Dimensi Fraud Triangle Sebagai Determinan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Dimensi Fraud Triangle Sebagai Determinan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
net/publication/334559782
CITATIONS READS
0 1,578
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Call for Papers Jurnal Tata Kelola & Akuntabilitas Keuangan Negara 2017 View project
All content following this page was uploaded by Rafli Alvaro Lingga on 19 July 2019.
Oleh:
Rafli Alvaro Lingga
i
IDENTITAS PEMAKALAH
ii
DIMENSI FRAUD TRIANGLE SEBAGAI DETERMINAN
KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI
Rafli Alvaro Lingga
ABSTRAK
Kata Kunci: Kecurangan Akuntansi, Tekanan, Kesempatan, Rasionalisasi
Peningkatan praktik kecurangan akuntansi merupakan akibat dari lemahnya
sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, masalah keuangan yang
dihadapi individu, dan adanya tindakan pembenaran atas tindakan kecurangan
tersebut. Angka kerugian yang diakibatkan pun meningkat sejalan dengan
peningkatan praktik kecurangan. ACFE (2018) menjelaskan bahwa kerugian yang
diakibatkan perbuatan kecurangan (fraud) mencapai $1,164,000. Cressey (1953)
dalam teori Fraud Triangle menyatakan bahwa motivasi individu untuk
melakukan kecurangan (fraud) disebabkan oleh tiga unsur utama yaitu tekanan
(pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tekanan, kesempatan, dan
rasionalisasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui metode kuesioner yang disebarkan ke mahasiswa
Akuntansi S1 UGM. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan smartPLS.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa tekanan berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Selain itu, kesempatan juga
dibuktikan berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Akan
tetapi, hasil penelitian ini tidak mendukung adanya pengaruh antara rasionalisasi
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Kata kunci: Tekanan, Kesempatan, Rasionalisasi, Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan anugerahNya paper berjudul: “DIMENSI FRAUD TRIANGLE
SEBAGAI DETERMINAN KECENDERUNGAN KECURANGAN
AKUNTANSI” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Paper ini ditulis dalam
rangka mengikuti Call For Papers 2019 HMJA STIE YKPN. Saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian paper
ini sehingga selesai pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam paper ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga paper ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan semua pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
IDENTITAS PEMAKALAH ........................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 4
v
3.4.1 Uji Validitas Konvergen ............................................. 15
3.4.2 Uji Validitas Diskriminan ............................................ 15
3.4.2 Uji Reliabilitas ............................................................. 16
3.5 Pengujian Hipotesis .................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 17
4.1 Analisis Data dan Pembahasan ................................................ 17
4.1.1 Satistik Deskriptif ........................................................ 17
4.1.2 Pengujian Model Pengukuran ...................................... 17
4.1.3 Pengujian Model Struktural ........................................ 21
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 26
5.1 Kesimpulan............................................................................... 26
5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 27
5.3 Saran ........................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN…. ....................................................................... 30
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
ACFE (2018:20) juga mengategorikan organisasi yang menjadi korban
praktik kecurangan. Lebih dari 42% praktik kecurangan terjadi pada perusahaan
perusahaan swasta dan kerugiannya mencapai $164,000. Sebanyak 29%
kecurangan terjadi di perusahaan publik dengan kerugian yang ditimbulkan sebesar
$117,000. Selain itu, kecurangan juga terjadi di organisasi pemerintahan sebanyak
16% dengan kerugian $118,000. Sedangkan sisanya terjadi di perusahaan nirlaba
(9%) dengan kerugian $75,000 dan organisasi lainnya (45) dengan kerugian
$120,000. Tingginya angka kerugian tersebut tidak terlepas dari motivasi di balik
perilaku curang yang dilakukan oleh karyawan, manajer, dan eksekutif.
Pada umumnya, perilaku curang terjadi akibat adanya kesempatan yang
dimiliki oleh pelaku. Najahningrum (2013:7) menjelaskan bahwa kondisi adanya
kesempatan untuk melakukan kecurangan ini dapat dikendalikan perusahaan
melalui ketatnya peraturan dan efektifnya sistem pengendalian internal dalam
perusahaan. Hal ini berarti bahwa ketika peraturan yang berlaku dalam perusahaan
tidak berjalan secara ketat dan sistem pengendalian internal perusahaan tidak
berjalan dengan efektif maka kesempatan untuk melakukan kecurangan akan
semakin tinggi.
Selain kesempatan, tekanan (pressure) merupakan faktor lain yang
menjadi motivasi individu untuk melakukan kecurangan. Abdullahi dan Mansor
(2015:320) menjelaskan bahwa setiap pelaku kecurangan menghadapi berbagai
tekanan sehingga mereka melakukan perbuatan tidak etis. Tekanan yang dihadapi
pelaku kecurangan tersebut dapat berbentuk tekanan finansial yang dihadapi oleh
pelaku kecurangan. Selain itu, (Singleton dan Singleton, 2010:62) menjelaskan
bahwa kecurangan pelaporan keuangan dipicu oleh dorongan untuk mendapatkan
insentif, bonus, atau untuk meningkatkan harga saham.
2
Berbagai penelitian yang menguji pengaruh tekanan, kesempatan, dan
rasionalisasi terhadap kecurangan akuntansi telah banyak dilakukan. Akan tetapi
terdapat inkonsistensi dari hasil penelitian-penelitian tersebut. Hasil penelitian
Wilopo (2006:36) memberikan bukti empiris bahwa kesempatan merupakan faktor
yang menjadi motivasi individu untuk melakukan kecurangan akuntansi. Akan
tetapi hasil penelitian Kusumastuti dan Meiranto (2012:12) tidak konsisten dengan
hasil penelitian Wilopo (2006:36). Selain itu, hasil penelitian Marliani dan Jogi
(2015:28) menunjukkan bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap kecurangan
akuntansi. Akan tetapi, hasil penelitian Rahmawati dkk. (2017) tidak mendukung
bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi.
3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini menggunakan teori Fraud Triangle untuk menjelaskan
fenomena kecurangan akuntansi.
2. Manfaat Metodologi
Penelitian ini menggunakan SEM-PLS untuk menguji hipotesis yang
diajukan.
3. Manfaat Praktis
Kontribusi praktis bagi organisasi yaitu lebih efektif dalam mencegah
adanya praktik kecurangan dengan meminimalkan kesempatan, tekanan,
dan rasionalisasi anggota organisasi untuk berbuat curang. Hal ini dapat
dilakukan dengan memperketat peraturan dan sistem pengendalian internal
dalam organisasi, memberikan solusi untuk individu yang menghadapi
tekanan finansial, dan memberikan pelatihan untuk meminimalkan adanya
rasionalisasi pada individu bahwa kecurangan akuntansi adalah hal yang
wajar.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Fraud Triangle pertama kali dicetuskan oleh pada Cressey pada
tahun 1953 untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang menjadi penyebab kecurangan.
Cressey (1953) menyatakan bahwa motivasi individu untuk melakukan kecurangan
(fraud) disebabkan oleh tiga unsur utama yaitu tekanan (pressure), kesempatan
(opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). Sebagian besar tekanan
merupakan terkait dengan kebutuhan finansial dan tekanan non finansial, seperti
tekanan untuk membuat laporan keuangan lebih baik daripada yang sebenarnya,
adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan atau timbulnya tantangan dalam diri
individu untuk melanggar sistem (Albrecht et al, 2012:54). Tekanan pada
umumnya adalah masalah internal ekonomi individu seperti utang yang menumpuk.
Akan tetapi tekanan tersebut dapat berasal dari lingkungan kerja yang memaksa
individu untuk berbuat curang yaitu tekanan dari atasan. Kombinasi dari kedua
tekanan tersebut akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kecurangan.
5
Rasionalisasi merupakan pemikiran individu yang membenarkan bahwa
tindakannya adalah tindakan yang wajar dan dapat diterima secara moral dalam
suatu masyarakat yang normal (Adinda, 2015:10). Rasionalisasi menyebabkan
individu memiliki kepercayaan diri yang kuat terhadap perbuatan curang yang ia
lakukan. Hal ini dapat berakibat buruk dalam suatu organisasi jika setiap anggota
organisasi memiliki pemikiran bahwa perilaku curang adalah hal yang wajar dan
benar. Tingginya toleransi seorang individu terhadap perilaku kecurangan
akuntansi menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki rasionalisasi yang tinggi
atas perilaku fraud. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004:39) kesempatan
membuka jalan untuk melakukan kecurangan dan rasionalisasi berperan untuk
menarik individu masuk ke pintu kecurangan tersebut.
6
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) (2018:10)
mengklasifikasikan kecurangan akuntansi menjadi tiga yaitu asset
misappropriation (penyalahgunaan aset), corruption (korupsi) dan financial
statement fraud (kecurangan laporan keuangan). Dari ketiga jenis kecurangan
akuntansi tersebut, penyalahgunaan aset adalah praktik kecurangan yang paling
sering terjadi (ACFE, 2018:10). Kecurangan laporan keuangan adalah sebuah
skema yang dilakukan oleh karyawan secara sengaja dan dapat menyebabkan salah
saji atau adanya penghilangan informasi yang material dalam laporan keuangan
organisasi (ACFE, 2014:71). Kecurangan laporan keuangan dapat dilakukan
individu dengan cara melakukan pencatatan pendapatan fiktif, mencatat beban yang
dikeluarkan lebih kecil, atau pun mencatat aset lebih tinggi daripada yang
seharusnya.
7
2.2 Review Penelitian
8
Lestari dkk. (2017:9) melakukan pengaruh opportunity atau kesempatan,
pressure atau tekanan, rationalization atau rasionalisasi, dan perilaku tidak etis
terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan. Hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa tekanan, kesempatan, rasionalisasi dan perilaku tidak etis
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan.
Oleh karena itu, kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi akan semakin
rendah dan karyawan dapat bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku apabila
kesempatan, tekanan, rasionalisasi, dan perilaku tidak etis dapat diminimalkan
(Lestari dkk., 2017:9).
9
2.3.2 Kesempatan dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
11
Gambar 1: The Fraud Triangle
12
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1. Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
3.3.2 Tekanan
13
3.3.3. Kesempatan
3.3.4 Rasionalisasi
14
3.4 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran
15
3.4.3 Uji Reliabilitas
16
BAB IV
17
Gambar 1. Diagram Analisis Jalur (Iterasi Algoritma PLS)
Sumber: hasil analisis data dengan PLS
Setelah butir pernyataan RS4 dan RS2 dikeluarkan dari indikator variabel
Rasionalisasi, maka uji pengukuran revisi dapat dilakukan. Gambar 2 adalah hasil
uji revisi diagram jalur iterasi algoritma setelah indikator RS4 dan RS2 dieliminasi
dari model. Gambar 2 hasil uji revisi pengukuran menunjukkan bahwa semua butir-
butir pernyataan yang digunakan sebagai indikator untuk menjelaskan variabel
sudah memiliki outer loadings lebih dari 0,7.
18
Gambar 2. Diagram Analisis Jalur (Iterasi Algoritma PLS)
Sumber: hasil analisis data dengan PLS
19
Tabel 2. Overview Iterasi Algoritma PLS
Cronbach Composite
Variabel AVE R-square
Alpha Realibility
Kecenderungan
0,977 0,981 0,865 0,884
Kecurangan Akuntansi
Kesempatan 0,949 0,959 0,772 0,000
Rasionalisasi 0,873 0,919 0,724 0,000
Tekanan 0,924 0,932 0,689 0,000
Sumber: data primer diolah
Validitas Diskriminan
Uji validitas diskriminan dapat dilihat pada tabel cross loading berikut ini.
KECENDERUNGAN
INDIKATOR KECURANGAN KESEMPATAN RASIONALISASI TEKANAN
AKUNTANSI
KKA1 0,955 0,873 -0,389 0,879
KKA2 0,944 0,851 -0,468 0,858
KKA3 0,956 0,865 -0,499 0,888
KKA4 0,900 0,848 -0,302 0,817
KKA5 0,902 0,790 -0,290 0,806
KKA6 0,961 0,900 -0,360 0,902
KKA7 0,965 0,927 -0,369 0,918
KKA8 0,852 0,808 -0,405 0,764
KS1 0,852 0,916 -0,354 0,831
KS2 0,864 0,824 -0,276 0,752
KS3 0,723 0,943 -0,366 0,872
KS4 0,906 0,718 -0,180 0,665
KS5 0,651 0,902 -0,344 0,855
KS6 0,835 0,929 -0,342 0,878
KS7 0,838 0,896 -0,319 0,836
RS1 -0,194 -0,225 0,709 -0,182
RS3 -0,422 -0,386 0,924 -0,403
RS5 -0,388 -0,301 0,896 -0314
20
RS6 -0,347 -0,284 0,857 -0,291
TK1 0,860 0,839 -0,241 0,874
TK2 0,765 0,759 -0,385 0,850
TK3 0,879 0,877 -0,400 0,945
TK4 0,780 0,782 -0,323 0,806
TK5 0,675 0,707 -0,218 0,781
TK6 0,616 0,621 -0,194 0,755
TK7 0,725 0,777 -0,334 0,783
Sumber: data primer diolah
21
Tabel 4. Koefisien Jalur
Keterangan:
KS : Kesempatan
RS : Rasionalisasi
TK : Tekanan
Hasil pengujian H1
22
Kebijakan untuk meminimalkan tekanan yang dihadapi oleh individu
dibutuhkan dalam rangka mencegah terjadinya praktik kecurangan di organisasi.
Albrecht (2012:103) meminimalkan bahwa tekanan dalam organisasi dapat
diminimalkan dengan menciptakan suasana lingkungan kerja yang positif misalnya
dengan menyediakan program employee assistance program (EAP) untuk
membantu karyawan menyelesaikan tekanan personal. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Marliani dan Jogi (2015:28), Lestari dkk. (2017),
(Rusmita, 2015:17), dan Lou dan Wang (2009).
Hasil pengujian H2
23
Elemen pengendalian internal yang layak untuk disoroti adalah
pengendalian aktivitas. Pengendalian aktivitas yang efektif dalam perusahaan dapat
dilakukan dengan menjaga atau mengontrol aset fisik perusahaan, otorisasi yang
tepat, adanya pemisahan tugas bagi masing-masing karyawan, pemeriksaan secara
independen atas kinerja, dokumentasi yang tepat. Pengendalian tersebut
dikelompokkan oleh Albrecht (2012 :114) menjadi dua yaitu pengendalian atau
kontrol preventif dan kontrol detektif. Pengendalian fisik aset perusahaan, otorisasi
yang tepat, dan pemisahan tugas adalah kontrol preventif untuk mencegah fraud.
Sedangkan pemeriksaan secara independen dokumen dan catatan adalah termasuk
kontrol kontrol detektif untuk mendeteksi apakah telah terjadi kecurangan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zahara
(2017:17) dan Wilopo (2006:36).
Hasil pengujian H3
24
Tidak terdukungnya hipotesis H3 dalam penelitian ini disebabkan oleh
posisi mahasiswa yang belum terlibat dalam dunia kerja secara langsung.
Mekanisme pemikiran mahasiswa terhadap praktik kecurangan akan berbeda
dengan individu yang telah bekerja pada organisasi. Mahasiswa dalam hal ini masih
memiliki pemikiran yang idealis terhadap situasi dan proses nyata dalam organisasi.
Mahasiswa tidak membenarkan adanya praktik kecurangan akuntansi walaupun
terdapat kesempatan maupun tekanan yang dialami menuntut individu untuk
bertindak curang.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Selain itu, Cressey (1953) dalam teorinya yaitu Fraud Triangle Theory
menjelaskan bahwa terdapat tiga elemen yang menjadi motivasi individu untuk
melakukan kecurangan yaitu tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Tekanan
ekonomi merupakan tekanan yang paling sering menjadi motivasi individu
melakukan fraud. Dengan sistem pengendalian internal yang tidak efektif, maka
kesempatan individu untuk melakukan kecurangan semakin tinggi. Individu yang
melakukan praktik kecurangan tersebut memiliki rasionalisasi untuk membenarkan
tindakan kecurangan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji ketiga
faktor tersebut yaitu tekanan, kesempatan dan rasionalisasi terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh faktor tekanan. Selain itu, kesempatan juga
berkontribusi untuk memengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. Namun
dalam penelitian ini faktor rasionalisasi tidak terbukti menjadi salah satu faktor
yang memengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi.
26
Besarnya kerugian yang diakibatkan kecurangan akuntansi
mengindikasikan pentingnya kebijakan untuk meminimalkan faktor-faktor yang
menjadi penyebab kecurangan akuntansi. Memperbaiki sistem pengendalian
internal organisasi adalah metode yang paling efektif untuk mengurangi
kesempatan individu untuk melakukan kecurangan. Elemen-elemen sistem
pengendalian internal akan mencegah adanya praktik kecurangan seperti pencurian
aset atau penggunaan aset organisasi untuk kepentingan pribadi. Selain itu dengan
efektivitas sistem pengendalian internal, kecurangan akuntansi yang diakibatkan
oleh adanya individu yang menangani tugas lebih dari satu akan dapat
diminimalkan dengan mengetatkan kebijakan segregation of duties atau pemisahan
tugas. Di sisi lain, tekanan yang dihadapi oleh individu dapat diminimalkan dengan
cara menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan dan menerapkan
sistem EAP untuk membantu karyawan menyelesaikan masalah personal yang
dapat memicu praktik kecurangan.
5.3 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Lou, Yung-I dan Wang, Ming-Long. 2009. “Fraud Risk Factor Of The Fraud
Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting”.
Journal of Business & Economics Research – February, 2009, Vol. 7, No. 2,
pp. 61-78.
Lukman, Hendro dan Harun, Viviani. 2018. “Faktor Yang Mempengaruhi Deteksi
Kecurangan Dalam Persepsi Auditor Eksternal Dan Auditor Internal”. Jurnal
Akuntansi Mei 2018, Vol. 22, No. 2, pp. 255-265.
Najahningrum, Anik Fatun. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Rusmita, Sari. 2015. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Korupsi. Jurnal
Audit dan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura
Desember 2015, Vol. 4, No. 2, pp. 1-22.
Singleton, Tommie W. dan Singleton, Aaron J. 2010. Fraud Auditing And Forensic
Accounting 4th Edition. Wiley Corporate F&A.
Suprajadi, Lusy. 2009. “Teori Kecurangan, Fraud Awareness, dan Metodologi
Untuk Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Bina Ekonomi Majalah
llmiah Fakultas Ekonomi Unpar. Volume 13, Nomor 2, Agustus 2009. pp.
52-58.
Wilopo. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik Dan
Badan Usaha Milik Negara di Indonesia.” The Indonesian Journal of
Accounting Research (IJAR) Tahun 2006, Vol. 9, No. 3, pp. 21-69.
Wolfe, David T., dan Dana R. Hermanson. “The Fraud Diamond: Considering the
Four Elements of Fraud.” CPA Journal, Vol. 74, No. 12, pp. 38-42.
Zahara, Ami. 2017. Pengaruh Tekanan, Kesempatan, dan Rasionalisasi Terhadap
Tindakan Kecurangan (Fraud): (Survei pada Narapidana Tipikor di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Pekanbaru. Skripsi. Universitas
Negeri Padang.
Zaini, Mohammad, Anita Carolina, dan Achdiar Redy Setiawan. “Analisis
Pengaruh Fraud Diamond dan Gone Theory Terhadap Academic Fraud
(Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Se-Madura)”. Jurnal SNA ke-18
Mataram. 16 – 19 September.
Zamzam, Irfan, Suriana AR. Mahdi, dan Resmiyati Ansar. “Pengaruh Diamond
Fraud Dan Tingkat Religiuitas Terhadap Kecurangan Akademik (Studi Pada
Mahasiswa S-1 Di Lingkungan Perguruan Tinggi Se-Kota Ternate)”. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Peradaban Desember 2017, Vol. 3, No. 2, pp. 1-24.
29
LAMPIRAN KUESIONER
1. VARIABEL TEKANAN
KASUS:
Andi adalah pegawai bagian keuangan pada perusahaan retail. Andi memiliki gaji yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi ia belum puas terhadap yang ia miliki sekarang. Andi
memiliki gaya hidup yang mewah, namun gaji yang ia peroleh tidak dapat mencukupi gaya hidup
tersebut. Andi memiliki kegemaran untuk berjudi dan mengonsumsi alkohol. Hal ini menyebabkan
Andi memiliki utang yang besar. Selain itu, Andi selalu menerima tekanan dari atasannya di kantor.
Usaha yang telah dilakukan Andi jarang mendapat apresiasi seperti bonus pada akhir bulan.
Jawablah pernyataan di bawah ini terkait dengan instansi tempat Rudi bekerja dengan memilih STS
(Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), N (Netral), S (Setuju), atau SS (Sangat Setuju)
Pernyataan di bawah ini berkenaan dengan variabel KESEMPATAN
No Pernyataan STS TS N S SS
Andi ingin memiliki lebih dari apa yang saya
1 1 2 3 4 5
miliki saat ini
Andi memiliki gaya hidup melebihi kemampuan
2 1 2 3 4 5
finansialnya
3 Andi memiliki utang yang besar 1 2 3 4 5
Andi mengalokasikan sebagian uangnya untuk
4 1 2 3 4 5
berjudi dan mengkonsumsi minuman beralkohol
Andi merasa tidak dihargai di lingkungan kantor
5 atas pekerjaan yang sudah ia lakukan dengan 1 2 3 4 5
baik
Andi tidak puas dengan pekerjaan yang ia jalani
6 1 2 3 4 5
saat ini
7 Andi dikendalikan oleh atasannya 1 2 3 4 5
Sumber: Zahara (2017), Dellaportas (2012)
2. VARIABEL KESEMPATAN
KASUS
Budi adalah kepala bagian keuangan di perusahaan dagang Meriah. Rudi adalah orang yang akan
melakukan apa saja untuk mempertahankan masa jabatannya. Rudi tahu cara memanfaatkan peluang
untuk mendapatkan hal-hal yang ia inginkan karena sudah bekerja cukup lama. Di perusahaan tempat
Rudi bekerja, penerapan wewenang dan tanggung jawab tidak terlalu dipentingkan. Akibatnya, tidak
ada orang yang menghitung persediaan sehingga kerugian tidak dapat diketahui. Kotak kas kecil
perusahaan juga sering ditinggalkan. Pada masa tutup buku Auditor eksternal tidak dapat
mengungkapkan semua kecurangan yang terjadi di tempat Andi bekerja
Jawablah pernyataan di bawah ini terkait dengan instansi tempat Rudi bekerja dengan memilih STS
(Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), N (Netral), S (Setuju), atau SS (Sangat Setuju)
Pernyataan di bawah ini berkenaan dengan variabel KESEMPATAN
No Pernyataan STS TS N S SS
Budi melakukan apa saja untuk
1 1 2 3 4 5
mempertahankan jabatannya.
Perusahaan tempat Budi bekerja tidak memilki
2
aturan yang tegas
30
Budi menduduki jabatannya cukup lama
sehingga ia saya tahu bagaimana memanfaatkan
3
peluang tersebut untuk mendapatkan hal-hal
yang ia inginkan
Di perusahaan tempat Budi bekerja, penerapan
wewenang dan tanggung jawab tidak terlalu
4 1 2 3 4 5
dipentingkan sehingga Budi dapat memegang
jabatan lebih dari satu
Auditor eksternal tidak dapat mengungkapkan
5 semua kecurangan yang terjadi di tempat Andi
bekerja
Tidak ada orang yang menghitung persediaan,
6 1 2 3 4 5
akibatnya kerugian tidak dapat diketahui.
7 Kotak kas kecil perusahaan sering ditinggalkan.
Sumber: Zahara (2017), Wilopo (2006), dan Ayuningtiyas (2015)
3. VARIABEL RASIONALISASI
KASUS
Jawablah pernyataan di bawah ini terkait dengan instansi tempat Rudi bekerja dengan memilih STS
(Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), N (Netral), S (Setuju), atau SS (Sangat Setuju)
Pernyataan di bawah ini berkenaan dengan variabel RASIONALISASI
No Pernyataan STS TS N S SS
Mendapatkan keuntungan finansial dengan
memanfaatkan celah aturan adalah hal yang
1 1 2 3 4 5
wajar untuk dilakukan karena setiap orang
melakukannya
Dalam melakukan suatu tindakan maka nilai etis
2 dari tindakan tersebut tidak perlu 1 2 3 4 5
dipertimbangkan
Saya mengambil uang yang bukan hak saya, saya
3 gunakan untuk tujuan kebaikan yaitu membayar 1 2 3 4 5
utang saya
Saya layak mendapatkan imbalan yang lebih
4 karena apa yang saya dapatkan tidak setimpal 1 2 3 4 5
dengan apa yang sudah saya kerjakan
Uang yang saya ambil dari kas perusahaan akan
5 saya kembalikan, saya hanya meminjamnya 1 2 3 4 5
untuk membayar tagihan kartu kredit
Tidak ada orang lain yang dirugikan apabila saya
6 menggunakan mobil perusahaan untuk 1 2 3 4 5
menjenguk nenek saya yang sakit
Sumber: Stevan Dellaportas (2012), Zahara (2017), Ayuningtiyas (2015)
Rudi adalah karyawan bagian keuangan di perusahaan retail. Rudi bekerja di bagian keuangan. Dalam
tugas pencatatan transaksi sehari-hari, Rudi selalu mencatat biaya lebih besar dari yang sebenarnya.
Selain itu, Rudi diperbolehkan untuk mencatat transaksi tanpa otorisasi dari atasan. Dalam mencatat
pembelian peralatan atau perlengkapan Rudi mencatat harga beli lebih tinggi dari yang sebenarnya.
31
Rudi pernah menggunakan uang perusahaan untuk membayar cicilan mobil pribadinya kemudian
mencatatnya sebagai pembelian perlengkapan perusahaan. Agar laba perusahaan tampak lebih besar,
bagian akuntansi perusahaan memperkecil biaya-biaya yang tercatat dalam pembukuan perusahaan.
Tidak jarang pula Rudi menggunakan kas perusahaan untuk membeli kebutuhan pribadi sebelum
gajian, Rudi selalu mencatat jam kerja lebih lama dari yang sebenarnya. Sebelum memiliki mobil
sendiri, Rudi pernah menggunakan mobil perusahaan untuk liburan.
Jawablah pernyataan di bawah ini terkait dengan instansi tempat Rudi bekerja dengan memilih STS
(Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), N (Netral), S (Setuju), atau SS (Sangat Setuju)
Pernyataan di bawah ini berkenaan dengan variabel KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI
No Pernyataan STS TS N S SS
Rudi mencatat biaya lebih besar dari yang
1 1 2 3 4 5
sebenarnya
Rudi mencatat bukti transaksi tanpa otorisasi
2 1 2 3 4 5
dari pihak yang berwenang
Rudi mencatat harga beli peralatan atau
3 1 2 3 4 5
perlengkapan kantor dengan lebih tinggi
Rudi mencatat kuitansi suatu transaki yang
4 bukan pembelian perlengkapan sebagai 1 2 3 4 5
pembelian perlengkapan
Bagian akuntansi di perusahaan Rudi
memperkecil biaya-biaya yang tercatat dalam
5 1 2 3 4 5
pembukuan perusahaa agar laba perusahaan ini
tampak lebih besar
Rudi menggunakan kas perusahaan untuk
6 1 2 3 4 5
membeli kebutuhan pribadi
Rudi mencatat jam kerja lebih lama dari yang
7 1 2 3 4 5
seharusnya
Rudi menggunakan mobil perusahaan untuk
8 1 2 3 4 5
kepentingan pribadi (misalnya untuk liburan)
Sumber: Rudianto (2012), Albrecht (2012)
32
LAMPIRAN PENGOLAHAN PLS
33
LAMPIRAN PENGOLAHAN PLS
34
LAMPIRAN PENGOLAHAN PLS
35
LAMPIRAN PENGOLAHAN PLS
36