Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH TEKANAN, KESEMPATAN DAN RASIONALISASI

TERHADAP TINDAKAN KECURANGAN (FRAUD)


(Survei pada Narapidana Tipikor di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Pekanbaru)

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

Oleh:
AMI ZAHARA
2013/1303471

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
PENGARUH TEKANAN, KESEMPATAN DAN RASIONALISASI TERHADAP
TINDAKAN KECURANGAN (FRAUD)
(Survei pada Narapidana Tipikor di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Pekanbaru)

Ami Zahara
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang
email: amizahara23@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji : (1) pengaruh tekanan terhadap tindakan kecurangan
(fraud), (2) pengaruh kesempatan terhadap tindakan kecurangan (fraud), (3) pengaruh rasionalisasi
terhadap tindakan kecurangan (fraud), pada narapidana tipikor yang ada di Lapas Kelas II A Kota
Pekanbaru. Jenis Penelitian ini adalah kausatif. Populasi pada penelitian ini adalah narapidana
tipikor yang ada di Lapas Kelas II A Kota Pekanbaru yang berjumlah 66 orang. Penelitian ini
menggunakan Teknik Total Sampling untuk mendapatkan sampel sehingga semua populasi yang
berjumlah 66 orang dijadikan sampel seluruhnya. Sumber data adalah data primer. Metode
Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan regresi berganda, tindakan
kecurangan (fraud) sebagai variabel terikat dan tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi sebagai
variabel bebas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) tekanan tidak berpengaruh signifikan
positif terhadap tindakan kecurangan (fraud), dimana t hitung < t tabel yaitu 1,523 < 1,672 (sig 0,113 >
0,05) sehingga hipotesis 1 ditolak, (2) kesempatan berpengaruh signifikan positif terhadap tindakan
kecurangan (fraud), dimana t hitung > t tabel yaitu 3,053 > 1,672 (sig 0,003 < 0,05) sehingga hipotesis
2 diterima, dan (3) rasionalisasi berpengaruh signifikan positif terhadap tindakan kecurangan
(fraud), dimana t hitung > t tabel yaitu 3,075>1,672 (sig 0,003< 0,05) sehingga hipotesis 3 diterima.

Kata Kunci: Tindakan Kecurangan (Fraud), Tekanan, Kesempatan, Rasionalisasi.

ABSTRACT

This study aims to examine: (1) the effect of pressure on fraud, (2) the effect of opportunity on
fraud, (3) the effect of rationalization on fraud in the corrupt prisoners in prisons of Class II A of
Pekanbaru city. This type of research is causative. The population in this study is the corruption
inmates who exist in prisons Class II A Pekanbaru City which requires 66 people. This study uses
the Total Sampling Technique for the sample as much as all the population owned 66 people
sampled. The data source is the primary data. Methods Data collection using questionnaires. Data
analysis using multiple regression. The fraud as dependent variable and pressure, opportunity,
and rationalization as independent variables. This research concludes: (1) the pressure is not
significant to fraud, where t count < t table is 1,523 < 1,672 (sig 0,113 > 0,05) so that hypothesis 1 is
rejected, (2) opportunity has a positive influence to fraud , Where t count > t table is 3,053> 1,672 (sig
0.003<0.05) so that hypothesis 2 is accepted, and (3) and rationalization has a positive influence
to fraud, where t count> t table is 3,075> 1.672 Sig 0.003<0, 05) so that hypothesis 3 is accepted.

Keywords: Fraud, Pressure, Opportunity, Rationalization.

1
1. PENDAHULUAN berkerjasama dalam melakukan
kecurangan tersebut.
Fraud merupakan konsep
Menurut ACFE, korupsi terbagi ke
pelanggaran yang memiliki sudut
dalam beberapa bentuk yaitu:
pandang yang luas. Association of
pertentangan kepentingan (conflict of
Certified Fraud Examiners (ACFE)
interest), suap (bribery), pemberian ilegal
merupakan organisasi anti-fraud terbesar
(illegal gratuity), dan pemerasan
di dunia dan sebagai penyedia utama
(economic extortion). Jenis kecurangan
pendidikan dan pelatihan anti-fraud.
(fraud) yang terjadi di setiap negara ada
ACFE mendefinisikan kecurangan
kemungkinan berbeda, hal ini karena
(fraud) sebagai tindakan penipuan atau
praktek fraud antara lain sangat
kekeliruan yang dibuat oleh seseorang
dipengaruhi oleh kondisi hukum di
atau badan yang mengetahui bahwa
negara yang bersangkutan. Di negara
kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan
maju di mana penegakan hukum sudah
beberapa manfaat yang tidak baik kepada
berjalan dengan baik dan kondisi
individu atau entitas atau pihak lain.
ekonomi masyarakat secara umum sudah
Kecurangan merupakan suatu istilah yang
cukup mantap maka praktek fraud lebih
umum dan mencakup segala macam cara
sedikit modus operasinya.
yang dapat digunakan dengan kelihaian
Menurut Wilopo (2006), pada
tertentu, yang dipilih oleh seorang
umumnya kecurangan berkaitan dengan
individu, untuk mendapatkan keuntungan
korupsi. Hal ini juga didukung dengan
dari pihak lain dengan melakukan
studi Shleifer dan Vishny (1993) serta
representasi yang salah (Zimbelman dkk,
Gaviria (2001) dalam Wilopo (2006)
2014:7).
yang menyatakan bahwa tingkat
ACFE mengklasifikasikan
kecurangan suatu negara ditunjukkan
kecurangan itu ke dalam tiga kategori,
oleh tingkat korupsi dari negara tersebut.
yaitu: (1) kecurangan aset (asset
Karena itulah untuk mengukur tingkat
misappropriation), berupa pencurian atau
kecurangan disuatu negara dilakukan
penyalahgunaan aset; (2) Pernyataan
penghitungan indeks korupsinya.
palsu atau salah pernyataan (fraudulent
Berdasarkan penelitian yang telah
statement), meliputi tindakan yang
dilakukan oleh Donald Cressey pada
dilakukan oleh pejabat atau eksekutif
tahun 1950-an di USA telah memberikan
suatu perusahaan atau instansi pemerintah
wawasan yang sangat berharga terhadap
untuk menutupi kondisi keuangan yang
suatu pertanyaan mengapa kecurangan
sebenarnya dengan melakukan rekayasa
terjadi. Kebanyakan orang lebih
keuangan (financial engineering) dalam
mengenal istilah “korupsi” (corruption)
penyajian laporan keuangannya untuk
dibandingkan “kecurangan“ (fraud).
memperoleh keuntungan; (3) korupsi
Dalam ilmu akuntansi, korupsi
(corruption), yaitu para pelaku
merupakan bagian dari kecurangan.
kecurangan menggunakan pengaruhnya
Keduanya merupakan tindakan melawan
secara tidak sah dalam transaksi bisnis
hukum dan merugikan pihak lain. Hasil
untuk memperoleh manfaat bagi
penelitian tersebut menghasilkan apa
kepentingan pribadi atau orang lain. Jenis
yang disebut dengan segitiga kecurangan
kecurangan ini banyak terjadi di sektor
(fraud triangle). Cressey melakukan
pemerintahan. Kecurangan dalam bentuk
wawancara kepada para pelaku
korupsi ini sulit untuk dideteksi karena
kecurangan yang telah menyandang
dilakukan oleh beberapa orang yang

2
status sebagai narapidana. Ia Lembaga-lembaga anti korupsi juga
mewawancarai sekitar 200 narapidana muncul baik yang dibentuk oleh
yang berada di penjara. Salah satu pemerintah (KPK, BPK, dan BPKP)
kesimpulan pokok yang diperoleh dari maupun oleh pihak swasta yang
wawancara tersebut adalah setiap independen (ICW, Transparancy
terjadinya suatu kecurangan dipengaruhi International, dan lain-lain). Tindakan
oleh tiga hal: (1) adanya kecurangan korupsi pada pemerintahan
tekanan/dorongan (pressure/motivation); yang menjadi bagian dari fraud dalam
(2) adanya peluang/kesempatan akuntansi, merupakan tindakan yang
(opportunity) dan pengetahuan menyebabkan kesalahan pelaporan dalam
(knowledge) untuk melakukan kejahatan laporan keuangan, atau suatu tindakan
dan (3) rasionalisasi/pembenaran kesengajaan untuk menggunakan sumber
(menyangkut etika dan akhlak dari yang daya keuangan demi memberi
bersangkutan). keuntungan pribadi dan kelompok.
Secara harfiah korupsi (bahasa latin: Mantan Wakil Ketua Badan
corruptio dari kata kerja corrumpere Pemeriksa Keuangan (BPK) Hasan Basri
yang bermakna busuk, rusak, dalam Peringatan Hari Anti Korupsi
menggoyahkan, memutarbalik, dan Sedunia di gedung KPK, Jakarta (9
menyogok) adalah perilaku pejabat Desember 2011) menyatakan bahwa
publik, baik politisi maupun pegawai berdasarkan pemeriksaan lima tahun
negeri, serta pihak lain yang secara tidak terakhir, ada 318 temuan yang
wajar dan tidak legal menyalahgunakan mengandung unsur korupsi dengan
kepercayaan publik yang dikuasakan kerugian negara mencapai Rp 29,5 triliun
kepada mereka untuk mendapatkan dan 450 juta dollar. Kasus korupsi tidak
keuntungan sepihak. hanya terjadi di pemerintah pusat, di
Korupsi adalah penyalahgunaan pemerintah daerah pun seakan turut serta
amanah untuk kepentingan pribadi dalam menyumbang sebagian kerugian
(Anwar, 2006:10). Hal yang paling negara.
mengidentikkan perilaku korupsi bagi Banyaknya kasus kecurangan
masyarakat umum adalah penekanan korupsi di negara kita telah mendapat
pada penyalahgunaan kekuasaan atau apresiasi yang tinggi dari lembaga
jabatan publik untuk keuntungan pribadi. internasional yaitu Transparency
Tindak perilaku kecurangan korupsi International (TI) yang merupakan
akhir-akhir ini semakin marak sebuah institusi non-partisan yang
dipublikasikan di media massa maupun berbasis di Berlin (Jerman). Setiap tahun
media cetak. Tindak kecurangan dalam Transparency International (TI)
bentuk korupsi ini mayoritas dilakukan meluncurkan Corruption Perception
oleh para pejabat tinggi negara yang Index (CPI). Tujuan peluncuran CPI
sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat setiap tahun adalah untuk selalu
luas untuk memajukan kesejahteraan mengingatkan bahwa korupsi masih
rakyat, sekarang malah merugikan merupakan bahaya besar yang
negara. Hal ini tentu saja sangat mengancam dunia. Indonesia termasuk
memprihatinkan bagi kelangsungan hidup dalam peringkat yang paling tinggi dalam
rakyat yang dipimpin oleh para pejabat hal urusan korupsi. Sebuah prestasi yang
yang terbukti melakukan tindak sangat memalukan sebagai negara yang
kecurangan korupsi. mempunyai nilai religius yang tinggi.

3
Terjadinya perbuatan korupsi dalam suatu data ini menggambarkan aparat penegak
negara adalah karena lemahnya sistem. hukum banyak bertindak di daerah
Sistem maksudnya disini adalah sistem tersebut. Hingga April 2016, sudah 25
mengenai pencegahan korupsi itu sendiri. pejabat pemerintahan dan politisi di Riau
Berdasarkan indeks persepsi korupsi, dijebloskan ke penjara oleh Komisi
Indonesia masih masuk ke dalam jajaran Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain
negara-negara terkorup. gaya hidup mewah, ternyata minimnya
Di Provinsi Riau, Lembaga pejabat birokrasi Pemerintah Daerah di
Pemasyarakatan Kelas II A Pekanbaru Provinsi Riau untuk melaporkan harta
merupakan salah satu tempat ditahan dan kekayaannya kepada Badan Pemeriksa
dibinanya pelaku tindak pidana korupsi. Keuangan maupun institusi terkait
lainnya, juga menjadi pemicu korupsi
Tabel 1. Jumlah Narapidana Korupsi merajalela di Bumi Melayu ini. Wakil
Tahun 2011-2017 Ketua KPK, Saut Situmorang
Tahun Jumlah mengatakan, faktor ini alasan atau faktor
2011 10 paling kuat mengapa kasus korupsi terus
2012 41 berulang di Riau sejak beberapa periode
2013 63 kepemimpinan berganti. Menurut Saut,
2014 65 Riau menjadi sorotan KPK karena tiga
2015 71 gubernurnya dalam tiga periode berturut-
2016 78 turut terjerat kasus korupsi. Mereka ialah
2017 66 Saleh Djasit, Rusli Zainal, dan Annas
Sumber: smslap.ditjenpas.go.id Maamun. Ketiganya ditahan KPK dengan
kasus yang berbeda
Berdasarkan data narapidana tipikor (antikorupsi.org/diakses, 4 Maret 2017).
di atas dapat dilihat bahwa dari tahun Di antara narapidana korupsi yang
2011-2016 pelaku pidana korupsi ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
meningkat meskipun pada tahun 2017 A Pekanbaru, beberapa di antaranya
mengalami sedikit penurunan di Lapas terdapat pejabat Pemprov Riau yaitu
Kelas II A Pekanbaru, namun Provinsi mantan Gubernur Riau, Rusli Zinal atas
Riau masih tetap masuk kedalam 10 besar kasus korupsi PON Riau 2012 dan izin
Provinsi terkorup di Indonesia menurut kehutanan dengan vonis hukuman 14
ICW (Indonesia Corruption Watch), ICW tahun penjara, Rusli juga diwajibkan
merupakan lembaga swasta yang membayar denda Rp 1 miliar subsider 6
memiliki komitmen untuk memberantas bulan penjara, Senin (17 November
korupsi di Indonesia melalui usaha-usaha 2014). Dia terbukti melakukan korupsi
pemberdayaan rakyat untuk berpartisipasi bersama-sama dalam kasus PON dengan
aktif melakukan perlawanan korupsi. memberi uang kepada sejumlah anggota
Hasil survei ICW tahun 2016 DPR sebesar Rp 900 juta. Dia juga
menyatakan bahwa Provinsi Riau menerima uang Rp 500 juta dari
terdapat pada urutan ke-enam setelah kontraktor pembangunan venue PON, dan
Jawa Tengah dengan jumlah 196 terbukti menyalahgunakan wewenang
narapidana tipikor. Tetapi, ICW dengan mengeluarkan izin kehutanan
menegaskan bahwa pemantauan ini tidak terhadap sembilan perusahaan yang
berarti Provinsi Riau sebagai daerah merugikan negara senilai Rp 265 miliar.
paling korup di Indonesia. Sebaliknya, Pengadilan Negeri Tipikor Pekanbaru

4
menjatuhi vonis 14 tahun. Rusli lalu yang biasa dilakukan dan tidak
banding ke Pengadilan Tinggi Pekanbaru melanggar hukum dan kemanusiaan
dan dikurangi hukumannya menjadi 10 sehingga tindak korupsi kerap terjadi.
tahun. Namun, saat kasasi di Mahkamah Dari penelitian yang dilakukan oleh
Agung, Hakim Agung Artidjo Alkostar, Abdullah (2015) di mana dalam
mengembalikan vonis ke Rusli Zainal penelitiannya menganalisis dari kasus-
menjadi 14 tahun kasus kecurangan yang terjadi di sektor
(news.detik.com/diakses, 4 Maret 2017). publik di negara Nigeria untuk mencari
Salah satu upaya untuk pengendalian faktor-faktor yang mempengaruhi
dan pencegahan korupsi adalah dengan terjadinya kecurangan, dan hasil dari
mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor penelitian menunjukkan bahwa tekanan,
apa saja yang menyebabkan seseorang kesempatan dan rasionalisasi merupakan
melakukan tindak kecurangan korupsi. faktor yang berpengaruh terhadap
Dengan mengetahui sebabnya, maka terjadinya kecurangan di negara Negeria.
dapat kita buat langkah pengendalian dan Penelitian ini sangat menarik dan
pencegahan dari tindakan tersebut. penting untuk dilakukan dalam hal
Dellaportas (2012) dalam mencari faktor-faktor penyebab
penelitiannya menyebutkan bahwa, seseorang/sekelompok orang melakukan
sebuah khas kejahatan kerah putih adalah tindakan kecurangan dalam bentuk
kurangnya perasaan atau ketidakpedulian korupsi, karena dilihat begitu banyaknya
oleh pelaku yang berasal dari kasus kecurangan korupsi yang terjadi di
serangkaian alasan atau rasionalisasi negara Indonesia khusus nya di Provinsi
untuk membebaskan diri dari rasa Riau. Dengan diketahuinya penyebab
bersalah yang timbul dari perilaku mengapa korupsi terjadi, diharapkan
menyimpang (Anand, Blake, & Joshi, dapat meningkatkan kesadaran
2004; Benson, 1985; Duffield & pemerintah atau organisasi lain untuk
Grabosky, 2001; Rossouw et al., 2000). dapat membuatkan langkah-langkah
Dalam hal ini bagian dari fraud triangle, pencegahannya dengan tepat.
pelaku mengakui kesalahan tetapi Dari latar belakang yang telah
menyangkal bahwa itu salah, yang diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
memungkinkan mereka untuk melakukan penelitian dengan judul
mempertahankan citra diri non- “Pengaruh Tekanan, Kesempatan dan
menyimpang sementara terus terlibat Rasionalisasi terhadap Tindakan
dalam kegiatan kriminal (Benson, 1985; Kecurangan (Fraud)”. Penulis akan
Coleman, 1987; Willoperasi, Griffin, & menganalisis faktor apa saja yang
Torrance, 2001). mempengaruhi tindak pidana korupsi
Hasil penelitian Dahlia, dkk (2013) yang dilakukan oleh narapidana tindak
menunjukkan rasionalisasi merupakan pidana korupsi di Lembaga
faktor yan sangat berpengaruh dalam Pemasyarakatan Kelas II A Kota
tindakan korupsi. Hal ini menunjukkan Pekanbaru.
bahwa sebagian besar koruptor 2. KAJIAN TEORI
melakukan tindak kecurangannya bukan 2.1 Kecurangan
karena adanya tekanan ekonomi ataupun Secara harfiah fraud didefinisikan
kesempatan melainkan pada umumnya sebagai kecurangan, namun pengertian
para koruptor menganggap apa yang ini telah dikembangkan lebih lanjut
dilakukannya adalah hal yang umum sehingga mempunyai cakupan yang

5
luas. Black’s Law Dictionary hukum dalam rangka mendapatkan
menguraikan pengertian fraud mencakup keuntungan dengan merugikan orang
segala macam yang dapat dipikirkan lain. Hal yang paling mengidentikkan
manusia dan yang diupayakan oleh perilaku korupsi bagi masyarakat umum
seseorang, untuk mendapatkan adalah penekanan pada penyalahgunaan
keuntungan dari orang lain dengan cara kekuasaan atau jabatan publik untuk
yang salah atau pemaksaan kebenaran keuntungan pribadi.
dan mencakup semua cara yang tidak Menurut perspektif hukum, definisi
terduga, penuh siasat, licik, tersembunyi, korupsi secara gamblang telah dijelaskan
dan setiap cara yang tidak jujur yang dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31
menyebabkan orang lain tertipu. Tahun 1999 junto UU No. 20 Tahun
Sedangkan dalam Arens (2008:430) 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut,
kecurangan didefinisikan sebagai Setiap korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh
upaya penipuan yang disengaja, yang bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang
dimaksudkan untuk mengambil harta atau dapat dikelompokkan; kerugian keuangan
hak orang atau pihak lain. negara, suap-menyuap, penggelapan
Association of Certified Fraud dalam jabatan, pemerasan, perbuatan
Examiners (ACFE) mendefinisikan curang, benturan kepentingan dalam
kecurangan (fraud) sebagai tindakan pengadaan dan gratifikasi. Pasal-pasal
penipuan atau kekeliruan yang dibuat tersebut menerangkan secara terperinci
oleh seseorang atau badan yang mengenai perbuatan yang bisa dikenakan
mengetahui bahwa kekeliruan tersebut pidana penjara karena korupsi (KPK,
dapat mengakibatkan beberapa manfaat 2006: 19-20).
yang tidak baik kepada individu atau Berdasarkan Fraud Tree yang ada di
pihak lain. ACFE mengklasifikasikan dalam Tuanakotta (2012:197), korupsi
kecurangan (fraud) dalam beberapa terbagi menjadi:
klasifikasi dan dikenal dengan istilah 1. Coflict of Interest
“Fraud Tree” yaitu sistem klasifikasi 2. Bribery
mengenai hal-hal yang ditimbulkan oleh 3. Illegal Gratuities
kecurangan yang sama (uniform 4. Economic Extortion
occuptional fraud classification system)
membagi fraud menjadi 3 jenis sebagai 2.3 Fraud Triangle
berikut : Fraud Triangle adalah sebuah teori
1) Penyimpangan atas asset (Asset yang dikemukakan oleh Donald R.
Missappropriation) Cressey pada tahun 1950 setelah
2) Pernyataan Palsu (Fraudulent melakukan penelitian untuk tesis
Statement) doktornya. Cressey mengungkapkan
3) Korupsi (Corruption) hipotesis mengenai fraud triangle untuk
menjelaskan penyebab seseorang
2.2. Korupsi
melakukan fraud.
Korupsi adalah penyalahgunaan Berdasarkan penelitian yang telah
amanah untuk kepentingan pribadi Cressey lakukan, ia menemukan bahwa
(Anwar, 2006:10). Masyarakat pada seseorang melakukan fraud ketika mereka
umumnya menggunakan istilah korupsi memiliki non-sharable problems. Mereka
untuk merujuk kepada serangkaian yakin masalah tersebut bisa diselesaikan
tindakan-tindakan terlarang atau melawan secara diam-diam dengan

6
jabatan/pekerjaan yang mereka miliki populasi sebagai sampel karena populasi
saat ini dan mengubah pola pikir dari dari penelitian ini kurang dari 100 subjek.
konsep mereka sebagai orang yang Jadi, sampel penelitian ini adalah seluruh
dipercayai memegang asset menjadi narapidana tindak pidana korupsi yang
seseorang yang dapat menggunakan asset berada di Lembaga Pemasyarakatan
yang telah dipercayakan secara pribadi. Kelas II A Kota Pekanbaru.
Cressey juga menambahkan bahwa
banyak dari pelanggar kepercayaan ini 3.3 Jenis dan Sumber Data
mengetahui bahwa tindakan yang mereka Jenis data dalam penelitian ini adalah
lakukan merupakan tindakan yang illegal, data subjek yang merupakan jenis data
tetapi mereka berusaha memunculkan penelitian yang berupa opini, sikap,
pemikiran bahwa apa yang dilakukan pengalaman atau karakteristik dari
merupakan tindakan yang wajar. seseorang atau sekelompok orang yang
Berdasarkan paparan diatas, Cressey menjadi subjek penelitian (responden). Di
mengungkapkan bahwa ada 3 faktor yang mana subjek penelitian ini adalah seluruh
menyebabkan seseorang melakukan narapidana tindak pidana korupsi yang
fraud, yaitu tekanan masalah keuangan ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
maupun melakukan pekerjaan yang erat A Kota Pekanbaru.
kaitannya untuk mencapai target Sumber data dalam penelitian ini
(pressure), kesempatan untuk melakukan adalah data primer. Data tersebut
fraud dan rasionalisasi dari pelaku. langsung diperoleh dari narapidana tindak
pidana korupsi yang ada di Lembaga
3. METODOLOGI PENELITIAN Pemasyarakatan Kelas II A Kota
3.1 Jenis Penelitian Pekanbaru dengan menggunakan daftar
Penelitian ini tergolong penelitian pernyataan dalam bentuk kuesioner guna
kausatif. Penelitian kausatif merupakan mengumpulkan informasi dari objek
penelitian hubungan yang bersifat sebab penelitian tersebut.
akibat dengan dua variabel atau lebih
dalam Sugiyono (2008:11). Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data
kausatif merupakan tipe penelitian Untuk memperoleh data yang
dengan karakteristik masalah berupa diperlukan dalam penelitian ini yaitu
sebab akibat antara dua variabel atau dengan menggunakan angket (kuesioner).
lebih, sehingga tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk melihat bagaimana pengaruh 3.5 Variabel Penelitian
suatu variabel terhadap variabel lainnya. a. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat (dependent variable)
3.2 Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah tindakan
Populasi pada penelitian ini adalah kecurangan (fraud).
narapidana tindak pidana korupsi yang b. Variabel Bebas (X)
berada di Lembaga Pemasyarakatan Dalam penelitian ini yang menjadi
Kelas II A Kota Pekanbaru yang variabel bebas (independent variable)
berjumlah 66 orang adalah:
(smslap.ditjenpas.go.id). a). Tekanan (X1)
Pengambilan sampel ditentukan b). Kesempatan (X2)
dengan menggunakan teknik Total c). Rasionalisasi (X3)
Sampling, yakni menjadikan seluruh

7
3.6 Instrumen Penelitian ngan c. Illegal Gratuties 25
(Fraud) d. Economic
Tabel 2. Instrumen Penelitian (Y) Extortion 26
VARIA INDIKATOR NO Tuanak
BEL ITEM otta
2007;
Tekana a. Tekanan 1,2,3,4,5 Dahlia,
n (X1) keuangan dkk
Stevan 2013
Dellapo b. Kebiasaan buruk 6,7,8,9
rtas
2012 c. Tekanan yang 3.7 Model Penelitian
berhubungan 10,11,12 Pengujian atas hipotesis penelitian
dengan menggunakan model persamaan sebagai
perkerjaan berikut:
Kesemp a. Memanfaatkan 13 Y= a + b1X1 + b2X2 +b3X3 + e
atan masa jabatan
(X2) b. Menduduki suatu
Tuanak 14 Dimana:
posisi cukup Y = Tindakan Kecurangan (Fraud)
otta, lama
2007 a = Konstanta
c. Pengendalian
15 b 1,2,3 = Koefisien regresi dari variabel
internal lemah
independen
d. Pengendalian
X1 = Tekanan
eskternal 16 X2 = Kesempatan
e. Aturan yang
X3 = Rasionalisasi
tidak tegas 17 e = error term
Rasiona a. Sikap 18
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
lisasi manajemen
(X3) 4.1 Hasil Penelitian
terhadap nilai
Stevan A. Gambaran Umum Lokasi dan
etis rendah
Dellapo b. Penyelewengan 19 Objek Penelitian
rtas 1. Sejarah Singkat Lembaga
merupakan hal
2012, Pemasyarakatan Kelas II A Kota
yang lumrah
Suradi Pekanbaru
c. Hasil
2012 Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)
penyelewengan 20 Kelas IIA Pekanbaru terletak di ibukota
digunakan untuk
Provinsi Riau yakni Pekanbau Kota
tujuan kebaikan
d. Layak
Bertuah (Bersih, Tertib, Usaha
mendapatkan Bersama dan Harmonis), yang
imbalan lebih merupkan pusat pemerintahan, pusat
karena hasil 21 perdagangan, pusat kebudayaan dan pusat
yang di dapat pendidikan, disamping pusat hunian
tidak sesuai penduduk yang jumlahnya lebih kurang
Tindaka a. Bribery 22,23 799.213 jiwa. Dengan luas wilayah
n b. Conflict of 24 632,23 KM2, kota Pekanbaru menjadi
Kecura Interest salah satu kawasan pertumbuhan

8
ekonomi Sumatera yg terus berkembang. Tabel 3. Sumber Daya Manusia Lapas
Lapas Kelas II A Pekanbaru didirikan Kelas II A Kota Pekanbaru.
pada tahun 1964 dengan status No Pendidikan Keterangan
“Penjara”, terletak dijalan Samratulangi Terakhir
Pekanbaru, yang dekat dengan pusat 1. Magister (S2) 4
pertokoan perdagangan (jalan Achmad 2. Sarjana 1 (S1) 14
yani dan jalan Juanda) dan perumahan 3. Diploma 3 (D3) 8
penduduk. 4. SMA/Sederajat 68
Seiring dengan perkembangan kota 5. SMP/Sederajat 2
Pekanbaru yang cepat berkembangan, Sumber: ditjenpas.go.id
dan pertimbangan lahan penjara yang
sempit dan di kelas jalan “Kelas IV” yang 3. Data Responden
kurang strategis, maka pada tahun 1976 Jumlah populasi pada penelitian ini
di pindahkan kelahan yg cukup luas dan adalah sebanyak 66 orang Narapidana
strategis yakni di jalan Pemasyarakatan Tindak Pidana Korupsi yang ada pada
nomor 19 kecamatan tangkerang utara Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
(sekarang Kecamatan Bukit Raya) Kota Kota Pekanbaru, yang semuanya berjenis
Pekanbaru. Tahun 1977 mulai dibangun kelamin laki-laki. Peneliti menjadikan
dengan luas bangunan 2.938 m2 diatas seluruh populasi sebagai sampel (total
lahan seluas 33.000 m2 dan barulah pada sampling) karena jumlahnya tidak
tahun 1978 LAPAS KELAS II melebihi dari 100 subjek.
PEKANBARU mulai di fungsikan Dari 66 kuesioner yang dibagikan, 66
pemakaiannya, dan sampai dengan tahun kuesioner yang kembali, dan 6 kuesioner
2013 telah banyak dilakukan penambahan yang tidak dapat diolah karena responden
dan rehabilitasi bangunan, baik dari dana tidak mengisi kuesioner tersebut secara
APBN maupun dana hibah dari APBD lengkap. Gambaran penyebaran kuisioner
Provinsi Riau. dapat dilihat pada tabel berikut:
Adapun kapasitas Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Kota Tabel 4. Tingkat Pengembalian Kuisioner
Pekanbaru sebanyak 771 orang, terdiri No. Keterangan Jumlah
dari 8 blok hunian. Saat ini Lembaga 1. Jumlah kuisioner yang 66
Pemasyarakatan Kelas II A kota tersebar
Pekanbaru sudah mengalami kelebihan 2. Jumlah kuisioner yang 66
kapasitas. Berdasarkan data yang kembali
diperoleh per tanggal 22 Juli 2017 dari 3. Jumlah kuisioner yang 6
sms.ditjenpas.go.id, jumlah tahanan dan tidak apat diolah
narapidana yang berada di Lembaga 4. Jumlah kuisioner yang 60
Pemasyarakan Kelas II A Kota dapat diolah
Pekanbaru sudah mencapai 1228 orang.
Responden Rate 90,90%
Sumber: Data Primer yang diolah tahun
2. Sumber Daya Manusia
2017
Saat ini jumlah pegawai di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A kota
B. Uji Asumsi Klasik
Pekanbaru berjumlah 96 orang, yang
Berdasarkan data yang telah
terdiri dari:
dikumpulkan, kemudian dilakukan
analisis untuk pernyataan penelitian.

9
Dalam melakukan analisis menggunakan bebas atau independen. Model regresi
teknik regresi berganda. Sebelum data yang baik seharusnya tidak terjadi
diolah dengan regresi berganda maka korelasi diantara variabel independen jika
dilakukan uji asumsi klasik untuk variabel independen saling berkorelasi
memperoleh keyakinan bahwa data yang maka variabel ini tidak orthogonal.
diperoleh beserta variabel penelitian Variabel orthogonal adalah variabel
layak diolah lebih lanjut. Uji asumsi independen yang nilai korelasi antar
klasik yang dilakukan terdiri dari: sesama variabel independen adalah nol.
Menurut Ghozali (2005:92),
1. Uji Normalitas pengujian dilakukan untuk melihat ada
Uji normalitas digunakan untuk tidaknya hubungan linear antara variabel
menguji apakah distribusi data mengikuti bebas (indeks), dilakukan dengan
atau mendekati distribusi normal, data menggunakan Variance Inflation Factor
yang baik adalah data yang pola (VIF) dan tolerance value. Batas dari
distribusinya normal. Uji normalitas tolerance value adalah > 0,10 atau nilai
dapat dilakukan dengan metode VIF < 10. Jika tolerance value dibawah
Kolmogorav-Smirnov test. 0,10 atau nilai VIF diatas 10, maka
terjadi multikolinearitas.
Tabel 5. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tabel 6. Uji Multikolenearitas

Unstanda Collinearity
rdized Statistics
Residual
N 60
Model Tolerance VIF
Normal Parametersa Mean 0E-7 1 Tekanan .962 1.039
Std. 2.787753 Kesempatan .400 2.501
Deviation 821
Most Extreme Absolute .079 Rasionalisasi .401 2.496
Differences Positive .079 a. Variabel dependen : Tindakan
Negative -.063 Kecurangan (Fraud)
Kolmogorov-Smirnov Z .608 Sumber: Data Primer yang diolah tahun
Asymp. Sig. (2-tailed) .853 2017
Sumber: Data Primer yang diolah tahun
2017 Dari tabel di atas dapat dilihat
Berdasarkan tabel di atas terlihat variabel Tekanan (X1) dengan nilai (VIF)
bahwa hasil uji normalitas menunjukkan 1,039 dan tolerance > 0,962, variabel
level signifikasi lebih besar dari 𝛼 (𝛼 = Kesempatan (X2) memiliki nilai (VIF)
0,05) yaitu 0,853 > 0,05 yang berarti 2,501 dan tolerance > 0,400, dan variabel
bahwa data terdistribusi secara normal. rasionalisasi (X3) memilki nilai VIF
2,496 dan tolerance > 0,401. Dengan
2. Uji Multikolenearitas demikian dapat dikatakan tidak terdapat
Uji multikolinearitas ini bertujuan korelasi variabel-variabel bebas antara
untuk menguji apakah model regresi satu dengan yang lainnya, atau variabel
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen pada penelitian ini bebas
multikolenearitas.

10
penelitian ini bebas dari gejala
3. Uji Heteroskedastisitas heterokedastisitas dan layak untuk
Uji heteroskedastisitas bertujuan diteliti.
untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan C. Teknik Analisis Data
varians dari residual atas satu a. Distribusi Variabel Tindakan
pengamatan ke pengamatan yang lain. Kecurangan (Y)
Jika varians dari residual suatu Berdasarkan tabel distribusi
pengamatan ke pengamatan lain tetap, frekuensi variable dapat dilihat bahwa
maka disebut homokedastisitas dan jika tingkat capaian responden tertinggi
berbeda disebut heteroskedastisitas. berada pada pernyataan nomor 2, yaitu
Untuk mendeteksi adanya 82,67 % dengan kategori sangat baik. Hal
heteroskedastisitas pada penelitian ini ini menunjukkan bahwa Narapidana
menggunakan uji Glejser. Pengujian ini Tindak Pidana Korupsi dominan
membandingkan signifikan dari uji ini Seseorang memberikan hadiah untuk
apabila hasilnya sig > 0,05 atau 5%. Jika memanfaatkan jabatan yang diemban.
signifikan di atas 5% maka disimpulkan Sedangkan untuk tingkat capaian
model regresi tidak mengandung adanya responden terendah berada pada
heteroskedastisitas. Adapun hasil pernyataan nomor 4, yaitu sebesar
pengujian dapat dilihat pada tabel 41,33% dengan kategori kurang baik.
berikut: Untuk rata-rata tingkat capaian responden
pada variabel tindakan kecurangan
Tabel 7. Uji Heterokedastisitas (fraud) adalah sebesar 62,33 % dengan
kategori cukup baik.
Model Unstandardized Stan
Coefficients dard b. Distribusi Variabel Tekanan (X1)
ized
Coef Berdasarkan tabel distribusi
ficie frekuensi variabel dapat dilihat bahwa
nts tingkat capaian responden tertinggi
Std.
B Error Beta T Sig. berada pada pernyataan nomor 4, yaitu
(Constant 67,33 % dengan kategori baik. Hal ini
) 2,449 1,248 1,962 ,055 menunjukkan bahwa Narapidana Tindak
Tekanan
,018 ,039 ,062 ,463 ,646 Pidana Korupsi dominan mengalami
Kesempat kerugian keuangan. Sedangkan untuk
,009 ,079 ,024 ,114 ,909
an tingkat capaian responden terendah
Rasionali -,091 ,097 -,196 -,943 ,350
sasi
berada pada pernyataan nomor 8, yaitu
sebesar 25,00% dengan kategori tidak
baik. Untuk rata-rata tingkat capaian
Sumber : Pengolahan Data Primer 2017
responden pada variabel tekanan adalah
sebesar 48,39% dengan kategori kurang
Berdasarkan Tabel di atas dapat
baik.
dilihat bahwa hasil perhitungan masing-
masing variabel menunjukkan bahwa
c. Distribusi Variabel Kesempatan
level sig > 0,05 yaitu 0,646> 0,05 untuk
(X2)
varibel tekanan, 0,909> 0,05 untuk
Berdasarkan tabel distribusi
variabel kesempatan, dan 0,350> 0,05
frekuensi variabel dapat dilihat bahwa
untuk variabel rasionalisasi. Sehingga

11
tingkat capaian responden tertinggi dengan derajat bebas dari masing-masing
berada pada pernyataan nomor 5, yaitu jumlah kuadrat yang tercakup di dalam
67,33 % dengan kategori baik. Hal ini perhitungan Adjusted R2. Nilai koefisien
menunjukkan bahwa tempat Narapidana determinasi dapat dilihat pada tabel
Tindak Pidana Korupsi bekerja tidak dibawah ini:
memilki aturan yang tegas. Sedangkan
untuk tingkat capaian responden terendah Tabel 8. Uji Adjusted R2
berada pada pernyataan nomor 1, yaitu
sebesar 60,67% dengan kategori kurang
R
baik. Untuk rata-rata tingkat capaian
Squa Adjusted Std. Error of
responden pada variabel kesempatan
Model R re R Square the Estimate
adalah sebesar 63,93% dengan cukup
baik. 1 .787a .619 .559 2.861
a. Predictors: (Constant), Rasionalisasi,
d. Distribusi Variabel Rasionalisasi Tekanan, Kesempatan
(X3) b.Dependent Variable:
Berdasarkan tabel distribusi Fraud
frekuensi variabel rasionalisasi di atas Sumber : Data primer yang diolah tahun
dapat dilihat bahwa tingkat capaian 2017
responden tertinggi berada pada Dari tampilan tabel di atas
pernyataan nomor 1, yaitu 83,4% dengan besarnya Adjusted R Square adalah
kategori sangat baik. Hal ini 0,559. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
menunjukkan bahwa dominan konstribusi variabel tekanan, kesempatan,
Narapidana Tindak Pidana Korupsi dan rasionalisasi adalah sebesar 55,9%,
manajemen di tempat bekerja tidak sedangkan 44,1% lainnya ditentukan oleh
terlalu memandang nilai etis dari suatu faktor lain di luar model yang tidak
tindakan. Sedangkan untuk tingkat terdeteksi dalam penelitian ini.
capaian responden terendah berada pada
pernyataan nomor 3, yaitu sebesar 3. Analisis Regresi Berganda
48,00% dengan kategori kurang baik. Analisis regresi linear berganda
Untuk rata-rata tingkat capaian responden digunakan dalam penelitian ini dengan
pada variabel rasionalisasi adalah sebesar tujuan untuk mengetahui ada tidaknya
71,9% dengan kategori baik. pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Perhitungan statistik
2. Adjusted R2 dalam analisis regresi linear berganda
Untuk mengetahui kontribusi dari yang digunakan dalam penelitian ini
variabel bebas terhadap variabel terikat adalah dengan menggunakan bantuan
dilihat dari adjusted R square-nya, program komputer SPSS for Windows.
pemilihan nilai adjusted R square karena Ringkasan hasil pengolahan daa dengan
penelitian ini menggunakan analisis menggunakan program SPSS tersebut
regresi berganda dengan jumlah variabel adalah sebagai berikut:
lebih dari satu. Koefisien determinasi
(R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel terikat.
Adjusted R2berarti R2 sudah disesuaikan

12
c) Koefisien kesempatan sebesar 0,359
Tabel 9. Uji Regresi Berganda mengidentifikasikan setiap
peningkatan kesempatan satu satuan
Model Unstandardize Stan akan mengakibatkan peningkatan
d Coefficients dard peningkatan tindakan kecurangan
ized
Coef (fraud) sebesar 0,359 dengan asumsi
ficie variabel lain konstan.
nts d) Koefisien rasionalisasi sebesar 0,444
Std.
B Error Beta T Sig. mengidentifikasikan setiap
(Constant) peninkatan rasionalisasi satu satuan
Tekanan ,029 1,863 ,015 ,988 akan mengakibatkan peningkatan
tindakan kecurangan (fraud) sebesar
Kesempata ,088 ,058 ,128 1,523 ,133
n 0,444 dengan asumsi variabel lain
Rasionalisa ,359 ,118 ,398 3,053 ,003 konstan.
si
,444 ,144 ,401 3,075 ,003
4. Uji F
Dari hasil analisis data yang
Sumber : Pengolahan data primer tahun
diperoleh tentang tekanan, kesempatan
2017
dan rasionalisasi terhadap peningkatan
tindakan kecurangan (fraud) dapat
Berdasarkan tabel di atas dapat
dilakukan pengujian terhadap hipotesis
dianalisis model estimasi sebagai berikut:
yang diajukan. Untuk menguji hipotesis
Y = 0,029+ 0,088 X1 + 0,359 X2 +
ini, maka dilakukan uji F dengan
0,444X3 + e
membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel.
Keterangan:
Pada level signifikansi 0,05 besar
Y = Tindakan Kecurangan (Fraud)
Ftabeluntuk df=57 adalah 4,01. Hasil
X1 = Tekanan
pengolahan statistik analisis regresi
X2 = Kesempatan
menunjukkan nilai F = 30.364 dan
X3 = Rasionalisasi
signifikan pada level 0,000. Jadi Fhitung>
Ftabel yaitu 30.364>4,01 (sig. 0,000<
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa model
bahwa:
regresi dapat digunakan untuk menguji
a) Nilai konstanta sebesar 0,029 ini
pengaruh variabel independen terhadap
mengidentifikasikan bahwa jika
variabel dependen. Dari hasil analisis
variabel independen yaitu tekanan,
data yang diperoleh tentang tekanan,
kesempatan, dan rasionalisasi adalah
kesempatan dan rasionalisasi terhadap
0 maka nilai tindakan kecurangan
peningkatan tindakan kecurangan (fraud),
(fraud) adalah sebesar konstanta
uji F dapat dilihat pada Tabel 18 berikut
0,029.
ini:
b) Koefisien tekanan sebesar 0,088 ini
mengidentifikasikan setiap
peningkatan tekanan sebesar satu
satuan akan mengakibatkan
peningkatan tindakan kecurangan
(fraud) sebesar 0,088 dengan asumsi
variabel lain konstan.

13
Tabel 10. Uji F b. Pengujian Hipotesis 2
Pengujian hipotesis dilakukan
Model Sum of Df Mean F Sign dengan membandingkan thitung dengan
Squares Squares
nilai ttabel. Hipotesis diterima jika thitung>
Regressi 745,732 3 248,577 30,364 ,000b ttabel atau nilai sig < 0,05. Nilai ttabel pada
on 0,05 adalah 1,672. Untuk variabel
8,187
Residual 458,452 56 kesempatan (X2) nilai thitung adalah 3,053
Total 1240,183 59
dan nilai sig adalah 0,003. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa thitung>
Sumber: Pengolahan data primer tahun
ttabel yaitu 3,053>1,672 atau nilai
2017
signifikasi 0,003< 0,05. Nilai koefisien β
dari variabel X2 bernilai Positif yaitu
5. Uji Hipotesis (t-test)
0,359 Hal ini menunjukkan bahwa
Uji t statistik (t-test) bertujuan untuk
penelitian ini dapat membuktikan
mengetahui hubungan yang signifikan
kesempatan (X2) berpengaruh signifikan
dari masing-masing variabel bebas
positif terhadap tindakan kecurangan
terhadap variabel terikatnya. Pengujian
(fraud). Dengan demikian hipotesis
hipotesis secara parsial dilakukan dengan
kedua (H2) diterima.
cara membandingkan nilai thitung dengan
nilai ttabel. Nilai ttabel adalah 𝑎 = 0,05 c. Pengujian Hipotesis 3
dengan derajat bebas (db) = n – k = 60 – Pengujian hipotesis dilakukan
3 = 57 adalah 1,672 berdasarkan hasil dengan membandingkan thitung dengan
analisis pada tabel 17 maka dapat nilai ttabel. Hipotesis diterima jika thitung>
diketahui pengaruh variabel independen ttabel atau nilai sig < 0,05. Nilai ttabel pada
secara parsial terhadap variabel dependen 0,05 adalah 1,672. Untuk variabel
adalah sebagai berikut: rasionalisasi (X3) nilai thitung adalah 3,075
dan nilai sig adalah 0,003. Dengan
a. Pengujian Hipotesis 1 demikian dapat dikatakan bahwa thitung>
Pengujian hipotesis dilakukan ttabel yaitu 3,075>1,672 atau nilai
dengan membandingkan thitung dengan signifikasi 0,003<0,05. Nilai koefisien β
nilai ttabel. Hipotesis diterima jika thitung> dari variabel X3 bernilai positif yaitu
ttabel atau nilai sig < 0,05. Nilai ttabel pada 0,444. Hal ini menunjukkan bahwa
0,05 adalah 1,672. Untuk variabel penelitian ini dapat membuktikan
tekanan (X1) nilai thitung adalah 1,523 dan rasionalisasi (X3) berpengaruh signifikan
nilai sig adalah 0,133. Dengan demikian positif terhadap tindakan kecurangan
dapat dikatakan bahwa thitung< ttabel yaitu (fraud). Dengan demikian hipotesis
1,523<1,672 atau nilai signifikasi ketiga (H3) diterima.
0,133>0,05. Nilai koefisien β dari
variabel X1 bernilai positif yaitu 0,088. 4. Pembahasan
Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini Penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak dapat membuktikan tekanan (X1) variabel tekanan, kesempatan, dan
berpengaruh signfikan positif terhadap rasionalisasi secara bersama-sama
tindakan kecurangan (fraud). Dengan memiliki pengaruh sebesar 55,9%
demikian hipotesis pertama (H1) ditolak. terhadap terjadinya tindakan kecurangan
(fraud). Tetapi secara parsial hanya
kesempatan dan rasionalisasi saja yang

14
memiliki pengaruh signifikan positif parsial faktor tekanan tidak berpengaruh
terhadap terjadinya tindakan kecurangan terhadap tindak pidana korupsi. Di mana
(fraud). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian menunjukkan hubungan
tabel distribusi frekuensi variabel maupun yang searah namun lemah, sehingga tidak
dari pengolahan data menggunakan spss. dapat membuktikan faktor tekanan
Berikut adalah pembahasan lebih lanjut berpengaruh terhadap tindakan
hasil hubungan masing-masing variabel: kecurangan. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar koruptor melakukan
1. Pengaruh Tekanan terhadap tindakan kecurangan bukan karena
Tindakan Kecurangan (Fraud) adanya tekanan ekonomi ataupun
Hasil penelitian ini membuktikan kesempatan melainkan pada umumnya
bahwa hubungan antara tekanan tidak para koruptor menganggap apa yang
berpengaruh signifikan positif terhadap dilakukannya adalah hal yang umum
tindakan kecurangan (fraud), di mana yang biasa dilakukan dan tidak
nilai hubungannya sebesar 0,133. Hasil melanggar hukum dan kemanusiaan
ini memberikan gambaran bahwa sehingga kecurangan kerap terjadi.
hubungan antara kedua variabel adalah Dellaportas (2012) juga menemukan
searah dan lemah. Hasil penelitian ini bahwa faktor tekanan tidak terlalu
tidak sejalan dengan penelitian Creassey mendominasi di dalam tindakan fraud.
(1953) di mana, semakin tinggi tekanan 2. Pengaruh Kesempatan terhadap
yang dirasakan seseorang seperti tekanan Tindakan Kecurangan (Fraud)
ekonomi, maka keinginan untuk Hasil penelitian ini memberikan
melakukan tindakan kecurangan juga bukti bahwa kesempatan berpengaruh
semakin tinggi. Hasil penelitian Binde signifikan positif terhadap tindakan
(2016) seseorang yang sudah memiliki kecurangan (fraud) yang pernah
kecanduan judi susah untuk dihentikan. dilakukan oleh narapidana korupsi yang
Ketika mereka kalah, maka mereka ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
termotivasi untuk ikut judi lagi untuk A Kota Pekanbaru, yang artinya dominan
menutupi hasil kekalahan yang telah kesempatan memiliki pengaruh terhadap
merugikan mereka. Ketika sumber tindakan kecurangan (fraud). Hasil ini
pendanaan milik pribadi telah habis, sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh
maka mereka akan termotivasi untuk Creassey, bahwa pelaku kecurangan
menggunakan uang kantor yang dibawah selalu memiliki pengetahuan dan
kendali mereka. Penelitian Abdullahi dan kesempatan untuk melakukan tindakan
Mansor (2015), Wells (2001) dan tersebut agar tindakan itu tidak dapat
Murdock (2008) juga membuktikan terdeteksi. Dellaportas (2012)
bahwa tekanan memiliki pengaruh menemukan dalam penelitiannya bahwa
terhadap tindakan kecurangan (fraud). kesempatan merupakan faktor yang
Namun demikian hubungan antara kedua mendominasi mempengaruhi ketika
variabel ini lemah sehingga tidak dapat seseorang melakukan fraud, penelitian
membuktikan tekanan berpengaruh ini menunjukkan bahwa pelaku
signifikan positif terhadap tindakan mengandalkan posisi mereka sebagai
kecurangan (fraud). akuntan profesional untuk menipu
Hasil penelitian ini sejalan dengan oranglain ketika mereka dihadapkan
penelitian yang telah dilakukan oleh dengan krisis khusus yang
Dahlia, dkk (2013). Dimana, secara mengakibatkan perilaku kriminal.

15
Penelitian Brennan dan McGrath (2007), membebaskan diri dari rasa bersalah yang
Binde (2016), Istianah, dkk (2014), timbul dari perilaku menyimpang.
Fazli, dkk (2014) dan Greenlee, dkk Penelitian Binde (2016), Murdock
(2006) juga membuktikan bahwa (2008), Greenlee, dkk (2006) juga
kesempatan memiliki andil dalam membuktikan bahwa rasonalisasi
tindakan seseorang melakukan tindak berpengaruh terhadap terjadinya fraud.
pidana korupsi atau fraud. Jadi, dapat Jadi, dapat dikatakan bahwa
disimpulkan bahwa pelaku kecurangan rasionalisasi merupakan pemikiran yang
yang pada awalnya tidak memilki niat menjustifikasi tindakannya sebagai suatu
sekalipun untuk melakukan kecurangan, perilaku yang wajar, yang secara moral
namun pelaku mengetahui bahwa ia dapat diterima dala suatu masyarakat
mempunyai pengetahuan akan kelemahan yang normal. Di mana pelaku fraud
sistem pengendalian di tempat bekerja selalu berusaha untuk melegitimasi
menjadikannya sebagai kesempatan yang perbuatannya dengan berupaya untuk
besar untuk melakukan kecurangan, mencari-cari alasan. Hal ini dilakukan
sehingga hal ini memotivasi pelaku untuk untuk menenangkan perasaan yang
melakukan kecurangan. bersangkutan sehingga jika dilakukan
tidak menimbulkan ketakutan dalam
3. Pengaruh Rasionalisasi terhadap dirinya.
Tindakan Kecurangan (Fraud)
Hasil penelitian ini memberikan 4. Pengaruh Variabel Lain terhadap
bukti bahwa rasionalisasi berpengaruh Tindakan Kecurangan (Fraud)
signifikan positif terhadap tindakan Variabel-variabel yang diteliti pada
kecurangan (fraud) yang pernah penelitian ini hanya dapat menjelaskan
dilakukan oleh narapidana korupsi yang sebesar 55,9% faktor-faktor yang
ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II menyebabkan seseorang melakukan
A Kota Pekanbaru, yang artinya dominan tindakan kecurangan (fraud). Ini berarti,
rasionalisasi memiliki pengaruh terhadap masih ada sebesar 44,1% lagi variabel-
tindakan kecurangan (fraud) tersebut. variabel yang menyebabkan seseorang
Hasil ini sesuai dengan teori yang melakukan tindakan kecurangan (fraud)
dijelaskan oleh Creassey, di mana salah yang tidak terungkapkan pada hasil
satu faktor pelaku melakukan kecurangan penelitian ini.
yaitu dengan mencari-cari pembenaran Wolfe dan Hermanson pada
atas tindakannya. Pelaku kecurangan penelitiannya tahun 2004,
pada umumnya menganganggap bahwa mengemukakan teori baru yakni Fraud
tindakan yang ia lakukan merupakan Diamond Theory. Mereka memodifikasi
tindakan yang benar dan memang hak Fraud Triangle Theory yang
nya, sehingga apa yang ia lakukan dikemukakan oleh Cressey (1953) dengan
bukanlah suatu tindakan kecurangan. menambahkan elemen
Penelitian ini sejalan dengan capability/kapabilitas sebagai salah satu
penelitian yang telah dilakukan oleh faktor yang menyebabkan seseorang
Dellaportas (2012) menyebutkan bahwa, melakukan fraud. Wolfe dan Hermanson
sebuah khas kejahatan kerah putih adalah mengungkapkan meskipun seseorang
kurangnya perasaan atau ketidakpedulian memiliki tekanan, kesempatan untuk
oleh pelaku yang berasal dari serangkaian melakukan fraud, dan rasionalisasi atas
alasan atau rasionalisasi untuk tindakannya tersebut, ia tidak akan

16
mampu menyembunyikan tindakan DAFTAR PUSTAKA
fraud-nya apabila ia tidak memiliki Abdullahi, R dan Mansor, N. 2015.
elemen yang keempat, yakni kapabilitas. Concomitant Debacle of Fraud
Sedangkan pada penelitian Istianah, dkk Incidences in the Nigeria Public
(2014) mengemukakan bahwa aspek Sector: Understanding the power of
peraturan perundang-undangan dan aspek Fraud Triangle Theory.
pengawasan merupakan faktor yang International Journal of Academic
berpengaruh terhadap tindakan Research in Accounting, Finance,
kecurangan korupsi. and Management Science.
Abdullahi, R., dan Mansor, N. 2015.
5. KESIMPULAN, SARAN DAN Fraud Triangle Theory and Fraud
KETERBATASAN Diamond Theory. Understanding
Penelitian ini bertujuan untuk the Convergent and Divergent for
melihat pengaruh tekanan, kesempatan Future Research. International
dan rasionalisasi terhadap tindakan Journal of Academic Research in
kecurangan (fraud) pada narapidana Accounting, Finance, and
tindak pidana korupsi yang berada di Management Science.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Aghghaleh, Sabnam Fazhli, dkk. 2014.
Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil Fraud Risk Factors of Fraud
penelitian dan pengujian hipotesis yang Triangle and the Likelihood of
telah dilakukan maka hasil penelitian ini Fraud Occurrence: Evidence from
menunjukkan bahwa, secara bersama- Malaysia. Information Management
sama ketiga variabel yang terkait and Business Review Vol. 6, No. 1,
dengan motif kecurangan memiliki
pp. 1-7.
pengaruh yamng signifikan terhadap American Institue of Certified Public
terjadinya tindaka kecurangan (fraud). Accountants (AICPA). 2002.
Tetapi secara parsial, hanya faktor “Statement of Auditing Standard
kesempatan dan rasionalisasi yang No. 99”.
berpengaruh signifikan positif terhadap Anand, V., Blake, E. A., & Joshi, M.
tindakan kecurangan (fraud). (2004). Business as usual: The
Oleh karena itu peneliti memberikan acceptance and perpetuation of
saran kepada peneliti selanjutnya agar corruption. Academy of
dikembangkan dengan menambahkan Management Executive, 18 (2), 39–
variabel penelitian seperti kapabilitas 53.
(capability) sesuai dengan teori Fraud Anwar, Syamsul. 2006. Fikih Antikorupsi
Diamonds, lemahnya pengendalian Perspektif Ulama Muhammadiyah
internal, perilaku tidak etis, aspek Majelis Tarjih dan Tajdid PP
peraturan perundang-undangan dan aspek Muhammadiyah, Jakarta: Pusat
pengawasan. Diharapkan juga untuk studi Agama dan Peradaban
peelitian selanjutnya agar memperluas (PSAP).
sampel agar hasil dapat digeneralisasi dan Ardianawati, Wahyu & Dyah Retna
memakai teknik pengumpulan data Puspita. 2012. Demoralisasi
berupa wawancara. Demokrasi. (Fenomena Korupsi
dan Red Tape di Sektpr Publik).
Arens, Alvin A, Randal J Elder. Mark S
Beasley. 2008. Auditing and

17
Assurance Services. Diterjemahkan Organizations: Occurrences and
oleh Herman Wibowo. Jakarta : Deterrents. Working Paper No. 35.
Erlangga. Gujarati, Damodar. 1999. Ekonomitrika
Arikunto, Suharimi. 2002. Prosedur Dasar. Terjemahan Sumarno Zain.
Penelitian: Suatu Pendekatan Jakarta: Erlangga.
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Istianah, Ida Farida, dan Krisdiyawati.
Association of Certified Public 2014. Faktor-faktor yang
Accountans (ACFE). 2014. “Fraud memotivasi tindakan korupsi pada
Examiners Manual (International anggaran di Kab. Tegal.
Edition)”. New York. Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006,
Binde, Per. 2016. Gambling-related Memahami Untuk Membasmi;
Embezzlement in The Workplace: Buku Saku Untuk Memahami
A Qualitative Study. International Tindak Pidana Korupsi, Jakarta:
Gambling Studies, 2016. Komisi Pemberantasan Korupsi.
Black‟s Law Dictionary. 1990. 6th Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset
Edition. St. Paul, MN: West untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta :
Publishing Co. Erlangga.
Brennan, Niamh M dan McGrath, Mary. Kunda, Z. 1990. The case for motivated
2007. Financial statement fraud : reasoning. Psychology Bulletin,
some lessons from US and 108(3), 480-498.
European case studies. Australian Lokanan, Mark, E. 2015. Challenges to
Accounting Review, 17 (42): 49-61. The Fraud Triangle: Questions on
COSO. 2004. Enterprise risk its Usefulness. Accounting Forum.
management – integrated ACCFOR-315, Pages 24.
framework. Committee of Murdock, Hernan. 2008. The three
Sponsoring Organizations. dimensions of fraud: auditors
Dahlia, dkk. 2013. Analisis Pengaruh should understand the needs,
Faktor-Faktor yang Berpengaruh opportunities, and justifications that
Terhadap Tindak Pidana Korupsi. lead individuals to commit
Proceedings of Population and fraudulent acts. Internal Auditor.
Human Resources Development, 65.4 (Aug. 2008): p81.
Vol. 2, April 2013. Pope, Jeremy. 2003. Strategi
Dellaportas, Steven. 2012. Conversations Memberantas Korupsi; Elemen
with inmate accountants: Sistem Integritas Nasional, (terj.)
Motivation, opportunity, and the Masri Maris, Jakarta: Yayasan
fraud triangle. Accounting Forum. Obor Indonesia.
Duffield, D. & Grabosky, P. 2001. The Ramamoorti, S. 2008. The psychology
Psychology of Fraud. Australian and sociology of fraud: intregrating
Institute of Criminology. CTTMA the behavior sciences component
Newsletter Volume IV Issued I. into fraud and forensic accounting
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis curricula. Issues in Accounting
Multivariate dengan program Education, 23(4), 521-533.
SPSS. Badan Penerbit Universitas Rossouw, G. J., Mulder, B., &
Diponegoro, Semarang. Barkhuysen, B. 2000. Defining and
Greenlee, Janet, dkk. 2006. An understanding fraud: A South
Investigation of Fraud in Nonprofit

18
African case study. Business Ethics dan Pencegahannya di Provinsi
Quarterly, 10(4), 885–895. Jawa Tengah.
Santoso, Singgih. 2010. Statistika Zimbelman, Mark, dkk. 2014.
Multivariat. Jakarta: PT “Akuntansi Forensik”. Jakarta:
Gramedia. Salemba Empat.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif kulitatiF dan R&D. Internet :
Bandung: Alfabeta. www.adb.org
Suradi. 2012. Mengapa Seseorang
Melakukan Korupsi?. Palembang: www.antikorupsi.org
Widyaiswara Madya Balai Diklat www.liputan6.com
Keuangan. www.nasional.kompas.com
Tuanakotta, Theodorus. 2012. Akuntansi
Forensik dan Audit Investigatif. www.news.detik.com
Jakarta: Lembaga Penerbit FE www.oxforddictionaries.com
Universitas Indonesia.
www.riauonline.co.id
U.S. Congress. 2002. Sarbanes-Oxley Act
of , H.R. 3763. www.smslap.ditjenpas.go.id
Undang – Undang Nomor 20 tahun 2001 www.ti.co.id
Tentang Perubahan atas Undang –
Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Wahyudi, Isa & Sopanah. 2004. Analisis
Faktor-Fakor yang Mempengaruhi
Korupsi Angaran Penapatan
Belanja Daerah (APBD) di Malang
Raya.
Wells, Joseph T. 2001. Why Employees
Commit Fraud :It’s either greed or
need. Journal of Accountancy; New
York 191.2 (Feb 2001): 89-91.
Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi. Simposium
Nasional Akuntansi IX.
Wolfe, D., & Hermanson, D. R. 2004.
The Fraud Diamond: Considering
For Elements of Fraud. The CPA
Journal, 74 (12), 38-42.
Zaenuddin & Chrisna Suhendi. 2015.
Analisis survey faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tindak Pidana
Korupsi Aparat Pemerintah Daerah

19

Anda mungkin juga menyukai