Anda di halaman 1dari 28

Evaluasi Mata Kuliah Hukum dan Perundang-undangan Kelautan dan Perikanan

Oleh:

GHEFIRA NABILAH

L021201017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat- Nya kami diberi
kesehatan walafiat, atas rahmat dan hidayah-Nya lah, sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “ Evalusi Mata Kuliah Hukum Dan Perundang – Undangan
Kelas B Ilmu Kelautan Dan Perikanan “ dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
informasi bagi para pembaca, khususnya mahasiswa program studi Ilmu Kelautan dan perikanan
dalam Mata Kuliah Hukum dan Perundang-undangan B. Saya sangat berharap makalah ini dapat
membantu kita untuk memahami kimia dasar. Dalam penyusun tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang saya hadapi. Namun, saya kami menyadari bahwa kelancaran dan penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan kerja sama kita semua, sehingga kendala-
kendala kelompok kami dapat teratasi

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa. Saya sadar bahwa makalah ini banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran kelompok kami
harapkan demi tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 07 Juni 2021


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Evalusi mata kuliah hukum dan perundang – undangan kelas B ilmu kelautan dan
perikanan membahas tentang hukum laut Internasional dibagi-bagi dari beberapa zona laut,
semakin jauh zona dari pantau suatu negara semakin menipis kedaulatan dan yurisdiksi yang
memiliki negara akan zona laut tersebut. Pengukuran lebar setiap zona laut Ini dimulai dari garis
pangkal. Garis pangkal ini juga menjadi awal pengukuran penentuan pembagian zona laut dengan
negara tetangga apabila zona laut tersebut berhimpitan dengan zona laut oleh negara tetangga itu.
Garis pangkal ini terdapat tiga macam, yaitu garis pangkal normal atau biasa (normal baseline),
garis pangkal lurus (straightbaseline), dan garis pangkal lurus kepulauan {archipelagic baseiine).
Garis pangkal normal adalah garis air laut surut yang mengikuti pantai. Sedangkan garis pangkal
lurus adalah garis yang ditarik dengan cara menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau
terluar pada saat air laut surut. Garis pangkal lurus kepulauan hanya dapat diterapkan oleh negara
kepulauan seperti yang didefinisikan oleh 1982 United Nations Convention on the Lawof the Sea
(KonvensI Hukum Laut 1982/ UNCLOS).

Hukum Internasional adalah sekumpulan aturan yang mengatur hubungan antar negara
dan antar subjek melalui Hukum Internasional lainnya, dengan menerapkan perjanjian-perjanjian
internasional, hukum kebiasaan intemasional, dan prinsip-prinsip umum Hukum Internasional.
Perjanjian Internasional bi lateral antar dua negara, dapat menjadi hukum kebiasaan Intemasional
apabila perjanjian bilateral itu kemudian substansinya ditiru oleh negara-negara lain, dipraktikkan
secara konsisten dan lama kelamaan dianggap sebagai hukum (opinio juris necessitatis).

Pasal 1 ayat 1 menjadi tidak berlaku karena ordonansi ini membagi wilayah daratan
Indonesia dalam bagianbagian terpisah dengan teritorialnya sendiri- sendiri. Antarpulau
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari daratannya, lebar laut teritorial dinyatakan 12
mil laut diukur mulai dari garis pangkal tersebut menuju ke luar, kedaulatan Negara Republik
Indonesia mencakup perairan Indonesia, ruang udara di atasnya, dasar laut dan tanah di
bawahnya, beserta sumber-sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.
Rumusan Masalah

1. Bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan pengelolaan sumber daya di wilayah


laut yaitu paling jauh 12 mil-laut untuk Provinsi, yang dihitung dari garis pantai ke
arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan, dan 1/3 dari itu untuk
Kabupaten/Kota. Apabila lebar wilayah laut antara dua Provinsi yang berhadapan < 24
mil-laut, maka kewenangan dibagi sama jarak, dan Kabupaten/Kota memperoleh 1/3
dari wilayah kewenangan propinsi [Pasal 18 ayat (5)].

a. UU No. Berapa dan tentang hal apa yang mengatur pernyataan tersebut di
atas?.

b. Garis pantai yang mana dimaksudkan berdasarkan garis pangkal untuk


menetapkan batas wilayah laut di atas, berikan contoh gambar pada sebuah
pulau terluar suatu daerah yang anda ketahui.

2. Dalam pasal 18 UURI tentang Pemerintahan Daerah memiliki kewenangan


pengelolaan wilayah laut paling tidak 5 hal, sebutkan kewenangan daerah yang
dimaksud.

3. Kepulauan Balabalakang di Selat Makassar menjadi polemik pengelolaannya antara


Kab. Mamuju (Sulbar) dengan Kab. Pasir (Kaltim).

a. Jelaskan alasan kedua pemerintahan daerah tsb saling mengklaim bahwa Kep.
Balabalakang sebagai pihak yang berhak mengelolanya.

b. Jelaskan pendapat anda dalam penyelasaikan konflik pengelolaan wilayah laut


kedua pemerintahan daerah tsb

c. Jika panjang garis pantai Kab. Polman Sulbar 89 km, berapa luas wilayah
pengelolaan laut daerah Kab. Polman ?.

4. Gambar dan jelaskan batas-batas pengelolaan wilayah laut secara hukum dan geografi.

5. Penetapan kedudukan garis pantai berdasarkan pasang surut yang digunakan untuk
menetapkan batas sempadan pantai menjadi penting. Demikian pula lebar sungai
menjadi tolak ukur penetapan lebar sempadan sungai.

a. Tuliskan rumus untuk menetapkan perlindungan kawasan pantai berhutan


bakau ke arah darat berdasarkan Kepres 32/1990 pasal 27.

b. Jika perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan 0,79 meter yg tercatat
di stasiun Pasut pelabuhan Makassar, berapa lebar jalur hijau hutan bakau di
Kelurahan Untia Kec. Biringkanaya Makassar ?
c. Illustrasikan penetapan garis pangkal penutup sungai, misalnya Sungai
Jeneberang yang kedua ujung tepian sungai menjorok ke arah laut dengan
deliniasi garis surut terendah 5 m.

d. Gambar & beri keterangan lebar sempadan sungai berdasrkan penampang


melintang sebuah sungai besar.

6. Menurut Sorensen dan Mc.Creary (1990) dalam Dahuri, R., dkk, telah dipraktekkan di
beberapa Negara atau Negara bagian tentang batas ke arah darat dan ke arah laut
wilayah pesisir;

a. Gambarkan batas program pengelolaan wilayah pesisir dan program


pengelolaan lautan yang berlaku sekarang dan untuk masa mendatang.

b. Sebutkan batas ke arah darat dan batas ke arah laut wilayah pesisir Negara
Cina, Israel dan Queensland.

7. Beri keterangan dan interpretasikan gambar tsb di atas berdasarkan prinsip- prinsip
pengelolaan wilayah laut berkelanjutan kaitannya:

a. Kearifan local dan pemberdayaan masyarakat.

b. Pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu.

c. Perspektif zonasi/tata-ruang wilayah pesisir.


Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui kewenangan pengelolaan sumber daya di wilayah laut yaitu paling jauh 12
mil-laut untuk Provinsi, yang dihitung dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke
arah perairan kepulauan, dan 1/3 dari itu untuk Kabupaten/Kota.

2. Mengetahui pasal 18 UURI tentang Pemerintahan Daerah memiliki kewenangan


pengelolaan wilayah laut.

3. Mengetahui Kepulauan Balabalakang di Selat Makassar menjadi polemik


pengelolaannya antara Kab. Mamuju (Sulbar) dengan Kab. Pasir (Kaltim).

4. Mengetahui Gambar dan jelaskan batas-batas pengelolaan wilayah laut secara hukum
dan geografi.

5. Mengetahui Penetapan kedudukan garis pantai berdasarkan pasang surut yang


digunakan untuk menetapkan batas sempadan pantai menjadi penting. Demikian pula
lebar sungai menjadi tolak ukur penetapan lebar sempadan sungai.

6. Mengetahui dan memahami Menurut Sorensen dan Mc.Creary (1990) dalam Dahuri,
R., dkk, telah dipraktekkan di beberapa Negara atau Negara bagian tentang batas ke
arah darat dan ke arah laut wilayah pesisir.

7. Mengetahui dalam memberi keterangan dan interpretasikan gambar tersebut di atas


berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan wilayah laut berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 27 ayat(3)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengatur wilayah pengelolaan yang menjadi


kewenangan Daerah Provinsi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 27 ayat (3) di mana
kewenangan pengelolaan laut Daerah Provinsi diatur paling jauh 12 mil laut diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Maka dengan berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, terjadi perubahan kewenangan
pengelolaan laut oleh Pemerintah Provinsi yang semula 4-12 mil kini menjadi 0-12 mil.
Kewenangan pengelolaan perairan laut sebelumnya dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dari 0-4 mil dan oleh Pemerintah Provinsi kewenangan zonasi lautnya dahulu 4-
12.
Beberapa perubahan peraturan dalam hal penentuan batas. Apabila wilayah laut Antar
provinsi tidak mencapai batas maksimal masing-masing, Maka batas akan dibagi sama jarak
dengan prinsip garis tengah(median line). Penelitian ini merupakan bentuk pengaplikasian
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dalam memperbaharui Penentuan batas pengelolaan
wilayah laut daerah. Dalam Penelitian ini akan dibahas bagaimana menentukan batas Pengelolaan
wilayah laut daerah serta dilakukan analisa dari hasil Penentuan batas pengelolaan wilayah laut.

1.2 Laut Teritorial

Konvensi Hukum Laut 1982: setiap Negara Pantai mempunyai laut teritorial
(territorialSea) Bab II Pasal 2-32.
Pasal 2 : kedaulatan negara pantai mencakup Wilayah darat, perairan pedalaman, perairan
Kepulauan kalau negara kepulauan, dan Sampai laut territorial atau laut wilayah.
Kedaulatan tersebut meliputi ruang udara diAtasnya dan dasar laut serta tanah dibawah-Nya.
Pasal 3 : setiap Negara mempunyai hak untuk Menetapkan lebar laut teritorialnya tidak Melebihi
12 mil laut yang diukur dari garis

Pangkal. Pulau Batek, salah satu pulau terluar yang terletak Kecamatan Amfoang Timur,
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam menjadi milik Timor Leste, jika

masalah perbatasan antarnegara di


2.1 pasal 18 UURI tentang Pemerintahan Daerah memiliki kewenangan pengelolaan
wilayah laut
Pasal 18

1) Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya
di wilayah laut
2) Daerah memanfaatkan bagi hasil atau pengelolaan sumber daya alam di bawah dasar dan
atau di dasar laut sesuai dengan hukum perundang-undangan
3) Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 meliputi:
a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di luar minyak
dan gas bumi.
b. Pengaturan administratif
c. Pengaturan tata ruang
d. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah
e. Ikut serta dalam pemeliharaan keamanan di laut; dan
f. Ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara

4) Kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) paling jauh 12 mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah
perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 dari wilayah kewenangan provinsi untuk
kabupaten/ kota.
5) Apabila wilayah laut antara dua provinsi kurang dari 24 mil kewenangan untuk mengelola
sumber daya di wilayah laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai prinsip garis tengah dari
wilayah antar dua provinsi tersebut, dan untuk kabupaten/kota memperoleh 1/3 dari
wilayah kewenangan provinsi dimaksud.
6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) tidak berlaku terhadap
penangkapan ikan oleh nelayan kecil.
7) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),ayat (3),ayat (4) dan ayat (5)
diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.

3.1 Alasan pemerintahan kabupaten Mamuju (Sulbar) dengan kabupaten pasir ( Kaltim) saling
mengklaim bahwa kepulauan Balabalakang sebagai pihak yang berhak mengelola nya.

Dari segi posisinya kepulauan balabalakang juga sebagai kawasan laut yang potensial
karena banyak dihuni oleh habitat ikan berbagai jenis dan spesies, dan dengan posisi itu
kepulauan balabalakang merupakan Great Barrier Reefnya Indonesia. Kepulauan balabalakang ini
dari segi letaknya sangat potensial kawasan ini adalah kawasan laut yang subur karena dihuni
banyak jenis ikan dan spesies sehingga kawasan ini memang harus menjadi perhatian pemerintah
di Sulbar untuk pengembangannya, apalagi kondisi kepulauan tersebut dengan setumpuk masalah
yang dialami. Potensi kepulauan Balabalakang sebagai kawasan yang berpotensi besar untuk
menjadi kawasan atau taman nasional seperti Takabonerate, Bunaken maupun kepulauan
Togeang. Dengan potensi inilah kedua velah pikah bahkan saling mengkalim daerah tersebut.

3.2 Tanggapan terhadap penyelesaian konflik pengelolaan wilayah laut antara kabupaten
Mamuju dengan kabupaten pasir terhadap kepulauan Balabalakang di selat Makassar.

Menurut saya konflik ini harus segera diselesaikan,dari beberapa sumber yang telah saya
baca sejak kabupaten Mamuju masih dalam wilayah administrasi provinsi Sulawesi Selatan,
kepulauan Balabalakang jelas adalah salah satu wilayah administrasi kabupaten Mamuju.
Pemprov Sulsel yang kalah itu Mamuju masih dalam wilayah pemerintah Sulawesi Selatan, saat
ini provinsi Sulawesi barat yang merupakan pemekaran dari Sulsel pulau balabalakang juga
masuk dalam wilayah administrasi Pemkab. Kepulauan balabalakang merupakan gugusan pulau
terluar Sulawesi barat, yang masuk dalam wilayah administrasi kabupaten Mamuju. Kepulauan
itu sering disebut sebagai surga tersembunyi di selat Makassar karena memiliki potensi laut dan
pariwisata yang luar biasa.

mengenai hal ini bukan lagi saatnya kita sebagai rakyat Indonesia,para pemerintah
kabupaten/kota untuk saling memperebutkan, namun disini kita harus saling kompak bagaimana
pun caranya agar kedepannya kita bisa memanfaatkan kekayaan alam kita, melestarikan dan
menjaga kekayaan alam di negeri kita.

3.3 Jika panjang garis pantai Kab. Polman Sulbar 89 Km, berapa luas wilayah pengelolaan
laut daerah Kab. Polman ?.

Kabupaten Polewali Mandar juga merupakan daerah yang berada di kawasan maritim.
Dengan garis pantai sepanjang sekitar 89,07 kilometer dan luas perairan 86.921 km2, masyarakat
pesisir Polewali Mandar telah menciptakan kebudayaan bahari yang sangat khas. Salah satu upaya
pemanfaatan perairan Mandar adalah aktivitas para nelayan dalam menangkap ikan atau
membudidayakan potensi laut lainnya. Selain itu, hasil tangkapan nelayan Mandar (ikan tuna,
cakalang, tongkol), ikan juga dibudidayakan dengan sistem pertambakan (bandeng dan udang).
Dengan demikian, potensi perikanan Kabupaten Polewali Mandar (laut maupun tambak) sangat
besar. Data dari dinas terkait di Polewali Mandar menunjukkan bahwa pada tahun 2004 tercatat
23.491,7 ton yang terdiri dari 20.456,3 ton produksi perikanan laut dan 3.035,3 ton perikanan
darat.

Gerografis provinsi Sulawesi Barat ini terletak diantara 118°43′15 – 119°54’03


bujur timur dan 0°12′ − 03°38′ lintang selatan. Dengan memiliki luas 16.787,18 kilometer persegi
dan terdiri dari 69 pulau. Adapun, wilayah laut seluas 7.668,84 kilometer persegi dan garis pantai
barat dengan memanjang dari utara ke selatan sepanjang 639,07 kilometer. Dinas Kelautan dan
Perikanan Tahun 2013, bahwa tahun 2008- 2012 panjang jalan tambak yang terbangun adalah
22,2 km yang artinya dalam rangka meningkatkan aksesibilitas produksi perikanan masih
diperlukan sekitar 105,88 km jalan tambak, dan saluran irigasi tersier tambak yang telah
terbangun adalah 86,25 km yang artinya jika ingin meningkatkan produktifitas tambak diperlukan
169,92 km saluran irigasi tersier.

4.1 Gambar dan jelaskan batas-batas pengelolaan wilayah laut secara hukum dan
geografi

Indonesia memiliki luas wilayah sebesar 5.455.675 km2 dan 3.544.744 km2 di antaranya atau 2/3
wilayahnya adalah lautan. Karena mempunyai wilayah yang luas, Indonesia berbatasan dengan
banyak negara, walaupun mayoritas negaranya adalah negara anggota ASEAN.

a. Batas Landasan Kontinen

Merupakan dasar laut yang jika dilihat dari segi geologi maupun geomorfologinya merupakan
kelanjutan dari kontinen atau benua. Landas kontinen memiliki kedalaman kurang dari 200 m.
Oleh karena itu, wilayah laut dangkal dengan kedalaman 200 m merupakan bagian dari wilayah
negara yang berada di kawasan laut tersebut. Batas landas kontinen diukur mulai dari garis dasar
pantai ke arah luar dengan jarak paling jauh adalah 200 mil. Luas landas kontinen Indonesia
adalah 2.749.001 km2. Landas Kontinen (Continental

Shelf) diatur dalam UNCLOS 1982 pada BAB VI, dari pasal 76 hingga pasal 85, dalam
ringkasannya yakni

 Landas kontinen meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dan berada di bawah
permukaan laut serta merupakan kelanjutan alamiah wilayah daratan negara tersebut.
 Batas terdalam landas kontinen berada di luar laut teritorial suatu negara (bukan dari
pantai).
 Batas terluar Landas Kontinen ditetapkan berdasarkan tiga kriteria:
a.) kriteria horizontal, yaitu jarak dari dari garis pangkal
b.) kriteria vertikal pada kedalaman laut 2500 meter
c.) kriteria ketebalan sedimen dasar laut sebagai bukti adanya keterkaitan alamiah dengan daratan
(natural prolongation).

Penjelasan landasan kontinuen ini setiap negara berhak menentukan kriteria yang dianggap paling
menguntungkan. Namun, apapun kriteria yang dipilih, batas terluar paling jauh adalah 350 mil
diukur dari garis pangkal. Untuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan, maka dihitung
dari garis pangkal kepulauan. Dalam contohnya egara yang jarak pinggiran luar tepi kontinen di
bawah 200 mil akan memilih kriteria horizontal. Indonesia tidak menggunakan kriteria vertikal
karena garis isobat kedalaman 2500 meter berjarak di bawah 200 mil. Hal yang tidak
menguntungkan. Negara-negara yang terletak di tepi benua, termasuk Indonesia, karena
karakteristik lautnya, lebih suka menggunakan kriteria ketebalan sedimen karena berpotensi
memperluas zona landas kontinennya.

Secara umum garis batas terluar landas kontinen berhimpit dengan garis batas terluar ZEE, yaitu
sejauh 200 mill. Untuk landas kontinen hingga 200 mil ini, negara pantai tidak perlu melakukan
submisi untuk mendapatkan haknya selama tidak mengganggu kepentingan negara lain yang
berdekatan.

b. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

ZEE adalah wilayah laut sejauh 200 mil dari pulau terluar saat air surut.

Luas ZEE Indonesia adalah 2.936.345 km2. ZEE diumumkan pemerintah Indonesia pada tanggal
21 Maret 1980. Mengenai kegiatan-kegiatan di ZEE Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.
5 tahun 1983 pasal 5 tentang ZEE. Pada ZEE, Indonesia memiliki hak untuk:

1. Melakukan eksplorasi, eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumber daya alam.


2. Berhak melakukan penelitian, perlindungan, dan pelestarian laut.
3. Mengizinkan pelayaran internasional melalui wilayah ini dan memasang berbagai sarana
perhubungan laut.

Bebeberapa wilayah yang tidak mempunyai nilai kemerdekaan sendiri atau bentuk
kepemerintahan sendiri yang statusnya sudah dikenal oleh PBB, ataupun masih berada dalam
dominasi suatu kolonial juga tidak bisa diberlakukan.
Pada resolusi III, yang diadopsi oleh UNCLOS III, dinyatakan bahwa terdapat beberapa ketentuan
dimana terdapat hak dan kewajiban yang dilihat berdasarkan konvensi serta harus
diimplementasikan demi kemaslahatan dan kepentingan masyarakat yang tinggal pada wilayah
atau area tersebut, dengan tujuan untuk mempromosikan nilai keamanan dan juga perkembangan
masyarakat.

Pada Traktat Antartika yang dibuat pada tahun 1959 dinyatakan bahwa jika ZEE tidak bisa
diklaim oleh negara ataupun wilayah yang berada di dalam area tempat traktat tersebut didirikan,
atau yang sering disebut sebagai area selatan dari selatan 60 derajat.

Fungsi dari diberlakukannya Zona Ekonomi Eksklusif dapat diartikan sebagai berikut: Dengan
diberlakukannya Zona Ekonomi Eksklusif, maka seluruh kekayaan alam yang berad di dalam
zona laut tersebut adalah milik negara pantai.

5.1 Penetapan kedudukan garis pantai berdasarkan pasang surut yang digunakan untuk
menetapkan batas sempadan pantai menjadi penting.

a. Tuliskan rumus untuk menetapkan perlindungan kawasan pantai berhutan bakau ke arah
darat berdasarkan Kepres 32/1990 pasal 27.

Operasional diatur dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang Kriteria dan Tata
Cara Penetapan Fungsi Hutan yaitu : (1) SK Mentan Nomor 837/Kpts/Um/11/80 Tentang Kriteria
dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung; (2) SK Mentan Nomor 683/Kpts/Um/8/81 Tentang
Kriteria dan Tata Cara Penmetapan Hutan Produksi; dan (3) SK Presiden RI Nomor 32 tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Menurut UU Nomor 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan pasal 6 (2) bahwa pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok yaitu
fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Namun demikian hingga saat ini
penetapan kriteria kawasan hutan masih didasarkan pada SK Mentan Nomor 837/Kpts/Um/11/80
dan SK Mentan Nomor 683/Kpts/Um/8/81 dengan menggunakan faktor penentu kelerengan, jenis
tanah, dan curah hujan.

Dalam Peningkatan kebutuhan lahan bagi kepentingan sektor ekonomi lainnya seperti pertanian,
perumahan, infrastruktur, dan lain-lain yang memerlukan lahan-lahan baru, tentunya akan
menggunakan kawasankawasan hutan yang sudah tidak memiliki fungsi sebagaimana hutan yang
ditetapkan melalui UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan maupun hutan sebagai
ekosistem hutan. Walaupun penetapan kawasan hutan sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor
41 tahun 1999 tentang Kehutanan berdasarkan fungsi namun demikian pemerintah menetapkan
kawasan hutan berdasarkan kriteria kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan yang tidak dapat
menggambarkan fungsi hutan.

b.Jika perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan 0,79 meter yg tercatat di
stasiun Pasut pelabuhan Makassar, berapa lebar jalur hijau hutan bakau di Kelurahan
Untia Kec. Biringkanaya Makassar ?

Lebar jalur hijau hutan bakau di Kelurahan Untia Kec. Biringkanaya Makassar ± 13,5 hektar, dari
hasil pengukuran diketahui bahwa ekosistem mangrove di Desa Pasar Sebelah, panjangnya ± 2,7
km dan lebar rata-rata 50
m. Ekosistem hutan mangrove ini sudah menjadi sumber penghidupan sebagian mansyarakat
setempat sejak lama. Secara sosiologi, masyarakat sudah memahami pentingnya keberadaan
ekosistem hutan mangrove baik bagi sumber mata pencaharian maupun sebagai pelindung dari
abrasi, banjir dan tsunami. Ada 3 (tiga) jenis tumbuhan pada ekosistem hutan mangrove di Desa
Pasar Sebelah, yaitu Sonneratia caseolaris, tumbuhan nipah (Nypa fruticans) dan Crinum
asiaticum. Jenis mangrove Sonneratia caseolaris dikalangan masyarakat setempat dikenal dengan
nama pedada/pedado. Sonneratia caseolaris mendominasi semua tingkat pertumbuhan dan
dijumpai pada semua stasiun pengamatan. Pada lokasi sampling 1 dan 2 ditemukan 2 jenis
tumbuhan yaitu Sonneratia caseolaris dan tumbuhan nipah (Nipa fruticans), sedangkan pada
lokasi sampling 3 ditemukan Sonneratia caseolaris, tumbuhan nipah (Nypa fruticans) dan Crinum
asiaticum. Menurut Catherine (1993).
Ekosistem hutan mangrove karena ekosistem hutan mangrove tersebut ditemukan di bagian
kanan dan kiri aliran Sungai Air Manjuto. Sesuai pendapat Ludo and Snedaker (1974) dalam
Miththapala (2008), bahwa ada tiga jenis ekosistem mangrove yaitu riverine mangroves, fringe
mangroves dan basin mangroves. Riverine mangroves, sesuai dengan namanya terdapat
disepanjang sungai dan aliran sungai dan digenangi sepanjang hari oleh pasang surut

c.Illustrasikan penetapan garis pangkal penutup sungai, misalnya Sungai Jeneberang yang
kedua ujung tepian sungai menjorok ke arah laut dengan deliniasi garis surut terendah 5 m.

Permukaan Bumi, yang terdiri dari samudra, gletser, sungai dan danau, uap air dalam atmosfir
danair-tanah. Termasuk kedalam selaput ini adalah semua bentuk air yang berada diatas dan
didekat permukaan bumi, 97,2% air di bumi berada di laut dan samudra. Tetapi mereka ini mudah
untuk menguap dalam jumlah yang cukup besar utnuk selanjutnya masuk kedalam atmosfera dan
kemudian dijatuhkan kembali ke Bumi sebagai hujan dan salju.Apabila kita memperhatikan
keadaan seluruh permukaan bumi, maka ciri yang paling menonjoladalah suatu warna biru yang
ditimbulkan oleh hadirnya lautan. Meskipun planit-planit MARS,VENUS dan juga BUMI
diselimuti oleh awan, tetapi ternyata hanya planit BUMI saja yang mendapat julukan “the blue
planets”. Daratan, ternyata hanya menempati luas sekitar 29% saja dari seluruh permukaan bumi
Sisanya adalah laut dan air.

Bukti kuat bahwa kutub magnet bumi telah mengalami berpindahan/bermigrasi. Perpindahan arah
kutub magnet ini dikenal sebagai “pole magnetic wandering” yaitu arah kutub magnet yang
berkelana/berpindah pindah. Sebaliknya apabila arah kutubmagnet dianggap tetap pada posisi
seperti saat ini maka penjelasannya adalah bahwa benua yangmengalami perpindahan atau
pengapungan. Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu danlainnya.
Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yangmengakibatkan naiknya
magma kepermukaan dan membentuk material baru berupa lava yangkemudian berdampak pada
lempeng yang saling menjauh. Contoh yang paling terkenal daribatas lempeng jenis divergen
adalah Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridges).
d.Gambar & beri keterangan lebar sempadan sungai berdasarkan penampang
melintang sebuah sungai besar.

Gambar 9
Kemanfaatannya, penjelasan dikendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya. Dalam
rangka mewujudkan kemanfaatan sungai serta mengendalikan kerusakan sungai, perlu ditetapkan
garis sempadan sungai, yaitu garis batas perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini
selanjutnya akan menjadi acuan pokok dalam kegiatan pemanfaatan dan perlindungan sungai
serta sebagai batas permukiman di wilayah sepanjang sungai.

Gambar 10
Lebar sempadan sungai, dapat ditentukan berdasarkan hitungan banjir rencana dan berdasarkan
kajian fisik ekologi, hidraulik dan morphologi sungai langsung di lapangan. Penentuan lebar
sempadan sungai dengan metode banjir rencana pada umumnya mengalami kesulitan
implementasi di masyarakat,
karena masyarakat kesulitan dalam memahami arti hitungan banjir rencana. Sementara di era
otonomi, pihak yang berwenang tidak dapat mengimplementasikan segala sesuatu tanpa
persetujuan masyarakat. Penentuan berdasarkan data ekologi, morphologi dan hidraulik, dapat
lebih mudah dimengerti oleh masyarakat, karena batasan morphologi, ekologi dan hidraulik dapat
dilihat secara langsung di lapangan. Penelitian diawali dengan dengan inventarisasi dan studi
terhadap lebar sempadan sungai yang bersumber dari berbagai literatur. Sumber ini selanjutnya
disarikan dan dipakai sebagia pertimbangan untuk melakukan penelitian penetapan lebar
sembadapan sungai.
Aliran sungai secara berangsur-angsur berpadu dengan banyak sungai lainnya, mulai dari mata
airnya dibagian yang paling hulu di daerah pegunungan dalam perjalanannya kehilir di daerah
dataran rendah, sehingga lambat laun tubuh sungai tumbuh menjadi semakin besar. Ketika sungai
mempunyai lebih dari dua cabang, maka sungai yang paling penting adalah sungai yang daerah
pengalirannya panjang dan volume airnya paling besar, sungai ini disebut sungai utama (main
river),

6 .Menurut Sorensen dan Mc.Creary (1990) dalam Dahuri, R., dkk, telah dipraktekkan di
beberapa Negara atau Negara bagian tentang batas ke arah darat dan ke arah laut wilayah
pesisir.

a.Gambarkan batas program pengelolaan wilayah pesisir dan program pengelolaan lautan yang
berlaku sekarang dan untuk masa mendatang.

Gambar 11
Pembangunan yang dilakukan selama PJP II yang ditekankan pada wilayah daratan menyebabkan
kurang berkembangnya wilayah pesisir sehingga pada umumnya masyarakat pesisir merupakan
masyarakat miskin. Selain itu, kegiatan pembangunan di wilayah daratan juga menyisakan
beragam permasalahan yang mengancam kesinambungan pembangunan, seperti pencemaran,
gejala penangkapan ikan berlebih (overfishing), penangkapan ikan dengan bahan peledak,
penambangan terumbu karanguntuk
bahan bangunan, degradasi fisik habitat pesisir, konflik pemanfaatan ruang, dan lain sebagainya.
Seiring dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, peran
Daerah akan menjadi besar, termasuk pula dalam pengelolaan pembangunan di sektor kelautan.
Selama masa Orde Baru, yang selain sistem pemerintahan cenderung sentralistis, juga telah
menempatkan pembangunan kelautan kurang memperoleh prioritas penanganan. Diharapkan
dengan dilaksanakannya otonomi daerah akan mendorong pertumbuhan lebih merata keseluruh
daerah, serta peranmasyarakat dalam pembangunan dapat lebih diberdayakan.

penataan ruang lautan terdapat dalam pasal 9 ayat (1) yang menyebutkan bahwa penataan ruang wilayah
propinsi dan wilayah kabupaten, disamping meliputi ruang daratan, juga mencakup ruang lautan dan ruang
udara sampai batas tertentu yang diatur dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya pada ayat (2)
disebutkan bahwa penataan ruang lautan dan penataan ruang udara di luar sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur secara terpusat dengan Undang-Undang. Penataan ruang laut pesisir dan pulau-pulau kecil
merupakan kegiatan penataan ruang lautan sebagaimana dimaksud pada pasal tersebut. Secara umum
sumberdaya kelautan (yang berada di wilayah pesisir dan lautan) dapat dibagi atas empat kelompok, yaitu
sumberdaya dapat pulih (renewable resources), (2) sumberdaya tidak dapat pulih (non-reneweble
resources), (3) energi kelautan, dan (4) jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services).
Sebutkan batas ke arah darat dan batas ke arah laut wilayah pesisir Negara Cina, Israel dan
Queensland.

Negara China :

Laut Tiongkok Selatan atau Laut Natuna Utara[3] adalah laut tepi, bagian dari Samudra Pasifik, yang
membentang dari Selat Karimata dan Selat Malaka hingga Selat Taiwan dengan luas kurang lebih 3500000
kilometer persegi (1400000 sq mi). Laut ini memiliki potensi strategis yang besar karena sepertiga kapal di
dunia melintasinya. Laut ini juga memiliki kekayaan makhluk hidup yang mampu menopang kebutuhan
pangan jutaan orang di Asia Tenggara sekaligus cadangan minyak dan gas alam yang besar. Menurut
"Limits of Oceans and Seas, 3rd edition" (1953) yang dirilis Organisasi Hidrografi Internasional (IHO),
laut ini terletak
 di sebelah selatan Tiongkok;
 di sebelah timur Vietnam;
 di sebelah barat Filipina;
 di sebelah timur semenanjung Malaya dan Sumatra hingga Selat Singapura di sebelah
barat, dan
 di sebelah utara Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan

Negara-negara dan wilayah yang berbatasan dengan laut ini (searah jarum jam dari utara) adalah
Republik Rakyat Tiongkok (termasuk Makau dan Hong Kong), Republik Tiongkok (Taiwan),
Filipina, Malaysia, Brunei, Indonesia, Singapura, dan Vietnam.
Sungai-sungai besar yang bermuara di Laut Tiongkok Selatan adalah Sungai Mutiara, Min, Jiulong,
Merah, Mekong, Rajang, Pahang, Pampanga

Negara Israel :

Israel terletak di sebelah timur Laut Mediterania, berbatasan dengan Lebanon di sebelah utara,
Suriah di sebelah timur laut, Yordania di sebelah timur, dan Mesir di sebelah barat daya. Wilayah
kedaulatan Israel, tidak termasuk wilayah yang ditaklukkan semasa Perang Enam Hari tahun 1967
adalah sekitar 20.770 kilometer persegai dengan 2%-nya adalah air.Menurut hukum Israel, luas
wilayah keseluruhan Israel, yang meliputi Yerusalem Timur dan Dataran Tinggi Golan adalah
22.072 kilometer persegi.Sedangkan luas wilayah keseluruhan yang dikontrol Israel, meliputi
wilayah Palestina di Tepi Barat adalah 27.799 km2.
Walaupun luasnya yang kecil, geografi Israel bermacam-macam, dari padang pasir Negev di
bagian selatan sampai dengan barisan pegunungan Galilea dan Dataran Tinggi Golan di bagian
utara. Sekitar 70% populasi Israel bertempat tinggal di bagian barat pesisir pantai Israel yang
menghadap laut Mediterania. Di sebelah timur pegunungan tengah terdapat Lembah Yordan yang
merupakan bagian dari Great Rift Valley sepanjang 6.500 km. Sungai Yordan mengalir di
sepanjang Lemabh Yordan, dari Gunung Hermon melalui Lembah Hulah dan Laut Galilea menuju
Laut Mati.Ke sebelah lebih selatannya terdapat Arabah dan berakhir dengan Teluk Eilat (Teluk
Aqaba).

Salah satu ciri khas geografi Israel dan Semenanjung Sinai adalah terdapatnya makhtesh, yaitu suatu
kawah yang disebabkan oleh erosi. Makhtesh terbesar di dunia adalah Kawah Ramon di Negev, yang
berukuran 40 kilometer kali 8 kilometer. Sebuah laporan mengenai status lingkungan cekungan
Mediterania melaporkan bahwa Israel memiliki jumlah spesies tumbuhan per meter persegi yang paling
banyak dibandingkan negara-negara lainnya yang juga berada di cekungan Mediterania.
Negara Queensland :

Batas – batas wilayah untuk Queensland, yaitu sebagai berikut.

 Sebelah barat berbatasan dengan Australia selatan dan Australia utara.


 Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Carpentaria.
 Sebelah timur berbatasan dengan Laut Koral.
 Sebelah selatan berbatasan dengan New South Wales.
Negara bagian terbesar kedua di Australia setelah Australia Barat, dan menempati daerah timur laut di
benua ini. Negara bagian ini berbatasan dengan Northern Territory di bagian barat, Australia Selatan di
bagian barat daya dan New South Wales di bagian selatan. Di bagian timur, Queensland berbatasan dengan
Laut Koral dan Laut Pasifik. Negara bagian ini adalah negara bagian terpadat penduduknya ketiga setelah
New South Wales dan Victoria. Beribu kota di Brisbane, negara bagian ini memiliki luas wilayah daratan
1.730.648 km² dan populasi 4.000.000 jiwa (2005).

7. Beri keterangan dan interpretasikan gambar tersebut di atas berdasarkan prinsip-


prinsip pengelolaan wilayah laut berkelanjutan kaitannya.

Gambar 12

a.Kearifan local dan pemberdayaan masyarakat

Pemanfaatan sumberdaya pesisir, aspek ekologi dalam hal kelestarian sumberdaya dan fungsi-
fungsi ekosistem harus dipertahankan sebagai landasan utama untuk mencapai kesejahteraan
tersebut. Pemanfaatan sumberdaya pesisir diharapkan tidak menyebabkan rusaknya fishing
ground, spawning ground, maupun nursery ground ikan; selain itu juga tidak merusak fungsi
ekosistem hutan bakau (mangrove), terumbu karang (coral reefs), dan Padang lamun (sea grass)
yang memiliki keterkaitan ekologis dengan keberlanjutan sumberdaya di wilayah pesisir.

Berlakunya pada Undang-Undang No. 22 tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU No.32
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan nuansa baru pembangunan di daerah,
sehingga upaya pemanfaatan dan pengembangan berbagai potensi daerah, termasuk potensi
sumberdaya di wilayah pesisir, mulai mendapat perhatian. Arti penting dari UU tersebut adalah
bahwa daerah memiliki otoritas yang lebih besar terhadap pengelolaan sumberdaya di wilayah
laut. Seperti diketahui bahwa selama rezim orde baru (1966-1998) pengelolaan sumberdaya
tersebut cenderung bersifat sentralistik, sehingga telah terjadi berbagai kerusakan sumberdaya
hayati laut, seperti gejala tangkap lebih (overfishing), degradasi ekosistem terumbu karang dan
hutan mangrove akibat praktik penangkapan ikan yang berlebihan dan merusak ekosistem
perairan laut seperti pengeboman dan bahan-bahan beracun menjadi kurang terkontrol. Dengan
diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004, kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan
sudah bergeser dari sentralistik ke desentralistik.

Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya bernilai baik, karena kebiasaan
tersebut merupakan tindakan sosial yang berulang- ulang dan mengalami penguatan
(reinforcement). Apabila suatu tindakan tidak dianggap baik oleh masyarakat maka ia tidak akan
mengalami penguatan secara terus-menerus. Pergerakan secara alamiah terjadi secara sukarela
karena dianggap baik atau mengandung kebaikan. Adat yang tidak baik hanya akan terjadi apabila
pelakunya mengalami pemaksaan oleh penguasa. Bila demikian maka ia tidak tumbuh secara
alamiah tetapi dipaksakan. Sistem kearifan tradisional atau pengetahuan masyarakat lokal
didasarkan atas beberapa karakter penggunaan sumberdaya (Matowanyika, 1991), ialah :
 Sepenuhnya pedesaan

 Sepenuhnya didasarkan atas produksi lingkungan fisik setempat,

 Integrasi nilai ekonomi, sosial, budaya serta institusi dengan hubungan keluarga sebagai
kunci sistem distribusi dan keluarga sebagai dasar pembagian kerja

 Sistem distribusi yang mendorong adanya kerjasama

 Sistem pemilikan sumberdaya yang beragam, tetapi selalu terdapat sistem pemilikan
bersama

 Sepenuhnya tergantung pada pengetahuan dan pengalaman lokal.

 Pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu

Indonesia telah mengalami perubahan yang amat besar dalam sistem hukumnya. Pengelolaan
pesisir dan sumberdaya alam lainnya telah berganti dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,
dan bidang legislatif dianggap memiliki peran lebih besar dalam menyusun dan mengawasi pada
peraturan perundang-undangan. Pengelolaan sumberdaya pesisir juga mendapat perhatian lebih
besar sejalan dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Sejalan dengan era
otonomi, sejak tahun 2001 Pemda mempunyai kewenangan yang jelas dalam mengelola
sumberdaya pesisir dan pulaupulau kecil secara bertanggungjawab sesuai Pasal 10 UU No. 22/99.
Namun kapasitas Pemda untuk mengelola potensi sumberdaya tersebut masih relatif terbatas,
khususnya pembangunan kelautan non-perikanan. Disisi lain sumberdaya kelautan tersebut
dimanfaatkan berbagai pihak secara tidak bertanggung jawab (intruders) seperti destructive
fishing, pencurian ikan di laut, serta reklamasi pantai yang kurang memperhatikan kelestarian
lingkungan.

Strategis dari pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan, terpadu, dan berbasis masyarakat
relatif kurang. Selain itu, hak masyarakat adat/lokal dalam pengelolaan sumbedaya laut seperti
sasi, seke, panglima laot juga masih kurang dihargai sehingga ruang untuk partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sumberdaya pesisir pun masih terbatas. Berbagai persoalan yang masih
menggantung dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut perlu direspon dan disikapi secara arif
dan bijaksana. Untuk pelaksanaan otonomi. Daerah di masa mendatang haruslah yang mampu
meningkatkan pelayanan publik, kesejahteraan warga dan mendorong kondisi dunia usaha yang
kondusif bagi pengembangan ekonomi lokal/daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
beberapa hal yang masih perlu disempurnakan antara lain:

a) Adanya keikhlasan pusat agar daerah memperoleh hak-haknya untuk mengolah dan
mengelola sumberdaya di daerahnya secara optimal. Sebelum Peraturan Pemerintah
dikeluarkan, hendaknya pemerintah pusat mendengarkan aspirasi daerah dan
mengakomodasikannya dalam subtansi PP tersebut.
b) Untuk mencegah disincentives , pemda perlu mengembangkan strategi efisiensi dalam
segala bidang (yang menjadi tolok ukur bukanlah besarnya dana, tapi seberapa optimal
pelayanan diberikan kepada masyarakat sesuai dengan skala prioritas pembangunan
daerahnya) Untuk menopang pelaksanaan otonomi daerah, perlu dikembangkan ekonomi
lokal yang kuat dan secara sistemik akan mensinergikan potensi sumberdaya lokal dengan
basis kemitraan lintas aktor-aktor pembangunan (stakeholders). Dengan cara demikian,
pertumbuhan ekonomi akan lebih merata antar kawasan dan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi.

c) Memperbaiki fundamental ekonomi nasional dengan memberi kesempatan yang lebih luas
kepada Usaha kecil-mikro (UKM) agar lebih berkembang melalui kebijakan ekonomi
yang tidak diskriminatif. 2 5. Memanfaatkan dan mengelola SDA secara proporsional dan
arif, agar kekayaan (resources endowment) tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal
dan lestari (green economic paradigm)

d) Mendorong agregasi permintaan masyarakat (public demand) terhadap layanan publik


dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pembuatan dan
pengawasan dari kebijakan pembangunan (ekonomi) daerahnya.

e) Mendorong desentralisasi pembangunan daerah dan mendayagunakan kelembagaan di


daerah untuk memiliki wewenang dan kemandirian dalam membuat produk hukum
pembangunan di daerahnya.

f) Untuk memperkuat basis keuangan daerah, Pemda tidak harus selalu dan melulu
menambah jenis pungutan, karena tidak sepantansnya dilakukan. Karena kemandirian
ekonomi daerah tidaklah secara otomatis dapat melegitimasi Pemda (dan DPRD) untuk
membuat aturan yang pada akhirnya justru menambah beban masyarakat.

Dalam era otonomi daerah ini, birokrat Pemda harus mampu bertindak layaknya seorang
entreprenuer dan pemerintah daerah sebagai institusi harus juga mampu bertindak layaknya
sebagai enterprise.
Era otonomi daerah telah mendorong pemerintah daerah / kabupaten untuk menggali potensi
ekonomi secara optimal untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah. Namun harus
diwaspadai agar kebijakan pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan laut tetap bersandar pada
kepantingan publik dan kelestarian lingkungan. Dua hal yang terlihat kontradiktif ini harus dapat
disinergikan secara terpadu. Berkaitan dengan hal tersebut, maka prinsip pengelolaan sumberdaya
pesisir dan laut secara terpadu dapat difokuskan pada empat aspek yaitu:

 Keterpaduan antara berbagai sektor dan swasta yang berasosiasi.

 Keterpaduan antara berbagai level pemerintahan, mulai dari pusat, kabupaten/kota,


kecamatan dan desa.

 Integrasi antara pemanfaatan ekosistem darat dan laut.

 Integrasi antara sain/teknologi dan manajemen.

Prinsip pengelolaan yang terpadu ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa pemanfaatan
sumberdaya pesisir pada saat ini tidak boleh mengorbankan kebutuhan sumberdaya pesisir bagi
generasi yang akan datang. Prinsip ini bisa lebih efektif dilaksanakan bila pengelolaannya bersifat
demokratis, trasparan dan didesentralisasikan ke level pemerintahan yang rendah yang melibatkan
masyarakat pesisir setempat.

Perspektif zonasi/tata-ruang wilayah pesisir.

Pengaturan dalam UU PR menegaskan ruang yang dimaksud dalam perencanaan ruang adalah
wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.13 Merujuk pada definisi otentik tersebut, terlihat lingkup
dari ruang yang harus direncanakan, yaitu ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di
dalam bumi. Khusus untuk ruang laut dan ruang udara, meski secara aktual penataan terhadap
ruang laut dan udara hampir tidak pernah dilakukan, namun pencantuman kedua ruang tersebut
dalam UU perlu dilakukan, karena secara geopolitik merupakan satu kesatuan geografis dengan
dapat dilihat dari rumusan “Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-
undang tersendiri”, yang berarti materi muatan yang didelegasikan sama sekali belum diatur
pokokpokoknya di dalam Peraturan Perundangundangan yang mendelegasikan dan materi muatan
itu harus diatur di dalam Peraturan Perundang-undangan yang diberi delegasi dan tidak boleh
didelegasikan lebih lanjut ke Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah (subdelegasi).

Keleluasaan yang diberikan oleh UU PR kemudian diwujudkan dengan pengaturan pada UU


PWP3K yang mengamanatkan pembentukan beberapa dokumen perencanaan, yaitu:

 Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil yang selanjutnya disebut
RSWP3-K
 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP3-
K
 Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut
RPWP-3-K;
 Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya
disebut RAPWP-3-
Merujuk pada pengertian yang dituangkan pada Ketentuan Umum UU PWP3K, terlihat bahwa
RZWP3K merupakan dokumen perencanaan yang dapat disebut paling determinatif dalam
perencanaan spasial, mengingat Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah
penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan
pola ruang pada Kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.
Mendasarkan pada definisi tersebut, RZWP3K kemudian disinyalir merupakan dokumen
perencanaan yang dapat difungsikan sebagai dokumen perencanaan tata ruang laut. Lebih lanjut
untuk mengetahui konstruksi hukum dokumen RZWP3K sebagai dokumen perencanaan spasial,
maka perlu untuk diperbandingkan dengan dokumen perencanaan spasial yang lain, yaitu
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagai dokumen perencanaan spasial, khususnya
perencanaan ruang darat sebagaimana amanat UU PR. Pertama, Tahapan Penyusunan Dokumen.
Proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) meliputi:

 Proses penyusunan rencana tata ruang


 Pelibatan peran masyarakat dalam perumusan konsepsi rencana tata ruang
 Pembahasan rancangan rencana tata ruang oleh pemangku kepentingan.

Dan arahan – arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/ kota”,50 kemudian UU PWP3K juga
mengatur bahwa RZWP3K mencakup diantaranya penetapan pemanfaatan ruang laut51.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa kedua Pasal tersebut bertentangan karena dengan
merujuk pada Pasal 1 angka 2 dan 3 UU PWP3K dan Pasal 1 angka 1 UU Kelautan, maka apabila
RZWP3K dimaksudkan sebagai arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, maka RZWP3K tidak dapat mencakup penetapan ruang laut, karena sumber daya di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil tidak mencakup ruang laut, namun justru ruang laut lah
yang dapat mencakup wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Evalusi mata kuliah hukum dan perundang – undangan kelas b ilmu kelautan dan
perikanan pada materi ini dapat disimpulkan berapa dan tentang hal apa yang mengatur
pernyataan tersebut di atas?. Pada hal kewengan provinsi ini berhadapan < 24 mil laut ini dibagi
sama jarak kabupaten atau kota akan memperoleh 1/3 dari wilayah kewenangan [pasal 18 ayat
(5)] ini ditetapkan Undang-Undang Dasar pada tahun 1945, sebagai pijakan yang menyusun
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Pasal ini Berbunyi "
Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang yang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat.

SARAN

Telah kita ketahui bahwa keterkaitan Mata kuliah ini hukum dan perundang- undang ini
banyak materi tentang permasalahan yang terjadi dikelautan dan sistem pembangunan
berkelanjutan dalam kelautan dan perikanan di Indonesia.
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat
kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang
tak luput dari salah khilaf, dan lupa.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ananda Prima Yurista, (2017). Kompatibilitas Rencana Zonasi Wilayah Pesisir


Dan Pulau-Pulau Kecil (Rzwp3k) Sebagai Rencana Tata Ruang Yang
Integratif Departemen Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada Jl. Sosio Yustisia No. 1 Bulaksumur, Sleman, D.I. Yogyakarta.

L. Paramita1 , I.P. Suparthana1 , dan N.M. Yudantini. (2017) Pemberdayaan


Masyarakat Untuk Meningkatkan Pendapatan Per Kapita Dan Pelestarian
Ekosistem Laut Di Desa Bondalem Kecamatan Tejakula Kabupaten
Buleleng. Ilmu dan Teknologi Pangan, Fak.Teknologi Pertanian Unud.

Maya Puspita, (2018) KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER


DAYA PESISIR DAN LAUT Hukum Adat Laot Dan Lembaga Panglima
Laot Di Nanggroe Aceh Darussalam. Program Magister Sumber Daya
Pesisir Universitas Diponegoro

Stefanus Stanis (2005) Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut Melalui


Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Zamdial. (2016). Analisa Struktur Komunitas Hutan Mangrove Di Desa Pasar


Sebelah Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko. 1Program
Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, dan Ketua
Konsorsium Mitra Bahari (KMB) Provinsi Bengkulu.

Zulkarnain.(2013). Analisis Penetapan Kriteria Kawasan Hutan 1 Staf Pengajar


Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Indonesia.

Luas dan Batas Wilayah Indonesia. Ruang Guru


https://www.ruangguru.com/blog/luas-dan-batas-wilayah-indonesia
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 Tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung
http://www.bphn.go.id/data/documents/90kp032.pdf

Profil Kabupaten Polewali Mandar


https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/D
OCRPIJM_1478169619Bab_2_Profil_Kabupaten_Kota.pdf

Alasan DPD Tolak Sentralisasi Kewenangan Pusat dalam RUU Cipta Kerja
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5f1fca8103b52/alasan-dpd-
tolak-sentralisasi-kewenangan-pusat-dalam-ruu-cipta-kerja/

Begini Getolnya Gubernur Sulbar Mempertahankan Balabalakang


https://berita.sulbarprov.go.id/index.php/kegiatan/item/154-carlo-gelar-
rapat-bahas-tentang-balabalakang

Dekat Ibu Kota Baru Negara, Pemprov Sulbar Lirik Potensi Kepulauan
Balabalakang https://www.liputan6.com/regional/read/4280352/dekat-ibu-
kota-baru-negara-pemprov-sulbar-lirik-potensi-kepulauan-balabalakang

Pulau-Pulau Terluar Dan Batas NKRI


https://www.patikab.go.id/v2/id/2010/08/24/pulaupulau-terluar-dan-batas-
nkri/

Letak dan Batas Wilayah Indonesia https://pahamify.com/blog/letak-dan-batas-


wilayah-indonesia/

Dr. Hadi Supratikta (2015). Pengkajian Hukum Tentang Pembagian Kewenangan


Pusat Dan Daerah Dalam Pengelolaan Laut. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum
Nasional Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan


Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/regulasi-hukum/undang-
undang/undang-undang-kelautan-dan-perikanan/finish/10-undang-undang-
kelautan-dan-perikanan/96-uu-no-27-tahun-2007-tentang-pengelolaan-
wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil

Wilda Prihatiningtyas (2019). Pengelolaan Wilayah Laut oleh Pemerintah Daerah


Berdasarkan Prinsip-Prinsip Good Environmental Governance Universitas
Airlangga.

Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kelautan Dan Perikanan


https://www.ndaru.net/wp-
content/uploads/201106/PP_38_2007_LAMP_CC.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah https://pih.kemlu.go.id/files/UU0232014.pdf

Siti Amanah (2004). Perencanaan Stra Tegis Pengelolaan Sumberoaya Pesisir


Terpaou 01 Kelurahan Pulau Pang Gang Kecamatan Seribu Utara.
Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi Oki Jakarta. Sulelin Ekonomi
Perikanan Vol. V. No.2 Tahun 2004.

UU 32 tahun 2014 Kelautan https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-32-2014-


kelautan

Mohammad Mahrus Ali, Zaka Firma Aditya, dan Abdul Basid Fuadi (2020).
Perlindungan Hak Konstitusional Masyarakat Pesisir : Urgensi Harmonisasi
Regulasi Pengelolaan Pesisir Terpadu. Pusat Penelitian Pengkajian Perkara
dan Pengelolaan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl.
Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110.

Penjelasan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


https://soppengkab.go.id/penjelasan-uu-nomor-23-tahun-2014-tentang-
pemerintahan-daerah/

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004


Tentang Pemerintahan Daerah https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU32-
2004PemdaPenjelasa

Anda mungkin juga menyukai