Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KEBUTUHAN ELIMINASI


(Menurut Teori Virginia Henderson)
Diajukan untuk memenuhi tugas Early Exposure I
(Keperawatan Dasar II)
Dosen Pembimbing : Waqid Sanjaya, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh : Suci Rhamadhania


NIM : C1AA19105

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2021
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Kebutuhan Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan terjadinya proses eliminasi urine adalah
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra (Hidayat, 2010).
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
setiap manusia. Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik,
sebenarnya semua organ akhirnya akan berpengaruh. Secara umum gangguan pada
ginjal mempengaruhi eliminasi. Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan
eliminasi urine, antara lain : retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, dan
ureterotomi. Masalah kebutuhan urine sering terjadi pada pasien-pasien rumah sakit
yang terpasang kateter tetap (Hidayat, 2010).

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan


ini dapat melalui urine atau bowel (Wartonah, 2012).

Eliminasi merupakan pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat


bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti : ginjal, ureter, bladder,
dan ureta (Wartonah, 2014).
Gangguan eliminasi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami disfungsi eliminasi (Carpenito, 2013).

B. Etiologi Kebutuhan Eliminasi


1. Trauma sumsum tulang belakang.
2. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah.
3. Sfingter yang kuat.
4. Sumbatan (Striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat).
5. Operasi pada daerah abdomen bawah.
1. Eliminasi urin
 Diet dan asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
 Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkmeih dan hanya pada akhir
keinginan berkemih mejadi lebih kuat mengakibatkan urine banyak tertahan di
kandung kemih, sehingga kapasitas kandung kemih lebih dari normal
 Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine.
Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi
eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
 Stres psikologis
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan
atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
 Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan dalam mempertahankan tonus otot. Eliminasi urin
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter
internal dan eksternal.
 Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola
berkemih. Misal pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun
karena adanya tekanan dari fetus
 Kondisi penyakit
Saat seseorang sakit, produksi urin nya sedikit hal ini disebabkan oleh
keinginannya untuk minum sedikit.
2. Eliminasi fekal
 Tingkat perkembangan
Pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna. Sedangkan pada lansia
proses mekaniknya berkurang karena berkurangnya kemampuan fisiologis
sejumlah organ.
 Diet
Ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Sebagai contoh,makanan berserat akan mempercepat produksi
feses. Secara fisiologis, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga
berpengaruh terhadap keinginan defekasi.
 Asupan Cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini karena
jumlah absorpsi cairan dikolon meningkat.
 Tonos Otot
Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yang cukup
akan membantu defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan materi feses
bergerak disepanjang kolon.
 Faktor psikologis
Perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau motilitas usus
sehingga dapat menyebabkan diare.
 Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik
dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Akan tetapi, jika
digunakan dalam waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus
usus sehingga usus menjadi kurang responsif terhadap stimulus laksatif. Obat-
obat lain yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain: analgesik
narkotik,opiat,dan anti kolinergik.
 .Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau konstipasi.
 Gaya hidup
Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat kanak-kanak,
atau kebiasaan menahan buang air besar.
 Aktivitas fisik
Orang yang banyak bergerak akan mempengaruhi mortilitas usus.
 Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi tersebut
memungkinkan individu mengerahkan tekanan yang terabdomen dan
mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan proses defekasi.
 Kehamilan
Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir kehamilan .
seiring bertambahnya usia kehamilan , ukuran janin dapat menyebabkan
obstruksi yang akan menghambat pengeluaran feses. Akibatnya , ibu hamil
sering kali mengalami hemoroid permanen karena seringnya mengedan saat
defekasi .
C. Fisiologis Eliminasi Urine
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal yang berperan sebagai pengatur komposisi
dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk
urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak
bercampur dengan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh. pada bagian ginjal
terdapat nefron yang merupakan unit dari struktur ginjal dan melalui nefron ini
urine disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter
ke kandung kemih.
2. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan kantong yang terdiri atas otot halus yang berfungsi
menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat lapisan jaringan otot yang
paling dalam disebut dekstrusor, berfungsi mengeluarkan urine bila terjadi
kontraksi. Dalam kandung kemih juga terdapat lapisan tengah jaringan otot
berbentuk lingkaran bagian dalam yang disebut otot lingkar yang berfungsi
menjaga saluran antara kandung kemih dengan uretra, sehingga uretra dapat
menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
3. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi
uretra pada wanita berbeda dengan fungsi uretra pada pria. Pada pria uretra
digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sitem reproduksi, berukuran
panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri atas tiga bagian, yaitu prostat, selaput (membran)
dan bagian yang yang berongga (ruang). Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7-
6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine ke bagian luar
tubuh.
Berkemih adalah proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini
dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika urinaria yang merangsang saraf-
saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian reseptor). Mekanisme
berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan
rangsangan, melalui medula spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih
yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls/rangsangan
melalui medula spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi
otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.
Komposisi Urine :
1) Air (96%)
2) Larutan (4%)
a. Larutan organik
Urea, ammonia, kreatin, dan urine acid.
b. Larutan anorganik
Natrium (sodium), Kalium (potasium), Sulfat, magnesium dan fosfor.
Natrium Klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.

D. Klasifikasi Eliminasi Urine


Pada kebutuhan eliminasi urine, masalah yang ada diantaranya :
1. Retensi Urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga
menyebabkan distensi dari vesika urinaria.
2. Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat
untuk berkemih.
3. Inkontinensia total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
4. Inkontinensia Stress
Inkontinensia stress merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan
urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
5. Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
6. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Ini banyak terjadi pada
anak atau orang jompo, umumnya pada malam hari.
7. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami
gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik
sensorik, dan infeksi saluran kemih.

Perubahan pola eliminasi terdiri atas :


a. Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Peningkatan
frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk.
Frekuensi yang tinggi tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkan oleh
sistitis. Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan stres atau hamil.
b. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika
tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk
dalam mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, perasaan segera ingin
berkemih terjadi pada anak karena kurangnya kemampuan pengontrolan pada
Sphincter.
c. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering
ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
d. Poliuria.
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya, hal ini dapat ditemukan
pada penyakit diabetes melitus dan penyakit ginjal kronis.
e. Urinaria supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara
normal, urine diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60-120 ml/ jam secara
terus-menerus.

E. Manifestasi Klinis Kebutuhan Eliminasi


1. Ketidaknyamanan daerah pubis.
2. Distensi vesika urinaria.
3. Ketidaksanggupan untuk berkemih.
4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml).
5. Meningkatnya keresahan dan keinginan untuk berkemih.
6. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya.

F. Pemeriksaan Penunjang Eliminasi Urine


1. Pemeriksaan IVP (Intravenous pyelogram)
Dengan membatasi jumlah asupan dapat memengaruhi produksi urine.
2. Pemeriksaan Urine (Urinalisis)
Warna (N : Jernih kekuningan)
Penampilan (N : Jernih)
Bau (N : Beraroma)
PH (N : 4,5-8,0)
Berat jenis (N : 1, 005-1,030)
Glukosa (N : negatif)
Keton (N : negatif)
3. Kultur Urine (N : kuman patogen negatif)
G. Penatalaksanaan Eliminasi Urine
1. Monitor atau observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan
eliminasi urine dan inkontinensia.
2. Monitor terus perubahan retensi urine.
3. Lakukan kateterisasi urine.
4. Kurangi faktor yang memengaruhi/penyebab masalah.
H. PATHWAY

Tumor/neoplasma Pembesaran pada uterus


Proses Infeksi pada
di sekitar ureter pada saat kehamilan
infeksi uretra
atau uretra

Kompresi pada
Metabolisme peradangan
Kompresi pada saluran kemih
meningkat
ureter/uretra
Terbentuknya
Panas/demam jaringan parut

HIPERTERMI
Urine yang
Obstruksi keluar sedikit GANGGUAN
Obstruksi akut sebagian atau karena ada POLA
total aliran penyempitan ELIMINASI
urine ureter/uretra URINE
Kolik renalis/nyeri
pinggang
Urine
mengalir balik Kegagalan ginjal
lambung
untuk membuang
NYERI AKUT/NYERI
limbah metabolik
KRONIS
hidroureter
Ureum
bertemu
Peningkatan
Urine reflak ke dengan
ureum dalam
pelvis ginjal HCL
darah

Penekanan pada Mual


Bersifat
medulla muntah
racun dalam
ginjal/pada sel
tubuh
sel ginjal
GANGGUAN
System NUTRISI
Gangguan pencernaan KURANG DARI
fungsi ginjal KEBUTUHAN
TUBUH

Kerusakan
sel-sel ginjal

Gagal Ginjal
DAFTAR PUSTAKA

Kebutuhan Dasar Manusia. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah


Ponogoro.

Yuwono, Kartika P., & Hidayati Wahyu. 2012. Studi Destkriptif Volume Urin 24 Jam
Pada Ibu Hamil. Jurnal Nursing Studies. Vol 1 (1).

https://studylibid.com/doc/4295865/lp-eliminasi (diakses pada tanggal 22 Juni 2021).

Anda mungkin juga menyukai