Anda di halaman 1dari 56

Instalasi Sistem Operasi Jaringan

LAPORAN PRATIKUM JOBSHEET 1

diajukan sebagai pelengkap tugas mata kuliah Sistem Operasi Jaringan yang diampu oleh
Syukhri, ST., M.CIO

PUTRI AFIFAH RIZKI

NIM 19076020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


JURUSAN ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
1) Apa yang dimaksud dengan LVM ?
Logical Volume Management (LVM) adalah pilihan manajemen disk yang hampir
setiap distro Linux sertakan. Apakah kita perlu membuat media penyimpanan dalam jumlah
besar atau membuat partisi yang dinamis, LVM mungkin akan menjadi solusi untuk kita.
Logical Volume Manager memungkinkan untuk membuat layer antara sistem operasi dan disk
/partisi yang digunakannya. Dalam manajemen disk tradisional sistem operasi kita akan
mencari disk apa yang tersedia (/dev /sda, /dev /sdb, dll) dan kemudian melihat apa partisi yang
tersedia pada disk (/dev/sda1, /dev/sda2, dll ).

Dengan LVM, disk dan partisi dapat dibuat menjadi satu buah Logical Volume yang
terdiri dari beberapa disk dan atau partisi. OS tidak akan tahu & tidak akan terpengaruh sama
sekali karena LVM hanya memberitahukan volume group (disk) dan logical volume (partisi)
yang telah kita buat.
Karena volume group dan logical volumes tidak secara fisik terhubung ke hard drive,
akan mudah bagi kita untuk mengubah ukuran partisi/disk secara dinamis dan menciptakan
disk dan partisi baru. Selain itu, LVM dapat memberikan kita fitur yang sistem file tradisional
tidak mampu melakukan. Sebagai contoh, ext3 tidak memiliki dukungan untuk live snapshot,
tetapi jika menggunakan LVM kita memiliki kemampuan untuk mengambil snapshot dari
logical volume kita tanpa perlu unmount disk.

Jika kita menggunakan Linux di sebuah laptop dengan hanya satu buah disk dan tidak
berencana atau tidak bisa menambah kapasitas, maka tidak perlu memilih LVM. Tapi jika di
masa yang akan datang kita punya rencana untuk menambah kapasitas harddisk tapi malas
untuk menginstall ulang OS, atau ingin menggabungkan beberapa disk yang kita miliki menjadi
satu partisi. Sudah saatnya kita menggunakan LVM. Pada beberapa distro seperti fedora
memilih LVM sebagai default instalasi. Distro lain memberikan opsi menggunakan LVM
namun tidak menjadikan opsi default.

Penggunaannya Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, LVM memungkinkan kita untuk:
• Memanaj disk dalam jumlah besar (banyak) yang memungkinkan untuk menambah,
mengganti, menyalin dan berbagi isi dari satu disk ke disk lainnya tanpa perlu
mengganggu service yang sedang berjalan.
• Pada aplikasi di rumahan, daripada kita pusing memikirkan install ulang OS untuk
mengganti disk karena kapasitas disk yang kita miliki sudah tidak mencukupi
aktivitas sekarang dan kebutuhan OS di masa datang, LVM memberikan kemudahan
untuk mengubah ukuran partisi sesuai kebutuhan.
• Membuat backup dengan fasilitas “snapshot”
• Membuat satu logical volumes dari beberapa volume fisik / partisi fisik atau satu
disk penuh ( mirip dengan RAID 0, tetapi lebih mirip dengan JBOD, memungkinkan
merubah ukuran secara dinamis.
Fitur LVM dapat melakukan hal berikut:
• Merubah jumlah volume group secara online untuk menambah atau mengurangi
jumlah fisik.
• Merubah logical volumes secara online dengan menambah atau mengurangi
kapasitas.
• Menggabungkan keseluruhan atau sebagian dari logical volume lintas colume fisik
mirip dengan RAID 0.
• Membuat mirror keseluruhan atau sebagian dari logical columes mirip
dengan RAID 1.
• Memindahkan logical volume antar volume fisik.
• Memisahkan atau menggabungkan volume group (selama tidak ada logical volume
memberi jarak antar logical). Ini sangat berguna ketika memindahkan keseluruhan
logical volume ke dan dari penyimpanan lain (offline).
LVM juga bisa bekerja pada media penyimpanan yang berbagi (model cluster, dengan
memanfaatkan drbd yang menghubungkan antar node). Selain keseluruhan fitur dan kegunaan
LVM diatas, ada keterbatasan LVM, yaitu tidak bisa melakukan redudansi seperti halnya RAID
3 sampai 6.

2) Apa yang dimaksud dengan GRUB Boot Loader?


GRUB (GNU GRand Unified Bootloader) adalah boot loader yang dikembangkan oleh
proyek GNU. GRUB memungkinkan pengguna untuk memilih dari daftar sistem operasi yang
akan dimuat, sehingga memungkinkan untuk memiliki beberapa sistem operasi pada mesin
yang sama. GRUB adalah boot loader default yang digunakan di sebagian besar distribusi
Linux saat ini. GRUB dapat dikonfigurasi secara dinamis karena memungkinkan perubahan
pada konfigurasi pada saat booting. Pengguna disediakan antarmuka baris perintah sederhana
untuk memasukkan konfigurasi boot baru secara dinamis. GRUB memiliki banyak fitur yang
ramah pengguna seperti portabilitas tinggi, dukungan untuk banyak format yang dapat
dieksekusi, kebebasan dari terjemahan geometri dan dukungan untuk semua jenis sistem file
seperti kebanyakan sistem UNIX, VFAT, NTFS, dan mode LBA (Logical Block Address).
Kebanyakan distribusi Linux yang menggunakan GRUB, menyediakan menu boot yang
disesuaikan menggunakan dukungannya untuk banyak GUI (Graphical User Interfaces).
GRUB2 sedang menggantikan GRUB saat ini dan GRUB diubah namanya menjadi GRUB
Legacy.
3) Apa yang dimaksud dengan Mount point ?
Mount point yaitu partisi yang memiliki fungsi tersendiri untuk menjalankan suatu proses
tertentu sesuai dengan mount pointnya dan mount point tersebut mempunyai instruksi
tersendiri untuk operating system tersebut, mount membuat system, file directory dan device
yang dapat digunakan untuk pengguna.
Setiap operating system mempunyai mount point tersendiri dan memiliki fungsi
tersendiri mount point juga berfungsi untuk mengendalikan sebuah partisi dan file system.
Ini merupakan mount point root atau / tetapi mount point ini lebih popular disebut root mount
point ini berguna untuk mendeklarasikan system sebagai untuk partisinya.mount point ini yang
menggabungkan semua mount point pada linux.
• /boot
Mount ini berfungsi untuk menyimpan file boot untuk sistem operasi linux, file boot ini
berguna untuk melakukan instruksi sebelum boot dan setelah boot. Mount point ini sangat
penting, bayangkan jika sistem operasi kalian tidak ada mount /boot apa yang terjadi? sistem
operasi tidak akan bisa melakukan booting.
• /home
Home merupakan mount point yang berguna untuk menyimpan data user, contoh jika
kita mempunyai multi user A dan B, maka akan terbuat 2 mount point home yang dimana akan
menyimpan masing-masing data pada user A dan B.
• /tmp
Dalam bahasa indonesia temporary yang berarti sementara yaitu mount point ini
berfungsi untuk menyimpan file sementara yang tidak akan langsung disimpan secara
permanent.
• /usr
Mount point yang berfungsi untuk menyimpan data-data untuk aplikasi pada linux,
sama seperti program files pada windows.
• /var
Sama seperti mount point /tmp tetapi perbedaan dari /var ini adalah hanya menyimpan
log seperti log system, web server, mail dan sejenisnya yang membutuhkan log secara
sementara.
• /srv
Ini merupakan penyimpanan yang berfungsi untuk menyimpan service sebagai sub
directory seperti srv/ftp, srv/www dan service lainnya.
• /dev
Dari namanya bisa diartikan yaitu pengembangan yang berfungsi untuk menyimpan
data dari hardware yang disimpan melalui mount point ini.
• /bin
Pada mount point ini berfungsi untuk menyimpan software dalam bentuk biner sama seperti
namanya yaitu bin contoh penyimpanan file dalam biner yaitu bash.
• /sbin
Mount point ini sama seperti /bin tetapi mempunyai perbedaan yaitu jika mount point
ini dioperasikan untuk root.
• /media
Merupakan mount point sub directory yang berfungsi untuk menyimpan device yang
plug and play seperti flashdisk, sd card dan sejenisnya.
• /opt
Dalam mount point ini berfungsi untuk menyimpan data software yang diluar dari
software bawaan linux.
• /lib
Dari namanya kita sudah tau bahwa mount point ini berfungsi untuk menyimpan library
dari linux dan juga menyimpan modul driver.
Mount point sama halnya dengan partisi jika suatu data pada mount point atau partisi
rusak kita masih bisa memiliki cadangannya, jadi untuk hal-hal urgent atau berbahaya kita
sudah menyiapkan untuk masalah tersebut .
4) Apa itu swap area ?
Swap adalah sebuah ruang pada harddisk yang dijadikan ruang virtual memory yang
digunakan ketika komputer/laptop membutuhkan lebih banyak memory. Dalam artian partisi
dengan filesystem Swap ini bekerja sebagai cadangan , apabila RAM yang digunakan penuh.
Jadi intinya gini, Swap ini akan memberikan bantuan jika RAM yang kita pakai kehabisan
ruang kosong.
Swap akan sangat berguna untuk komputer yang memiliki RAM berkapasitas minim.
Fungsi ini mirip dengan fitur paging files pada OS Windows. Swap juga digunakan untuk
menyimpan data-data yang jarang digunakan di RAM.
Swap sendiri bisa berbentuk partisi maupun file.
• pertama menggunakan partisi ini swap nya berbeda partisi dari sistem. Kelebihannya,
kita cuma butuh satu partisi swap meski ingin menginstall banyak distro linux.
Misalnya kita buat dual boot Debian dan Ubuntu, kita cuma membutuhkan satu partisi
swap saja.
• Kedua adalah swap file. Swap file ini dibuat menyatu dengan file system.
Kelebihannya, ukuran swap ini lebih fleksibel alias bisa dirubah-rubah. Jadi yang
terbiasa merubah kapasitas swap cocok memakai swap file, tapi kekurangannya, swap
file ini hanya milik sistem yang berjalan pada saat itu. Jadi swap file di Ubuntu tentu
tidak akan terbaca saat kalian boot ke Debian.
A. Install 1 VM dengan minimal Debian 10 pada mode GUI. Gunakan semua
kapasitas virtual harddisk untuk sistem.

1. pertama kita buka software Oracle VM Virtualbox , setelah itu kita klik , berinama
sesuai keinginan kita , lalu pilih lokasi penyimpanan virtual mesin yang akan kita buat,
type system operasi yaitu Linux dan versinya Debian (64bit).

2. tentukan ukuran memori (RAM)-nya , Next.


3. pilih Create a virtual hard disk , klik Create.

4. Pilih tipe harddisk virtualnya, disini saya memilih untuk menggunakan VMDK (Virtual
Machine Disk) supaya mesin virtual yang kita gunakan bisa kita pakai di Software
virtual lainya. lalu Next.
5. Penyimpanan harddisk nya pilih Dynamically allocated , lalu Next.

6. Konfigurasi kapasitas harddisknya , lalu Create.


7. Lalu kita masukan Cd Image Debian yang akan diinstall.

8. Untuk menginstal Debian Gui . Pilih Graphical Install .


9. Pilih English Untuk Bahasa yang akan digunakan oleh mesin virtual, pilih Continue.

10. Menentukan lokasi untuk waktu , pilih other , lalu Continue.


11. Pilih Asia , lalu Continue.

12. Pilih Indonesia , Continue.


13. Pilih United States, Continue.

14. Konfigurasi keyboard pilih American English , Continue.


15. Tunggu proses selesai .

16. Masukan nama untuk namahost . Continue.


17. Masukan nama domain disini saya hanya memakai nama saya , Continue.

18. Masukan root Password, Continue.


19. Masukan nama untuk user , disini saya menggunkan nama saya.

20. Masukan user name untuk account , Continue .


21. Masukan password untuk user , password ini berguna untuk login pertama pada saat
selesai penginstallan , Continue . Tunggu Proses Selessai.

22. Pilih waktu sesuai wilayah , disini saya pilih Western (Sumatra,Jakarta,Jawa, West
and Central Kalimantan), Continue.
23. Tunggu Proses sampai selesai.

24. Disini kita memilih untuk membagi partisi harddisk , kita bisa memilih membagi nya
secara automatis maupun manual . disini saya memilih secara automatis. Guided-use
entrie disk. Continue.
25. Pilih Disk untuk partisi ., Continue.

26. Pilih All files in one partition (recommend for new users), Continue. Tunggu proses nya
.
27. Karena sebelumnya dikonfigurasi automatis maka semua system nya sudah dibagi .
ditampilan ini ada dua partisi yaitu partisi root dan partisi swap , pilih Finish
partitioning and write changes to disk, Continue.
28. Pilih Yes , Continue.

29. Tunggu proses Instalasi.

30. Pilih No , Continue.


31. Pilih Indonesia untuk mirror country, Continue.

32. Pilih deb.debian.org , Continue . disini dimana kita mendapatkan updatenya.


33. Untuk HTTP proxy kita blank saja , Countinue.

34. Tunggu proses selasai.


35. Pilih No , Continue . jika ingin partisi dalam survey kita bisa pilih Yes.
36. Pilih Standar system utilities dan Debian Desktop environment (ini akan membuat
tampilan Debian menajdi Gui), Continue .

37. Pilih Yes untuk install GRUB boot loader, Continue.


38. Perangkat untuk boot loader nya , Pilih /dev/sda (sesuai device) , Continue.

39. Pilih Continue untuk menginstal nya , dan tunggu Proses penginstallan.
40. Pengistalan selesai , klik account user yang dibuat sebelumnya dan masukan password
yang sudah dbuat juga sebelumnya .
41. dan ini tampilan awal dari debian 11.
42. untuk mencheck ip addres , klik Activities – type to search: Terminal – klik icon .
43. untuk menjalankan terminal , masukan nama user account / su dan password yang
sudah dibuat sebelumnya - Enter – masukan perintah ip addr atau ip a – Enter.
44. kita coba melakukan test ping . ip address nya 10.0.2.15 ini ip default dari system.

B. Install VM yang lain dengan minimal Debian 10 pada mode CLI. Lakukan
partisi harddisk dengan partisi manual sebagai berikut: partisi / sebesar
2GB, partisi /home sebesar 2GB, partisi /var sebesar 2GB dan swap sebesar
2GB.

klik beri nama sesuai keinginan kita , lalu pilih lokasi penyimpanan virtual mesin
yang akan kita buat, type system operasi yaitu Linux dan versinya Debian (64bit).
1. Tentukan ukuran memori (RAM)-nya , next.

2. pilih Create a virtual hard disk , klik Create.


3. Pilih tipe harddisk virtualnya, disini saya memilih untuk menggunakan VMDK (Virtual
Machine Disk) supaya mesin virtual yang kita gunakan bisa kita pakai di Software
virtual lainya. lalu Next.

4. Penyimpanan harddisk nya pilih Dynamically allocated , lalu Next.

5. Konfigurasi kapasitas harddisknya , lalu Create. Disini saya buat 8 GB sudah cukup
untuk install Debian CLI.
6. Masukan Cd Image Debian yang akan diinstall. Lalu Start.
7. Untuk menginstal Debian CLI . Pilih Install.

8. Pilih English , Enter.

9. Pilih Other , Enter.


10. Pilih Asia , Enter .

11. Pilih Indonesia, Enter.


12. Pilih American English , Enter. Tunggu proses nya .
13. Masukan Hostname nya , Continue .

14. Masukan Domainnya , Continue .


15. Masukan password , Continue.

16. Masukan Kembali password sebelumnya untuk memastikan apakah sama dengan root
password , Continue.

17. Masukan nama user , Continue .


18. Masukan password untuk user . Continue.
19. Pilih waktu sesuai wilayah , disini saya pilih Western (Sumatra,Jakarta,Jawa, West
and Central Kalimantan), Continue.
20. Disini kita memilih untuk membagi partisi harddisk , kita bisa memilih membagi nya
secara automatis maupun manual . disini saya memilih secara Manual karena sesuai
dengan perintah soal Point B. Continue.

21. Pilih disk yang tesedia , Enter.


22. Pilih Yes, Enter.

23. Pilih prilog 8.6GB , Enter . disini kita akan membagi 4 partisi yaitu /(root) , /home ,
/var dan swap.
24. Plih Create a new partition , Enter .

25. Lalu masukan ukuran partition yang dibutuhkan , disini diisi setiap partisi diberikan
2GB sesuai soal point B.
26. Pilih tipe partisi nya disni saya menggunakan Primary , Enter.

27. Pilih beginning untuk lokasi partisi baru , Enter.


28. Pilih Mount point yaitu partisi yang akan digunakan. Yang diguankan yaitu /(root) ,
/home , /var .
29. Sedangkan untuk partisi swap , Pilih Use as - pilih Swap area – Enter , lalu Done.
30. Ini hasil partisi yang sudah kita bagi , lalu Finish partition and write changes to disk ,
Enter.

31. Pilih Yes , Enter .


32. Pilih No, Enter.

33. Pilih Indonesia , Enter.


34. Pilih deb.debian.org , Continue . disini dimana kita mendapatkan updatenya.

35. Untuk HTTP proxy kita blank saja , Countinue..


36. Pilih No karena tidak ingin ikut survey , Enter.

37. Pilih Standar system utilities ini standar untuk CLI, Continue .
38. Tunggu proses instalasinya .

39. Pilih Yes untuk install GRUB boot loader, Continue.


40. Perangkat untuk boot loader nya , Pilih /dev/sda (sesuai device) , Continue. Tunggu
proses selesai.

41. Instalasi berhasil pilih Continue , Enter.


42. Masukan user dan password yang dibuat sebelumnya , Enter. Sama denagan GUI untuk
melihat Ip address nya masukan perintah ip addr atau ip a dan lakukan test ping.

C. Pastikan kedua virtual machine terkoneksi. Tes koneksi antar VM


menggunakan perintah ping.
1. Untuk menghubungkan dua mesin virtual ini saya gunakan Briged Adapter.

2. Check lagi ip address karena sebelumnya kita mengganti network . ip address Debian
Cli = 192.168.1.10
3. Check lagi ip address karena sebelumnya kita mengganti network . ip address Debian
GUI = 192.168.1.9.
4. Test Ping Debian CLI ke GUI.

5. Test Ping Debian GUI ke CLI.

Anda mungkin juga menyukai