………….., 79-80.

AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018 40


Ririn Fauziah

ashar kecuali di Bani Quraidhah”, para sahabat berbeda pendapat dalam memahami
perkataan tersebut. Sebagain sahabat memahami ucapan itu secara harfiah sehingga
mereka mengakhirkan shalat Ashar sampai tiba di Bani Quraidhah, sedang sebagian yang
lain memahami bahwa ucapan itu merupakan perintah agar bergegas supaya tidak
terlambat untuk meyerang musuh sehingga mereka tetap melaksanakan s}alat ashar saat
itu (sebelum sampai Bani Quraidhah). Ketika berita itu sampai pada Rasul SAW, beliau
membenarkan kedua kelompok tersebut.

Dampak Perbedaan Dalam Masalah-Masalah Cabang (Fiqh)


A. Perbedaan pendapat mengenai hukum berkurban
Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum berkurban adalah wajib sebagaimana
yang diucapkan Rabi’ah dan Malik didalam riwayatnya, Auza’i, Laits bin Sa’ad, Zafar
dan Hasan. Sedangkan Imam Hanafi merincinya sebagai berikut: jika harta seseorang
telah mencapai satu nisab maka wajib baginya berkurban, tapi jika belum sampai satu
nisab maka tidak wajib berkurban dan jika waktu berkurban telah lewat maka tidak wajib
mengulangnya. Sedangkan mayoritas ulama seperti Syafi’i, Hanbali, Syi’ah dan beberapa
tokoh Maliki mengatakan bahwa berkurban adalah sunah muakkad bagi yang mampu.
Hal ini sebagaimana menurut Abu Bakar, Umar, Usman, Ibnu Mas’ud dan beberapa
sahabat lainnya.
Adapun sebab perbedaan pendapat itu adalah perbedaan pemahaman mengenai
perbuatan Rasul SAW dalam berkurban itu wajib atau sunah. Ulama yang mengatakanya
wajib maka menegaskan bahwa berkurban juga wajib, sementara ulama yang mengatakan
perbuatan Rasul itu hukumnya sunah maka mereka menegaskan bahwa berkurban itu
hukumnya sunah.
a) Perbedaan pendapat mengenai tayamum
Diriwayatkan dari Amr bin Ash bahwasannya: “aku mimpi basah pada waktu
perang yang berkepanjangan, lalu aku berpikir bahwa jika mandi maka aku
mungkin akan rusak (sakit), lalu aku memutuskan untuk bertayamum dan shalat
subuh dengan para sahabat”. Kemudian hal itu diceritakan kepada Rasul SAW.
Kemudian Rasul SAW berkata: “Hai Amr, engkau shalat dengan para sahabat
dalam keadaan junub”. Lalu aku (Amr bin Ash) berkata: “saya mendengar Allah
berfirman: Janganlah engkau membunuh dirimu karena sesungguhnya Allah itu
menyayangimu”. Kemudian Rasul tidak mengingkari (menyalahkan) Amr bin Ash.

41 AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018


Mayoritas ulama menegaskan kebolehan tayamum bagi orang yang menemukan
air apabila ia takut untuk menggunakanya karena cuaca yang sangat dingin. Mayoritas
mereka bersandar pada pengakuan Rasul SAW pada Amr bin Ash dalam cerita di atas,
sedang sebagian yang lain bersandar pada qiyas yakni mengqiyaskan cuaca yang sangat
dingin dengan orang sakit. Sedangkan ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa tidak
boleh bertayamum karena alasan cuaca dingin kecuali jika berhadas besar, sebab akan
membahayakan jika mandi. Sementara orang yang berhadas kecil tidak boleh tayamum
kecuali jika akan membahayakan bila menggunakan air.
Sebagian ulama menerangkan bahwa ayat al-Quran membatasi hal-hal yang
diperbolehkan tayamum, sehingga takut menggunakan air karena terlalu dingin, tidak
termasuk di dalamnya. Adapun sebab perbedaan itu adalah perbedaan mereka dalam
mengambil (menggunakan sebagai dalil) sunah taqri>riyah pada kasus Amr bin Ash, di
mana ulama Hanafiyah mengambilnya dan mengkhususkannya untuk hadas besar saja,
karena Amr bin Ash (pada persitiwa itu) sedang berhadas besar. Sedangkan mayoritas
ulama tidak membatasi hanya hadas besar saja, namun hadas kecil juga diperbolehkan
tayamum karena alasan di atas, sebab tidak ada perbedaan di antara keduanya.9
Kedudukan Sunah dan Urgensinya dalam Penetapan Hukum Islam
Para ulama telah sepakat bahwa sunah merupakan salah satu sumber hukum islam
yang menempati posisi kedua setelah al-Qur’an. Hal ini disandarkan pada:
1. Al-Qur’an
Allah SWT mewajibkan umat Islam untuk menaati Rasul-Nya sebagaimana yang
terdapat dalam beberapa ayat al-Qur’an seperti: dalam surat ali imran dan al-Nisa’ berikut:

               

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.10

             

9
Ibrahim, Asbab al-ikhtilafi al-fuqaha fi al-ahkam al-syar’iyyah…………, 261-262.
10
QS. Ali Imran (3): 31.

AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018 42


Ririn Fauziah

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati Allah. dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka”.11

Selain kedua ayat di atas, terdapat beberapa ayat lain yang menjelaskan tentang
kewajiban menaati Rasul SAW, diantaranya: surat al-Nisa’ (64), al-Nahl (4), al-Ahzab (36)
dan sebagainya. Ini menunjukan bahwa sunah Nabi merupakan hujjah dan sumber hukum
islam.12

2. Sunah
Sebagaimana hadis dari Aisyah dan Abdullah bin Umar berikut:
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من احدث في امرنا هذا ما ليس منه فهو رد‬:‫عن عائسة قالت‬
Rasul SAW bersabda: barang siapa yang membuat hal baru, yang tidak termasuk
bagian dari ajaranku maka ditolak.
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ليؤمن احدكم حتى يكون هواه تبعا لما جئت به‬:‫عن عبدهللا ابن عمر قال‬
Rasul SAW bersabda: Tidak beriman salah seorang di antara kamu sampai hawa
nafsunya tunduk pada apa yang aku bawa.

Dan beberapa hadis lain yang menegaskan bahwa sunah merupakan sumber hukum
islam setelah al-Qur’an.13
3. Ijma’
Para sahabat sepakat untuk mengikuti sunah Rasul SAW dan kembali ke
Sunah bila tidak menemukan hukum suatu masalah di dalam Al-Qur’an.
4. Dalil Aqli
Setiap orang yang berakal mengetahui bahwa orang yang dipercaya sebagai
Nabi pasti bisa dipercaya segala apa yang keluar darinya dan wajib diikuti. Disamping
itu al-Qur’an sebagai sumber primer hukum Islam tidak menjelaskan secara rinci
mengenai tata cara maupun syarat dari beberapa perintah yang dibebankan kepada
umat sehingga melalui Rasul SAW semuanya akan menjadi lebih jelas. Jika sunah

11
Q.S. al-Nisa (4): 80.
12
Ibrahim, Asbab al-ikhtilafi al-fuqaha fi al-ahkam al-syar’iyyah…………, 263. Lihat pula Achmad el
Ghandur. Perspektif Islam. Terj Ma’mun Muhammad Murai. (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2006), 125-126.
13
Ibrahim, Asba>b al-ikhtila>fi al-fuqaha> fi al-ahkam al-syar’iyyah………….., 263-264.

43 AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018


tidak berfungsi sebagai hujjah, maka manusia akan kesulitan dalam melakukan
perintah yang dibebankan.14
Dari beberapa dalil di atas, umat Islam sepakat mengenai kewajiban mengikuti Rasul
SAW dan beranggapan bahwa setiap orang dapat dipegang ucapanya dan ditinggalkan
kecuali Rasulullah SAW. Jika seorang ahli fiqh menghukumi sesuatu bertentangan dengan
yang ditetapkan Rasul SAW maka hal itu karena sunah Rasul tidak sampai kepadanya atau
sampai tapi sunah itu tidak sah menurutnya.
Mengenai Urgensi sunah dapat kita ketahui dari segi dilalahnya atau hukum-hukum
yang terkandung di dalamnya, yaitu:
a) Sunah berfungsi menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan
oleh al-Qur’an. Sehingga hukum itu memiliki dua sumber yaitu al-Qur’an sebagai
sumber utama dan sunah sebagai ta’qid (penguat). Sebagaimana diharamkannya
bersaksi palsu di dalam al-Qur’an berikut ini:

                

         

“Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang


terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya dan telah
dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu
keharamannya, Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta”.15

Ayat tersebut kemudian dikuatkan oleh Hadis Nabi yang berbunyi:


‫ألأنبئكم بأكبر الكبائر ثلثا قالوا بلى يا رسول هللا قال الشراك بالل وعقوق الوالدين وجلس وكان متكئا فقال‬
(‫ال وقول الزور )الحديث‬
“Perhatikan, aku akan memberitahukan kepadamu sekalian tentang dosa yang
paling besar, sahut kami: “baiklah, hai Rasulullah, beliau meneruskan sabdanya:
1) menyekutukan Allah; 2) durhaka kepada kedua orang tua. Saat itu Rasul SAW

14
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam: Permasalahan dan Fleksibilitasnya (Jakarta: Sinar Grafika, 1995),
26-27.
15
QS. al-Hajj (22): 30.

AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018 44


Ririn Fauziah

sedang bersandar, tiba-tiba duduk seraya bersabda lagi: “awas berkata palsu”
(HR. Bukhari Muslim).16

b) Memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang masih mujmal atau
global (bayan al-mujmal), memberikan batasan terhadap hal-hal yang belum terbatas
(taqyid al-mutlaq), memberikan kekhususan (takhsis) ayat-ayat yang bersifat umum
(takhshish al-amm), dan memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang masih rumit di
dalam al-Qur’an.17
Contoh bayan al-mujmal:

       

“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'” .18

S{alat di dalam al-Qur’an hanya disebutkan secara global mengenai wajibnya shalat
tanpa dijelaskan kaifiyah (cara-cara) menjalankannya, jumlah rakaatnya, dan sebagainya
secara terperinci. Hal ini dijelaskan dalam Hadis berikut ini:
‫صلواكما رأيتموني أصلى‬
“S}alatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat aku mengerjakan s}alat” (HR.
Bukhari Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasul SAW memberikan contoh praktis tentang cara-
cara menjalankan ibadah shalat.
Contoh taqyid al-muthlaq:
Di dalam al-Qur’an disebutkan tentang ketentuan anak dapat mewarisi harta orang tua
dan keluarganya sebagai berikut:

         

"Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.


yaitu:bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak
perempuan".19

16
Muhaimin, et al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005), 134-135.
17
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 41.
18
QS. al-Baqarah (2): 43.
19
QS. al-Nisa’ (4): 11.

45 AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018


Di dalam ayat tersebut tidak dijelaskan batasan (syarat-syarat) untuk saling mewarisi
antara mereka. Kemudian hadis mengemukakan batasan (syarat), tidak berlainan agama dan
tidak adanya tindakan pembunuhan. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
‫ل يرث المسلم الكافر ولالكافرالمسلم‬
“Si muslim tidak boleh mewarisi harta kafir dan si kafir pun tidak boleh mewarisi
harta si muslim.” (HR. Jamaah)

Contoh takhsish al-amm:

…….           

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah……." 20.

‫أحلت لكم ميتتان ودمان فأما الميتتان فالحوت والجراد واما الدمان فالكبد والطحال‬
“Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun dua
macam bangkai itu adalah bangkai ikan dan bangkai belalang, sedang dua macam
darah itu ialah hati dan limpa”. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)21
Al-Qur’an mengharamkan bangkai dan darah secara umum, namun Hadis di atas
mengecualikan dua bangkai dan dua macam darah yang halal.
c) Sunah sebagai pembentuk hukum baru yang belum ada dalam al-Qur’an, sehingga
sumber yang digunakan adalah Sunah. Seperti masalah sanksi terhadap pezina yang
sudah bersuami. Dalam al-Qur’an ia dihukum dengan 100 kali cambukan, kemudian
sunah menambahkannya dengan hukum rajam.
Para ulama telah sepakat mengenai fungsi sunah sebagai penguat dan penjelas
terhadap al-Qur’an, namun mengenai fungsi sunah sebagai pembentuk hukum baru yang
belum ada dalam al-Qur’an masih menjadi perselisihan di antara ulama. Sebagian ulama
berpendapat bahwa sunah tidak mandiri dalam menetapkan hukum, tetapi bersandar pada
nash umum al-Qur’an sehingga sunah bertugas menjelaskan dan mencabangkannya.
Sedangkan sebagian yang lain beranggapan bahwa sunah memang membentuk hukum secara
mandiri. Sebagaimana diharamkannya mengumpulkan antara seorang wanita dengan bibinya,

20
QS. al-Maidah (5): 3.
21
Muhaimin, et al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam…………, 136-137.

AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018 46


Ririn Fauziah

haramnya hewan yang berkuku tajam dan hewan buas yang bertaring, dan beberapa hukum
lain yang tidak terdapat di dalam al-Qur’an. Sunah dengan kemandiriannya menetapkan
keharamannya.22
Dalam hal ini Imam Syafi’i mencoba memberikan alasan terhadap pendapat yang
menerima fungsi sunah sebagai pembentuk hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur’an,
yaitu:
1) Rasul SAW memiliki otoritas untuk menetapkan sesuatu yang tidak terdapat di dalam
al-Qur’an dengan catatan selama Rasul diyakini ma’sum, maka tidak ada halangan
untuk menetapkan syari’at sendiri. Sehingga Rasul berhak untuk menetapkan hukum
yang tidak di atur dalam al-Qur’an.
2) Banyak ayat al-Qur’an yang menunjukkan wajib taat kepada Rasul SAW, termasuk
apa yang ditetapkan.
3) Banyak Hadis yang menunjukkan bahwa sunah dan al-Qur’an merupakan rujukan
utama.
Sedang pendapat yang kedua menganggap bahwa apapun yang ditetapkan oleh sunah
sebenarnya telah ditetapkan di dalam al-Qur’an. Al-Qur’an hanya berfungsi sebagai penjelas
dan semua yang diucapkan, dilakukan, dan ditetapkan Rasul adalah kembali kepada al-
Qur’an.23 Sesungguhnya tidak ada perbedaan antara kedua pendapat di atas karena pada
hakikatnya mereka sepakat adanya ketetapan baru dari sunah, hanya saja pendapat yang
pertama menyatakan bahwa ketetapan itu berdiri sendiri sedang pendapat yang kedua
menyatakan bahwa ketetapan tersebut tidak terlepas dari al-Qur’an.

Penutup

Sunah menurut bahasa adalah: cara yang biasa dilakukan, baik berupa cara yang baik
atau buruk. Sedangkan menurut istilah Sunah adalah: segala suatu yang bersumber dari
Rasulullah SAW berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan.
Macam-macam Sunah dari segi dzatnya dibagi menjadi 3 macam, yaitu: sunah
qauliyah, sunah fi’liyah, dan sunah taqri>riyah. Sunah qauliyah adalah: segala yang diucapkan
Rasul SAW baik dalam bentuk pernyataan, anjuran, perintah, cegahan, maupun larangan.
Sedang Sunah fi’liyah (‘amaliyah) adalah segala perbuatan Rasul SAW yang disaksikan oleh

22
Salim Ali al-Bahanasawi, Rekayasa as-Sunah. Terj. Abdul Basith Junaidy. (Yogyakarta: Ittaqa Press, 2001),
21-22.
23
Fathurrahman Djamil. Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 98-100.

47 AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018


sahabat meliputi masalah ibadah, muamalah, dan sebagainya. Sunah Taqririyah adalah: sikap
diam Rasulullah SAW saat mengetahui peristiwa yang dilakukan para sahabat baik berupa
ucapan, atau perbuatan, baik kejadian itu terjadi di hadapan Rasul SAW atau berita tersebut
sampai kepada Rasul SAW.
Sunah berfungsi menjelaskan dan memperkuat hukum-hukum yang telah ada di dalam
al-Qur’an. Sunah juga memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang masih
mujmal atau global, memberikan batasan terhadap hal-hal yang belum terbatas, memberikan
kekhususan (takhsis) pada ayat-ayat yang bersifat umum, dan memberikan penjelasan
terhadap hal-hal yang masih rumit di dalam al-Qur’an. Sunah juga berfungsi sebagai
pembentuk hukum baru yang belum ada dalam al-Qur’an.

Daftar Pustaka
Abdullah, Sulaiman. Sumber Hukum Islam: Permasalahan dan Fleksibilitasnya. Jakarta:
Sinar Grafika, 1995.

Abu Zahrah, Muhammad. Us}ul> al-Fiqh Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, t. th.
Ali al-Bahanasawi, Salim. Rekayasa as-Sunah. Terj. Abdul Basith Junaidy. Yogyakarta:
Ittaqa Press, 2001.

Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Ghandur, (el) Achmad. Perspektif Islam. Terj Ma’mun Muhammad Murai. Yogyakarta:
Pustaka Fahima, 2006.

Ibrahim, Musthafa. Asba>bu ikhtilafi al-fuqaha> fi al-ahka>m al-syar’iyyah. Bagdad: Darul


Arabiyyah, 1987.
Muhaimin, et al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam Jakarta: Kencana, 2005.
Muhammad Syah, Ismail. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Rahman, Zufran. Kajian Sunah Nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam: Jawaban
Terhadap Aliran Inkar Sunah Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1995.
Syarifuddin, Amir. Us}ul> al-Fiqh, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Tim Penyusun Studi Islam IAIN Ampel. Pengantar Studi Islam. Surabaya: Sunan Ampel
Press, 2010.

AT-TUHFAH: Jurnal Keislaman. Vol.7, No.1, 2018 48

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas 2 MSDM
    Tugas 2 MSDM
    Dokumen2 halaman
    Tugas 2 MSDM
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat
  • Soal Satu Bendel Uji Kompetensi Keahlian 2022-2023
    Soal Satu Bendel Uji Kompetensi Keahlian 2022-2023
    Dokumen28 halaman
    Soal Satu Bendel Uji Kompetensi Keahlian 2022-2023
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat
  • Akuntan Agensi
    Akuntan Agensi
    Dokumen1 halaman
    Akuntan Agensi
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat
  • 7 3 1-25-28
    7 3 1-25-28
    Dokumen4 halaman
    7 3 1-25-28
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat
  • 7
    7
    Dokumen1 halaman
    7
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat
  • 6
    6
    Dokumen1 halaman
    6
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat
  • 9
    9
    Dokumen1 halaman
    9
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen1 halaman
    Laporan
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen1 halaman
    Laporan
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat
  • 01.2023 TJ Kemala Barat Perdes APBDes
    01.2023 TJ Kemala Barat Perdes APBDes
    Dokumen8 halaman
    01.2023 TJ Kemala Barat Perdes APBDes
    Rivaldo Agung Utama
    Belum ada peringkat