Anda di halaman 1dari 11

KORBAN BENCANA SOSIAL

A. PENGERTIAN

Undang-Undanh Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan


definisi bencana sebagai berikut:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan
mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.

Sedangkan korban bencana, menurut Permensos No. 08 Tahun 2012, terbagi menjadi dua, yaitu
Korban Bencana Alam dan Korban Bencana Sosial. Pada makalah ini, kami membahas
mengenai korban bencana sosial. Korban Bencana Sosial adalah orang atau sekelompok orang
yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror, dengan kriteria :

Seseorang atau sekelompok orang yang mengalami :

a. korban jiwa manusia;

b. kerugian harta benda; Dan

c. dampak psikologis

Menurut pendapat dari Departemen Sosial (2006:4) korban bencana sosial adalah seseorang atau
sekelompok orang yang dengan terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya karena terjadi bencana
sosial yang mengakibatkan jiwanya terancam, seperti korban akibat konflik dan bencana
kerusuhan.

Menurut Departemen Sosial (2012) penyebab dari terjadinya bencana sosial adalah sebagai
berikut

1)             Kekacuan bersama dengan skala luas akibat masalah-masalah sosial

2)             Kekacuan yang disebabkan oleh situasi politik, sosial dan pemerintahan

3)             Kompetisi tidak sehat

4)             Perebutan sumber daya

5)             Masalah sosial tidak menemukan solusi dan merembet ke masalah lain

6)             Merosotnya nilai-nilai agama

7)             Provokator dan pengaruh luar

B. LANDASAN HUKUM
1. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
2. Permensos No. 01 Tahun 2013 tentang Bantuan Sosial Bagi Korban Bencana.
C. PROGRAM

Bantuan yang diberikan oleh pemerintah bagi korban bencana sosial dapat berupa bantuan
material, baik berupa bantuan tunai yang diberikan kepada unit usaha, korban terluka, keluarga
korban yang meninggal, bantuan logistik pemenuh kebutuhan dasar, bantuan layanan dukungan
psikososial, dan pemulihan usaha ekonomi warga, juga memastikan akses pada program-
program perlindungan sosial yang reguler, misal program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT)
dan juga Program Keluarga Harapan (PKH).

BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT)

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk non
tunai dari pemerintah yang diberikan kepada KPM setiap bulannya melalui mekanisme akun
elektronik yang digunakan hanya untuk membeli bahan pangan di pedagang bahan pangan/e-
warong yang bekerjasama dengan bank.

Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial
serta untuk mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik Indonesia memberikan arahan agar
bantuan sosial dan subsidi disalurkan secara nontunai pada Rapat Terbatas (Ratas) tentang
Keuangan Inklusif tanggal 26 April 2016. Penyaluran bantuan sosial nontunai dengan
menggunakan sistem perbankan dapat mendukung perilaku produktif penerima bantuan serta
meningkatnya transparansi dan akuntabilitas program bagi kemudahan mengontrol, memantau,
dan mengurangi penyimpangan. Lebih lanjut pada Ratas tentang Penanggulangan Kemiskinan
dan Ketimpangan Ekonomi tanggal 16 Maret 2016, Presiden memberikan arahan bahwa mulai
Tahun Anggaran 2017 penyaluran Beras Sejahtera (Rastra) agar dilakukan melalui kupon
elektronik (E-voucher) sehingga memenuhi prinsip 6 T yaitu Tepat Sasaran, Tepat Harga, Tepat
Kualitas, Tepat Waktu, Tepat Jumlah dan Tepat Administrasi. E-voucher ini digunakan oleh
penerima manfaat untuk membeli.

Tujuan

Tujuan Program BPNT adalah sebagai berikut:


1. Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan;
2. Memberikan gizi yang lebih seimbang kepada KPM;
3. Meningkatkan ketepatan sasaran, waktu, jumlah, harga, kualitas, dan administrasi; dan
4. Memberikan pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan pangan

Manfaat
Manfaat Program BPNT adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya ketahanan pangan di tingkat KPM sekaligus sebagai mekanisme perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan;
2. Meningkatnya efisiensi penyaluran bantuan sosial;
3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap layanan keuangan dan perbankan;
4. Meningkatnya transaksi nontunai dalam agenda Gerakan Nasional Nontunai (GNNT); dan
5. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah, terutama usaha mikro dan kecil di bidang
perdagangan.

Lingkup Sasaran
A. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat BPNT adalah keluarga dengan kondisi sosial ekonomi terendah di
daerah pelaksanaan, selanjutnya disebut Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BPNT, yang
namanya termasuk di dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM) BPNT dan ditetapkan oleh
Kementerian Sosial. DPM BPNT bersumber dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang dapat
diakses oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui aplikasi SIKS-NG
menu Bantuan Sosial Pangan (BSP). DPM BPNT yang telah difinalisasi oleh Pemerintah Daerah
dan disahkan oleh Bupati/Wali Kota dilaporkan kepada Kementerian Sosial melalui aplikasi
SIKS-NG menu BSP. Untuk setiap KPM, SIKS-NG menu BSP memuat informasi sebagai
berikut:
1. Nomor Induk Kependudukan (NIK) dari pengurus KPM
2. Nomor ID Pengurus KPM dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
3. Nomor ID BDT KPM dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
4. Nomor Rekening Bansos, jika ada
5. Nomor KKS, jika ada
6. Nama Pengurus KPM (calon pemilik rekening)
7. Nomor Kartu Keluarga (KK), jika ada
8. Tempat lahir dari pengurus KPM
9. Tanggal lahir dari pengurus KPM
10. Nama gadis ibu kandung dari Pengurus KPM
11. Nomor Peserta PKH, jika ada
12. Status PKH, jika ada
13. Nama Kepala Keluarga
14. Nama Anggota Keluarga lainnya
15. Alamat Tinggal Keluarga
Unit penerima manfaat BPNT adalah keluarga. Namun, untuk kebutuhan penyaluran
manfaat BPNT perlu ditentukan 1 (satu) nama dalam KPM sebagai Pengurus KPM yang
akan menjadi pemilik rekening BPNT.
Pengurus KPM ditentukan menurut urutan prioritas sebagai berikut:
1) Diutamakan atas nama perempuan di dalam keluarga, baik sebagai kepala keluarga atau
sebagai pasangan kepala keluarga.
2) Jika tidak ada perempuan dalam keluarga, baik sebagai kepala keluarga atau sebagai
pasangan kepala keluarga, maka Pengurus KPM adalah anggota keluarga perempuan
yang berumur di atas 17 tahun dan memiliki dokumen identitas.
3) Jika KPM tidak memiliki anggota perempuan di atas 17 tahun, maka Pengurus KPM
adalah laki-laki kepala keluarga.
4) Jika laki-laki kepala keluarga tidak ada, maka dapat diajukan anggota keluarga laki-laki
yang berumur di atas 17 tahun dan memiliki dokumen identitas kependudukan sebagai
Pengurus KPM.
5) Jika KPM tidak memiliki anggota keluarga lain yang berumur 17 tahun ke atas dan
memiliki dokumen identitas kependudukan, maka KPM dapat diwakili oleh anggota
keluarga lainnya di dalam satu KK atau wali yang belum terdaftar dalam KPM BPNT
sebagai Pengurus KPM.
6) Bagi KPM yang merupakan penerima PKH, maka yang dimaksud sebagai Pengurus
KPM BPNT merujuk pada individu yang telah ditetapkan sebagai Pengurus PKH.
Untuk keperluan pembukaan rekening BPNT, maka data setiap Pengurus KPM harus
dilengkapi dengan variabel pembukaan rekening (Know-Your Customer/KYC), yaitu sebagai
berikut:
1) Nama Pengurus KPM (pemilik rekening BPNT);
2) NIK Pengurus KPM;
3) KTP-el Pengurus KPM (jika ada)
4) Tempat lahir Pengurus KPM;
5) Tanggal lahir Pengurus KPM;
6) Alamat lengkap Pengurus KPM beserta kode wilayah sampai tingkat desa.
Data Pengurus KPM menjadi acuan Bank Penyalur untuk membukakan Rekening
Bantuan Pangan untuk setiap KPM secara kolektif dan mencetak KKS. Kepesertaan KPM di
dalam Program BPNT dapat berganti karena: (a) meninggal dan merupakan calon KPM
beranggota tunggal; (b) merupakan calon KPM yang seluruh anggotanya pindah ke
desa/kelurahan lain; (c) calon KPM menolak/mengundurkan diri sebagai KPM; (d) calon KPM
tercatat ganda atau lebih; dan (e) calon KPM sudah mampu.

B. Kartu Keluarga Sejahtera

Instrumen pembayaran yang digunakan sebagai media penyaluran BPNT kepada KPM
adalah Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dengan desain di bawah ini.
1. Untuk BPNT, KKS digunakan sebagai alat penanda KPM dan berfungsi sebagai
2. KKS menyimpan nilai besaran manfaat bantuan pangan yang diberikan. Jika tidak
digunakan pada bulan berjalan, dana bantuan tidak akan hilang. Manfaat BPNT tidak
dapat dicairkan secara tunai.
3. Pada KKS tertera nama Pengurus KPM, nomor KKS, nama Bank Penyalur, dan nomor
telepon pengaduan.
4. KKS dan PIN tidak diperbolehkan untuk dipegang dan disimpan oleh pihak-pihak selain
KPM.

C. Besaran Manfaat
Besaran manfaat BPNT adalah Rp110.000/KPM/bulan. Bantuan tersebut tidak dapat
diambil tunai dan hanya dapat ditukarkan dengan beras dan/atau telur sesuai kebutuhan KPM di
e-Warong. Pemilihan komoditas beras dan telur dalam Program BPNT berdasarkan tujuan untuk
menjaga kecukupan gizi KPM.

Registrasi dan/atau Distribusi KKS


Gambaran proses registrasi dan/atau distribusi KKS dapat dilihat pada bagan berikut ini.
A. Persiapan Distribusi KKS
1. Tim Koordinasi Bansos Pangan Kabupaten/Kota dan Bank Penyalur bersama-sama
mempersiapkan pelaksanaan distribusi KKS serta menetapkan jadwal dan lokasi
pelaksanaan distribusi KKS kepada KPM. Lokasi distribusi KKS harus mudah
dijangkau oleh KPM. Jangka waktu distribusi KKS mempertimbangkan jumlah KPM
di suatu lokasi dan kondisi geografis sesuai dengan tenggat waktu yang ditetapkan
oleh Kementerian Sosial
2. Tim Koordinasi Bansos Pangan Kabupaten/Kota menugaskan Tenaga Pelaksana
BPNT dan perangkat desa/aparatur kelurahan di tiap desa/kelurahan untuk
mendukung kelancaran proses distribusi KKS oleh Bank Penyalur. Apabila
diperlukan, Bank Penyalur dapat merekrut tenaga tambahan untuk memperlancar
proses distribusi KKS.
3. Sebelum pelaksanaan distribusi KKS, Tim Koordinasi Bansos Pangan
Kabupaten/Kota menyampaikan pemberitahuan kepada KPM mengenai
kepesertaannya pada Program BPNT, waktu dan lokasi distribusi KKS, serta
dokumen yang harus disiapkan dan dibawa oleh KPM pada saat pelaksanaan
distribusi KKS.
4. Sarana pemberitahuan kepada KPM dapat menggunakan media yang biasa
digunakan oleh Tim Koordinasi Bansos Pangan Kabupaten/Kota, antara lain: (i) surat
yang ditujukan kepada KPM, (ii) informasi dari KID kepada KPM, dan (iii)
informasi pada papan pengumuman atau sarana publikasi lainnya yang mudah
diakses oleh masyarakat khususnya KPM.
5. KID, khususnya perangkat desa/aparatur kelurahan dan Tenaga Pelaksana BPNT,
memastikan KPM hadir pada saat pelaksanaan distribusi KKS.

B. Pelaksanaan Distribusi KKS


1. Tim Koordinasi Bansos Pangan Kabupaten/Kota, perangkat desa/aparat kelurahan,
dan Tenaga Pelaksana BPNT mendampingi Bank Penyalur pada saat proses distribusi
KKS kepada KPM. Edukasi dan sosialisasi kepada KPM dapat dilakukan bersamaan
pada saat proses distribusi KKS.
2. Pihak yang harus hadir dari KPM pada saa distribusi KKS adalah yang ditentukan
sebaga Pengurus KPM, yaitu nama yang tercantu sebagai pemilik rekening BPNT.
Apabila Penguru KPM tidak hadir pada saat distribusi KKS, KID secara aktif
mengecek keberadaan KPM.
3. Perlakuan bagi Pengurus KPM yang tidak hadir pada saat distribusi KKS (baik karena
sakit, lanjutusia dan/atau penyandang disabilitas, meninggal dunia, Pekerja Migran
Indonesia (PMI), mendapatkan vonis berkekuatan hukum tetap atau sedang dalam
proses hukum, tidak ditemukan domisilinya, sudah bercerai, maupun menolak
menerima bantuan) akan merujuk pada Lampiran mengenai Mekanisme Penggantian
Pengurus KPM.
4. Dokumen pendukung yang perlu dibawa oleh KPM pada saat proses distribusi KKS
adalah dokumen identitas seperti KTP, KK, dan/atau dokumen lain yang dapat
menunjukkan identitas sebenarnya dari yang bersangkutan.
5. Pada saat proses distribusi KKS, petugas Ban Penyalur memeriksa kesesuaian data
pada KKS dengan dokumen identitas yang dibawa KPM
6. Jika data pada KKS sesuai dengan dokumen identitas yang dibawa KPM, maka KPM
harus melengkapi dan menandatangani formulir pembukaan rekening yang disediakan
oleh Bank Penyalur.
7. Bank Penyalur menyerahkan KKS, lembar PIN, dan lembar informasi program
disertai penjelasan kepada KPM mengenai Program BPNT serta cara penggunaan
KKS dan PIN.
8. Jika data pada KKS dan dokumen identitas yang dibawa KPM tidak sesuai, misalnya
perbedaan nama, alamat maupun nomor identitas KPM maka petugas Bank Penyalur
berkoordinasi dengan perangkat desa/aparatur kelurahan untuk mencocokkan data
administrasi kependudukan di wilayahnya.
9. Apabila KPM terbukti adalah benar yang bersangkutan, maka pihak desa/kelurahan
dapat memberikan surat keterangan terkait hal tersebut. Dengan adanya surat
keterangan dari desa/kelurahan, petugas Bank Penyalur menyerahkan formulir
pembukaan rekening BPNT untuk dilengkapi dan ditandatangani oleh KPM untuk
memperoleh KKS dan PIN.
10. KKS dan dokumen kelengkapannya tidak diserahkan kepada KPM apabila:
a. KPM tidak dapat menunjukkan dokumen identitas atau dokumen pendukung.
b. KPM tidak melengkapi dan menandatangani formulir pembukaan rekening
BPNT.
c. Terjadi perbedaan data KPM dengan data pada KKS yang tidak dapat
dikonfirmasi kebenarannya oleh pihak desa/kelurahan.
11. Tenggat berakhirnya proses distribusi KKS kepada KPM ditentukan oleh
Kementerian Sosial. Apabila distribusi KKS melewati tenggat yang ditentukan, maka
Tim Koordinasi Bansos Pangan mengiri surat permohonan persetujuan yang
dilengkap dengan laporan hasil rekonsiliasi distribusi KKS kepada Kementerian
Sosial. Proses distribusi KKS dapat dilanjutkan setelah Kementerian Sosial
mengeluarkan persetujuan.
12. Setelah proses distribusi KKS berakhir, untuk rekonsiliasi data, Bank Penyalur di
daerah menyampaikan laporan hasil distribusi KKS kepada Tim Koordinasi Bansos
Pangan Kabupaten/Kota dan Bank Penyalur di pusat mengenai:
a. Daftar dan jumlah KPM yang telah mendapatkan KKS dan kelengkapannya;
b. Daftar dan jumlah KPM yang gagal didistribusikan KKS dan kelengkapannya
beserta alasannya.
13. Laporan rekonsiliasi data hasil distribusi KKS menggunakan format baku yang
ditentukan oleh Kementerian Sosial dilengkapi dengan kode wilayah yang digunakan
oleh satuan kerja pengelola data di bawah Kementerian Sosial, dan ditandatangani
oleh Bank Penyalur di daerah dan Dinas Sosial Kabupaten/Kota.
14. Laporan rekonsiliasi data hasil distribusi KKS tersebut dikirim oleh Dinas Sosial
Kabupaten/Kota kepada Kementerian Sosial, dan mencakup:
a. Daftar dan jumlah KPM yang telah mendapatkan KKS dan kelengkapannya;
b. Daftar dan jumlah KPM yang gagal didistribusikan KKS dan kelengkapannya
beserta alasannya.
15. Laporan yang sama dikirim Bank Penyalur di daerah kepada Bank Penyalur di pusat.
16. Laporan diterima oleh Kementerian Sosial 60 hari kalender setelah SP2D diterima
oleh masingmasing direktorat.
17. KKS yang tidak terdistribusikan dinonaktifkan dan disimpan oleh Bank Penyalur di
daerah. KKS dan kelengkapan yang tidak terdistribusikan disimpan sampai satu tahun
anggaran untuk kebutuhan pemeriksaan/audit atas Program BPNT.

Penyaluran Bantuan
Proses penyaluran bantuan, terdiri dari:
1. Proses penyaluran dana BPNT dilaksanakan oleh Bank Penyalur tanpa pengenaan
biaya.
2. Proses penyaluran dilakukan dengan memindahbukukan dana BPNT dari rekening
Kementerian Sosial (KPA) di Bank Penyalur ke rekening wallet KPM BPNT.
3. Pemindahbukuan dana BPNT dilakukan paling lama 30 hari kalender sejak dana
tersebut ditransfer dari Kas Negara ke rekening Kementerian Sosial (KPA) di
Bank Penyalur.
4. Penyaluran dana BPNT ke dalam rekening wallet KPM dilakukan paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) bulan berjalan;
5. Proses penyaluran BPNT dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Belanja Bansos yang ditetapkan oleh Menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.

Pemanfaatan Bantuan
Proses pemanfaatan dana bantuan dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Datang: KPM datang ke e-Warong dengan membawa KKS.
2. Cek: Lakukan cek kuota bantuan pangan melalui mesin pembaca KKS atau mesin EDC.
3. Pilih: Pilih jenis bahan pangan beras dan/atau telur dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Lakukanpembelian dengan memasukkan nominal harga dan PIN pada mesin EDC.
4. Terima: Terima bahan pangan yang telah dibeli serta bukti transaksi untuk disimpan.

A. Pembelian Bahan Pangan oleh KPM pada E-Warong


a. Pembelian Bahan Pangan dilakukan pada e-Warong menggunakan KKS.
b. KPM berhak memilih e-Warong yang dikehendaki untuk membelanjakan dana
BPNT, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
c. KPM berhak menentukan jenis dan jumlah beras dan/atau telur yang akan dibeli.
d. E-Warong tidak boleh melakukan pemaketan barang.
e. KPM dapat mencari e-Warong lain yang menjual barang dengan harga murah dan
dapat menyampaikan keluhan ke perangkat desa/ aparatur kelurahan, Tenaga
Pelaksana BPNT atau saluran pengaduan lain saat ada kenaikan harga yang tidak
wajar.

B. Bukti Transaksi Bantuan Pangan


a. E-warong menyiapkan bukti transaksi bantuan pangan yang dapat berupa cetak
resi dari mesin EDC
b. Bukti transaksi disimpan oleh e-Warong dan salinannya diserahkan kepada KPM.
c. Bukti transaksi memuat informasi nominal transaksi dan sisa jumlah dana yang
masih tersedia pada rekening wallet KPM.
Kelembagaan
Tim Pengendali
 Ketua : Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
 Wakil Ketua : Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
 Sekretaris merangkap Anggota : Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
 Anggota : Mendagri, Menteri Sosial, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Keuangan, Menteri
Pertanian, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Komunikasi dan
Informatika, Menteri BUMN, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Menteri
Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet, Kepala BPS, Kepala Staf Kepresidenan, Gubernur
Bank Indonesia, dan Ketua Dewan Komisioner OJK.
Tim Koordinasi Bantuan Sosial Pangan
 Pusat : diatur melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan
 Provinsi : Sekretariat daerah provinsi, dinas sosial, Bappeda/Sekretaris TKSK provinsi,
OPD bidang pangan dan yang terkait, BPS, Bank Penyalur, dan lembaha lain sesuai
kondisi dan kebutuhan daerah.
 Kabupaten/Kota : Sekretariat daerah kabupatenkota, dinas sosial, Bappeda/Sekretaris
TKPK kabupaten/kota, OPD bidang pangan dan yang terkait, BPS, Bank Penyalur, dan
lembaha lain sesuai kondisi dan kebutuhan daerah, dibantu oleh Koordinator
Kabupaten/Kota PKH dan Koordinator Tenaga Kesejahteraan Sosial.
 Kecamatan : Sekretariat Kecamatan, Seksi Kesejahteraan Sosial, Kepala Seksi PMD atau
terkait, serta Koordinator Statistik Kecamatan, dibantu oleh TKSK dan Pendamping
PKH.
 Kepala Desa/Lurah
 Bank Penyalur

D.PENDAPAT PENULIS

Berdasarkan hasil studi dan diskusi kami pada informasi yang ada, kami berpendapat bahwa
belum ada program yang konkrit spesifik dalam menangani masalah korban bencana sosial.
Selama ini program yang diberikan hanyalah bantuan darurat untuk mengurangi dampak
permasalahan dan juga mengkaitkan dengan program sosial untuk permasalahan lain yang
tersedia. Fokus pemerintah memikirkan program untuk mencegah terjadinya bencana sosial tidak
diiringi dengan program bagi korban apabila bencana sosial terjadi/tidak dapat dihindari.
Bencana sosial memang seringkali timhul secara mendadak, akan tetapi pemerintah harus siap
dalam menangani korban bencana sosial melalui program yang sudah terstruktur, sehingga
masalah yang timbul dapat segera terselesaikan. Kami harap pemerintah segera
mempertimbangkan untuk membentuk program yang spesifik dalam mengatasi masalah korban
bencana sosial.

E.DAFTAR PUSTAKA

Permensos No. 08 Tahun 2012


Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
https://www.bnpb.go.id/home/definisi
http://mahaneni.blogspot.com/2013/11/tinjuan-korban-bencana-sosial-a.html?m=1
https://www.kemsos.go.id/index.php/kemensos-berikan-bantuan-korban-kerusuhan-papua
https://nasional.kompas.com/read/2019/09/30/08450361/kemensos-salurkan-bantuan-rp-389-
miliar-untuk-korban-kerusuhan-wamena
Buku Pedoman Pelaksanaan BPNT 2019

Anda mungkin juga menyukai