Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(SEKARANG)
Konsep kepemimpinan transformasional dan transaksional didasari oleh teori kebutuhan atau
motivasi maslow (kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, sosial, penghargaan, dan
aktualisasi diri). Menurut Bass dalam Robbins, (2008) kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah
bisa dipenuhi dengan baik oleh pola kepemimpinan transaksional sedangkan pemuasan kebutuhan
pada tingkat yang lebih tinggi hanya bisa dipenuhi oleh pemimpin yang menerapkan pola
kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan serta ditetapkan
mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya
(Contingen Riward), intervensi yang dilakukan oleh pemimpin dalam proses organisasional
dimaksudkan untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan yang melibatkan interaksi antara
mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu secara pro aktif seorang pemimpin
memerlukan informasi untuk menentukan apa yang saat ini dibutuhkan bawahannya.
Berdasarkan dari uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa prinsip utama dari
kepemimpinan transaksional adalah mengaitkan kebutuhan individu pada apa yang diinginkan
pemimpin untuk dicapai dengan apa penghargaan yang diinginkan oleh bawahannya
1. Pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelasakan apa yang
akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan;
2. Pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan; dan
3. Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan
tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan.
sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara
yang luar biasa, Aspek utama dari kepemimpinan transformasional adalah penekanan pada
pembangunan pengikut, oleh karena itu, ada tiga cara seorang pemimpin transformasional
Bass dalam Robbin dan Judge, (2008) mengemukakan adanya empat ciri karakteristik
kuat, Kharisma atau pengaruh yang ideal berkaitan dengan reaksi bawahan terhadap pemimpin.
Pemimpin di identifikasikan dengan dijadikan sebagai penutan oleh bawahan, dipercaya, dihormati
dan mempunyai misi dan visi yang jelas menurut persepsi bawahan dapat diwujudkan. Pemimpin
mendapatkan standard yang tinggi dan sasaran yang menantang bagi bawahan.
Kharisma dan pengaruh yang ideal dari pemimpin menunjukkan adanya pendirian, menekankan
kebanggan dan kepercayaan, menempatkan isu-isu yang sulit, menunjukkan nilai yang paling
penting dalam visi dan misi yang kuat, menekankan pentingnya tujuan, komitmen dan konsekuen
etika dari keputusan serta memiliki sence of mission. Dengan demikian pemimpin akan diteladani,
Berarti mengenalkan cara pemecahan masalah secara cerdik dan cermat, rasional dan hati-hati
sehingga anggota mampu berpikir tentang masalah dengan cara baru dan menghasilkan
rasionalitas dan pengambilan keputusan secara hati-hati. Pemimpin yang mendorong bawahan
untuk lebih kreatif, menghilangkan keengganan bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya dan
lebih menggunakan intelegasi dan alasan-alasan yang rasional dari pada hanya didasarkan pada
C. Inspirasi (Inspiration)
Pemimpin yang inspirasional adalah seorang pemimpin yang bertindak dengan cara memotivasi
tinggi dari bawahannya, menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan pada kerja keras,
Pemimpin mempunyai visi yang menarik untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi bagi
para bawahan, optimis dan antusiasme, memberikan dorongan dan arti terhadap apa yang perlu
dilakukan. Sehingga pemimpin semacam ini akan memperbesar optimisme dan antusiasme
bawahan serta motivasi dan menginspirasi bawahannya untuk melebihi harapan motivasional awal
Perhatian secara individual merupakan cara yang digunakan oleh pemimpin untuk memperoleh
kekuasaan dengan bertindak sebagai pembimbing, memberi perhatian secara individual dan
pemimpin seperti ini memberikan perhatian personal terhadap bawahannya yang melihat bawahan
sebagai individual dan menawarkan perhatian khusus untuk mengembangkan bawahan demi
kinerja yang bagus. Pimpinan memberikan perhatian pribadi kepada bawahannya, seperti
memperlakukan mereka sebagai pribadi yang utuh dan menghargai sikap peduli mereka terhadap
organisasi.
Dalam organisasi, seperti juga dalam kehidupan lainnya, dibutuhkan fleksibilitas. Ini membantu
untuk menanggapi terhadap orang-orang dan situasi-situasi secara tepat dan membuat
semua orang harus berhati-hati terhadap berbagai macam gaya kepemimpinan yang tersedia.
Pengetahuan tentang model kepemimpinan masa kini telah dijelaskan di atas, yang akan
membantu kita mengidentifikasikan perilaku kepemimpinan yang tepat. Tetapi semua orang harus
nyata. Penting juga dilakukan percobaan dengan berbagai pendekatan yang berbeda dan
perilaku kepemimpinannya akan dipelajari pada jabatannya, saat berinteraksi dengan bawahan,
Pemimpin yang berhasil adalah yang tidak hanya didukung oleh keterampilan teknis dan
kepintaran belaka. Yang tak kalah menentukan adalah emotional intelligence (EQ) yang tinggi. EQ
adalah kesanggupan memahami diri sendiri. Seseorang yang memiliki self-awareness yang baik
akan mampu mengendalikan dirinya sendiri (self-control) secara efektif. Self-control di sini
Pada seorang pemimpin, EQ menjadi dominan lantaran ia bekerja berada dalam satu kelompok,
yang dituntut menunjukkan kerjasama team yang solid serta hasil kerja yang efektif. Hanya
pemimpin yang terampil dan mampu mengendalikan emosinya secara positif atau bisa bekerja
dengan hati, yang dapat diandalkan keberhasilannya. Lima komponen EQ yang dapat menjadi
ukuran sukses seorang pemimpin adalah: Mawas diri, yang dimaksudkan disini adalah kesediaan
mengakui kekuatan, kelemahan, emosi, kebutuhan dan dorongan diri sendiri. Umumnya ia tahu
yang dianggap kurang mendukung sasaran, dengan cepat ia memahami persoalan dan mengubah
“kemarahan” menjadi hal yang konstruktif. Pengendalian diri ini merupakan komponen EQ yang
membebaskan seseorang dari cengkeraman emosi. Bahkan, pemimpin yang dapat mengendalikan
diri mampu mengubah konflik emosional menjadi solusi atau aktivitas yang bermanfaat.
Pertimbangan yang patut dipercayai, pemimpin yang dapat mengendalikan diri cenderung rasional
dan mampu menciptakan lingkungan saling percaya dan adil. Dengan demikian, ia dapat meredam
pertentangan antar anggota di dalam suatu organisasi. Di bawah pemimpin yang bisa
mengendalikan diri, anggota team-pun tidak akan gampang mengumbar emosi. Motivasi
Komponen ini harus dimiliki pemimpin yang ber-EQ tinggi. Motivasi memacu orang mencapai
tuntutan dirinya dan tuntutan orang lain. Motivasi bisa datang dari dalam diri maupun dari luar.
Jika seorang pemimpin termotivasi dengan baik, ia akan terlihat senang dengan pekerjaannya,
senang mencari tantangan kreatif, serta tentu saja senang meningkatkan kinerja dan mengontrol
tingkat keberhasilannya. Akibat lain, pemimpin seperti ini tidak mudah frustasi dan depresi akibat
kegagalan yang dialami. Empati Dari semua komponen EQ, empati menempati tempat yang paling
mudah dikenali. Empati di sini bukan berarti menyetujui emosi team atau memuaskan mereka
begitu saja, melainkan memperhatikan aspirasi karyawan bersama faktor-faktor lain dalam
membuat keputusan.
Ada tiga alasan mengapa empati sangat penting dalam situasi sekarang, yaitu:
Ini merupakan pencetusan dari dimensi-dimensi EQ lainnya (mawas diri, pengendalian diri,
motivasi internal dan empati). Pemimpin cenderung efektif mengelola hubungan kerja bila mereka
bisa memahami orang lain, mampu mengendalikan emosi, dan berempati terhadap orang lain.
Mereka yang berketerampilan sosial cenderung memiliki pergaulan luas, pandai menemukan cara
berhubungan dengan berbagai tipe orang, dan yakin bahwa tidak ada hal penting yang dilakukan
sendirian. Orang-orang yang berketerampilan sosial bisa ahli mengelola team dengan baik, karena
empati mereka berfungsi. Mereka juga ahli mempersuasi orang lain dan ini merupakan wujud
kombinasi dari mawas diri, pengendalian diri dan empati. Dengan keterampilan itu, diyakini dapat
pengetahuan seseorang menjadi kompetensi yang mempunyai cakupan lebih komprehensif, terdiri
dari: motif, sifat, citra-diri, peran sosial, pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi inilah yang
diharapkan menjadi karakter mendasar seorang pemimpin. Sebab, ia bisa mendorong lahirnya
Dalam sebuah buku yang menarik tentang kepemimpinan yang melayani (servant leadership)
ditulis oleh Dr. Kenneth Blanchard dan kawan kawan, berjudul Leadership by The Book (LTB).
Buku LTB mengisahkan tentang tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang
melayani, yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional yang sangat berhasil
di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah hati yang melayani (servant heart),
kepala atau pikiran yang melayani (servant head), dan tangan yang melayani (servant hands).
Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan
kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya
karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat
yang dipimpinnya. Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri
dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu:
Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.
Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru
kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita
tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik
Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan
mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya. Hal ini sejalan
dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-
orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi
sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat
mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu
mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari
(accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan.
Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap
kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik
atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika
tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu
dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.
Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus
memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak
sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang
pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak
Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak
pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu seringkali kami dalam berbagai
kesempatan mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami
sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah
ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa
kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi
mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan,
yaitu:
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah daya atau
kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas
yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam
organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a
clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang
jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk
membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas.
Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah
organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan
pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tetapi memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap
terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain
itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang
mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana
kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan
kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki
kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun
kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku
Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang
sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap
Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak.
Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya.
Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,
Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan,
kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya. Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating)
relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut
Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok
Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman,
kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah
orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu
memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik,
memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri