Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

BERPIKIR KRITIS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


“STUDI KASUS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7:
1. TALITHA VINDY A. 4. VIVI MONALISYA
2. TIZA INDAH ASNITA 5. VONNY SAFA C.
3. VELLY APRILIA D. 6. YURISKA VERINA

DOSEN PEMBIMBING:
DR. SUSILO DAMARINI,SKM,MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Studi Kasus Dalam Pelayanan Kebidanan”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan juga kepada sumber-sumber yang
digunakan untuk menunjang penyelesaian makalah ini. Tidak lupa juga ucapan
terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam
penyelesaian makalah ini.
Demikianlah makalah yang telah kami selesaikan. Tiada gading yang tak
retak, begitu pula makalah ini yang tak luput dari kekurangan. Kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk menunjang keberhasilan dari makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bengkulu, 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Tahapan Manajemen SOAP dan Aplikasinya
dalam Critical Thinking........................................................................ 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 36
B. Saran..................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 37

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu


keadaan yang fisiologis, namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan
suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat
menyebabkan kematian. (Maharani, Resky, dkk. 2013) Faktanya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di indonesia masih
sangat tinggi, AKI justru meningkat dan kini menjadi 359 kematian per
100 ribu kelahiran hidup.
Sementara itu, kepala badan penelitian dan pengembangan
kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mengatakan,
penyebab tertinggi kematian ibu melahirkan adalah kelompok hipertensi
dalam kehamilan 32,4 persen dan perdarahan post partum 20,3 persen.
Sedangkan kematian bayi baru lahir (neonatal) masih menjadi
permasalahan kesehatan. AKB di Indonesia adalah 32/1000 kelahiran
hidup dan kematian neonatal 19/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012) .
Sedangkan menurut Kompas (2016), jumlah Angka Kematian Ibu (AKI)
tampaknya masih sulit dilakukan.
Penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90% pada saat
persalinan dan segera setelah persalinan. Hal ini berdasarkan kenyataan
bahwa lebih dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetri, yang
sering tidak dapat diramalkan pada saat kehamilan. Kebanyakan
komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan (Safuddin, 2009)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi AKI
dan AKB serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat
menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan
adalah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif (continuity of
care). Hal ini sesuai dengan rencana strategis menteri kesehatan dari salah

1
satu prioritas pembangunan kesehatan adalah peningkatan kesehatan ibu,
bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB). (Kemenkes, 2010)
Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan
konseling asuhan kebidanan yang mencakup pemeriksaan
berkesinambungan diantaranya asuhan kebidanan kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir, dan masa nifas. (Varney, 2006) Kehamilan merupakan
proses reproduksi yang memerlukan perawatan khusus karena menyangkut
kehidupan ibu dan janin, agar dapat melewati masa kehamilan, persalinan,
dan menghasilkan bayi yang sehat.
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal
dari faktor risiko kehamilan dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini
terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan yang dapat
menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. (Maharani,
Resky. 2013) Dalam hal tersebut pemerintah mengupayakan kebijakan
dalam menurunkan angka kematian ibu, dibuatlah kebijakan minimal 4
kali kunjungan pada ibu hamil. (Welyani, Siwi Elisabeth. 2015) Setelah
masa kehamilan dibutuhkan asuhan berlanjut pada ibu bersalin. Pada saat
persalinan, terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit pinggang,
sakit perut, merasa kurang enak, capek, lesu, tidak nyaman, tidak bisa tidur
nyenyak dan perubahan psikis yang terjadi yaitu merasa ketakutan
sehubungan dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya terhadap
dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan
anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu,
misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu, ketakutan karena
anggapan sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang
membahayakan. Maka perlu perhatian khusus dari bidan yang dalam
menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan serta mencegah
komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari tim
pelayanan kesehatan yang keberadaannya paling dekat dengan ibu yang

2
mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah melalui asuhan
kebidanan ibu bersalin.
Dalam melaksanan asuhan kebidanan ibu bersalin yaitu
memberikan pelayanan yang berkesinambungan, berfokus pada aspek
pencegahan terjadinya komplikasi terhadap ibu bersalin, pertolongan
persalinan normal
serta melakukan deteksi dini pada kasus-kasus rujukan apabila dibutuhkan
rujukan ibu bersalin. (Bidan, Blog. 2012) Salah satu prinsip dasar asuhan
sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. (Katharina, Kusrini. 2011). Setelah seorang
ibu melewati proses persalinan, selanjutnya ibu akan memasuki masa
nifas.
Ibu nifas memerlukan pelayanan kebidanan secara benar sesuai
dengan standar asuhan kebidanan agar tidak terjadi suatu kejadian
kematian ibu pada masa nifas dan timbulnya suatu masalah-masalah yang
mungkin terjadi pada masa nifas. (Purwanti, Dwi. 2011). Pada masa nifas
ini seorang ibu juga membutuhkan pengetahuan atau informasi mengenai
perawatan masa nifas karena masih banyak ibu post partum yang masih
kurang mengetahui dan masih bingung tentang perawatan masa nifas yang
baik apalagi ibu nifas yang baru pertama kali melahirkan terkadang ibu
yang baru pertama kali melahirkan akan sangat bergantung kepada tenaga
kesehatan ataupun keluarga untuk melakukan sebuah perawatan pada
dirinya seperti perawatan payudara, defekasi, melakukan perawatan pada
luka perineum, ibu post partum yang masih takut untuk buang air kecil
karena adanya luka jahitan pada perineum, dan lain-lain. (Chapter. 2015)
Keadaan tersebut memicu kita sebagai seorang bidan untuk dapat
melaksanakan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu nifas dengan
memantau keadaaannya, memberikan informasi dan pengetahuan tentang
pentingnya
perawatan pada masa nifas dalam membantu menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu nifas dengan prinsip memberikan asuhan

3
secara komprehensif sesuai dengan standar kebidanan. Asuhan secara
komprehensif itu sendiri tak hanya berfokus pada ibu hamil, bersalin dan
ibu nifas namun disamping itu juga harus difokuskan kepada asuhan bayi
baru lahir yang juga membutuhkan pemantauan yang ditinjau dari
pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal ini dapat dikatakan
periode yang paling kritis. Penelitian telah menunjukan bahwa lebih dari
50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup, bahkan kematian. (Mandriani, Maida. 2014)
Sebenarnya tragedi kematian ibu dan bayi dapat dicegah melalui kegiatan
yang efektif, seperti pemeriksaan kehamilan yang rutin dan berkualitas,
kehadiran tenaga kesehatan yang terampil pada saat persalinan serta
pemberian gizi yang memadai pada ibu hamil, menyusui, bayi dan balita.
(Mandriani, Maida. 2014) Maka dari itu pemeriksaan dan pengawasan
secara komperehensif sejak masa kehamilan, hingga persalinan, bayi baru
lahir dan masa nifas yaitu suatu hal yang mutlak diperlukan. (Eprints.
2015) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka
penulis membuat rumusan masalah dalam Laporan Tugas Akhir ini yaitu
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehen

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian studi kasus dalam pelayanan kebidanan?
2. Apakah manajemen kebidanan sebagai aplikasi dari berpikir kritis ?
3. Bagaimana aplikasi dari Berpikir Kritis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian studi kasus dalam kebidanan.
2. Untuk Manajemen kebidanan sebagai aplikasi dari berpikir kritis.
3. Untuk Mengetahui Aplikasi manajemen kebidanan dalam studi kasus
kebidanan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Masalah-Masalah Etik Moral Yang Mungkin Terjadi Dalam Praktik


Kebidanan

Asuhan kebidanan pada era teknologi dan informasi dewasa ini, dimana praktik
klinis bersifat jelas, benar atau salah sudah lama berlalu. Praktik pada area abu-
abu semakin lebar jaraknya. Hal ini menyebabkan bidan tanpa sengaja dapat
mengambil keputusan tanpa disertai bukti yang kuat. Dilain pihak, masyarakat
pengguna layanan kebidanan semakin cerdas dan kritis dalam menyikapi produk
layanan yang diberikan oleh bidan maupun tenaga kesehatan lainnya.1

Tenaga kesehatan khususnya bidan dituntut untuk dapat memberikan asuhan


kebidanan yang professional. Ironisnya, di satu sisi bidan khususnya yang
bertugas di area terpencil maupun di setting layanan kesehatan lainnya baik di
desa maupun di perkotaan tidak jarang dibebani oleh banyak tanggung jawab di
luar tugas pokok dan fungsi (tupoksi) bidan.

Bidan yang professional akan memahami perannya dan dapat melaksanakan


tupoksinya dengan penuh tanggung jawab serta sesuai dengan etika
profesinya.2 Area yang paling rawan menimbulkan konflik adalah aspek hukum.
Hukum dan etika sering terlihat saling melengkapi, namun terkadang juga saling
bertentangan. Etika bersifat kompleks, tetapi harus dapat digunakan untuk
menunjang asuhan yang diberikan dalam pengambilan keputusan untuk
meningkatkan kualitas praktik kebidanan yang diberikan oleh bidan.1

Terdapat beberapa macam kerangka etika yang digunakan dalam praktik sehari-
hari. Menurut Edwards (1996), ada empat tingkatan pemikiran moral yang dapat
digunakan untuk membantu merumuskan argument dan diskusi dalam
memecahkan dilemma moral. Keempat langkah tersebut antara lain (1) Penilaian,
(2) Peraturan, (3) Prinsip, dan (4) Teori Etika.3

5
Berdasarkan sistem empat tahapan dari Edwards, bidan yang memberikan asuhan
pada Meita harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Meita merupakan
sosok yang asertif dan tahu apa yang diinginkannya harus terjadi padanya. Akan
mudah bagi bidan untuk membuat penilaian segera tentang Meita dan alasannya
menginkan penanganan persalinannya dengan teknologi rendah/intervensi yang
minim.

Pada saat berdiskusi, bidan harus menjelaskan aturan yang legal dan moral yang
mengatur praktiknya. Peraturan moral yang paling utama adalah jujur, sehingga
bidan harus menjelaskan kondisi kliennya saat ini dan komplikasi yang dapat
terjadi padanya. Kejujuran ini penting agar dapat membangun rasa saling percaya
dan hubungan yang baik antara mereka. Hal lain yang harus diperhatikan bidan
adalah prinsip otonomi. Otonomi bersifat umum, tetapi berlaku juga dalam asuhan
kebidanan, dimana bidan harus dapat menghargai pilihan kliennya.1

Pilihan Meita harus dapat dipastikan sebagai pilihan yang rasional yang tidak akan
menimbulkan implikasi yang merugikan baik bagi dirinya maupun janin yang
dikandungnya. Jika memang pilihan tersebut adalah yang terbaik, secara
substansi, etika dan pertimbangan lainnya terhadap keselamatan pasien/klien,
maka bidan harus mendukung otonomi tersebut untuk mendapat rasa percaya dari
Meita. Jika hubungan ini dapat dipertahankan selama asuhan diberikan, baik pada
tahap penilaian, peraturan, prinsip dan etika, maka bidan sudah dapat
mengaplikasikan teori etika dengan baik.

1. Penilaian

Penilaian seringkali dibuat oleh praktisi kesehatan dalam hal ini bidan adalah
penilaian cepat yang didasari oleh berbagai informasi yang berhasil dikumpulkan
saat itu, dasar tersebut dapat saja bukan merupakan dasar yang nyata, tetapi
berupa keyakinan individu yang membuatnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sering membuat penilaian tanpa dasar (informasi) yang tepat, kecuali berdasarkan
apa yang kita lihat misalnya dalam kendaraan umum, melayani di Puskesmas, dan

6
lain sebagainya. Penilian semacam ini dapat menimbulkan bias personal dan
prasangka.

Dalam kasusu Meita tersebut bidan dapat menilai secara cepat berdasarkan
riwayat obstetri yang dialami Meita, sebelum informasi lain diperoleh melalui
serangkaian pemeriksaan.

2. Peraturan

Peraturan adalah tataan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur
kehidupan sehari-hari.4 Ketika melihat pada etika, peraturan adalah apa yang
membimbing praktik kita dan mengendalikan tindakan kita. Peraturan dapat
dibuat dalam berbagai bentuk dan berasal dari berbagai sumber. Beauchamps dan
Childress (2001) menyebutkan jenis peraturan yang berbeda antara lain peraturn
substantive, peraturan otoritas dan peraturan prosedural. Peraturan substantive
meliputi: privasi, berkata jujur atau kerahasiaan. Peraturan Otoritas adalah
peraturan yang ditentukan oleh pihak yang berkuasa saat peraturan dibuat untuk
memberdayakan Negara atau masyarakat. Peraturan proseduran adalah peraturan
yang mendefinisikan dan mengatur serangkaian kegiatan atau jalur yang harus
ditempuh.5 Pada kasus diatas, bidan mempertimbangkan peraturan substantive
yaitu bersikap jujur, menjelaskan dampak dari intervensi yang dikehendaki serta
hal lain yang diperlukan berdasarkan teori dan aturan lain yang mengatur
pemberian asuhan kebidanan kepada kliennyanya yaitu Meita.

3. Prinsip

Prinsip dibuat berdasarkan empat aspek utama yang melandasi moralitas umum
yaitu: (1) menghormati otonomi / respect of authonomy, (2) tidak
membahayakan /non-maleficence, (3) kebaikan / beneficence (4)
keadilan / justice.

4. Teori Etika

7
Teori yang telah dibahas sebelumnya yaitu teori utilitarian, deontologi, hedonisme
dan eudemonisme. Yang paling banyak di bahas adalah teori utilitarian dan
deontology, karena lebih sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan
etika.

Secara singkat teori utilitarian adalah mempertimbangkan antara besarnya


manfaat dan bahaya yang ditimbukan dari suatu intervensi yang diberikan kepada
klien/pasien.1 Pada kasus Meita diatas, yang harus dipertimbangkan adalah jika
tetap memberikan asuhan persalinan normal pada Meita dengan riwayat seksio
sesarea sebelumnya (Vaginal Birth After Caesarean/VBAC), perlu mengetahui
komplikasi yang akan ditimbulkan seperti ruptur uteri. Hasil penelitian
melaporkan bahwa ibu dengan VBAC dapat mencoba Trial of Labor After
Caesarean / TOLAC dengan keberhasilan kurang lebih 75%. Sisanya VBAC yang
bisa mengalami ruptur uteri dilaporkan bervariasi mulai dari 0,5-1,5% dan 5%.
Syarat yang perlu dipenuhi perlu diketahui dan disampaikan misalnya tebal
serviks uteri (Segmen Bawah Rahim/SBR) > 4 mm resiko ruptur uteri 0%, tebal
SBR 2,6-3,5 berisiko ruptur uteri 0,6%, jika <2,6 mm berisiko ruptur uteri 9,8%
diukur dengan USG pada akhir kehamilan, tidak boleh ketuban pecah dini /KPD,
fetal distres, persalinan berlangsung pada area kurve normal partograf,
kontraindikasi induksi persalinan, jarak ke kamar operasi harus dapat ditempuh
dalam waktu 10-15 menit, Bukan bayi besar, IMT normal, usia 20-35 tahun,
Bishop Score harus > 6, dan lain sebagainya. Hal ini perlu disampaikan juga
kepada pasien.8-10

Teori deontology dibuat berdasarkan tulisan Immanuel Kant. Kant menekankan


bahwa untuk melakukan tugas seseorang, hal yang paling penting adalah tidak
mempedulikan segala konsekuensi yang terjadi. Disinilah letak perbedaan antara
dentology dan utilitarian. Dalam utilitarian, kita mempertimbangkan dampak dan
manfaat dari suatu tindakan, sementara pada teori deontologi, seseorang harus
melakukan tugasnya apapun yang terjadi. Dalam praktik kebidanan, tentunya teori
ini tidak dapat dilakukan secara utuh, karena harus mempertimbangkan berbagai
hal. Lebih banyak yang digunakan adalah teori utilitarian.

8
Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Etika

Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata
lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang
diharapkan dengan baik agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal.
Masalah etik merupakan kesenjangan yang terjadi antara seorang tenaga
kesehatan dengan orang lain baik dari segi etika maupun moral sehingga
membutuhkan penyelesaian dan harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang
diharapkan.11 Langkah-langkah penyelesaian masalah :

1. Melakukan penyelidikan yang memadai


2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3. Memperluas pandangan tentang situasi
4. Kepekaan terhadap pekerjaan
5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

Masalah etik moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan :

1. Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena :


1. Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
2. Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
2. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan :
1. Pengetahuan klinik yang baik
2. Pengetahuan yang up to date
3. Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan

Informed Choice

Setelah memahami keempat tahapan menyelesaikan masalah etika tersebut diatas,


dan juga langkah-langkah yang perlu diambil dalam penyelesaikan masalah etika,
maka hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah pemberian informasi
untuk menentkan pilihan oleh pasien /inform choice dan persetujuan / inform
consent yang akan dijelaskan kemudian.

9
Inform choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan informasi yang
lengkap baik yang menguntungkan maupun merugikan tentang alternative asuhan
yang akan dialaminya. Bidan sebagai tenaga professional harus menghormati
otonomi klien dalam menentukan pilihan sesuai dengan kode etik bidan
Internasional 1993.2

Persetujuan dalam etika berarti klien sudah mendengarkan, memahami dan


menyetujui prosedur tersebut. Namun pada praktiknya, karena berbagai alasan,
seringkali hal ini tidak dapat dilakukansecara optimal. Ada beberapa kondisi yang
memungkinkan hal tersebut terjadi antara lain:1

1. Kurangnya waktu
2. Klien akan lupa
3. Kebanyakan klien tidak mau tahu
4. Dapat berbahaya jika klien menolak pengobatan berdasarkan informasi
yang diberikan

Dengan mempertimbangkan semuanya ini, mendapatkan persetujuan tindakan


merupakan hal yang tidak praktis. Selalu ada situasi ketika klien
bertanya “menurut bu bidan mana yang terbaik?” Ketika dihadapkan pada situasi
seperti ini, maka bidan harus dapat memberikan pilihan-pilihan yang rasional,
base on evidence dan dapat dipertanggungjawabkan. Terkadang sulit bagi bidan
membatu klien menentukan pilihan jika yang dipilihnya bukan merupakan
keputusan yang terbaik bagi diri dan janinnya. Pada area abu-abu seperti ini, bidan
tetap harus berpatokan pada nyawa klien, teori dan peraturan yang ada.

Informed Consent

Informed consent merupakan suatu proses. Secara hukum informed


consent berlaku sejak tahun 1981 PP No.8 tahun 1981. Informed consent bukan
hanya suatu formulir atau selembar kertas tetapi bukti jaminan telah terjadi.
Merupakan dialog antara bidan dan pasien di dasari keterbukaan akal pikiran
dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir.

10
Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan setelah mendapat
informasi secukupnya sehingga setelah mendapat informasi sehingga yang diberi
informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan
dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan. Inform consent berperan
dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi masalah etik, tuntutan. Pada
intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien. 11 Inform
consent penting bagi bidan, karena merupakan aspek hukum yang memberikan
otoritas bagi semua prosedur yang harus dilakuan oleh bidan dalam memberikan
asuhannya.2

Tindakan untuk Menghindari Konflik

Upaya yang dapat dilakukan bidan untuk menghindari konflik antara lain:2

1. Memberikan informasi yang lengkap pada ibu, jujur, tidak bias, dapat
dipahami oleh klien, menggunakan alternatif media dan paling baik
dilakukan secara tatap muka.
2. Bidan harus dapat membantu klien menggunakan hak otonomi nya dalam
memutuskan apa yang diinginkan dalam asuhan kebidanan yang akan
diterimanya. Tenaga kesehatan harus dapat menjamin bahwa sebelum
keputusan diambil, semua informasi yang diperlukan telah disampaikan
secra jelas dan lengkap.
3. Pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan,
mengembangkan sumber daya, memonitor perkembangan standara dan
prosedur yang ada agar sesuai dengan perkembangan ilmu penelitian dan
teknologi serta dinamika sosial serta etika yang ada.
4. Menjaga fokus asuhan berdasarkan bukti ilmiah / base on
evidence, dengan menekan konflik serendah mungkin.
5. Tidak perlu takut kepada konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu
kesempatan untuk saling berbagi, dan melakukan penilaian ulang yang
objektif, bermitra dengan ibu dan keluarga.

11
Segi hukum informed consent

Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak


yaitu pasien menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir
persetujuan ditandatangani kedua belah pihak, maka persetujuan tersebut
mengikat dan tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Inform consent tidak
meniadakan atau mencegah diadakannya tuntutan dimuka pengadilan atau
membebaskan RS atau Bidan Praktik Mandiri /BPM terhadap tanggungjawabnya
bila ada kelalaian. Hanya dapat digunakan sebagai bukti tertulis adan adanya izin
atau persetujuan dari pasien terhadap diadakannya tindakan. Formulir yang
ditandatangani pasien atau wali pada umumnya berbunyi segala akibat dari
tindakan akan menjadi tanggung jawab pasien sendiri dan tidak menjadi tanggung
jawab bidan atau rumah bersalin. Rumusan tersebut secara hukum tidak
mempunyai kekuatan hukum, mengingat seseorang tidak dapat membebaskan diri
dari tanggung jawabnya atas kesalahan yang belum dibuat.11

Pencegahan konflik etik dapat diatasi dengan cara:2

1. Inform consent
2. Negosiasi
3. Persuasi
4. Komite etik

 Dimensi informed consent

1. Dimensi hukum, merupakan perlindungan terhadap bidan yang berperilaku


memaksakan kehendak, memuat :
1. Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien
2. Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien
3. Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik
2. Dimensi etik, mengandung nilai – nilai :

12
1. Menghargai otonomi pasien
2. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila
diminta atau dibutuhkan
3. Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil
pemikiran rasional

Syarat sahnya perjanjian atau consent (KUHP 1320)

1. Adanya kata sepakat


Sepakat dari pihak bidan maupun klien tanpa paksaan, tipuan maupun kekeliruan
setelah diberi informasi sejelas – jelasnya.

2. Kecakapan
Artinya seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika orang itu
mampu melakukan tindakan hukum, dewasa dan tidak gila. Bila pasien seorang
anak yang berhak memberikan persetujuan adalah orangtuanya, pasien dalam
keadaan sakit tidak dapat berpikir sempurna sehingga ia tidak dapat memberikan
persetujuan untuk dirinya sendiri, seandainya dalam keadaan terpaksa tidak ada
keluarganya dan persetujuan diberikan oleh pasien sendiri dan bidan gagal dalam
melakukan tindaknnya maka persetujuan tersebut dianggap tidak sah.
Contoh kasus : Bila ibu dalam keadaan inpartu mengalami kesakitan hebat maka
ia tidak dapat berpikir dengan baik, maka persetujuan tindakan bidan dapat
diberikan oleh suaminya. Bila tidak ada keluarga atau suaminya dan bidan
memaksa ibu untuk memberikan persetujuan melakukan tindakan dan pada saat
pelaksanaan tindakan tersebut gagal maka persetujuan dianggap tidak sah.

3. Suatu hal tertentu


Obyek persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan jelas dan
terinci.
Contoh : Dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi nama,
jenis kelamin, alamat, nama suami atau wali. Kemudian yang terpenting harus
dilampirkan identitas yang membuat persetujuan

13
4. Suatu sebab yang hal
Isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang – undang, tata tertib,
kesusilaan, norma dan hokum
Contoh :

Abortus provokatus pada seorang pasien oleh bidan meskipun mendapatkan


persetujuan si pasien dan persetujuan telah disepakati kedua belah pihak tetapi
dianggap tidak sah sehingga dapat dibatalkan demi hukum.

Menurut Culver dan Gert dalam Wahyuningsih dan Zein (2005), terdapat empat
komponen yang harus dapat dipahami dalam consent / persetujuan antara lain:2

1. Sukarela / volunteriness
Pilihan dibuat secara sukarela oleh klien, bukan dipaksa oleh bidan, berdasarkan
pada informasi yang lengkap dan jelas dan pertimbangan yang matang dengan
memprioritaskan kebaikan klien.

2. Informasi / information
Bidan berkewajiban memberikan informasi yang adekuat sebelum klien
memutuskan suatu pilihan. Waktu yang cukup diperlukan untuk dapat
menjelaskan secara detail semua hal yang diperlukan dalam pengambilan
keputusan.

3. Kompetensi / competence
Klien harus dapat kompeten dalam memahami semua informasi yang diberikan
sehingga keputusan yang diambil adalah keputusanyang tepat, yang telah
dipertimbangkan sisi positif dan negatifnya. Pada pihak provider kesehatan, bidan
harus kompeten berperan sebagai konselor yang kompeten karena telah menguasai
substansi yang harus disampaikan kepada klien.

4. Keputusan / decision
Pengambilan keputusan merupakan tahap akhir dari proses. Pasien yang menolak
suatu intervensi demi menyelamatkan nyawanya atau yang terbaik bagi

14
kesehatannya, perlu dilakukan tindakan validasi, apakah yang bersangkutan
kompeten dalam menentukan keputusan bagi dirinya. Pasien yang setuju pada
prosedur yang akan dilakukan, perlu disampaikan teknis prosedur yang akan
diberikan, dan buatkan senyaman mungkin.
Contoh beberapa tindakan yang memerlukan inform choice dan inform
consent antara lain:2

1. Bentuk pemeriksaan ANC : palpasi Leopold, USG dll


2. Skrining laboratorium
3. Tempat melahirkan
4. Penolong persalinan
5. Pendamping persalinan
6. Pemasangan CTG
7. Augmentasi / induksi persalinan
8. Mobilisasi intra / pasca pesalinan
9. Posisi persalinan
10. Pemakaian analgesia
11. Episiotomi
12. Amniotomi
13. Keterlibatan suami di ruang persalinan
14. Teknik pemberian minum pada bayi
15. Kontrasepsi
16. Dan lain sebagainya….

15
Contoh Formulir Inform Consent Tindakan Pertolongan Partus

PERSETUJUAN TINDAKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

 Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama                            :
____________________________________________________________

Tempat/TanggalLahir     :
____________________________________________________________

Alamat                          :
____________________________________________________________

Telp                              :
____________________________________________________________

NIK                              :
____________________________________________________________

Pekerjaan                      :
____________________________________________________________

Selaku individu yang meminta bantuan pada fasilitas kesehatan ini, bersama ini
menyatakan kesediaan untuk dilakukan tindakan dan prosedur pertolongan
persalinan pada diri saya. Persetujuan ini saya berikan setelah mendapat
penjelasan secara lengkap dari bidan yang berwenang di fasilitas ini sebagai
berikut:

1. Diagnosis kebidanan :
___________________________________________________________
2. Untuk melakukan pertolongan persalinan perlu dilakukan tindakan:
___________________________________________________________

16
3. Setiap tindakan yang dipilih bertujuan untuk keselamatan dan
kesejahteraan ibu dan janin. Namun demikian, sebagaimana telah
dijelaskan terlebih dahulu, setiap tindakan mempunyai risiko, baik yang
telah diduga maupun tidak terduga sebelumnya.
4. Penolong persalinan juga telah menjelaskan bahwa ia akan berusaha
sebaik mungkin untuk melakuakn tindakan pertolongan persalinan dan
menghindarkan kemungkinan risiko, agar diperoleh hasil asuhan kebidanan
yang optimal.
5. Semua penjelasan tersebut diatas sudah saya maklumi dan dijelaskan
dengan kalimat yang jelas dan saya mengerti sehingga saya memaklumi arti
tindakan atau asuhan kebidanan yang saya alami. Dengan demikian, terjadi
kesepahaman diantara pasien dan bidan tentang upaya serta tujuan
tindakan, untuk mencegah timbulnya masalah hukum dikemudian hari.

Dalam keadaan dimana saya tidak mampu untuk memperoleh penjelasan dan
memberi persetujuan maka saya menyerahkan mandat kepada suami atau wali
saya yaitu:

Nama                            :
____________________________________________________________

Tempat/Tanggal Lahir     :
____________________________________________________________

Alamat                          :
____________________________________________________________

Telp                              :
____________________________________________________________

NIK                               :
____________________________________________________________

17
Pekerjaan                      :
____________________________________________________________

Demikian agar saya maklum, surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari
pihakmanapun dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tangerang, ……………………

Bidan                                      Suami/Wali                                Yang memberi


persetujuan

(_____________)             (_______________)             (________________)

Sumber : Wahyuningsih dan Zein (2005)

Contoh Inform Consent

18
Tahapan Manajemen SOAP dan Aplikasinya dalam Critical Thinkin

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “P” UMUR 3 HARI

DENGAN IKTERUS FISIOLOGI DI BPM “S” KOTA BENGKULU

TAHUN 2018

Hari, Tanggal Pengkajian : Sabtu, 9 Juni 2018

Pukul Pengkajian : 07.00 WIB

Tempat Pengkajian : Pematang Gubernur RT 18, Bengkulu

Pengkaji : Syintia Wulandari

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas Bayi
Nama Bayi : By. Ny. P
Umur Bayi : 3 hari
Tanggal Lahir : 07 Juni 2018
Waktu Lahir : 06:50 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. P
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Honorer
Alamat : Pematang Gubernur RT 18, Bengkulu

19
Nama Ayah : Tn. A
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pematang Gubernur RT 18, Bengkulu
2. Keluhan Sekarang
Ibu mengatakan bayinya mengalami perubahan warna muka, sklera, pucuk
hidung, mulut, leher, dada, perut dan badan bagian atas bewarna kuning,
keadaan umum baik, ASI ibu keluar sedikit, bayi malas menyusu.
3. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit diabetes melitus (DM)
dan sebelumnya bayinya tidak pernah menderita penyakit
sepsis/meningitis.
a. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi mulai memperlihatakan tanda kulit kekuningan dari hari ke kedua
b. Riwayat kesehatan keluarga
Pada keluarga tidak ada riwayat penyakit seperti hepatitis, DM, jantung
dan penyakit lainnya.
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

kehamilan Persalinan Nifas


Umur UK Jenis Tempat Penyulit penolong BB/PB/ Keadaan
Anak Persalinan JK laktasi

3 Tahun 39 Normal BPM Tidak Bidan 3100 Baik


Bln ada Gram/5
1
cm/Per
empuan

5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang


a. Riwayat kehamilan

20
1) ANC :
Trimester 1 : 3 kali
Trimester 2 : 3 kali
Trimester 3 : 3 kali
2) Imunisasi TT : 2 kali
Imunisasi TT1 : 26 minggu
Imunisasi TT2 : 34 minggu
3) Tablet Fe : 90 tablet selama kehamilan
b. Riwayat persalinan
1) Anak ke : Dua
2) Jenis persalinan : Normal
3) Penolong persalinan : Bidan
4) Tempat persalinan : BPM “S”
5) Hari, tanggal lahir : Kamis, 7 Juni 2018
6) BB/PB/JK : 2900 gram/46 cm/laki-laki
7) Usia kehamilan : 39 minggu
8) Penyulit persalinan :
Ibu mengatakan pada saat persalinan tidak ada penyulit persalinan
seperti sectio caesarea, ekstraksi vacum/forcep dan bayi tidak ada
terjadi perdarahan tertutup dikepala seperti caput succadeneum dan
cephalhematoma.
9) Catatan persalinan :
Kala I : 8 jam
Kala II : 10 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam
Plasenta lahir : Lengkap
Perineum : Tidak terdapat luka jahitan
Jumlah perdarahan : ± 150 cc
10) Inisiasi menyusu dini : Tidak dilakukan
c. Riwayat nifas

21
1) Keadaan umum ibu : Baik
2) TFU : 2 jari dibawah pusat
3) Lochea : Sanguinolenta
4) Laktasi : ASI keluar sedikit

6. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


1. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan bayinya menyusu namun hanya sebentar 5 menit dan
kemudian tidur, frekuensi menyusu <6 kali/hari, PASI tidak diberikan.
2. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan bayinya BAK rata-rata <6 kali dalam sehari, BAB ±3
kali sehari.
3. Pola Istirahat
Ibu mengatakan bayinya tidur ±17 jam dan apabila bayi tidak
dibangunkan oleh ibu maka bayi tidak ingin menyusu.
4. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya tetapi merasa cemas
dengan keadaan bayinya sekarang.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :N : 142 x/menit
RR : 48 x/menit
S : 36,80C

Pemeriksaan Antropometri
BB : 2900 gram

22
PB : 46 cm
LK : 32 cm
LD : 34 cm

Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris, tidak ada perdarahan tertutup seperti

caput succadeneum dan cephalhematoma

b. Muka : Warna kulit pada muka kuning


c. Mata : Sklera ikterik
d. Mulut : Mukosa bibir sedikit kuning
e. Leher : Warna kulit pada leher kuning
f. Dada : Warna kulit pada dada kuning
g. Abdomen : Tidak teraba pembesaran hepar, ada bising usus,
pewarna kuning pada bagian abdomen tidak
kuning, tali pusat kering, tidak ada timbul ruam
merah atau bengkak di sekitar pangkal tali pusat,
tidak ada nanah atau cairan lengket dan tidak berbau
h. Ekstremitas atas : Gerak kurang aktif, warna kulit tidak kuning
i. Ekstremitas bawah : Warna kulit tidak kuning
j. Kulit : Turgor kering, kulit kekuningan
k. Eliminasi : BAB warna coklat kekuningan, konsistensi lembek
BAK 6 kali/hari

Pemeriksaan Neoro

Refleks sucking : Baik

Refleks moro : Baik

Refleks grasping : Baik

23
II. INTERPRETASI DATA
DIAGNOSA, MASALAH MASALAH DAN KEBUTUHAN
a. Diagnosa
Bayi baru lahir normal 3 hari
Ds : Ibu mengatakan bayinya berjenis kelamin laki-laki lahir 3 hari
yang lalu.
Do : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 150 x/menit
Pernafasan : 48 x/menit
Suhu : 36,7oC
b. Masalah
Ikterus fisiologi
Ds : Ibu mengatakan bayinya berjenis kelamin laki-laki mengalami
perubahan warna menjadi kekuningan pada muka, mata, mulut dan leher
sejak 3 hari kelahiran bayinya, ASI sedikit, menyusu kurang,
kemampuan menghisap lemah.
Do : Warna kekuningan pada muka, mata, mulut, leher, sampai
umbilikus, refleks hisap lemah.
c. Kebutuhan
1. Pemenuhan cairan, perawatan bayi baru lahir normal.
2. Penghangatan bayi dengan dijemur dibawah sinar matahari pagi.
3. Konseling kepada ibu tentang nutrisi menyusui, makanan yang bergizi
atau yang meningkatkan produksi ASI.
4. Berikan KIE tentang tanda dan gejala hiperbilirubin dan dampak
apabila tidak segera ditangani.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS DAN MASALAH POTENSIAL
Hiperbilirubinemia

24
IV. TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI
Tidak ada

V. PERENCANAAN

Dx/Masalah Tujuan Rencana Asuhan Rasional


/Kriteria
Hasil
DX : Setelah 1. Anjurkan ibu untuk 1. Pemberian ASI akan
Bayi baru lahir dilakukan menyusui anaknya memenuhi kebutuhan
normal 3 hari tindakan sesering mungkin. nutrisi bayi
asuhan
kebidanan
selambat- 2. Lakukan perawatan 2. Untuk memperkecil
lambatnya tali pusat kemungkinan terjadinya
sepuluh hari infeksi pada bayi
pada bayi
baru lahir 3. Mandikan bayi 3. Untuk menjaga kebersihan
dengan tubuh bayi agar bayi sehat
kriteria :
1. Keadaan
umum 4. Ajarkan ibu untuk 4. Untuk menjaga terjadinya
bayi baik menjaga hipotermi pada bayi
2. Bayi kehangatan bayinya
dapat
menyusu 5. Ajarkan pada ibu 5. Untuk mencegah terjadinya
dengan teknik menyusui pembengkakan payudara
baik yang benar serta pemenuhan cairan
pada bayi terpenuhi

6. Ajarkan ibu tentang 6. Perawatan payudara


perawatan payudara merupakan upaya untuk
meningkatakan jumlah ASI
karena mencegah sumbatan
ASI pada kelenjar susu
sehingga ASI menjadi
lancar

Masalah : Setelah 1. Anjurkan ibu untuk 1. Pemberian ASI akan


Ikterus dilakukan menyusui bayinya memenuhi kebutuhan
fisiologis tindakan secara on demand nutrisi bayi dan dapat
asuhan atau sesering melarutkan kadar bilirubin
DS : kebutuhan mungkin indirect menjadi direct
Ibu selama 7 dan dapat dieksresikan
mengatakan hari ikterus melalui urin dan feses
bayinya neonatus
berjenis teratasi 2. Anjurkan ibu 2. Untuk membantu
kelamin laki- dengan menjemur bayinya metabolisme mengubah
laki/perempua kriteria dibawah sinar bilirubin menjadi
n mengalami hasil : matahari pagi isimerfoto yang tidak
perubahan 1. Keadaan (<08.00 wib) toksik dan mudah
warna menjadi umum selama 30 menit, dikeluarkan dari tubuh

25
kekuningan baik 15 menit posisi karena larut dalam air
pada muka, 2. TTV telentang dan 15
mata, mulut, dalam menit telungkup
leher dan sejak keadaan dengan keadaan
3 hari normal mata ditutup
kelahiran 3. Skelera
bayinya, ASI an 3. Anjurkan ibu untuk 3. Agar nutrisi terpenuhi dan
ibu sedikit, ikterik mengkonsumsi dapat memperlancar serta
menyusu dan kulit makanan yang meningkatkan produksi
kurang dan pada bergizi atau ASI
kemampuan bayi makanan yang
menghisap tidak meningkatkan
lemah. lagi produksi ASI
kekunin
DO : gan
Warna kuning 4. Reflek
pada muka, hisap
mata, mulut, kuat.
leher, sampai 5. Frekuen
umbilikus, si waktu
mata cekung, menyus
refleks hisap u
lemah. kembali
normal
setiap 2
jam.
Masalah Setelah 1. Berikan KIE 1. Orang tua mengetahui
potensial : dilakukan tentang tanda dan tentang tanda dan gejala
Hiperbilirubin asuhan gejala hiperbilirubinemia
emia kebidanan hiperbilirubinemia
hiperbilirubi
nemia tidak 2. Anjurkan ibu untuk 2. Untuk mencegah
terjadi segera membawa terjadinya
dengan bayinya hiperbilirubinenia berat
kriteria : kepelayanan
1. TTV kesehatan apabila
dalam ditemukan tanda
batas dan gejala tersebut
normal.
2. Warna
kuning
pada 3. Jelaskan dampak 3. Orang tua akan segera
bayi hiperbilirubinemia membawa bayinya
sudah apabila tidak segera kepelayanan kesehatan
hilang. ditangani apabila ditemukan tanda
3. Bergerak dan gejala tersebut
aktif.

VI. IMPLEMENTASI

Hari/Tang Diagnosa Implementasi Respon Paraf


gal/Jam

26
Sabtu/09/0 Dx : 1. Menjelaskan hasil 1. Ibu sudah
7.00 WIB Ikterus pemeriksaan kepada ibu mengetahui
fisiologis dan keluarga bahwa keadaan bayinya.
Ds : anaknya mengalami
Ibu ikterus fisiologi.
mengatakan
bagian muka, 2. Memandikan bayi dan 2. Bayi sudah
leher dan dada melakukan perawatan dimandikan dan tali
bayinya tali pusat. pusat sudah
berwarna dibungkus kassa
kuning mulai steril.
hari ke 3
setelah hari 3. Menjemur bayinya 3. Bayi tertidur saat
kelahiran dibawah sinar matahari dijemur, warna
bayinya. pagi (07:30-09:00) kuning pada kulit
Do : selama 30 menit, 15 didaerah muka,
Mata : sclera menit posisi telentang leher dan dada.
ikterik, muka, dan 15 menit posisi
leher, dada, telungkup dengan
kuning. keadaan mata tertutup.

4. Berikan bayi kepada ibu 4. Ibu menyusui


untuk disusui. bayinya, ASI keluar
sedikit dan refleks
hisap bayi baik.

5. Konseling kepada ibu 5. Ibu mengetahai dan


tentang pentingnya ASI mau memberikan
dan menyusui bayinya ASI sesering
sesering mungkin. mungkin.

6. Anjurkan ibu untuk 6. Ibu mau mengikuti


mengkonsumsi makanan anjuran untuk
bergizi untuk mengkonsumsi
meningkatkan produksi makanan bergizi.
ASI.

7. Memberitahu ibu 7. Ibu sudah


tentang mengetahui tentang
hiperbilirubinemia dan hiperbilirubinemia
dampaknya apabila tidak dan dampaknya.
segera ditangani.

VII. EVALUASI
Tanggal : 09 Juni 2018 Jam : 07.00 WIB
1. Ibu mengetahui keadaan bayinya dan ibu bersedia dilanjutkan intervensi.
2. Bayi menangis saat dimandikan, tali pusat kering, kaku dan berwarna
hitam, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat, tali pusat telah
dibungkus dengan kasa steril.

27
3. Bayi tertidur saat dijemur, warna kuning pada kulit didaerah muka, leher
dan dada.
4. ASI ibu keluar hanya sedikit, refleks hisap bayi baik, ibu membangunkan
bayi tertidur saat menyusu dan ibu mau memberikan ASI kepada bayinya
sesering mungkin/ setiap 1 jam sekali.
5. Ibu mengetahui dan mau memberikan ASI sesering mungkin/ setiap 1
jam sekali untuk merangsang produksi ASI menjadi lebih banyak dan
memenuhi nutrisi bayi dan membangunkan bayi apabila bayi tertidur saat
menyusu.
6. Ibu mau mengikuti anjuran dari petugas agar dapat mengkonsumsi
makan bergizi, dan perbanyak minum untuk meningkatkan produksi ASI.
7. Ibu sudah mengerti tentang hiperbilirubinemia, dampak
hiperbilirubinemia dan akan membawa bayinya kepelayanan kesehatan
apabila ditemukan tanda hiperbilirubinemia.

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

CATATAN PERKEMBNGAN I Nama Pengkaji : Syintia Wulandari


Hari/ Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
Tanggal/
Jam
Sabtu, 09 JuniSUBJEKTIF :
2018/ 07.00
Ibu mengatakan bayinya kuning daerah mata, muka, leher dan dada, ASI
WIB ibu sudah mulai keluar, bayi sudah mau menyusu tapi sebentar, tidur
terus dan harus membangunkan bayi tertidur saat menyusu.

OBJEKTIF :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 150 x/menit

28
RR : 48 x/menit
S : 36,7oC
BB : 2900 gram
Muka : Pewarnaan kulit pada muka kuning
Mata : Sclera ikterik
Leher : Pewarnaan kulit pada leher kuning
Dada : Pewarnaan kulit pada dada kuning
Abdomen : Pewarnaan kulit pada bagian
abdomen tidak kuning, sebagian tali
pusat telah lepas, kering, kaku dan
berwarna hitam, tidak ada timbul
ruam merah atau bengkak disekitar
pangkal tali pusat, tidak ada nanah
atau cairan lengket dan tidak berbau

Pemeriksaan Neoro
Refleks sucking : baik

ANALISA :
Masalah : Ikterus fisiologis

PENATALAKSANAAN :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan.
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan bayinya sekarang.
2. Memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat.
Evaluasi : Bayi menangis saat dimandikan, sebagian tali pusat
telah lepas, tali pusat kering, kaku dan berwarna hitam, tidak ada
tanda-tanda infeksi, tali pusat telah dibungkus dengan kasa steril.
3. Menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi (07:30-09:00
WIB) selama 30 menit, 15 menit posisi telentang dan 15 menit
posisi telungkup dengan keadaan mata tertutup.
Evaluasi : Bayi tertidur saat dijemur, warna kuning pada daerah
muka, leher dan dada.
4. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui dan
membangunkan bayi yang tertidur.
Evaluasi : Refleks hisap bayi lemah, bayi masih sering tertidur
dibangunkan saat menyusu.
5. Penkes kepada ibu memberikan ASI sesering mungkin minimal 1
jam sekali.
Evaluasi : Ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.
6. Memberikan KIE kepada ibu agar dapat menjaga kebersihan diri,
bayi dan lingkungannya.
Evaluasi : Ibu, bayi dan lingkungan sekitar bersih, ruangan bayi
mendapat sinar matahari yang cukup.

CATATAN PERKEMBNGAN II Nama Pengkaji : Syintia Wulandari


Hari/ Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
Tanggal/
Jam
Minggu, 10 Juni
SUBJEKTIF :
2018/ 07.00
Ibu mengatakan bayinya masih kuning daerah mata, muka, leher dan
WIB dada, ASI ibu sudah mulai keluar, bayi sudah mau menyusu >8
kali/hari.

29
OBJEKTIF :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 142 x/menit
RR : 48 x/menit
S : 36,6oC
BB : 2900 gram
Muka : Warna kuning pada bagian
muka berkurang
Mata : Sclera ikterik
Leher : Warna kuning pada bagian leher
berkurang
Dada : Warna kuning pada bagian dada
berkurang
Abdomen : Warna kulit pada bagian
abdomen tidak kuning, sebagian tali
pusat telah lepas, kering, kaku dan
berwarna hitam, tidak ada timbul
ruam merah atau bengkak disekitar
pangkal tali pusat, tidak ada nanah
atau cairan lengket dan tidak berbau

Pemeriksaan Neoro
Refleks sucking : baik

ANALISA :
Masalah : Ikterus fisiologis

PENATALAKSANAAN :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan rencana asuhan.
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan bayinya sekarang, ibu mau
dan bersedia dilanjutkan rencana asuhan.
2. Memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat.
Evaluasi : Bayi menangis saat dimandikan, sebagian tali pusat
telah lepas, tali pusat kering, kaku dan berwarna hitam, tidak ada
tanda-tanda infeksi, tali pusat telah dibungkus dengan kasa steril.
3. Menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi (07:30-09:00
WIB) selama 30 menit, 15 menit posisi telentang dan 15 menit
posisi telungkup dengan keadaan mata tertutup.
Evaluasi : Bayi tertidur saat dijemur, warna kuning pada daerah
muka, leher dan dada.
4. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui dan
membangunkan bayi yang tertidur.
Evaluasi : Refleks hisap bayi baik.

CATATAN PERKEMBNGAN III Nama Pengkaji : Syintia Wulandari


Hari/ Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
Tanggal/
Jam
Senin, 11 JuniSUBJEKTIF :
2018/ 07.20
Ibu mengatakan bayinya masih kuning daerah muka, dada tetapi daerah
WIB mata dan leher sudah tidak kuning lagi, bayinya sudah menyusu kuat

30
±10 kali/hari.

OBJEKTIF :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 150 x/menit
RR : 48 x/menit
S : 36,6oC
BB : 2900 gram
Muka : Warna kulit pada muka masih kuning
Mata : Sclera an ikterik
Leher : Warna kulit pada leher tidak kuning
Dada : Warna kulit pada dada masih kuning
Abdomen : Warna kulit pada bagian
abdomen tidak kuning dan tali pusat
telah lepas, kering, tidak ada nanah
atau caiaran lengket dan tidak berbau

Pemeriksaan Neoro
Refleks sucking : baik

ANALISA :
Masalah : Ikterus fisiologis

PENATALAKSANAAN :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan.
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan bayinya sekarang.
2. Memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat.
Evaluasi : Bayi menangis saat dimandikan dan tali pusat telah
lepas, kering, tidak ada nanah atau cairan lengket dan tidak
berbau.
3. Menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi (07:30-09:00
WIB) selama 30 menit, 15 menit posisi telentang dan 15 menit
posisi telungkup dengan keadaan mata tertutup.
Evaluasi : Bayi tertidur saat dijemur, warna kuning pada daerah
muka, dada tetapi daerah mata dan leher sudah tidak kuning lagi.
4. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui.
Evaluasi : Refleks hisap bayi kuat, ibu menyusui secara
bergantian pada payudara kiri dan payudara kanan dengan
perletakan yang benar.

CATATAN PERKEMBNGAN IV Nama Pengkaji : Syintia Wulandari


Hari/ Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
Tanggal/
Jam
Selasa, 12 Juni
SUBJEKTIF :
2018/ 07.25
Ibu mengatakan bayinya sudah menyusu kuat ± 10 kali/hari, kuning
WIB daerah muka dan dada sudah berkurang

OBJEKTIF :
Keadaan umum : Baik

31
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 150 x/menit
RR : 48 x/menit
S : 36,5oC
BB : 2900 gram
Muka : Warna kuning pada muka berkurang
Mata : Sclera an ikterik
Leher : Leher sudah tidak kuning
Dada : Warna kuning pada dada berkurang
Abdomen : Pewarnaan kulit pada bagian
abdomen tidak kuning

Pemeriksaan Neoro
Refleks sucking : baik

ANALISA :
Masalah : Ikterus fisiologis

PENATALAKSANAAN :
1. Memandikan bayi dengan air hangat dan mengeringkan dengan
handuk kering dan bersih.
Evaluasi : Bayi menangis saat dimandikan dengan air hangat,
pergerakan aktif.
2. Menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi (07:30-09:00
WIB) selama 30 menit, 15 menit posisi telentang dan 15 menit
posisi telungkup dengan keadaan mata tertutup.
Evaluasi : Pergerakan aktif, warna kuning pada daerah muka dan
dada berkurang.
3. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui dan
membangunkan bayi yang tertidur.
Evaluasi : Refleks hisap bayi kuat, ibu menyusui secara
bergantian pada payudara kiri dan payudara kanan dengan
perletakan yang benar.

CATATAN PERKEMBNGAN V Nama Pengkaji : Syintia Wulandari


Hari/ Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
Tanggal/
Jam
Rabu, 13 Juni SUBJEKTIF :
2018/ 07.30
Ibu mengatakan bayinya masih sedikit kuning daerah muka tetapi daerah
WIB dada sudah tidak kuning lagi, bayi menyusu kuat ± 10 kali/hari.

OBJEKTIF :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 149 x/menit
RR : 48 x/menit
S : 36,5oC

32
BB : 2900 gram
Muka : warna kulit pada muka masih sedikit
kuning kuning
Mata : Sclera an ikterik
Leher : Leher tidak kuning
Dada : Warna kulit pada dada tidak kuning
Abdomen : Warna kulit pada bagian abdomen
tidak kuning

Pemeriksaan Neoro
Refleks sucking : baik

ANALISA :
Masalah : Ikterus fisiologis

PENATALAKSANAAN :
1. Memandikan bayi dengan air hangat dan mengeringkan dengan
handuk kering dan bersih.
Evaluasi : Bayi menangis saat dimandikan dengan air hangat,
pergerakan aktif.
2. Menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi (07:30-09:00
WIB) selama 30 menit, 15 menit posisi telentang dan 15 menit
posisi telungkup dengan keadaan mata tertutup.
Evaluasi : Pergerakan aktif, masih sedikit kuning pada daerah
muka tetapi daerah dada sudah tidak kuning lagi.
3. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui
Evaluasi : Refleks hisap kuat.

CATATAN PERKEMBNGAN VI Nama Pengkaji : Syintia Wulandari


Hari/ Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
Tanggal/
Jam
Kamis, 14 JuniSUBJEKTIF :
2018/ 07.30
Ibu mengatakan bayinya sudah tidak kuning lagi menyusu kuat ± 10
WIB kali/hari.

OBJEKTIF :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 150 x/menit
RR : 48 x/menit
S : 36,6oC
BB : 2900 gram
Muka : Warna kulit pada muka tidak kuning
Mata : Sclera an ikterik
Leher : Warna kulit pada leher tidak kuning
Dada : Warna kulit pada dada tidak kuning
Abdomen : Warna kulit pada bagian
abdomen tidak kuning

33
Pemeriksaan Neoro
Refleks sucking : baik

ANALISA :
Masalah : Ikterus fisiologis

PENATALAKSANAAN :
1. Memandikan bayi dengan air hangat dan mengeringkan dengan
handuk bersih dan kering.
Evaluasi : Bayi menangis saat dimandikan dengan air hangat,
pergerakan aktif.
2. Menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi (07:30-09:00
WIB) selama 30 menit, 15 menit posisi telentang dan 15 menit
posisi telungkup dengan keadaan mata tertutup.
Evaluasi : Kulit bayi hangat, warna kemerahan, bayi tidak lagi
kuning, pergerakan aktif.
3. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui.
Evaluasi : Refleks hisap bayi kuat.

CATATAN PERKEMBNGAN VII Nama Pengkaji : Syintia Wulandari


Hari/ Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
Tanggal/
Jam
Jum’at, 15 Juni
SUBJEKTIF :
2018/ 07.30
Ibu mengatakan bayinya sudah tidak kuning lagi, menyusu kuat ± 10
WIB kali/hari. Ibu merasa senang dengan kondisi bayinya sekarang.

OBJEKTIF :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 150 x/menit
RR : 48 x/menit
S : 36,6oC
BB : 2900 gram
Muka : Warna kulit pada muka tidak kuning
Mata : Sclera an ikterik
Leher : Warna kulit pada leher tidak kuning
Dada : Warna kulit pada dada tidak kuning
Abdomen : Warna kulit pada bagian

34
abdomen tidak kuning

Pemeriksaan Neoro
Refleks sucking : baik

ANALISA :
Masalah : Ikterus fisiologis

PENATALAKSANAAN :
1. Memandikan bayi dengan air hangat dan mengeringkan dengan
handuk bersih dan kering.
Evaluasi : Bayi menangis saat dimandikan dengan air hangat,
pergerakan aktif.
2. Menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi (07:30-09:00
WIB) selama 30 menit, 15 menit posisi telentang dan 15 menit
posisi telungkup dengan keadaan mata tertutup.
Evaluasi : Kulit bayi hangat, warna kemerahan, bayi tidak lagi
kuning, pergerakan aktif.
3. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui.
Evaluasi : Refleks hisap bayi kuat.
4. Memberikan KIE kepada ibu untuk membawa bayinya ke Bidan
untuk mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1 dan menimbang
bayinya setiap bulan.
Evaluasi : Ibu mau membawa bayinya ke Bidan untuk
mendapatkan imunisasi dan mau menimbang bayinya setiap
bulan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan
masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai
seorang profesi bidan harus memanfaatkan kompetensinya, sumber daya
pikirnya untuk berpikir kritis agar menegakkan suatu diagnosa kebidanan
yang tepat sehingga tercapai pengambilan keputusan dan menghasilkan
asuhan yang bernutu.
Manajemen asuhan kebidanan diawali dari pengkajian data (data
subjektif dan objektif) dianalisis sehingga didapatkan diagnosa kebidanan
aktual dan potensial, masalah dan kebutuhan, adanya perencanaan,

35
pelaksanaan hingga evaluasi.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Fisher,Alec.2007.Berpikir Kritis:Sebuah pengantar.Jakarta:Erlangga

Ijul,Zulkifli.2011.Pengertian Pengambilan Keputusan. Diakses dari


http://www.manajemenn.web.id/2011/04/pengertian-pengambilan-
keputusan.html tanggal 10 April 2013

Istanto,Adela.2012.Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan. Diakses dari


http://www.adelaistanto.blogspot.com tanggal 9 April 2013

Ivone,July.2010. Critical Thinking, Intelectual Skills, Reasoning And Clinical


Reasoning. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Maranantha

36
Muhfahroyin. 2009. Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis.Diakses dari
http://muhfahroyin.blogspot.com diakses 9 April 2013

Mustaji.2009.Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam


Pembelajaran. Diakses dari http://pasca.tp.ac.id/site/ pengembangan –
kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran tanggal 10
April 2013

Orclich, Donald C., Harder, Robert J., Callahan, Richard C., & Gibson,Harry
W.1998. Teaching Strategies. Boston New York: Houghton Mifflin
Company

Santrock,John W.2009.Psikologi Pendidikan (Educational


Psikologi).Jakarta:Salemba Empat

Slavin,Robert E.2006.Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik.Jakarta:Inde

37
38

Anda mungkin juga menyukai