Nama kelompok
•> Dian intan L
•> Erita Dewi L
•> Kharisma Indah S
•> Wanda Hanifatul R
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
b. Fisiologi Tidur
Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur
yaitu medulla, tepatnya di RAS (Recticular Activating System) dan
BSR (Bulbar Synchronizing Region). RAS terdiri dari neuron-neuron
di medulla oblongata, pons dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam
mempertahan status bangun dan mempermudah beberapa tahap tidur.
Perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh terjadi selama tidur.
Ada dua teori tentang tidur :
Pasif : RAS di otak mengalami kelelahan sehingga menyebabkan tidak
aktif.
Aktif : (Diterima sekarang) suatu bagian di otak yang menyebabkan
tidur dihambat oleh bagian lain.
RAS dan BSR adalah pikiran aktif kemudian menekan pusat otak
secara bergantian. RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan
menerima sensory input (pendengaran, penglihatan, penghidupan,
nyeri dan perabaan). Rangsangan sensory mempertahankan seseorang
untuk bangun dan waspada. Selama tidur tubuh menerima sedikit
rangsangan dari korteks serebral (Haswita, dkk, 2017).
c. Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang
berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan
disesuaikan dengan faktor lingkungan (mis: cahaya, kegelapan,
gravitasi, dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling
9
d. Tahapan Tidur
Tidur yang normal melibatkan 2 fase yaitu: Pergerakan mata yang
tidak cepat NREM (Non Rapid Eye Movement) dan pergerakan mata
yang cepat REM (Rapid Eye Movement). Selama NREM seseorang
yang tidur mengalami kemajuan melalui 4 tahap yang memerlukan
waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan, tidur tahapan
REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit sebelum
tidur berakhir. Kondisi dari memori dan pemulihan psikologis terjadi
pada waktu ini, faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau
mengganggu tahapan siklus tidur yang berbeda.
1) Tahapan tidur NREM
Tidur NREM ditandai dengan berkurangnya mimpi, tekanan darah
turun, kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakan
mata lambat. Masa NREM ini dibagi menjadi 4 tahap yang
memerlukan waktu 90 menit siklus tidur dan masing-masing tahap
ditandai dengan pola gelombang otak.
a) Tahap 1 NREM
(1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dan tidur.
(2) Tahap berlangsung selama 5 menit, yang membuat orang
beralih dari tahap sadar menjadi tidur.
10
e. Siklus Tidur
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM.
Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan
setiap orang biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam
tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke
tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit,
kemudian diteruskan ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit.
Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit.
Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit
(Wahit, dkk, 2010).
NREM NREM
tahap 1 tahap II
NREM
tahap III
Tidur
REM
NREM
NREM tahap IV
tahap II
NREM
tahap III
2) Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada
anak-anak. Beberapa turunan parasomnia anatara lain sering
terjaga (mis: tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-
tidur (mis: mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM
(mis: mimpi buruk), dan lainnya (mis: bruksisme).
3) Hypersomnia
Hypersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan utama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh kondisi medis tertentu, seperti kerusakan system saraf,
gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme
(mis: hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hypersomnia dapat
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung
jawab pada siang hari.
4) Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombnag kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga
sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya
belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetic system saraf
pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM.
Alternative pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti
amfetamin atau metilpenidase hidroklorida, atau dengan
antidepresan seperti imipramine hidroklorida.
5) Apnea Saat Tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas
secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada
orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari,
insomnia, mengantuk berlebihan pada siang hari, sakit kepala di
pagi hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti
hipertensi atau aritmia jantung. (Haswita, dkk, 2017)
17
i. Kontrol Tidur
Kontrol tidur adalah pengawasan, pemeriksaan, pengendalian suatu
keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun/hilang dan dapat dibangunkan
kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup. Kebanyakan
dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6-8 jam, tetapi hal ini
berfariasi. Akan tetapi, adalah hal umum yang mengganggu
kebutuhan tidur seperti stress pekerjaan, aktivitas yang mengarah
pada insomnia, penyakit fisik tertentu. (Universitas Sumatera Utara
PDF. 2016. Diakses di: repositoryusu.ac.id. Pada tanggal 11 Mei
2019)
Teknik kognitif-behavioral menekankan pada jangka pendek dan
berfokus pada penurunan langsung fisiologis yang timbul,
memodifikasi kebiasaan tidur yang maladaptive dan menggunakan
pemikiran yang disfungsional. Terapi kognitif-behavioral biasanya
menggunakan kombinasi dari berbagai teknik, termasuk kontrol
stimulus, pemantapan siklus tidur-bangun yang teratur, latihan
relaksasi. Dibawah control normal, kita belajar untuk
mengasosiasikan stimulus yang menghubungkan berbaring
ditempat tidur dengan tidur sehingga pemaparan terhadap stimulus
ini dapat meningkatkan perasaan ngantuk. Teknik kontrol stimulasi
bertujuan untuk memperkuat hubungan antara tempat tidur dan
tidur dengan sebisa mungkin membatasi aktivitas. Berikut adalah
cara kontrol pola tidur menjadi normal:
1. Buatlah rutinitas tidur
Mungkin akan kesulitan untuk mengatur siklus tidur saat
malam hari dengan tertidur pada jam yang sama. Namun, bisa
berusaha menjaga siklus terjaga dengan bangun tidur pada jam
yang sama di pagi hari.
2. Ciptakan lingkungan ruang tidur yang nyaman
3. Minum obat dan terapi
18
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi masalah actual yang
terjadi saat ini dan masalah kesehatan dimasa lalu. Dalam mengkaji
klien dan keluarga, perawat berfokus pada manifestasi klinis dari
keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat
perawatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat psikososial.
1) Keluhan utama:
a) Demam: subfebris, febris (40-41° C) hilang timbul.
b) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai
reaksi tubuh untuk membuang/mengeluarkan produksi radang,
dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulent
(menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama (> 3
minggu).
c) Sesak napas: timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang
sampai setengah paru.
d) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura, sehingga menimbulkan pleuritic.
e) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan dan berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, serta berkeringat pada
malam tanpa sebab.
f) Pada antelektasi terdapat gejala berupa: sinosis, sesak napas,
dan kolaps. Bagian dada klien tidak tidak bergerak pada saat
bernapas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto
torak tampak bayangan hitam pada sisi yang sakit dan
diafragma menonjol ke atas.
g) Perlu ditanyakan dengan siapa klien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular. (Irman, 2009)
2) Keluhan Sistemis
a) Demam
20
d. Pemeriksaan Fisik
Pada tahap dini klien sering kali tidak menunjukkan kondisi
tuberculosis. Tanda dan gejala baru dapat terlihat pada tahap
selanjutnya berupa:
1) Sistemik:
Akan ditemukan malaise, anoreksia, penurunan berat badan, dan
keringat malam. Pada kondisi akut diikuti gejala demam tinggi
seperti flu dan menggigil, sedangkan pada TB milier timbul gejala
23
Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien. (Arif
Muttaqin, 2012)
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Kultur sputum: menunjukkan hasil positif untuk Mycobacterium
tuberculosis pada stadium aktif.
2) Ziehl Neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid):
positif untuk bakteri tahan asam (BTA)
3) Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch): reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan penyakit sedang aktif.
4) Foto rontgen dada (chest x-ray): dapat memperlihatkan infiltrasi
kecil pada lesi awal dibagian paru-paru bagian atas, deposit
kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada efusi.
Perubahan mengindikasikan TB yang lebih berat, dapat mencakup
area berlubang dan fibrosa.
5) Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine
dan CSF, serta biopsi kulit): menunjukkan hasil positif untuk
Mycobacterium tuberculosis.
6) Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya
sel – sel besar yang mengindikasikan nekrosis.
7) Elektrolit: mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi, misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin
ditemukan pada TB paru kronik lanjut.
8) ABGs: mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat, dan sisa
kerusakan paru.
9) Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB.
10) Darah: leukositosis, laju endap darah (LED) meningkat.
11) Tes fungsi paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC
meningkat, dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala
27
2. Diagnosa Keperawatan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017), yaitu:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
c. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamsi
d. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
28
3. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi Masalah Ketidakefektifan Jalan Napas
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Ketidakefektifan jalan napas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
dengan sekresi yang tertahan. x 24 jam diharapkan jalan napas efektif dengan Indonesia)
Definisi: Ketidakmampuan untuk kriteria hasil sebagai berikut: Pemantauan respirasi
membersihkan sekresi atau obstruksi dari - Bunyi nafas normal (vesikuler) 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
saluran napas untuk mempertahankan bersihan - Frekuensi nafas normal 16-24x/menit upaya nafas
jalan napas. - Mampu mengeluarkan sputum 2. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Faktor yang berhubungan : 3. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Spasme jalan napas 4. Auskultasi bunyi nafas
Hiperskresi jalan napas 5. Posisikan klien untuk meminimalkan
Disfungsi neuromuskuler upaya bernafas (misalnya mengangkat
Benda asing dalam jalan napas kepala tempat tidur dan memberikan over
Adanya jalan napas buatan bed table untuk pasien bersandar)
Sekresi yang tertahan 6. Monitor status oksigen dan beri obat
Hyperplasia dinding jalan napas (misalnya: bronkodilator dan inheler)
Proses infeksi yang meningkatkan patensi jalan nafas.
Respon alergi Manajemen jalan nafas:
Efek agen farmakologis 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan
3. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
4. Berikan minum hangat
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15 detik
6. Monitor status pernafasan dan
oksigenasi, sebagaimana mestinya
27
Manajemen batuk:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batu efektif
2. Identifikasi keamampuan batuk
3. Atur posisi semi-Fowler atau fowler
4. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
5. Buang sekret pada tempat sputum
6. Berikan terapi oksigen sesuai instruksi
30
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Gangguan pola tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
hambatan lingkungan. x 24 jam diharapkan pola tidur kembali normal Indonesia)
Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas dengan kriteria hasil sebagai berikut: Dukungan tidur:
waktu tidur akibat faktor eksternal. - Pola tidur kembali normal 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
Faktor yang berhubungan : - Aktivitas kembali normal 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
Hambatan lingkungan (mis: (fisik/psikologis)
kelembapan, lingkungan sekitar, suhu 3. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, 4. Modifikasi lingkungan (mis.
bau tidak sedap, jadwal Pencahayaan, kebisingan, suhu, dan
pemantauan/pemeriksaan/tindakan) tempat tidur)
Kurang kontrol tidur 5. Tetapkan jadwal tidur rutin
Kurang privasi 6. Fasilitasi menghilangkan setres
Restraint fisik 7. Ajarkan teknik relaksasi
Ketiadaan teman tidur Edukasi aktivitas/istirahat:
Tidak familiar dengan peralatan tidur 1. Sediakan materi dan media pengaturan
aktivitas dan istirahat
2. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas
fisi/berolahraga
3. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. Kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas)
4. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai kemampuan
31
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Hipertermi berhubungan dengan reaksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
inflamsi x 24 jam diharapkan hipertermi dapat teratasi Indonesia)
Definisi: Suhu tubuh meningkat diatas rentang dengan kriteria hasil sebagai berikut: Manajemen Hipertermi:
normal tubuh. - Suhu tubuh normal 1. Identifikasi penyebab hipertermi (mis:
Faktor yang berhubungan : - Tidak terjadi kejang dehidrasi, terpapar lingkungan panas)
Dehidrasi 2. Monitor suhu tubuh
Terpapar lingkungan panas 3. Monitor komplikasi akibat hipertermi
Proses penyakit 4. Sediakan lingkungan yang dingin
Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu 5. Longgarkan atau lepaskan pakaian
lingkungan 6. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
Peningkatan laju metabolisme jika mengalami hiperhidrosis (keringat
Respon trauma berlebih)
Aktivitas berlebihan 7. Lakukan pendinginan eksternal (mis:
Penggunaan inkubator kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
8. Anjurkan klien tirah baring
Manajemen kejang:
1. Monitor terjadinya kejang berulang
2. Monitor karakteristik kejang (mis:
aktivitas motorik dan progresi kejang)
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Longgarkan pakaian terutama bagian
leher
6. Dampingi selama periode kejang
7. Catat durasi kejang
8. Kolaborasi pemberian antikonvulsan
32
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
ketidakmampuan menelan makanan. x 24 jam diharapkan resiko defisit nutrisi dapat Indonesia)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut: Manajemen nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolisme. - Berat badan ideal 1. Identifikasi status nutrisi
Faktor yang berhubungan : - Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Ketidakmampuan menelan makanan makanan
Ketidakmampuan mencerna makanan 3. Identifikasi makanan yang disukai
Ketidakmampuan mengabsorbsi 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrien nutrien
Peningkatan kebutuhan metabolisme 5. Monitor asupan makanan
Faktor ekonomi 6. Monitor berat badan
Faktor psikologis 7. Berikan makanan tinggi serat untuk
mecegah konstipasi
8. Berikan makanan tinggi kalori dan
protein
9. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
Promosi Berat Badan:
1. Identifikasi kemungkinan penyebab BB
berkurang
2. Monitor adanya mual dan muntah
3. Monitor berat badan
4. Sediakan makanan sesuai dengan kondisi
33
pasien
5. Hidangkan makanan secara menarik
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Defisit pengetahuan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
kurang terpapar informasi. x 24 jam diharapkan defisit pengetahuan dapat Indonesia)
Definisi: Ketiadaan atau kurangnya informasi teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut: Edukasi kesehatan:
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. - Klien mengetahui pengetahuan informasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Faktor yang berhubungan : tentang penyakitnya menerima informasi
Keteratasan kognitif 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Gangguan fungsi kognitif meningkatkan dan menurunkan motivasi
Kekeliruan mengikuti anjuran perilaku hidup bersih dan sehat
Kurang terpapar informasi 3. Sediakan materi dan media pendidikan
Kurang minat dalam belajar kesehatan
Kurang mampu mengingat 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Ketidaktahuan menemukan sumber kesepakatan
informasi 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
6. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
34
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan implementasi adalah membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
lain-lain. (Nursalam, 2009)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan daridiagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan evaluasi untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan
melihat respons klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan mengakhiri rencana asuhan
keperawatan, memodifikasi rencana asuhan keperawatan, meneruskan
rencana asuhan keperawatan. (Nursalam, 2009).
2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4πm dan tebal
0,3-0,6πm. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman
tahap terhadapa asam dan lebih tahap terhadap kimia atau fisik. Sifat lain
dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak
oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu
apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi predileksi pada penyakit
tuberkulosis. (Irman Somantri, 2009)
3. Manifestasi Klinis
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien
menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan
berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk
pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang kearah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberkulosis dapat
36
4. Patofisiologi
Seseorang yang dicurigai menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan
napas ke alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri tertumpuk dan
berkembang biak. Penyebaran hasil ini bisa juga melalui sistem limfe dan
aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area
lain dari paru-paru (lobus atas). Sistem kekebalan tubuh berespons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag memfagositosis
(menelan) bakteri. Limfosit yang spesifik terhadap tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan
ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar. Massa jaringan baru disebut granuloma, yang
berisi gumpalan basil yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh
makrofag yang membentuk dinding. Granuloma berunah bentuk menjadi
massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut Ghon
Tubercle. Materi yang terdiri atas mkrofag dan bakteri menjadi nekrotik,
membentuk perkijuan (necrotizing caseosa). Setelah itu akan berbentuk
klasifikasi, membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non-aktif.
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena
respons sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul
akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada
kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi
perkijuan. Tuberkel yang ulserasi mengalami proses penyembuhan
membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan bronkopneumonia, pembentukan tuberkel, dan seterusnya.
37
Pneuminia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan
terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil
juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20
hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respons berbeda
dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
(Irman Somantri, 2009)
38
Infeksi Primer
Penurunan jaringan
Edema Reaksi sistemis:
efektif paru, atelectasis,
trakeal/faringeal
kerusakan membrane anoreksia, mual, demam,
Peningkatan alveolar-kapiler merusak
produksi secret penurunan berat badan,
pleura, dan perubahan dan kelemahan
Pecahnya cairan intrapleura
pembuluh darah
jalan napas.
h. Keluhan Sistemis:
1) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin
lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas
serangan semakin pendek.
2) Keluhan sistemis lainnya
Keluhan yang biasa timbul adalah keringat malam, penurunan
berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat
gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan. Akan tetapi
40
6. Test Diagnostik
Untuk mengakkan diagnose TB paru, maka test diagnostic yang sering
di lakukan pada klien adalah:
a. Pemeriksaan Radilogis Foto Rontgen Toraks
41
2. Sputum BTA
Pemeriksaan bakteriologik dilakukan untuk menemukan kuman
tuberkulosis. Diagnosa ditegakan bila ada biakan ditemukan kuman
tuberkulosis. Pemeriksaan penting untuk diagnosa defnitive dan
menilai kemajuan klien. Dilakukan tiga kali berturut-turut dan
biakan/kultur BTA selama 4-8 minggu.
c. Komplikasi
1) Malnutrisi
2) Empyema
3) Efusi pleura
4) Hepatitis, ketulin dan gangguan gastrointestinal (sebagai efek
samping obat-obatan). (Santa Manurung, 2009)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang di berikan bisa berupa metode preventif dan kuratif
yang meliputi cara-cara seperti berikut ini.
a. Penyuluhan
b. Pencegahan
c. Pemberian obat-obatan, seperti:
OAT (obat anti tuberkulosis)
Bronkodilator
Ekspektoran
OBH dan vitamin
d. Fisioterapi dan rehabilitasi
e. Konsultasi secara teratur
Pengobatan TBC di Indonesia sesuai program nasional menggunakan
panduan OAT:
a. Kategori 1:2 RHZE/4H3R3
Diberikan untuk:
1) Penderita baru TB paru dengan BTA (+)
43
d. Pyrazinamide (PZA/Z)
Dosis: 15-30 mg/kgBB per oral.
Efek samping: hiperurisemia, hepatotoxiticy, skin rash, artralgia,
distres gastrointestinal.