Anda di halaman 1dari 21

1

EFEK PEMBERITAAN MEDIA MASSA TERHADAP PERSEPSI


MASYARAKAT PAMEKASAN TENTANG VIRUS CORONA

Heny Triyaningsih
Institut Agama Islam Negeri Madura
henytriyaningsih@iainmadura.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberitaan media massa
terhadap persepsi masyarakat tentang Virus Corona di Pamekasan.
Pemberitaan media massa pada Maret 2020 didominasi oleh berita
tentang Virus Corona; sebuah virus yang muncul dari Wuhan, Cina
dengan penyebaran yang sangat cepat dan meluas diberbagai negara.
Pemberitaan tentang Virus Corona pertama kali diberitakan oleh media
Cina, The Lancet; Jurnal medis yang ditulis oleh dokter China dari rumah
sakit Jinyinhan dari Wuhan, yang merawat beberapa pasien paling awal.
Pemberitaan meluas melalui Majalah People, tersebar secara massif dan
intensif oleh berbagai platform media seiring dengan banyaknya korban
dan efek Virus Corona. Dalam 1-2 bulan penyebarannya, berita tentang
Virus Corona masih mendominasi. Social distancing dan #dirumahaja
yang diberlakukan pemerintah, membuat masyarakat menggantungkan
berbagai bentuk informasi pada media massa, khususnya media online.
Media menjadi rujukan utama untuk melihat kondisi kekinian dari sebaran
Virus Corona. Untuk mengetahui efek media terhadap persepsi
masyarakat Pamekasan digunakan metode survei eksplorasional dengan
menjadikan masyarakat Pamekasan sebagai objek. Hasil survei
menunjukkan bahwa media terutama media sosial menjadi rujukan bagi
masyarakat untuk mendapat informasi mengenai Virus Corona. Adapun
efek media kepada masyarakat menunjukkan strong effect bahkan mampu
membentuk persepsi masyarakat Pamekasan tentang pencegahan
penularan Virus Corona kepada individu.

Kata kunci: efek media, metode survei, strong effect, persepsi.

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 2

Abstract
This study aims to know the effect mass media news release towards
society perception regarding Corona virus at Pamekasan. The news on
mass media on March 2020 was dominated by news about it. A Virus
which appears from Wuhan, Cina is rapidly and widely spreading all over
country. The news on it has been firstly reported by China‟s media The
Lancet; medical journal written by Cina Doctor from Jinyinhan Hospital,
China. The news is widely by People magazine, it spreads massively and
intensively by a variety of media platforms at the same time many victims
and effects of Corona. In 1-2 months of spreading, the news still has
dominated. Social distancing and #di rumah aja that regulated by the
government, it makes the society drape on variety of information towards
mass media. To know the effect of media regarding society perception at
Pamekasan used exploration survey method and the society as an object.
The result of this survey shows that online media as reference to gain
information about Corona virus. As for the effect of media towards society
shows strong effect and even make Pamekasan society perception about
the prevention of Corona virus spreading to individual.

Keywords: media effect, survey method, strong effect, perception.

A. Pendahuluan
Pada bulan Januari 2020, dunia dikejutkan dengan berita tentang
adanya virus baru yang berasal dari Wuhan, China. Virus tersebut dikenal
dengan nama Virus Corona atau CoVid-19. Melalui kontak fisik, benda
dan udara, virus tersebut kini menyerang kurang lebih 195 negara dengan
total 781.485 kasus, 37.578 meninggal dan 164.726 sembuh1.
Di Indonesia sendiri, pasien pertama yang diumumkan oleh
Presiden Joko Widodo yang terjangkit berjumlah 2 orang berasal dari
Daerah Depok, Jakarta. Dalam kurun waktu kurang dari seminggu setelah
terdapat pasien positif Corona, pemberitaan di media dipenuhi dengan
berita tentang perkembangan virus tersebut, identitas pasien, upaya
pencegahan dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi baik
secara kesehatan, ekonomi dan sosial. Pada akhirnya Indonesia menjadi
salah satu negara dengan total 1528 kasus dengan 136 pasien
meninggal2. Kenaikan jumlah pasien menyentuh angka 750 x lipat.
Masifnya berita yang beredar membuat masyarakat menyadari
begitu gentingnya masalah virus tersebut. Sehingga berbagai reaksi
ditunjukkan oleh warga negara Indonesia, salah satunya kekhawatiran
netizen melalui laman media sosial. Berbagai pemberitaan di media
membuat warga negara mendesak Indonesia juga melakukan lockdown3.
Desakan semakin kuat disuarakan oleh warga baik melalui opini di media
cetak maupun di media sosial. Respon tersebut berdasarkan

1
Kompas.com 31 Maret 2020 diakses tanggal 31 Maret 2020
2
Detiknews.com 31 Maret 2020 diakses tanggal 31 Maret 2020
3
Lockdown adalah situasi yang melarang warga untuk masuk dan keluar wilayah
karena kondisi darurat

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 3

kekhawatiran penyebaran virus yang semakin meluas di Indonesia. Berita


dan pembahasan virus yang terus menerus di media massa baik cetak,
elektronik dan media online serta sosial secara tidak langsung
mempengaruhi warga, membuat kepanikan dan kekhawatiran
masyarakat.
Berita yang keluar masuk melalui laman media sosial bisa
bercampur antara berita valid dan berita hoax, sehingga berita mengenai
Virus Corona semakin mendominasi bahkan bisa dikatakan berita
mengenai Virus Corona tersebut memonopoli pemberitaan di Indonesia
pada kurun waktu sepanjang akhir Februari-Maret 2020. Berita-berita
yang lain seolah tenggelam. Dalam hal ini, memaklumkan sebuah teori
bahwa jika berita yang sama dimasukkan terus menerus dalam
pemikiran/sajian maka akan menjadikan konstruksi media berupa tulisan
atau liputan mampu menciptakan/mengkonstruksi realitas di mayarakat
relevan dengan isi media. Artinya, jika media meliput betapa gawatnya
Virus Corona maka yang akan terkonstruksi pada pemikiran masyarakat
adalah betapa gawatnya keadaan sekarang sehingga pada kondisi yang
gawat ini apa yang harus disiapkan.
Salah satu pengaruh yang signifikan akan kekhawatiran virus
adalah dengan pemborongan barang barang sembako dan bahan
makanan lain, misalnya mie dan makanan instan yang lain. Rak toko-toko
kelontong dan minimarket terutama di daerah terdampak yaitu DKI dan
Jawa Barat tampak kosong dari dagangan bahan makanan dan alat
kesehatan sederhana, yaitu hand sanitizer, masker serta sarung tangan.
Respon masyarakat dalam menanggapi pemberitaan mengenai
Virus Corona dapat dikatakan reaktif bahkan cenderung “kalap”4.
Beberapa pihak yang kurang bertanggung jawab malah melakukan
pemborongan/penimbunan barang-barang sehingga kelangkaan terjadi.
Barang barang yang diperlukan dalam kegiatan sehari hari langka dan
bahkan jika tersedia maka harganya mahal berpuluh kali lipat dari harga
normal.5 Disebutkan bahwa harga per box masker merk “Sensi” dibandrol
Rp. 350.000 per pack sampai 2.500.000, dimana harga normalnya
berkisar Rp. 45.000-60.0006.
Disinilah tampak kuatnya pengaruh media. Media menjadi kekuatan
yang mampu memberi dorongan untuk melakukan sesuatu. Dampak
konsumsi media menjadikan konsumen media mengkonstruksi realitas
sesuai dengan konstruksi media. Seperti halnya yang terjadi pada kasus
lain pada awal Maret terkait paparan media. Masih di bulan yang sama,
yaitu Maret 2020. Kasus NF, seorang remaja berumur 14 tahun yang
membunuh dengan sengaja seorang anak di rumahnya sangat viral pada
bulan tersebut7. Dalam investigasi yang dilakukan oleh Kepolisian,
ditemukan bahwa keinginan membunuh NF; salah satunya adalah dipicu
oleh media yang ditontonnya, khususnya film. Diambil dari
Tribunnews.com tanggal 10 Maret 2020 disebutkan bahwa tontonan film

4
Lupa diri/bingung/tidak logis.
5
Liputan6.com 07 Maret 2020 diakses tanggal 26 Maret 2020
6
Detiknews.com 03 Maret 2020 diakses tanggal 26 Maret 2020
7
Liputan6.com 07 Maret 2020 diakses tanggal 26 Maret 2020

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 4

horror sekaligus tokoh film mempengaruhinya sehingga ingin


mempraktekkan adegan di film dalam kehidupan nyata8. Terlepas dari
kompleknya faktor-faktor penyebab pembunuhan, kasus tersebut adalah
salah satu dari deretan kasus yang terjadi akibat terpaan media. Kasus
sebelumnya yang terjadi juga didominasi oleh terpaan media, seperti
kasus bullying dan kekerasan kepada teman sekolah.
Adapun Pamekasan, dia adalah salah satu Kabupaten di Pulau
Madura Provinsi Jawa Timur yang menjadi salah satu kota terdampak
Virus Corona. Bahkan, dalam dua minggu sejak persebaran virus yang
cepat di Kota Surabaya, Pamekasan menjadi kabupaten dengan status
satu pasien meninggal positif Corona, Orang Dalam Pemantauan (ODP)
tertinggi dengan jumlah 115 orang, sementara Pasien dalam Pemantauan
(PDP) berjumlah satu orang9. Saat ini per 29 Maret 2020 ditetapkan
sebagai zona merah. Sebagai kota dengan label kota pendidikan, maka
arus lalu lalang keluar masuk Pamekasan cukup masif menjadi salah satu
faktor sebaran gejala lebih banyak dibandingkan kabupaten lainnya.
Didukung pula dengan kedatangan pekerja maupun pelajar yang pulang
dari kota lain untuk #DirumahAja10. Adapun kebijakan strategis yang
diputuskan oleh Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam adalah pembentukan
satuan tugas pencegahan sebaran Virus Corona yang terdiri dari unsur
PEMDA, TNI dan POLRI termasuk penyemprotan desinfektan di tempat-
tempat publik, penyiapan fasilitas kesehatan dan tenaga medis, himbauan
hidup bersih, penyiapan sarana cuci tangan di perusahaan atau institusi
dan minimalisir acara yang melibatkan banyak massa11.
Relevansi efek media dan Kota Pamekasan dapat dilihat dari telaah
Sistem Komunikasi Indonesia. Segi geografis membagi Sistem
Komunikasi Indonesia menjadi Sistem Komunikasi Pedesaan dan
Perkotaan12. Wilayah geografis perkotaan memiliki realitas komunikasi
yang berbeda dengan realitas komunikasi di pedesaan. Di Perkotaan
media massa memegang peran dominan dalam mempengaruhi suatu
sistem komunikasi. Adapun di pedesaan, seorang tokoh yang
berpengaruh yakni tokoh masyarakat, agama maupun pemimpin lainnya
menjadi sosok yang krusial dalam mempengaruhi sistem komunikasi yang
berlangsung. Hal tersebut disebabkan salah satunya oleh kultur yang
berbeda antara masyarakat kota dengan masyarakat desa.
Pamekasan, sebagai sebuah Kota Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, secara kultural prosentase keberpengaruhan dalam sistem
komunikasi di masyarakatnya masih didominasi oleh opinion leader13.
Berdasar penelitian Ach. Chufron Sirodj dalam tesisnya yang berjudul
Peran dan Posisi Kyai di Tengah Masyarakat Pamekasan Madura, sosok
8
Film yang disebutkan adalah film Childs Play dengan tokohnya boneka Chucky
dan Slender Man
9
Suara Surabaya FM 100 data per 21 Maret 2020 pukul 17.09 WIB
10
Hashtag ini adalah hashtag kampanye untuk memutus rantai penyebaran Virus
Corona dan imbauan kepada masyarakat untuk tetap tinggal di rumah serta tidak
membuat kerumunan.
11
Mediamadura.com 14 Maret 2020 diakses tanggal 26 Maret 2020
12
Segi geografis adalah segi berdasarkan pemetaan wilayah dan batas batasnya
13
Pemimpin atau tokoh masyarakat (Ulama, Kyai dll)

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 5

dan kiprah Kyai sebagai opinion leader dalam otoritasnya di bidang


keagamaan berimbas pada pengaruh sosial di ranah publik 14. Alhasil,
peran yang dimainkan Kyai akan menjadi rujukan, tumpuan dan harapan
masyarakat. Apa yang disampaikan oleh Kyai akan menjadi faktor atau
dasar yang kuat masyarakat Pamekasan untuk melakukan sesuatu.
Dalam telaah ini didapatkan bahwa Kota Pamekasan jika dikaitkan
dengan kajian Sistem Komunikasi Indonesia masih terkategori
pedesaan15. Kuatnya pengaruh Kyai atau opinion leader menyiratkan
masih minimalnya pengaruh media bagi masyarakat Pamekasan.
Dalam kondisi ini, menarik untuk mengetahui apakah masifnya
pemberitaan media terkait Virus Corona mampu mempengaruhi persepsi
masyarakat Pamekasan yang secara kultur masih didominasi opinion
leader sebagai rujukan dalam kehidupan sehari hari.

B. Metode Penelitian
a. Metode Survey dan Teori Efek Media
Penelitian tipe eksploratif, bertujuan memperdalam
pengetahuan dan mencari ide-ide baru mengenai suatu gejala tertentu,
menggambarkan fenomena sosial, dan menjelaskan bagaimana
terjadinya suatu fenomena sosial untuk merumuskan masalah secara
lebih terperinci atau mengembangkan hipotesis bukan menguji
hipotesis16. Dalam hal ini, fenomena Corona menjadi satu gejala
pergeseran atau perubahan sosial di masyarakat Madura, dimana efek
Virus Corona diperkirakan menyebabkan berubahnya kecenderungan
masyarakat dalam mencari informasi. Gejala tersebut terjadi dalam
waktu yang relatif singkat, diperkirakan tanpa proses yang panjang dan
evolutif. Perubahan yang terjadi adalah sumber informasi opinion
leader menjadi media sebagai rujukan informasi.
Survey menjadi langkah praktis untuk mengetahui, mencermati
serta membuktikan perkiraan tersebut. Penelitian eksploratif
memformulasikan pertanyaan penelitian yang lebih tepat sehingga
hasil penelitian lanjutan deskriptif maupun eksplanatif nanti dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang diadakan di masa
yang akan datang. Pertanyaan penelitian paling signifikan dalam
survey tersebut adalah pertanyaan tentang rujukan masyarakat dalam
mendapatkan informasi terkait Virus Corona dan konsistensinya dalam
menjadikan rujukan tersebut sebagai sumber. Hasil survey akan
menjadi alat analisis sekaligus data untuk mendekati hasil penelitian
setelah melalui eksplorasi dan deskripsi.
Tahapan dalam pengumpulan data dilakukan dalam survey
dengan sampel random sample dari seluruh lapisan masyarakat tanpa
pembatasan dan pengkhususan. Selanjutnya dibuat kategorisasi
identitas objek penelitian, perilaku mencari informasi terkait Virus

14
Ach. Ghufron, Sirodj. Peran dan Posisi Kyai di Tengah Masyarakat
Pamekasan Madura. Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga. 2016.
15
Dilihat dari kuatnya/dominasi pengaruh opinion leader di Pamekasan
16
Mudjiyanto, Bambang. Exploratory Research in Communication Study. Jakarta.
Puslitbang APTIKA. 2018

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 6

Corona dan konsistensi terhadap sumber rujukan, serta perubahan


apa yang terjadi setelah mengkonsumsi sumber rujukan. Hal ini,
karena dalam penelitian eksploratif bersifat kreatif, fleksibel dan
terbuka, dimana dalam penelitian ini semua sumber dianggap penting
untuk dijadikan sumber informasi. Hasil akhir umumnya dilanjutkan
dengan penelitian bersifat deskriptif atau eksplanatif.
Sandaran teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah
teori efek dan teori mengenai persepsi. Teori tersebut akan digunakan
dalam eksplorasi data sampai tercapai tujuan penelitian.
Penelitian pada bidang media mengalami perkembangan
signifikan seiring dengan adaptasi teknologi media yang beranjak dari
media cetak, penyiaran dan digital. Dinamisasi dilakukan oleh para
peneliti menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan gejala
sosial pada masyarakat. Penelitian-penelitian tersebut menghasilkan
teori; sekumpulan pernyataan terkait upaya mencari metode untuk
menjelaskan dan memprediksi tingkah laku manusia, secara khusus
obyek media; pembaca, penonton dll.
Teori dibangun dari penelitian, diuji dan dimodifikasi melalui
penelitian selanjutnya sesuai dengan perkembangan media dan
masyarakat. Terkait pembahasan efek, dikenal tiga kekuatan dari efek
media; (1) powerful effects model, (2) minimal-effects model dan (3)
mixed effects model.
Powerful effects model yaitu teori yang memprediksi bahwa
media secara cepat dan berpotensi kuat mempengaruhi audiens.
Minimal-effects model, memprediksi bahwa media mempunyai efek
yang kecil dalam perilaku. Adapun mixed effects model adalah teori
yang memprediksi bahwa media mempunyai pengaruh kombinasi,
yaitu kadang kuat kadang lemah17.
Sejarah penelitian media menunjukkan evolusi teori dari flow
theories (teori alir) yang menjelaskan bagaimana efek berjalan
(mengalir) dari media massa terhadap para audiensnya menuju
penelitian powerfull efects. Adapun penelitian paling awal dari powerful
effects adalah (1) teori peluru (bullet theory) oleh Wilbur Schramm18.
Teori ini menyiratkan bahwa efek media mengalir secara langsung dari
media ke individu seperti peluru19. Menurut Joseph Klapper teori peluru
ialah Komunikasi massa yang memiliki dampak atau efek umum yang
mempengaruhi penguatan sikap suatu komunitas masyarakat20.
Berdasarkan teori peluru, orang yang menonton televisi atau
memainkan video games yang mengandung kekerasan akan langsung

17
Rodman, George.(2012). Mass Media in a Changing World. 4th ed. Mc Graw
Hill Company. New York. hal. 39
18
Teori peluru merupakan teori pertama tentang pengaruh atau efek komunikasi
massa terhadap khalayak. Beberapa istilah yang dicetuskan oleh pakar komunikasi
adalah teori jarum suntik (hypodermic needle theory) oleh David K. Berlo dan teori
stimulus-respon oleh de Fleur dan Ball Rokeach.
19
Melvin, See L. DeFleur and Sandra Ball Rokeach. (1989). Theories of
Communication. 5th ed. Longman. New York.Hal 145-166
20
http://smallbusiness.chron.com/magic-bullet-theory-mass-media-3346.html

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 7

terpengaruh sehingga dia akan melakukan kekerasan di kehidupan


nyata sebagaimana yang dia lihat dari media.
Teori yang ke (2) teori two step flow, dimana efek media terjadi
sebagian besar dalam interaksi dengan komunikasi antar
perseorangan. Media tidak mempunyai efek langsung, namun efek
media terbantu oleh opinion leader yang menyampaikan infomasi yang
sama dengan media atau menguatkan informasi dari media. Adapun
ke (3) teori multi step flow, yang artinya efek media adalah bagian dari
kompleksitas interaksi21. Pada satu level, opini media massa dapat
dipertajam oleh opini dari opinion leader, namun pada saat yang sama
interaksinya dengan orang orang di sekitarnya atau informasi dari
berbagai sumber mampu menguatkan atau melemahkan opini media
massa tersebut. Interaksi yang kompleks tersebut dapat bersumber
dari interaksinya dengan teman, keluarga, sekolah, perusahaan yang
kemudian akan menjadi penyaring (filter) informasi dari media yang
akan mempengaruhi reaksi individu terhadap informasi media.
Berdasar perspektif pengetahuan sosial (social science
perspective) atau sering juga disebut teori model berdasar dari asumsi
bahwa orang mempelajari bagaimana bertingkah laku adalah dengan
mengamati orang lain, termasuk mengamati yang digambarkan oleh
media massa. Teori yang terkenal dari perspektif pengetahuan sosial
beberapa diantaranya adalah (1) individual differences theory. Teori ini
memprediksi bahwa orang dengan karakteristik yang berbeda akan
dipengaruhi dengan cara yang berbeda oleh media massa 22.
Perbedaan termasuk umur, jenis kelamin, wilayah geogafis audiens,
dan tingkat pendidikan, serta level kekerasan yang terjadi di
keluarganya itulah yang akan membedakan reaksi ketika mendapat
tayangan atau infomasi dari media massa.
Pengembangan dari teori ini, yaitu teori difusi inovasi
menyatakan bahwa perbedaan tipe orang akan mengadopsi pemikiran
baru pada saat yang berbeda. Sedangkan pendekatan (2) Cultivation
Theory beranggapan bahwa media mempertajam bagaimana orang
melihat dunia23. Teori ini menjelaskan bagaimana persepsi orang
terhadap permasalahan dunia semakin tajam atau justru terbelokkan
oleh media. Pendekatan efek media yang lain adalah (3) Agenda
Setting Theory yang di usulkan oleh peneliti pada tahun 1970an 24.
Teori ini menganggap bahwa isi media itu tidak mengubah persepsi
orang pada beberapa isu, namun mengubah persepsi orang untuk

21
Sandman, Peter. M. David M Rubin and David B Sachman. (1982). Media : An
Introductury analysis of American Mass Communication. 3rd ed. (Englewood Cliffs, NJ:
Printice Hall. Hal 4-5
22
De Fleur and Ball Rokeach. Theories of Mass Communication. Hal 172-186
23
Gerbner, George, L.Gross, M Morgan and N Signoriell. (1994). Living with
Television: The Cultivation perspektive. In J Bryant and D Zilmaan, eds. Media effect:
Advances in Theory and Research. Hillsdale, NJ. Erbaum. Hal 17-41
24
Shaw Donald and Maxwell Mc Combs. (1977). The Emergence of American
Political Issue: The Agenda Setting Function of The Press. St. Paul MN: West, 1977. Hal
7

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 8

memikirkan apa yang penting untuknya25. Agenda setting yang


dikembangkan oleh Maxwell E. Mc Comb dan Donald L. Shaw
menyatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan
kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua
elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan
mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu
yang dianggap penting oleh media massa. Dalam teori agenda setting,
audiens bersifat pasif sehingga tidak bisa mengontrol efek yang
menimpanya.
Pandangan berbeda terdapat dalam (4) Uses and Gratifications
Theory, teori tersebut berdasarkan pada hal dimana konsumen media
secara aktif memilih dan menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya26. Teori ini tidak menganggap konsumen sebagai orang
yang pasif yang tingkah lakunya dikontrol oleh industri media. Teori
teori tersebut diatas digunakan dalam berbagai penelitian efek media
termasuk dalam penelitian pembentukan persepsi masyarakat.

b. Bangunan Persepsi
Persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari
bahasa Latin perceptio, dari percipere yang artinya menerima atau
mengambil27. Persepsi berlangsung pada saat seseorang menerima
stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ indera yang
kemudian masuk ke dalam otak. Persepsi merupakan proses
pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat
pengindraan. Persepsi mengandung suatu proses dalam diri untuk
mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang
lain. Pada proses ini kepekaan dalam diri seseorang terhadap
lingkungan sekitar terlihat. Cara pandang akan menentukan kesan
yang dihasilkan dari proses persepsi. Proses interaksi yang tidak dapat
dilepaskan dari cara pandang atau persepsi satu individu terhadap
individu yang lain, memunculkan apa yang dinamakan persepsi
masyarakat28. Persepsi masyarakat akan menghasilkan suatu penilain
terhadap sikap. Perilaku dan tindakan seseorang di dalam kehidupan
bermasyrakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut David
Krech dan Richard S. Krutch yaitu faktor fungsional dan faktor
struktural29. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman

25
Brosius, Bernd Hans and Gabriel Weimann. (1996). “Who Sets The Agenda?
Agenda Setting as a Two Step Flow “Communication Research 23” . No 5. Hal 561-580
26
Baran and Davis. (2010). Mass Communication Theory, provides a concise,
redable overview of uses and gratifications theory. See ch.10, Using Media: Theories of
the Active Audience‟. Hal 210-275
27
Alex, Sobur. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
28
Rohmaul listyana & yudi hartono. Jurnal Agastya vol 5 no 1 Januari 2015
Persepsi dan sikap masyarakat terhadap penanggalan Jawa dalam Penentuan waktu
pernikahan (studi kasus Desa Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten Magetan tahun
2013)
29
Jalaludin, Rakhmat. 2007. Persepsi Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers. 2015

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 9

masa lalu, dan hal-hal lain yang bersifat personal, seperti proses
belajar, cakrawala dan pengetahuannya, latar belakang budaya,
pendidikan yang diwarnai oleh nilai kepribadian. Faktor-faktor
fungsional lazim disebut sebagai kerangka rujukan (Frame of
Reference). Kerangka rujukan ini mempengaruhi bagaimana orang
memberi makna pada pesan yang diterimanya atau
mempersepsikannya. Sementara itu faktor struktural adalah faktor
yang datang dari luar individu, dalam hal ini adalah stimulus dan
lingkungan. Persepsi yang terbentuk akan membentuk sikap dan
perilaku.
Dalam konteks kehidupan sosial, masyarakat mempunyai
persepsi awal terhadap sesuatu, namun persepsi tersebut dapat
berubah disebabkan stimulus/pengaruh dari orang lain, lingkungan
maupun dari media yang dikonsumsi. Khusus terkait media, pengaruh
dan efek media massa merupakan dua topik utama yang menekankan
hubungan antara efek media massa dan budaya media terhadap
pemikiran, sikap, dan perilaku individu atau khalayak. Pengaruh atau
efek media mempunyai peran semakin menguat sejak era digital.
Namun, semakin kompleksnya faktor penyebab terjadinya keputusan
seseorang merespon sesuatu, diskusi tentang efek media mulai
berkembang.

C. Analisis Konsumsi dan Efek Media Massa


Media adalah fasilitas yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia apalagi di era millenial dimana sosialisasi dan interaksi banyak
melalui media. Penelitian berkembang dari efek media menjadi
bagaimana konsepsi masyarakat terhadap konvergensi media,
penyebaran hoax dan saat ini adaptasi menghadapi global village
sebagaimana teori Marshall Mcluhan30. Penelitian meluas ketika dikaitkan
dengan era revolusi industri 4.0 yang merupakan nama tren otomasi dan
pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem
siber fisik, internet untuk segala, komputasi awan dan komputasi kognitif 31.
Semakin kompleks kajian media dengan memasukkan kajian society era
5.0 yang dicetuskan oleh Negara Jepang32.
Karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah
menceritakan peristiwa peristiwa, maka kesibukan utama media massa
adalah mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan kepada
khalayak. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi
hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Menurut
Giles dan Wiemann bahasa atau teks mampu menentukan konteks,

30
Global Village yang dimaksudkan oleh peneliti dalam konteks ini adalah Village
dalam bentuk digital.
31
Wikipedia.com diakses tanggal 24 Maret 2020
32
Society era 5.0 adalah era dimana terdapat gambaran masyarakat yang dapat
menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan
berbagai inovasi yang lahir di era IoT (Internet of things), AI (Artificial Intelligence), Big
Data (data dalam jumlah besar) dan teknologi Robotik.

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 10

dengan begitu, lewat bahasa media yang dipakainya melalui pilihan kata
dan cara penyajian media bisa mempengaruhi persepsi konsumennya.
Konstruksi berita di media massa pada kasus Virus Corona
khususnya di Pamekasan mengikuti pemberitaan nasional yang ada dan
peliputan berita lokal/daerah terkait perkembangan sebaran virus tersebut
di Pamekasan.
Data pengguna telepon, internet, media sosial Indonesia menurut
Wearesocial 2019 berdasarkan rilis Wearesocial Hootsuite yang dirilis
Januari 2019 pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau
sebesar 56% dari total populasi. Jumlah tersebut naik 20% dari survei
sebelumnya (2018)33. Dalam sumber lain, berdasarkan hasil studi polling
Indonesia yang bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (AJII) mengambil data Maret-April 2019 pengguna
internet berjumlah 171.17 juta jiwa atau sekitar 64.8% dari total populasi
penduduk Indonesia sebanyak 264 juta jiwa34.
Data tersebut sangat relevan dengan pertumbuhan signifikan
pengguna media terutama media sosial di Indonesia, termasuk juga
Pamekasan. Sehingga, penggunaan media digital membentuk karakter
baru dalam bentuk komunikasi di Indonesia. Tren penggunaan media
massa terutama media sosial pada akhirnya mampu mengubah suatu
wilayah yang dipetakan sebagai pedesaan oleh sistem komunikasi
Indonesia dimana suatu daerah yang pada awalnya menjadikan opinion
leader sebagai sumber informasi dan sumber rujukan, posisinya
digantikan oleh media.
Salah satu bentuk eksperimen yang paling sederhana adalah ketika
terjadi kasus dengan pemberitaan masif, sehingga dapat terbaca
kecenderungan masyarakat bagaimana mereka mengkonsumsi informasi
Covid 19. Bahkan trend Covid 19 selalu menjadi nomer 1 dan trending
topic di semua media sosial tanpa terkecuali35. Dalam hal ini, pemerintah
juga berencana meluncurkan Covid R36. Sebuah aplikasi diperuntukan
bagi pasien positif Corona atau diduga Corona untuk dapat melaporkan
kondisi kesehatannya yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) dan pelaporan Corona Kemenkes RI. Melalui Covid-R,
pasien akan mendapatkan bimbingan dan layanan kesehatan yang
mengutamakan kerahasiaan identitas pasien. Covid-R akan
dikembangkan pada platform Android yang saat ini menjadi platform

33
Wearesocial.com diakses tanggal 31 Maret 2020.
34
Kompas.com diakses tanggal 31 Maret 2020.
35
Ilmi, Rahmatul Laili. 2020. Pemanfaatan Aplikasi Google Search Untuk Covid -
19 di Indonesia. Universitas Jendral Ahmad Yani. Yogyakarta.
Diakses dari http://sinta.ristekbrin.go.id/covid/
36
Fitur Covid-R meliputi: (1) Registrasi online ke faskes terdekat yang melayani
pasien Covid, (2) Registrasi online rapid test, (3)Telemedicine (konsultasi online dengan
petugas kesehatan), (4) Input kondisi harian sejak muncul gejala Covid-19 sampai gejala
hilang, (5) Melihat riwayat kesehatan pribadi terkait Covid-19 termasuk rekam medis yang
dituliskan dokter di faskes yang merawat, (6) Tips kesehatan terkait Covid-19, (7) Grup
diskusi tertutup khusus penderita Covid-19 (bisa sharing dengan pasien yang sudah
dinyatakan sembuh), (8) Evaluasi faskes pemberi layanan Covid-19, (9) mobilisasi pasien
karantina dengan pengolahan data spasial (Geographic Information System)

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 11

sistem operasi mobile yang paling banyak penggunanya di Indonesia 37.


Fakta ini semakin memperkuat posisi media, peran serta tingkat
keberpengaruhan media pada masa pandemi ini. Melalui media, apa yang
dikonsumsi dapat dipantau secara berkala dan presisten.
Penelitian mengenai efek media massa di Pamekasan juga
bertujuan ingin melihat tingkat keberpengaruhan media massa pada
persepsi masyarakat Pamekasan mengenai Virus Corona. Dalam hal ini,
pemberitaan kasus Virus Corona digunakan sebagai objek untuk melihat
kecenderungan masyarakat di Pamekasan dalam konsumsi informasi.
Adapun untuk mengetahui efek pemberitaan media terhadap
persepsi masyarakat menggunaan metode survei eksploratif dengan
random sampling. Sumber data dan informasi utama diperoleh dari
responden sebagai sampel penelitian dengan menggunakan kuesioner
sebagai instrumen pengumpulan data. Sedangkan unit analisisnya adalah
individu masyarakat Pamekasan. Adapun Metode eksplorarif yang dipilih
karena survei dilakukan untuk mencari informasi awal yang masih samar-
samar. Peneliti menerapkan metode ini karena pengetahuan tentang
masalah yang hendak diteliti masih dangkal.
Hasil dari survei akan diklasifikasi menggunakan teori peluru/jarum
hypodermic berdasarkan anggapan bahwa media massa memiliki
pengaruh langsung, segera dan sangat menentukan persepsi khalayak.
Timbul efek lanjutan dari teori peluru/jarum hypodermic tersebut yaitu
dilihat dari segi kognitif, afektif dan behavioral.
Survei dengan kuesioner dilakukan dengan pembagian sistematika
pertanyaan identitas diri responden, akses media, efek media dan
persepsi yang terbentuk. Sistematika pertanyaan tersebut dibuat untuk
mensistematiskan pola hubungan keterpengaruhan media massa
terhadap persepsi yang terbentuk.
Survei dilakukan selama 4 hari dalam kurun waktu 22-26 Maret
2020 dengan jumlah kunjungan 522 survei dan 177 responden.
Responden yang akan digunakan sebagai sample sejumlah 100
responden pertama disebabkan jumlah 100 dari populasi sudah dapat
dinyatakan valid. Adapun hasil dari survei akan dikaitkan dengan aspek
afektif, kognitif dan behavior merujuk pada teori peluru.

37
Ningsih, Kori puspita dan Dian Budi Santoso, 2020, Covid R ; Rekam
kesehatan Personal Berbasis Mobile bagi Penderita Covid 19. Universitas Jendral
Ahmad Yani. Yogyakarta.
Diakses dari http://sinta.ristekbrin.go.id/covid/

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 12

Diagram 1. Identitas Responden

Diagram 1 diatas dapat dideskripsikan bahwa jumlah responden


paling tinggi berasal dari kalangan berumur 15-25 tahun sejumlah 55.56%
yaitu 55 responden. Sedangkan dari umur 26-35 dan usia diatas 36 tahun
masing masing 22.22% yaitu sejumlah 22 orang. Sejurus dengan
responden dengan tingkat pendidikan dimana jumlah responden dengan
pendidikan S-1 sejumlah 44.9 % yaitu 44 orang, pelajar di posisi kedua
dengan 38.7%, dengan jumlah 38 orang sedangkan tingkatan S-2
sejumlah 13.2% yaitu 13 orang dan S-3 1,02% berjumlah 1 orang.
Adapun terjadi perbedaan sangat signifikan pada responden laki
laki dan perempuan. Responden perempuan mencapai jumlah 74 dengan
prosentase 74.75% dan laki laki hanya 25 responden dengan prosentase
25.25%. Pada diagram pekerjaan; pelajar atau mahasiswa sejumlah
48.48% dengan jumlah real 48 responden, pegawai swasta berjumlah 30
orang dengan prosentase 30.3 %. Adapun ASN berjumlah 19.19%
dengan jumlah 19 orang dan angka terendah pada pekerjaan diluar
ketiganya, yaitu berkisar 2.02 % dengan jumlah 2 orang.
Angka ini normal jika melihat secara demografi masyarakat
Pamekasan berkisar 818.662 jiwa dengan jumlah penduduk laki laki lebih
sedikit dari penduduk perempuan38. Adapun angka tertinggi adalah pelajar
karena di Pameksan sendiri melabeli daerahnya dengan label Kota
Pendidikan dimana jumlah mahasiswa dan jumlah institusi pendidikan
lebih banyak dari kabupaten lain di Madura. Tingkat partisipasi perempuan
yang lebih banyak sejurus dengan hasil penelitian Alwin Taher yang
menyebutkan bahwa tingkat persepsi perempuan terhadap tanggung
jawab sosial terkategori tinggi dibandingkan laki laki39. Dalam diagram ini
dapat terbaca bahwa responden sudah mewakili berbagai latar belakang

38
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pamekasan, 2020.
39
Taher, Alwin. 2009. Persepsi Mahasiswa Terhadap kesadaran Gender. Institut
Pertanian Bogor. Bogor

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 13

masyarakat baik usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan sehingga


bersifat menyeluruh dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat.
Diagram tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat objektivitas dan
relevansi untuk menentukan pertanyaan selanjutnya agar mendapat hasil
penelitian yang diinginkan, yaitu mengukur efek media massa dalam
pemberitaan Virus Corona terhadap persepsi masyarakat.

Diagram 2. Akses Media

Diagram 3. Efek Media

Pada diagram akses media, melihat seberapa besar dan seringnya


akses media masyarakat Pamekasan. Pembahasan akses media akan
dikaitkan dengan efek media karena relevansinya. Menurut data survei
akses media, sejumlah 89 orang responden mengkonsumsi media massa
setiap hari. Media massa yang dimaksud masih bersifat umum baik media
cetak, penyiaran maupun digital. Masyarakat mendapatkan informasi awal

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 14

tentang Virus Corona melalui media massa sejumlah 95.56 % atau


berkisar 95 orang. Sedangkan responden yang tidak mengkonsumsi
media massa setiap hari berjumlah 10.53 % atau 10 responden.
Prosentase yang kecil pada diagram „tidak mengkonsumsi media
massa setiap hari‟ membuat angka pada „perkembangan info melalui
media‟ menunjukkan angka sempurna yaitu 100 responden. Responden
menjawab bahwa mereka mencari perkembangan info mengenai Virus
Corona melalui media massa dengan jenis media spesifik, yaitu media
sosial. Responden yang menjawab Media sosial sejumlah 81.11% yaitu
81 responden berbeda dengan portal berita sejumlah 8.89% atau kisaran
8 responden.
Konsumsi masif setiap hari menjadikan media menjadi rujukan
informasi seputar Virus Corona, dan himbauan yang banyak
dikampanyekan dari media sosial untuk melakukan social distansing 40 dan
memakai hand sanitizer berhasil mempengaruhi masyarakat Pamekasan
dengan kisaran responden 81-84 responden. Berita tentang Virus Corona
juga mampu membuat responden mengakses media sosial lebih sering
dari pada sebelumnya. Dari diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa
akses media terutama media sosial oleh masyarakat Pamekasan sangat
tinggi dan bersifat masif/daily dan berita/informasi yang didapatkan dari
media sosial tersebut menjadi dasar/rujukan bagi masyarakat Pamekasan
untuk melakukan langkah langkah pencegahan penyebaran Virus Corona.
Dapat dilihat disini bahwa media massa khususnya media sosial
berbasis android mendominasi sebagai rujukan informasi mengenai
Corona. Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh kesulitan informasi dari
person to person karena keterbatasan pengetahuan tentang Corona.
Pengumuman resmi dari jajaran pemerintah yang simpang siur
menanggapi kasus Cororna sebelum masuk ke Indonesia juga menjadi
salah satu permasalahan sendiri karena menyebabkan tidak adanya
koordinasi pusat ke daerah untuk menyiapkan hal hal yang diperlukan
dalam pencegahan penyebaran Corona.
Dalam pemenuhan kebutuhan informasi, masyarakat
menggantungkan pada media, sejurus dengan teori komunikasi massa
Uses and Gratifications Theory, teori tersebut berdasarkan pada hal
dimana konsumen media secara aktif memilih dan menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhannya. Hasil survey menunjukkan kondisi yang
sama, artinya menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan. Fakta ini
bertolak belakang dengan dengan teori awal efek media yaitu teori two
step flow, dimana efek media terjadi sebagian besar dalam interaksi
dengan komunikasi antar perseorangan. Media tidak mempunyai efek
langsung, namun efek media terbantu oleh opinion leader yang
menyampaikan infomasi yang sama dengan media atau menguatkan
informasi dari media.
Adapun kecenderungan kemungkinan yang terjadi adalah kadang
dapat mendekati teori multi step flow, yang artinya efek media adalah
bagian dari kompleksitas interaksi . Pada satu level, opini media massa
40
Per 28 Maret istilah ini berubah menjadi physical distancing sesuai istilah dari
WHO

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 15

dapat dipertajam oleh opini dari opinion leader, namun pada saat yang
sama interaksinya dengan orang orang di sekitarnya atau informasi dari
berbagai sumber mampu menguatkan atau melemahkan opini media
massa tersebut. Interaksi yang kompleks tersebut dapat bersumber dari
interaksinya dengan teman, keluarga, sekolah, perusahaan yang
kemudian akan menjadi penyaring (filter) informasi dari media yang akan
mempengaruhi reaksi individu terhadap informasi media. Namun dapat
dikatakan bahwa media sejajar dengan opinion leader merupakan hal
yang tidak didukung oleh regulasi yang terjadi pada kasus Corona di
Indonesia. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang kadang berbeda
atau terjadi perubahan kebijakan yang cepat hanya bisa ditangani oleh
media karena kecepatan pengambilan informasinya dan kecepatan dalam
pemberitaannya melalui media sosial.
Teori dari perspektif pengetahuan sosial yaitu individual
differences theory juga tidak terbukti. Dalam teori ini memprediksi bahwa
orang dengan karakteristik yang berbeda akan dipengaruhi dengan cara
yang berbeda oleh media massa. Perbedaan termasuk umur, jenis
kelamin, wilayah geogafis audiens, dan tingkat pendidikan, serta level
kekerasan yang terjadi di keluarganya itulah yang akan membedakan
reaksi ketika mendapat tayangan atau infomasi dari media massa.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ketika sumber informasi
yang dapat dengan cepat merangkum seluruh pemberitaan mengenai hal
yang mendesak (baca;Virus corona) adalah media, maka konsumen
media akan mengkonsumsi media tersebut sebagai salah satu upaya
pencegahan terdampak Virus Corona. Paparan media dengan informasi
yang dibutuhkan khalayak tanpa mengenal umur, gender, pendidikan dan
pekerjaan menjadikan tidak ada pemilahan bahasa dan kekhususan objek
pembaca media. Hal ini berbeda jika terkait berita yang tidak mendesak
dan berpotensi membahayakan dalam waktu singkat, misalnya berita
anjloknya harga saham dan berita penculikan anak, tentu memberikan
reaksi yang berbeda ketika mendapat informasi dan media juga
mempunyai segmentasi objek pembaca beritanya.

D. Persepsi Yang Terbentuk Akibat Dari Konsumsi Media


Dalam diagram 3, bangunan persepsi mulai muncul dalam bentuk
behavioral walaupun nanti akan dipertajam pada diagram selanjutnya.
Berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa efek media semakin
mengkerucut ekpada efek yang kuat karena sejalan dengan Agenda
Setting Theory. Teori ini menganggap bahwa isi media mengubah
persepsi orang untuk memikirkan apa yang penting untuknya. Agenda
setting mempunyai kemampuan media massa untuk mentransfer dua
elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan
mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang
dianggap penting oleh media massa. Dalam teori agenda setting, audiens
bersifat pasif sehingga tidak bisa mengontrol efek yang menimpanya.
Sehingga yang didapatkan dari hasil membaca media massa sudah mulai
terpengaruh dan mengaplikasikan informasi yang di dapat dari media
massa, setelah masyarakat mengkonsumsi media massa secara aktif dan

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 16

masif/daily. Data ditunjukkan dengan angka 84.25 % perilaku social


distancing yang diimplementasikan masyarakat berdasar apa yang
mereka baca. Padahal perilaku tersebut bukan perilaku sehari hari yang
masyarakat lakukan. Angka kisaran 81.58 % juga ditunjukkan pada
perilaku pemakaian hand sanitizer berdasar informasi yang masyarakat
dapat dari media. Hal ini semakin menunjukkan kekuatan efek media
massa terhadap masyarakat tanpa keterlibatan opinion leader. Bangunan
persepsi juga sudah terbentuk karena media adalah stimulus dari dunia
luar yang ditangkap oleh organ-organ indera yang kemudian masuk ke
dalam otak. Dimana masyarakat melakukan proses pencarian informasi
untuk dipahami yang menggunakan alat pengindraan.

Diagram 4. Persepsi Responden

Adapun persepsi yang terbentuk dari konsumsi media terkait Virus


Corona ini, masyarakat takut terinfeksi mencapai jumlah 51.81% dengan
jumlah angka real 51 pasien. Angka ini tergolong masih rendah
dimungkinkan karena faktor pengisian kuesioner saat Pamekasan belum
terbukti ada pasien yang positif Corona41. Kemungkinan lain yang dapat
perkirakan adalah karena Pamekasan cukup jauh dari lokasi zona
merah42. Relevan dengan apa yang dihimbau oleh media, responden
menjawab bahwa mereka akan periksa ketika batuk dan pilek sebanyak
63.41 % dengan angka real 63 orang dan bepergian dengan masker
sejumah 53/6 persen, berarti lebih dari separuh responden melaksanakan
41
Berita terbaru dari pihak RSUD Pamekasan tanggal 30 Maret 2020 dinyatakan
1 orang meninggal dengan status positif Corona
42
Wilayah yang dinyatakan zona merah per 30 Maret 2020 adalah Kota
Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Magetan dan
Sidoarjo, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Gresik, Kabupaten Situbondo, Lumajang,
Jember, Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Kabupaten Pamekasan, Banyuwangi, Jombang
dan Tulungagung.

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 17

hal tersebut. Adapun pemakaian hand sanitizer jumlah responden yang


memakai hand sanitizer berjumlah 63.41%. Hal tersebut relevan dengan
hasil dari kuisioner efek media dimana responden memakai hand sanitizer
karena informasi dari media dengan tingkat keberpengaruhan sampai
81.58%.
Efek kuat media mampu mempengaruhi dimensi efek komunikasi
massa yaitu dari sisi kognitif meliputi peningkatan kesadaran dan
tambahan pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan tingkat kesadaran
bahwa Virus Corona bukan seperti penyakit flu biasa dan berbagai
pengetahuan terkait tindakan pencegahan penyebaran virus yang
didapatkan responden dari media massa terutama media sosial. Dari
media, khalayak terbantu untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat
terkait perkembangan berita mengenai Virus Corona. Relevan dengan
teori Mc. Luhan bahwa media massa adalah perpanjangan alat indera
manusia (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Media
massa memberi gambaran umum tentang Virus Corona, kejadian-kejadian
baik korban maupun cara penyebarannya dan hal terbaik yang bisa
dilakukan oleh khalayak/masyarakat dalam menghindarinya.
Dari segi efek afektif ; efek yang berhubungan dengan emosi,
perasaan dan attitude (sikap). Efek afektif adalah efek lanjutan setelah
efek kognitif didapatkan oleh khalayak. Informasi yang diterima dari sisi
kognitif dapat dirasakan oleh khalayak, seperti perasaan gelisah, takut dll.
Perasaan yang tumbuh adalah berdasar pengetahuan yang diterima.
Perasaan gelisah dan khawatir serta takut terbentuk pada masyarakat
Pamekasan setelah mengkonsumsi media massa terkait Virus Corona.
Adapun efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri
khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Perilaku khalayak
dalam hal ini responden dengan mengenakan masker ketika bepergian,
memakai hand sanitizer kemudian menjaga jarak dengan orang lain
adalah bentuk efek behavioral yang berawal dari pengetahuan dan
perasaan yang sudah terbentuk tentang Virus Corona. Perilaku ini
merupakan bentuk perlindungan diri dari terkena Virus Corona sebagai
akibat dari pengetahuan yang mereka terima dari media massa baik
berupa berita maupun himbauan-himbauan di berbagai platform media.
Persepsi yang terbentuk baik secara kognitif, afektif dan behavioral
tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat Pamekasan meninggalkan
persepsi yang lama (pengetahuan, kesadaran dan perilaku lama menjadi
pengetahuan kesadaran dan perilaku yang baru). Jika kondisi
penanganan Virus Corona ini berlangsung lama maka dapat membuat
kebiasaan baru di tengah masyarakat terkait perilaku hidup sehat dari sisi
sehat jasmani, sosial bahkan spiritual. Dimana sehat jasmani didapat dari
kebiasaan mencuci tangan, memakai hand sanitizer, memakai masker
dan menajga kebersihan badan. Adapun sehat sosial didapat dari social
distancing dengan orang lain sehingga mampu mencegah penularan
penyakit dan kehati hatian dalam bergaul. Adapun sehat spiritual adalah
respon reflek dalam merespon musibah yang menimpanya dengan
mendekatkan diri pada Tuhan.

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 18

Adanya perubahan persepsi dari masyarakat yang mengkonsumsi


media secara masif dapat terbaca bahwa efek media sangat kuat. Tepat
dengan teori Powerful effects model yaitu teori yang memprediksi bahwa
media secara cepat dan berpotensi kuat mempengaruhi audiens. Adapun
penelitian powerful effects adalah teori peluru (bullet theory) oleh Wilbur
Schramm . Teori ini menyiratkan bahwa efek media mengalir secara
langsung dari media ke individu seperti peluru. Media memiliki dampak
atau efek umum yang mempengaruhi penguatan sikap suatu komunitas
masyarakat . Berdasarkan teori peluru, orang yang mengkonsumsi media
akan langsung terpengaruh sehingga dia akan melakukan apa yang
disarankan dalam media di kehidupan nyata. Dampak lanjutan dapat
positif dan negatif. Dampak lanjutan positif adalah ketika masyarakat
mempunyai pembiasan yang baik untuk hidup sehat dan berhati hati
dalam pergaulan. Namun, dampak negatif dari efek media yng kuat
adalah jika masyarakat tidak mampu menyaring berita maka konten berita
yang dikonsumsi baik berita yang benar maupun yang hoax akan
mempengaruhi pemikiran dan mengganggu psikologi khalayak dan rawan
menimbulkan kepanikan dan kekhawatiran berlebih. Sedangkan
kekhawatiran dan panik berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh
secara signifikan. Selain kehidupan gelisah, fisik juga terganggu.
Akhirnya, efek media yang kuat menjadi dilema tersendiri yang
memerlukan solusi komprehensif.
Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa pada kasus
pemberitaan Virus Corona menjadi satu momen dimana peran media lebih
dominan dari peran opinion leader dan sumber-sumber informasi yang
lain. Sehingga, terjadi peralihan status pemetaan Pamekasan yang
awalnya masih wilayah pedesaan sudah menjadi wilayah perkotaan
dengan indikator bahwa media menjadi rujukan sumber informasi bagi
masyarakat Pamekasan.

E. Penutup
Berdasar hasil survey, efek pemberitaan media terhadap persepsi
masyarakat Pamekasan Madura, dapat disimpulkan bahwa efek media
dalam kasus ini bersifat strong effect/powerful effects sejalan dengan
Bullet Theory (teori peluru). Media memberitakan dan informasi di media
dikonsumsi langsung oleh khalayak umum tanpa segmentasi usia, gender,
pendidikan dan pekerjaan.
Terangkum dalam beberapa hal; yaitu bahwa efek media bersifat
strong effect (efek yang kuat) dapat dilihat indikatornya dari aspek kognitif
dimana pengetahuan masyarakat meningkat tentang Virus Corona.
Pengetahuan tentang perbedaannya dengan penyakit lain ataupun upaya
pencegahan yang harus dilakukan. Afektif dilihat dari tingkat kesadaran
masyarakat yang segera melakukan upaya upaya pribadi untuk menjaga
kesehatan diri dan keluarganya. Behavioral terbukti dari perilaku dan
kebiasaan baru yang terbentuk pada masyarakat untuk mengjindarkan diri
dari terkena virus Corona.
Poin kedua, bahwa pemetaan wilayah geografis dari skema Sistem
Komunikasi Indonesia dimana Pamekasan pada penelitian tahun 2016

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 19

masih tergolong wilayah pedesaan namun tahun 2020 menjadi wilayah


perkotaan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh semakin berkembang dan
meluasnya penggunaan media terutama media sosial dalam komunikasi
serta kecenderungan yang signifikan masyarakat Pamekasan menjadikan
media sebagai sumber rujukan informasi dalam kasus Virus Corona.
Kebutuhan mendesak dilakukannya pembenahan regulasi dalam ranah
Sistem Komunikasi Indonesia agar masyarakat mendapatkan akses
komunikasi dan transaksi serta informasi/berita yang valid, akurat serta
cepat dari berbagai platform media.
Gejala ini tentu saja merupakan fase normal dari perkembangan
era. Dimana efek media mengalami berbagai masa sosial yang berbeda
dan berubah seiring waktu yaitu diskusi efek kuat, efek lemah dan efek
kombinasi, namun kembali kepada teori awal yaitu efek yang kuat.
Penting untuk diperhatikan, bahwa efek kuat media menjadikan medi
punya kekuatan super untuk mementuk masyarakat dan menggiring opini
serta wacana yang terjadi di masyarakat. Termasuk dalam pembentukan
kepribadian masyarakat dalam sebuah bangsa, hal tersebut merupakan
konsekuensi logis ketika peran opinion leader kurang dominan di tengah
masyarakat, media menjadi pengendali utama dari sebuah pergerakan
masyarakat. Konsekuensi logis lanjutannya adalah bagaimana peran
pemilik media sebagai salah satu eksekutor dan pengendali berita atau
konten yang akan disampaikn kepada masyarakat.
Ketergantungan masyarakat terhadap media menuntut regulasi
yang lebih ketat dari pemerintah tentang kepemilikan media, konvergensi
media dan korporasi media. Dalam hal teknis terkait pengaturan posting
berita dari citizen journalism dan portal berita online, serta penguatan
sistem keamanan cybercrime untuk meminimalisir hoax dan pembuat
hoax43. Jika regulasi dan sistem pengamanan cyber tidak diperketat maka
era global village via digital dan era dimana media menjadi sumber
informasi justru mengakibatkan masalah sosial lainnya. Sebagai saran,
harapan hasil penelitian ini menjadi salah satu trigger untuk pembenahan
regulasi dalam Sistem Komunikasi Indonesia.

43
Citizen journalism adalah jurnalisme warga dimana warga mempunyai hak dan
kesempatan untuk memberikan berita atau informasi tentang kejadian di sekitar mereka
kepada lembaga penyiaran. Citizen journalism mulai dikenal dari kejadian Tsunami Aceh
tahun 2004 dimana liputan yang disiarkan melalui TV adalah hasil rekaman manual dari
warga Aceh terkena tsunami

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 20

DAFTAR PUSTAKA

Alex, Sobur. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pamekasan, 2020.

Mudjiyanto, Bambang. Exploratory Research in Communication Study.


Jakarta. Puslitbang APTIKA. 2018

Baran and Davis. 2010. Mass Communication Theory, provides a concise,


redable overview of uses and gratifications theory. See ch.10,
Using Media: Theories of the Active Audience‟. Hal 210-275

Brosius, Bernd Hans and Gabriel Weimann. 1996. “Who Sets The
Agenda? Agenda Setting as a Two Step Flow “Communication
Research 23”. No 5. Hal 561-580

De Fleur and Ball Rokeach. 2008. Theories of Mass Communication. The


University of California Hal 172-186

Gerbner, George, L.Gross, M Morgan and N Signoriell. 1994. Living with


Television: The Cultivation perspektive. In J Bryant and D Zilmaan,
eds. Media effect: Advances in Theory and Research. Hillsdale, NJ.
Erbaum. Hal 17-41

Ilmi, Rahmatul Laili. 2020. Pemanfaatan Aplikasi Google Search Untuk


Covid -19 di Indonesia. Universitas Jendral Ahmad Yani.
Yogyakarta.
Diakses dari http://sinta.ristekbrin.go.id/covid/
Jalaludin, Rakhmat. 2007. Persepsi Dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Rajawali Pers. 2015

Melvin, See L. DeFleur and Sandra Ball Rokeach. 1989. Theories of


Communication. 5th ed. Longman. New York. Hal 145-166

Ningsih, Kori puspita dan Dian Budi Santoso, 2020, Covid R ; Rekam
kesehatan Personal Berbasis Mobile bagi Penderita Covid 19.
Universitas Jendral Ahmad Yani. Yogyakarta.
Diakses dari http://sinta.ristekbrin.go.id/covid/

Rodman, George. 2012. Mass Media in a Changing World. 4th ed. Mc


Graw Hill Company. New York. Hal 39

Rohmaul listyana & yudi hartono. Jurnal Agastya vol 5 no 1 januari 2015

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020


Heny Triyaningsih 21

Sandman, Peter. M. David M Rubin and David B Sachman. 1982. Media :


An Introductury analysis of American Mass Communication. 3rd ed.
(Englewood Cliffs, NJ: Printice Hall. Hal 4-5

Shaw Donald and Maxwell Mc Combs. 1977. The Emergence of American


Political Issue: The Agenda Setting Function of The Press. St. Paul
MN: West, 1977. Hal 7

Sirodj, Ach. Chufron. 2016. Peran dan Posisi Kyai di Tengah Masyarakat
Pamekasan Madura. Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga.

Taher, Alwin. 2009. Persepsi Mahasiswa Terhadap kesadaran Gender.


Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sumber Internet

http://Detiknews.com 03 Maret 2020 diakses tanggal 26 Maret 2020

http://Detiknews.com 31 Maret 2020 diakses tanggal 31 Maret 2020

http://smallbusiness.chron.com/magic-bullet-theory-mass-media-3346.html

http://Kompas.com 31 Maret 2020 diakses tanggal 31 Maret 2020

http://Kompas.com diakses tanggal 31 Maret 2020

http://Liputan6.com 07 Maret 2020 diakses tanggal 26 Maret 2020

http://Liputan6.com 07 Maret 2020 diakses tanggal 26 Maret 2020

http://Mediamadura.com 14 Maret 2020 diakses tanggal 26 Maret 2020

http://Nasional.kompas.com 02 Maret 2020

http://Suara Surabaya FM 100 data per 21 Maret 2020

http://Wearesocial.com diakses tanggal 31 Maret 2020

http://Wikipedia.com diakses tanggal 24 Maret 2020

Meyarsa, Vol. 1 No. 1, Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai