Anda di halaman 1dari 8

NAMA : M.

SYAWAL ADANI

STANBUK : C30118357

CHAPTER 4
Analisis Aktivitas Investasi

PENGANTAR ASET LANCAR


Asset lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang langsung dapat
diubah menjadi kas. Selisih antara asset lancar dengan kewajiban lancar disebut modal kerja.

Kas dan Setara Kas


Kas merupakan asset yang paling likuid, mencankup mata uang, deposito dana, money
orders dan cek. Setara kas tergolong asset yang sangat lancar, investasi jangka pendek yang
siap dikonversi menjadi kas, dan hampir jatuh tempo sehingga risiko perubahan harga yang
disebabakan pergerakan tingkat bunga minimal.
Likuiditas berarti jumlah kas atau setara kas yang dimiliki perusahaan dengan jumlah
kas yang dapat diperoleh dalam waktu singkat.
Selain memeriksa jumlah asset likuid untuk perusahaan, harus mempertimbangkan:
1. Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas, perusahaan dapat mengalami
penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek investasi tersebut turun.
2. Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi untuk mendukung
suatu perjanjian pinjaman atau sebagai jaminan hutang.

Piutang
Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa atau
dari pemberian pinjaman uang. piutang usaha mengacu pada janji lisan untuk membayar yang
perasal dari penjualan produk dan jas asecara kredit. Wesel tagih mengacu pada janji tertulis
untuk membayar. Piutang diklasifikasikan ke dalam asset lancar jika diharapkan akan
direalisasi atau ditagih dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung dari mana
yang lebih panjang.

Penilaian Piutang
Analisis piutang sangat penting karena dampaknya terhadap posisi asset dan arus laba
yang saling terkait. Realitanya banyak perusahaan yang tidak mampu menagih semua
piutangnya. Kerugian piutang dapat menjadi sangat berarti dan mengurangi asset lancar serta
laba bersih sekarang dan masa depan. Resiko analisis ini adalah pengalaman masa lalu
kurang bisa memprediksi kerugian masa depan, atau mungkin kita gagal mencerminkan
kondisi terkini.

Analisis Piutang
 Resiko kolektabilitas/penagihan
Analisis harus mempertimbangkan bahwa meskipun pendekatan dengan rumus untuk
menghitung penyisihan piutang tak tertagih sangat mudah dan praktis, penghitungan ini
mencerminkan penilaian mekanik yang menghasilkan kesalahan. Informasi yang
berguna harus diperoleh dari sumber atau perusahaan lain. Alat analisis untuk
memeriksa kolektabilitas mencankup:

1. Memebandingkan presentase piutang terhadap penjualan perusahaan pesaing


dengan perusahaan yang sedang dianalisis. 
2. Memerikasa konsentrasi pelangggan-resiko meningkat jika piutang terkosentrasi
pada satu atau sedikit pelanggan.
3. Menghitung menyelidiki tren periode rata-rata kolektabilitas piutang disbanding
dengan syarat kredit pelanggan untuk industry yang bersangkutan.
4. Menentukan bagian piutang yang merupakan pengalihan dari piutang atau wesel
tagih masa lalu.

 Keaslian piutang
Pemahaman mengenai praktik industri dan sumber informasi tambahan digunakan
untuk menambah keyakinan. Pelanggan pada industri tertentu mengembaikan hak
untuk mengembalikan barang. Analisis harus mempertimbangkan hak
pengembalian tersebut. Hak pengembalian yang bebas dapat menurunkan kualitas
piutang.
 Sekuritas piutang
Salah satu masalah analisis penting adalah saat perusahaan menjual semua atau
sebagian piutangnya pada pihak ketiga yang disebut anjak piutang atau sekuritisasi,
piutang dapat dijual dengan ataupun tanpa recourse pada pembeli jaminan
kolektabilitas.

Biaya Dibayar di Muka


Biaya dibayar dimuka merupakan pembayaran di muka atas barang atau jasa yang
belum diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam asset lancar karena
mencerminkan jasa yang diberikan jika tidak ada membutuhkan penggunaan asset lancar lain.

PERSEDIAAN

Akuntansi dan Penilaian Persediaan


Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan.
Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan disebabakan oleh
dampaknya pada laba bersih dan penilaian asset. Metode persediaan digunakan untukm
mengalokasikan biaya barang tersedia untuk dijual pada harga pokok penjualan atau
persediaan akhir.
Persamaan persediaan untuk perusahaan dagang:
Persediaan awal + pembelian bersih – harga pokok penjualan = persediaan akhir.
Biaya persediaan awalnya dicatat pada neraca. Saat persediaan terjual, biaya ini
dipindahkan dari nerca dan mengalir pada laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan.
Biaya tidak dapat berada pada dua tempat yang sama pada waktu bersamaan, melainkan
dapat dicatat pada neraca sebagai beban masa depan, atau diakui saat ini pada lapiran laba
rugi profitabilitas untuk dikaitkan dengan pendapatan penjualan.
Konsep penting akuntansi persediaan adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan
diperoleh pada periede terjualnya, maka HPP akan sama dengan biaya pembelian barang.
Namun jika persediaan tersedia pada akhir periade akuntansi, penting untuk menentukan
persediaan mana yang telah terjual dan biaya mana yang tersdia pada neraca.

Arus Biaya Persediaan


1. First- in, first-out (FIFO): yang dibeli pertama merupakan yang pertama dijual.
2. Last-in, first-out (LIFO): yang dibeli terakhir merupakan yang pertama dijual.
3. Average cost (Biaya persediaan rata-rata): unit dijual tanpa memperhatikan urutan
pembeliannya dan menghitung HPP serta persediaan akhir sebagai rata-rata
tertimbang.

Analisis Persediaan

Dampak Biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas


Laba kotor dapat dipengaruhi oleh pilihan metode penghitungan biaya perusahaan.
Terdapat keuntungan fiktif FIFO karena laba kotor sebenarnya merupakan penjumlahan
dari laba ekonomi dan laba kepemilikan. Laba ekonomi sesuai dengan jumlah yang terjual
dikalikan dengan selisih antar harga jual dan biaya penggantian persediaan. Laba kepemilikan
merupakan kenaikan biaya penggantian karena persediaan telah diperoleh dan sama dengan
jumlah unit terjual dikalikan dengan selisish biaya penggantian terkini dengan biaya
perolehan awal.

Dampak Biaya Persediaan Terhadap Neraca


Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum melikuidasi
laporan persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhir pada harga yang jauh lebih
rendah dibandingkan dengan biaya penggantian. Sehingga, neraca perusahan yang
menggunakan LIFO, tidak secara akurat mencerminkan investasi lancar yang dimiliki
perusahaan dalam persediaan.

Dampak Biaya Persediaan Terhadap Arus Kas


Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO juga menyebabkan laba sebelum pajak
yang lebih tinggi, sehingga menimbulkan utang pajak yang lebih tinggi.

Masalah Penilaian Persediaan Lainnya


1. Likuidasi LIFO
2. Penyajian Kembali (Restatement)  Analisis Dari LIFO ke FIFO
3. Penyajian Kembali (Restatement)  Analisis Dari FIFO ke LIFO

Biaya Persediaan Perusahaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan Produksi


Biaya manufaktur terdiri atas tiga komponen:
1. Bahan baku atau bahan mentah: biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat
produk.
2. Tenaga kerja: biaya tenaga langsng yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk jadi.
3. Overhead: biaya tidak langsung pada prises manufaktur.

Biaya Perolehan atau Nilai Pasar, Mana yang Lebih Rendah


Harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya penggantian terkini melalui pembelian
atau produksi ulang. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih
atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan normal.
Biaya (cost) merpakan biaya perolehan persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu
dari metode biaya persediaan. Misalnya, FIFO, LIFO, atau Biaya Rata-rata. Analisis
persediaan kita harus memperhatikan dampak aturan LOCOM. Saat harga meningkat, aturan
ini cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan pilihan metode biaya
persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar.

PENGANTAR ASET JANGKA PANJANG


Aset jangka panjang merupakan aset yuang digunakan untuk menghasilkan penghasilan
operasi atau mengurangi biaya operasi untuk lebih dari satu periode. Asset jangka panjang
yang paling umum adalah asset tetap berwujud seperti bangunan, pabrik, dan peralatan. Aset
jangka panjang juga mencakup aset tak berwujud seperti hak paten, merk dagang, copyright,
dan goodwill.

Akuntansi Aset Jangka Panjang

Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai


1. Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses penangguhan biaya yang terjadi pada
periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat berlangsung selama beberapa
periode di masa depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan akun asset.
2. Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset) secara
periodic sepanjang satu atau lebih periode amnfaat yang diharapkan. Proses alokasi
ini dinamakna penyusutan untuk asset berwujud, amortisasi untuk asset tak berwujud,
dan deplesi untuk sumber daya alam. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses
penurunan nilai buku asset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk
menutupi biaya tersisa yan masih tercatat pada neraca.

3. Penurunan Nilai (Impairment)


Jika arus kas yang diharapkan (tidak didiskonto) lebih kecil dibanding dengan nilai
tercatat aset (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), aset perlu diturunkan nilainya
dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar (jumlah diskonto taksiran arus kas).
Dampaknya adalah untuk mengurangi nilai tercatat aset pada neraca dan mengurangi
profitabilitas sebesar jumlah yang sama.
Ada dua distorsi terkait dengan penurunan aset, yaitu:
a. Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat
diturunkan namun tidak dapat dinaikkan.
b. Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang mendistorsi
laba bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan kegunaan nilai aset pada
neraca.

Kapitalisasi Versus Pembebanan


Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio
1. Kapitalisasi mempengaruhi baik laporan keuangan maupun rasionya.
2. Kapitalisasi membuat laba menjadi lebih unggul dibandingkan arus kas sebagai
pengukuran kinerja keuangan.

Dampak Kapitalisai terhadap Laba


1. Kapitalisasi menangguhkan pengakuan biaya sehingga menghasilkan laba yang lebih
tinggi selama periode akuisisi namun laba yang rendah pada periode berikutnya jika
dibandingkan dengan pembebanan biaya.
2. Kapitalisasi menghasilkan serial perataan laba.

Dampak kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi


Kapitalisasi mempengaruhi laba maupun basis investasi dari rasio tingkat pengembalian
investasi. Sebaliknya, membebankan biaya aset menghasilkan basis investasi yang lebih
rendah dan meningkatkan fliuktuasi laba. Peningkatan fliktuasi laba diperbesar dengan
digunakannya basis investasi, yang mengarah pada rasio tingkat pemgembalian yang lebih
berfliktuasi dan kurang bermanfaat. Pembebanan juga menghasilkan bias terhadap
pengukuran laba, karena laba dinyatakan terlalu rendah pada tahun akuisisi dan terlalu tinggi
pada tahun-tahun berikutnya.

Dampak Kapitalisasi  terhadap Rasio Solvabilitas


Biaya aset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang terhadap ekuitas
mencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya. Hal ini terjadi
karena pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan terlalu rendah untuk
perusahaan yang memiliki aset produktif.

Dampak Kapitalisasi terhadap arus Kas Operasi


Ketika biaya aset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar
aktivitas operasi. Sebaliknya, jika aset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas
keluar aktivitas investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya aset akan menyatakan
arus kas keluar operasi yang terlalu tinggi dan arus kas keluar investasi terlalu rendah pada
tahun akuisisi dibandingkan degngan kapitalisasui biaya.

ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM


Properti, pabrik, dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud tak lancar
yang digunakan dalam proses manufaktur, penjualan, atau jasa untuk menhasilkan pendapat
dan arus kas selama lebih dari satu periode. Oleh karena itu, aset ini memiliki periode
manfaat yang diharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode.
Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam

Menilai Properti, Pabrik, dan Peraalatan


Biaya ini mencakup beban apapun yang diperlukan agar aset tersebut berada dalam
lokasi dan kondisi siap digunakan atau siap memberikan jasa seperti biaya angkut, instalasi,
pajak, dan biaya pemasangan (set up). Seluruh biaya akuisisi dan persiapan dikapitalisasi
pada saldo akun aset. Alasan digunakan biaya historis terutama berhubungan dengan
objektivitasnya.

Menilai Sumber Daya Alam


Sumber daya alam yang digunakan disebut aset yang dihabiskan (wasting asset),
merupakan hak untuk mengambil atau mengonsumsi sumber daya alam. Biaya ini langsung
dibebankan saat sumber daya tersebut kemudian dipindahkan, dikonsumsi, atau dijual.
Perusahaan biasanya mengalokasikan biaya sumber daya alam pada jumlah estimasi unit
cadang yang tersedia.

Penyusutan
Prinsip dasar penyusutan laba adalah laba yang mendapatkan manfaat dari penggunaan
aset jangka panjang, harus menanggung bagian proporsional dan biaya aset tersebut.
Penyusutan merupakan alokasi biaya bangunan dan peralatan (tanah tidak disusutkan)
sepanjang masa manfaatnya.

Tingkat Penyusutan
Faktor tingkat penyusutan:
1. Umur masa manfaat.
2. Metode Alokasi: garis lurus, dipercepat, khusus.
agian besar perusahaan.

Deplesi
Deplesi merupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tingkat pemungutan.
Deplesi bergantung pada produksi, menghasilkan lebih banyak produksi berarti
mengeluarkan biaya deplesi yang lebih pula.

Penurunan Nilai
Bangunan dan sumber daya alam biasanya dusustkan selama masa manfaat
berdasarkan prinsip alokasi dengan tujuan penentuan laba. Nilai yang terbawa dari asset yang
disusutkan tidak dirancang untyuk merefleksikan nilai sekarang dari asset.  Meskipun dengan
konservatif, akuntansi seringkali melakukan refleksi nilai, dengan menurunkan nilai pada
neraca (write down) untuk merefleksikan nilai saat ini. Saat Ini akuntansi tidak
memperbolehkan menuliskan nilai asset untuk merefleksikan nilai pasar.

Menganalisis Asset Tetap Dan Sumber Daya Alam


Valuasi asset tetap dan sumber daya alam menekankan objektivitas biaya historis.
Namun, biaya historis tidak relevan dalam menilai asset pengganti. Juga biaya ini tidak dapat
dibandingkan untuk beberapa lapiran keuangan perusahaan, dan tidak terlalu bermanfaat
untuk mengukur biaya kesempatan atau dalam menilai kegunaan alternative dana. Dalam
periode tingkat dana meningkat, biaya historis mencerminkan daya beli yang berbeda.
Penilaian nilai asset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan dalam
akuntansi. Namun, konservatismen mengizinkan adanya penghapusan nilai karena penurunan
nilai yang permanen. Penurunanan nilai menghilangkan beban yang terkait dengan aktivitas
operasi pada periode masa depan.
 Aturan akuntansi untuk menurunkan nilai asset jangka panjang mewajibkan
perusahaan untuk secara berkala menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang merupakan
penurunan nilai. Penurunan asset setelahnya dapat mendistorsi hasil yang dilaporkan. Jika
taksiran arus kas tidak lebih kecil dari nilai yang tercatat asset, maka nilai asset diturunkan.
Kerugian penurunan nilai dihitung sebagai selisish nilai tercatat asset dengn nilai wajarnya.

Menganalisis Penyusutan Dan Deplesi


Sebagaian besar perusahaan menggunakan aset produktf jangka panjang pada aktivitas
operasi mereka, dan penyusutan merupakan beban utama. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam hal ini adalah adanya revisi masa manfaat asset.
Biasanya tidak ada pengungkapan mengenai hubungan antar tingkat penyusutan dan
ukuran kelompok asset, maupun antara tingkat tersebut dan metode akuntansi. Tantangan lain
bagi analisis ini berasal dari perbedaan metode alokasi yang digunakan untuk pelaporan
keuangan dan tujuan pajak.
Menganalisa penyusustan membutuhkan evaluasi kelayakan.  Evaluasi ini dapat
menggunakan pengukuran seperti rasio penyusutan terhadap asset total atau penyusustan
terhadap faktor yang terkait dengan ukuran lainnya. Terdapat beberapa pengukuran yang
terkait dengan umur asset tetap yang berguna untuk membandingkan kebijakan penyusustan
antar periode dan antar perusahaan di antaranya Rata-rata jangkauan total, umur rata-rata dan
umur sisa rata-rata.
Rata-rata jangkauan waktu total = umur rata-rata + umur sisa rata-rata

Analisis Penurunan Nilai


Tiga masalah analisis yang timbul dari penurunan nilai adalah evaluasi kelayakan
jumlah penurunan nilai, evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai, dan analisis efek
penurunan nilai terhadap laba.

ASET TAK BERWUJUD


Asset tidak berwujud merupakan hak, istimewa, dan manfaat kepemilikan atau
pengendalian. Dengan karakteristik umum tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak
adanya wujud fisik. Asset tidak berwujud sering kali tidak dapat dipisahkan dari suatu
perusahaan atau segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga, dan mengalami perubahan
penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif.

Akuntansi Aset Tak Berwujud


1. Asset tak berwujud yang dapat diidentifiksikan: asset tak berwujud yang dapat
diindenifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaaan selama
periode manfaat yang terbatas.
2. Asset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan: asset yang dapat
dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasikan dan
sering kali memiliki masa manfaat yang tak terhingga.

Analisis Aset Tak Berwujud


Saat kapitalisasi biaya asset tak berwujud yang dapat atau tidak dapat diidentifikasi,
biaya tersebut selanjutnya harus diamortisasi sepanjang periode masa manfaat asset. Jangka
masa manfaat tergantung pada dari jenis, kondisi permintaan, situasi kompetitif, hokum,
kontrak, aturan atau batasan ekonomis lainnya. Misalnya, hak paten merupakan hak eksekutif
yang diberikan pemerintah kepada investor selama periode tertentu.

Aset Tak Berwujud Tak Tercatat Dan Kontijensi


Salah satu asset tak tercatat yang terkait dengan pembebanan yang terkait dengan
elemen jasa atau ide. Sebagai contoh adalah program televisi yang dicatat sebesar biaya
tersembunyi untuk menghasilkan penghasilan lisensi yang bernilai jutaan.

Anda mungkin juga menyukai