Anda di halaman 1dari 13

STUDI DAYA DUKUNG LATERAL PADA PONDASI TIANG GRUP

DENGAN KONFIGURASI 2 x 3

) ) )
Arie Pamungkas , Eka Priadi , Aprianto

ABSTRAK
Seiring dengan banyaknya pembangunan gedung-gedung bertingkat, kawasan
pemukiman, perhotelan, pusat perbelanjaan, taman-taman kota, dan lain sebagainya.
Tak jarang ditemui permasalahan pada struktur bangunannya, misalnya pada pondasi
yang mengalami penurunan sehingga mengakibatkan cacat pada bangunan.
Permasalahan seperti ini sering terjadi pada bangunan-bangunan yang didirikan pada
lahan dengan tanah gambut dan lempung, karena daya dukung tanahnya kurang baik
untuk memikul beban struktur bangunan yang dibangun di atasnya. Untuk mengatasi hal
ini diperlukan suatu sistem pondasi yang akan menyalurkan beban dari bangunan ke
tanah, jenis pondasi yang sering digunakan di Pontianak adalah penggunaan tiang
pancang.
Pada pengujian kali ini, akan dilakukan persiapan pengujian pembebanan
kelompok tiang dengan konfigurasi dan jumlah tiang yang sama namun memiliki jarak
tiang yang berbeda, yaitu dengan jarak antar tiang 2,5D, 3D dan 3,5D, menggunakan
metode Quick Maintained Load Test (QM Test) yang mengacu pada ASTM D - 3966 –
90. Pendekatan secara empiris terhadap nilai daya dukung lateral pondasi tiang tunggal
maupun grup dihitung secara analitis menggunakan metode Broms (1964).
Dari hasil pengujian, diperoleh perbedaan jarak tiang pada kelompok tiang
mempengaruhi daya dukung suatu kelompok tiang. Hasil pengujian pembebanan
kelompok tiang jarak 3D memiliki daya dukung yang lebih baik dibandingkan kelompok
tiang dengan jarak 2,5D dan 3,5D. Hal ini menunjukkan adanya jarak antar tiang yang
lebih optimal pada kelompok tiang untuk menahan beban lateral pada karakteristik tanah
seperti di Kota Pontianak.

Kata kunci : Daya dukung lateral, pondasi tiang grup, kofigurasi tiang, Metode Broms,
Lateral Loding Test

1
1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN
2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN
1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA
Peningkatan pembangunan yang 2.1. Umum
signifikan adalah salah satu indikator Tanah adalah akumulasi partikel
kemajuan wilayah. Seiring dengan mineral yang lemah ikatan antara
banyaknya pembangunan gedung– partikelnya, yang terbentuk karena
gedung bertingkat, kawasan pemukiman, pelapukan dari batuan. Tanah
perhotelan, pusat perbelanjaan, taman- merupakan bahan bangunan yang paling
taman kota, dan lain sebagainya. Tak berlimpah di dunia dan di beberapa
jarang ditemui permasalahan pada daerah merupakan bahan bangunan
struktur bangunannya, misalnya pada pokok. Tanah terdiri dari tiga komponen
pondasi yang mengalami penurunan yaitu padat (butir debu, pasir, dan bahan
sehingga mengakibatkan cacat pada organik), cair (air di dalam pori tanah),
bangunan. Permasalahan seperti ini dan udara (di dalam pori tanah) (World
sering terjadi pada bangunan-bangunan Agroforestry Center, 2004).
di Kota Pontianak yang umumnya Tanah berperan sebagai dasar
didirikan pada lahan dengan tanah pendukung suatu bangunan atau bahan
gambut dan lempung, karena daya konstruksi dari bangunan itu sendiri.
dukung tanahnya kurang mamadai untuk Pada umumnya semua bangunan dibuat
memikul beban struktur bangunan yang di atas dan di bawah permukaan tanah.
dibangun diatasnya, contoh lainnya juga Maka diperlukan suatu sistem pondasi
yang terjadi pada dermaga-dermaga yang baik untuk menyalurkan beban dari
pelabuhan sungai, selain mengalami bangunan ke tanah.
penurunan pondasi, dermaga juga
mengalami perubahan bentuk struktur 2.2. Klasifikasi Tanah
akibat gaya lateral bersandarnya kapal di Sistem klasifikasi tanah adalah
dermaga. suatu sistem penggolongan yang
Jika pondasi tiang digunakan sistematis dari jenis-jenis tanah yang
untuk mendukung suatu struktur mempunyai sifat-sifat yang sama ke
bangunan tinggi maka tiang juga dalam kelompok-kelompok dan sub
diharapkan dapat menahan beban akibat kelompok berdasarkan pemakaiannya
gaya aksial dan lateral yang berasal dari (Das, 1995).
struktur atas. Oleh karena itu, pondasi
tiang harus dirancang dengan 2.3. Pondasi
memperhitungkan beban-beban Pondasi merupakan bagian paling
horizontal atau lateral seperti beban dasar dari struktur bangunan yang
angin, tekanan tanah lateral, beban befungsi untuk menahan beban dan
gempa, beban gelombang air, tubrukan meneruskannya ke tanah. Berdasarkan
dari kapal (berlabuh pada dermaga), kedalamannya, pondasi diklasifikasikan
beban-beban eksentrik pada kolom, gaya menjadi dua jenis, yaitu pondasi dangkal
kabel pada menara transmisi dan lain- dan pondasi dalam. Pondasi dangkal
lain. Besarnya gaya akibat beban lateral adalah pondasi yang ditempatkan
yang harus didukung oleh pondasi tiang dengan kedalaman (D) dibawah
bergantung pada rangka bangunan yang permukaan tanah yang kurang dari lebar
mengirimkan gaya lateral tersebut ke minimum pondasi (B), dengan kata lain
kolom bagian bawah. Gaya lateral yang pondasi dangkal merupakan pondasi
terjadi pada tiang bergantung pada yang kedalamannya dekat dengan
kekakuan atau tipe tiang, sifat gaya-gaya permukaan tanah (D/B≤1). Contoh
dan besarnya defleksi. pondasi dangkal antara lain pondasi
telapak, pondasi memanjang, dan
pondasi rakit. Pondasi dalam adalah
pondasi yang meneruskan beban struktur
di atasnya ke tanah keras atau batuan

2
yang terletak jauh dari permukaan tanah. pondasi (Ir. Suyono Sosrodarsono,
Contoh pondasi dalam antara lain Kazuto Nakazawa, 2000). Pondasi tiang
pondasi tiang dan pondasi sumuran dipergunakan bilamana lapisan-lapisan
(Gogot Setyo, 2011). bagian atas tanah begitu lembek, dan
Perencanaan pondasi sangat kadang-kadang diketemukan keadaan
memperhatikan faktor daya dukung tanah dimana lapisan keras sangat dalam
tanah. Kurangnya daya dukung pada sehingga pembuatan dan pemancangan
pondasi dapat menyebabkan keruntuhan tiang sampai lapisan tersebut sukar
pondasi. dilaksanakan. Dalam hal ini mungkin
Perancangan pondasi harus dapat dipergunakan friction pile yaitu
mempertimbangkan adanya keruntuhan tiang yang tertahan oleh perlekatan
geser dan penurunan yang berlebihan, antara tiang dengan tanah, tiang
oleh karena itu kriteria stabilitas dan semacam ini disebut juga dengan tiang
kriteria penurunan harus dipenuhi terapung (floating piles).
(Gogot Setyo, 2011). Apabila tiang ini dimasukkan
dalam lapisan lempung maka
2.4. Daya Dukung Tanah perlawanan ujung akan jauh lebih kecil
Daya dukung tanah adalah daripada perlawanan akibat perlekatan
parameter tanah yang berkenaan dengan antara tiang dan tanah maka perlawanan
kekuatan tanah yang menopang suatu ujung akan jauh lebih kecil daripada
beban di atasnya. Daya dukung tanah perlawanan akibat perlekatan antara
dipengaruhi oleh jumlah air yang tiang dan tanah.
terdapat di dalamnya, kohesi tanah, Dalam menentukan kapasitas
sudut geser dalam, dan tegangan normal daya dukung tiang diperlukan klasifikasi
tanah. tiang dalam mendukung beban yang
Daya dukung tanah merupakan bekerja. Menurut Terzaghi, klasifikasi
salah satu faktor penting dalam tiang didasarkan pada pondasi tiang
perencanaan pondasi beserta struktur yaitu :
diatasnya. Daya dukung yang a. Tiang gesek (friction pile), bila
diharapkan untuk mendukung pondasi tiang pancang pada tanah berbutir.
adalah daya dukung yang mampu Akibat pemancangan tiang, tanah
memikul beban struktur, sehingga disekitar tiang menjadi padat.
pondasi mengalami penurunan yang Porositas dan kompresibilitas
masih berada dalam batas toleransi. tanah akibat getaran pada waktu
Daya dukung ultimit didefinisikan tiang dipancang menjadi
sebagai tekanan terkecil yang dapat berkurang, dan angka gesekan
menyebabkan keruntuhan geser pada antara butir-butir tanah dan
tanah pendukung tepat di bawah dan di permukaan tiang pada arah lateral
sekeliling pondasi. Daya dukung ultimit menjadi bertambah.
suatu tanah terutama di bawah beban b. Tiang lekat (cohesion pile), bila
pondasi dipengaruhi oleh kuat geser tiang dipancang pada tanah lunak
tanah. Nilai kerja atau nilai izin untuk (permeabilitas rendah) ataua tanah
desain akan ikut mempertimbangkan mempunyai kohesi yang tinggi.
karakteristik kekuatan dan deformasi. c. Tiang mendukung dibagian ujung
tiang (point/end bearing pile), bila
2.5. Daya Dukung Pondasi Tiang tiang dipancang dengan ujung
Pondasi tiang adalah pondasi yang tiangmencapai tanah keras
mampu menahan gaya orthogonal ke sehingga seluruh tiang yang
sumbu tiang dengan jalan menyerap dipukul oleh tiang diteruskan ke
lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi tanah keras melalui ujung tiang.
satu kesatuan yang monolit dengan d. Tiang tekan, bila tiang pancang
menyatukan pangkal tiang yang terdapat pada tanah berbutir mendapat
di bawah konstruksi, dengan tumpuan
3
gaya yang bekerja dari lendutan kekakuan R. Untuk mengetahui jenis
momen yang mengakibatkan tiang tiang termasuk tiang pendek atau tiang
mengalami gaya tarik. panjanng, dilakukan perhitungan
karakteristik panjang sistem tiang (R)
sebagai berikut :
Pada kenyataannya dilapangan
tanah sangat heterogen dan pada .
umumnya merupakan kombinasi dari = (dalam satuan panjang)
kelima hal tersebut di atas. Berbagai
metode dalam usaha menentukan
kapasitas dukung tiang ini, tapi
umumnya dibedakan dalam dua kategori 2.7. Metode Broms
yaitu untuk tiang tunggal dan kelompok Metode perhitungan ini
tiang. menggunakan diagram tekanan tanah
yang disederhanakan dengan
2.6. Penentuan Kriteria Tiang menganggap bahwa sepanjang
Pendek dan Panjang kedalaman tiang reaksi atau tahanan
Dalam perhitungan pondasi tiang tanah mencapai nilai ultimit. Berikut ini
yang menerima beban lateral, disamping adalah beberapa keuntungan
kondisi kepala tiang umumnya tiang menggunakan metode Broms :
juga perlu dibedakan berdasarkan
perilakunya sebagai pondasi tiang  Dapat digunakan pada tiang
pendek (tiang kaku) atau pondasi tiang panjang maupun tiang pendek.
panjang (tiang elastis).  Dapat digunakan pada kondisi
Untuk tiang dalam tanah kohesif kepala tiang terjepit maupun
pengkaitan tipe tiang dan jepitan tiang bebas.
berdasarkan faktor tak berdimensi βL
menurut Broms adalah sebagai berikut : Selain itu, ada pula beberapa
kerugian dalam penggunaan metode
.
broms, diantaranya yaitu :
β = . .  Hanya berlaku untuk lapisan tanah
yang homogen, yaitu tanah kohesif
 Tiang ujung bebas berkelakuan saja atau tanah non-kohesif saja.
seperti tiang pendek βL < 1,5  Tidak dapat digunakan pada tanah
 Tiang ujung jepit berkelakuan berlapis.
seperti tiang pendek βL < 0,5
 Tiang ujung bebas dianggap Broms membedakan antara
sebagai tiang panjang βL > 2,5 perilaku tiang pendek (kaku) dan
 Tiang ujung jepit dianggap panjang (elastis) serta membedakan
sebagai tiang panjang βL > 1,5 kondisi kepala tiang dalam kondisi
kepala tiang bebas (free head) dan
Pada pondasi tiang pendek, kepala tiang terjepit (fixed head). Dalam
sumbu tiang masih tetap lurus pada penelitian ini, pondasi yang digunakan
kondisi terbebani secara lateral. Kriteria yaitu pondasi tiang panjang (elastis)
penentuan tiang pendek dan tiang dengan kondisi kepala tiang bebas (free
panjang didasarkan pada kekakuan head).
relatif antara pondasi tiang dengan tanah
2.7.1. Kondisi Tiang Pendek
terkonsolidasi normal dan tanah berbutir
2.7.1.1. Kepala Tiang Bebas (Free Head)
kasar, nilai modulus subgrade tanah
Untuk tiang pendek (L/T ≤ 2 atau
umumnya meningkat secara linear
R/T ≤ 2) dengan kondisi kepala tiang
terhadap kedalaman, sehingga
bebas (free head), pola keruntuhan yang
digunakan kriteria lain yaitu faktor

4
mungkin terjadi ditunjukkan pada 2.7.2. Kondisi Tiang Panjang
Gambar 1 sebagai berikut : 2.7.2.1. Kepala Tiang Bebas (Free Head)
Untuk pondasi tiang panjang,
mekanisme keruntuhan tanah, distribusi
tahanan tanah serta momen lentur di
tunjukkan pada Gambar 2.3. Dari
gambar tersebut terlihat bahwa defleksi
tiang terutama berada di daerah dekat
permukaan tanah sehingga respon tanah
di bagian bawah tiang semakin
mengecil, begitu pula besarnya momen
dan distribusinya sepanjang tiang.

Gambar 1. Defleksi dan mekanisme


keruntuhan untuk pondasi tiang pendek
dengan kondisi kepala tiang bebas akibat
beban lateral pada tanah kohesif
(Broms, 1964)

Dimana Qg adalah beban lateral


yang bekerja, e adalah panjang tiang
yang mucul di atas permukaan tanah, L
adalah kedalaman tiang terpancang,
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa
tahanan tanah mencapai nilai ultimitnya
diseluruh kedalaman tiang.
Gambar 3. Defleksi dan Mekanisme
2.7.1.2. Kepala Tiang Terjepit
(FixednHead) Keruntuhan untuk Pondasi Tiang
Mekanisme keruntuhan dan Panjang dengan Kondisi Kepala Tiang
distribusi dari tahanan tanah untuk tiang Bebas Akibat Beban Lateral pada Tanah
pendek dengan kondisi kepala tiang Kohesif (Broms, 1964).
terjepit (fixed head atau restrained) yang
mungkin terjadi pada tanah kohesif Untuk tanah kohesif seperti tanah
dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut lempung, pada tiang panjang dengan
ini : kepala tiang bebas berlaku persamaan
sebagai berikut :

Tahanan momen, W =( / )

My = σlt . w

= . ( + 1,5 . + 0,5 . )

Gambar 2. Defleksi akibat beban Dimana,


lateral untuk pondasi tiang pendek
dengan kondisi kepala tiang terjepit pada =
tanah kohesif (Broms, 1964) 9. .
5
Dengan mengetahui nilai Momen maksimun dan gaya lateral
/( . ) maka nilai /( . ) ultimit untuk tanah kohesif dapat
dapat ditentukan dari Gambar 2.4. digunakan persamaan berikut ini :
2.
=
1,5 . + 0,5 .

Dimana :

=
9. .

2.7.3. Faktor Reduksi Tahanan Tanah (


NAVFAC DM-71 dan Reese et al )
Dalam mendukung beban
Gambar 4. Kapasitas beban lateral
bangunan tiang pondasi tidak
untuk pondasi tiang panjang pada tanah
merupakan tiang tunggal, tetapi
kohesif (Brom, 1964).
merupakan kumpulan dari satu atau
Beban lateral yang ada pada pondasi beberapa grup tiang. ( ) daya
tiang panjang adalah sebesar : dukung lateral grup tiang yang terdiri
dari n buah tiang ( ) = n x
2 ( , ) , dimana
=
( + 1,5 + 0,5 ) ( , ) adalah daya dukung
tiang tunggal yang telah
2.7.2.2. Kepala Tiang Terjepit
memperhitungkan efek grup.
(FixednHead)
Untuk memperhitungkan
Mekanisme keruntuhan, distribusi
pengaruh grup tiang terhadap lateral
tahanan ultimit tanah, serta momen
capacity tiang tunggal, maka tahanan
lentur sepajang tiang untuk kondisi
tanah yang digunakan baik tahanan
kepala tiang terjepit pada tanah kohesif
tanah itu berupa subgrade modulus
dideskripsikan pada Gambar 5 berikut
maupun berupa p-y curves, harus
ini :
diperlemah dengan mengalikannya
dengan faktor reduksi yang nilainya ≤ 1.
Faktor reduksi yang paling sederhana
dan konservatif diberikan oleh NAVFAC
DM-71, dimana faktor reduksi ini
semata-mata hanya merupakan fungsi
dari pile spacing / pile diameter (s/d).
Faktor reduksi ini berubah secara linear
antara 0,25 untuk s/d = 3 sampai nilai
tertinggi yaitu 1 untuk s/d = 8. Faktor
reduksi yang lebih akurat diberikan oleh
Reese et al berdasarkan full scale test
pada sejumlah tiang, dimana menurut
Reese et al faktor reduksi dipengaruhi
oleh ratio s/d, arah gaya lateral yang
bekerja, kedudukan tiang yang ditinjau
Gambar 5. Defleksi Akibat Beban terhadap tiang-tiang disekitarnya.
Lateral untuk Pondasi Tiang Panjang Untuk menentukan nilai faktor
dengan Kondisi Kepala Tiang Terjepit reduksi dari suatu pondasi grup yang
pada Tanah Kohesif (Broms, 1964). akan digunakan, baik itu square pattern
6
maupun triangular pattern, digunakan Sampel tanah yang telah diambil
grafik faktor reduksi tiang lateral grup kemudian diuji sifat fisis dan mekanis
berdasarkan NAVFAC dan Reese et.al tanahnya. Sifat fisis dan mekanis tanah
pada Gambar 2.6 dibawah ini : yang di uji diantaranya adalah kadar air,
berat volume tanah, berat jenis tanah,
batas-batas atterberg, distribusi ukuran
butir tanah, geser langsung.
Tahapan kedua dilakukan di
lokasi penelitian yang juga merupakan
lokasi pengambilan sampel untuk uji
parameter tanah. Pada tahapan ini akan
dilakukan uji pembebanan lateral
terhadap pondasi tiang grup dangan
ujung bebas dan pondasi tiang tunggal.
Pondasi tiang grup yang diaplikasikan
dalam pengujian pembebanan ini
menggunakan konfigurasi 2 x 3 dengan
jumlah kelompok tiang sebanyak
Gambar 6. Faktor reduksi tiang lateral delapan buah tiang, jarak antar tiang
grup (Navfac dan Reese et.al) yang bervariasi mulai dari 2,5D; 3D; dan
3,5D, yang kemudian ujung-ujung dari
3. METODOLOGI PENELITIAN setiap tiang dari pondasi tersebut diikat
Penulisan yang dilakukan dalam menggunakan besi profil L 45 x 45 x 2
penyusunan skripsi ini menggunakan mm agar pondasi bersifat monolit.
metode kuantitatif, dimana cara Uji pembebanan tiang (loading
(metode) pengumpulan data, analisis test) adalah suatu metode yang
data, dan interprestasi hasil analisis digunakan dalam pemeriksaan terhadap
dilakukan untuk mendapatkan informasi sejumlah beban yang dapat didukung
dalam mengambil keputusan dan oleh suatu struktur pondasi. Data
kesimpulan. Sehingga data-data yang loading test diperlukan untuk
digunakan dan dihasilkan merupakan membuktikan akurasi perhitungan
data kuantitatif yang berbentuk angka desain kapasitas daya dukung tiang di
atau data yang diangkakan. lapangan.
Penelitian ini dilakukan dalam Dalam penelitian ini metode
dua tahap pengujian. Pengujian tahap loading test yang digunakan adalah
pertama, dilakukan untuk mengetahui Quick Maintained Load Test (QM Test),
sifat fisis dan mekanis tanah. Sedangkan berdasarkan pada ASTM D - 3966 – 90.
pengujian tahap kedua, dilakukan untuk Loading test akan dilakukan pada
mengetahui nilai daya dukung lateral pondasi tiang grup dan pondasi tiang
pondasi tiang grup dan pondasi tiang tunggal. Untuk pondasi tiang grup,
tunggal terhadap gaya lateral. pengujian loading tes ini akan dilakukan
Tahapan pertama dilakukan di di tiga buah titik pemancangan pondasi
Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas yang berbeda. Pada pondasi tunggal
Teknik Universitas Tanjungpura tiang tongkat pengujian loading test
Pontianak. Tahap awal ini dilakukan akan dilakukan di tiga buah titik
dengan tujuan untuk mengetahui sifat pemancangan yang berbeda pula.
fisis dan mekanis tanah dari tempat Pondasi tiang grup dipasang
dilakukannya penelitian. Sampel tanah dengan pemancangan tiang manual
diambil sebanyak 2 buah sampel. menggunakan tenaga manusia. Jumlah
Sampel diambil pada dua buah titik di tiang yang dipancang sebanyak 6 buah
lokasi penelitian menggunakan metode tiang pada setiap titik pengujian. Tiang
handbor pada kedalaman 3,50-4,00 dipancang dengan konfigurasi 2 x 3 dan
meter dibawah permukaan tanah.
7
variasi jarak antar tiang pada setiap titik
pengujian, mulai dari 2,5D pada titik
pengujian pertama, 3D pada titik
pengujian kedua, dan 3,5D pada titik
pengujian ketiga.

Gambar 10. Gambar kerja pondasi tiang


grup konfigurasi 2x3.

Gambar 7. Susunan tiang grup


konfigurasi 2x3 dengan jarak antar tiang
sebesar 2,5D.

Gambar 11. Gambar kerja pondasi tiang


tunggal

4. ANALISIS DAN HASIL


PERHITUNGAN
Gambar 8. Susunan tiang grup 4.1. Umum
konfigurasi 2x3 dengan jarak antar tiang Dalam bab analisis dan
sebesar 3D. perhitungan ini data yang akan
digunakan untuk keperluan analisis
adalah data parameter tanah, data
perhitungan analisis daya dukung
pondasi berdasarkan metode broms
(1964), data spesifikasi pondasi tiang
grup dan tiang tunggal, serta data hasil
pengujian pembebanan statis lapangan
menggunakan metode Quick Maintained
Load Test (QM Test) yang berdasar pada
ASTM D - 3966 – 90. Materi khusus
yang akan dibahas dalam bab ini
Gambar 9. Susunan tiang grup meliputi :
konfigurasi 2x3 dengan jarak antar tiang
 Menganalisis daya dukung lateral
sebesar 3,5D
pondasi tiang grup dan pondasi tiang
tunggal menggunakan metode Broms
(1964).
 Membandingkan hasil analisis daya
dukung lateral pondasi yang
8
diperoleh melalui pendekatan empiris Pada penelitian ini, metode Tomlinson
terhadap hasil analisis daya dukung akan digunakan sebagai referensi
tiang uji pembebanan statik (Loading pembanding.
test). Kriteria tiang kaku dan tidak kaku untuk
tiang ujung bebas menurut Tomlinson
4.2. Menghitung Karakteristik Tiang adalah sebagai berikut :
Sebelum menghitung daya
dukung lateral pondasi tiang, perlu a. Tiang ujung bebas kaku/pendek
dihitung terlebih dahulu karakteristik L ≤ 2R
tiang yang akan digunakan. 365 cm ≤ 2 . 33,278 cm
Karakteristik tiang yang digunakan 365 cm > 66,556 cm ......Tidak Oke
dapat dirumuskan sebagai berikut :
b. Tiang ujung bebas tidak
D = 60 mm = 6 cm kaku/panjang
L ≥ 3,5 R
L = 400 cm – 35 cm = 365 cm 365 cm ≥ 3,5 . 33,278 cm
365 cm ≥ 116,473 cm ………Oke
σlt cerucuk = 190 kg/cm2

Ep Kayu Kelas III = 52029 kg/cm2 Sedangkan untuk tiang dalam tanah
kohesif pengkaitan tipe tiang dan jepitan
tiang berdasarkan faktor tak berdimensi
Ip = . .
βL menurut Broms adalah sebagai
= . . 6 = 63,643 berikut :

Setelah dilakukan pengujian di . , .


laboratorium Mekanika Tanah terhadap Β= = = 0.03005 cm
. . . . ,
sampel tanah di lokasi penelitian yang di
ambil pada kedalaman 3,5 m – 4,0 m a. Tiang ujung bebas berkelakuan
didapatkan nilai = 0,058 kg/cm2 seperti tiang pendek, βL < 1.5
(Tabel 4.1), kemudian dilakukan
βL < 1.5
perhitungan terhadap nilai K dengan
0,03005 . 365 < 1,5
menggunakan nilai k1 (modulus reaksi
10,968 < 1,5 ……..... Tidak Oke
subgrade) sebesar 27 MN/m3 (Tabel
b. Tiang ujung jepit berkelakuan seperti
2.4).
tiang pendek, βL < 0.5
k1 = 27 MN/m3 = 2,7 kg/cm3 βL < 0.5
, / 0,03005 . 365 < 0,5
kh = = 1,8 kg/cm3
, 10,968 < 0,5….. Tidak Oke
K = kh . d = 1,8 kg/cm3.6 cm = c. Tiang ujung bebas dianggap sebagai
10,8 kg/cm2 tiang panjang (tiang kaku), βL > 2,5
βL > 2,5
Besarnya faktor kekakuan untuk 0,03005 . 365 > 2,5
modulus tanah konstan (R) adalah : 10,968 > 2,5………….. Oke
d. Tiang ujung jepit bila βL > 1,5
R= (Ep. Ip/K) = (52029.63,643/10,8)1/4
= 33,278 cm βL > 1,5
0,03005 . 365 > 1,5
Dalam menentukan karakteristik tiang, 10,968 > 1,5………….. Oke
baik itu tiang panjang atau tiang pendek,
ujung bebas maupun ujung terjepit, Menurut Tomlinson kriteria tiang
dapat dihitung menggunakan dua adalah ujung bebas tidak
metode, yaitu metode yg dikemukakan kaku/panjang. Sedangkan menurut
oleh Tomlinson dan juga oleh Broms. Broms tiang dikategorikan dalam dua
9
kriteria yaitu: tiang adalah ujung 0.048 Hu2 + 212 Hu – 99234,288 = 0
bebas dianggap sebagai tiang panjang
dan tiang ujung jepit. Dengan menguraikan dan
mensubstitusikan persamaan di
4.3. Menghitung Momen Maksimum atas, maka didapatkan nilai Hu
Tiang sebagai berikut :

Tahanan momen, w = ( Hu1 = 532,032 kg


/ )
, Hu2 = 3894,528 kg
w=( / )
= ( / )
= 21,214 cm3 Digunakan nilai Hu : 532,032 kg

My= σlt . w Mmax = Hu(e + 3d/2 + 1/2f)


= 190 kg/cm2. 21,214 cm3 = 532,032 ( 25+
= 4030,714 kg.cm 3.6/2 + ½.169,87)
= 63277,058 kg.cm

4.4. Menghitung Beban Lateral Mmax > My ; 63277,058 > 4030,714 kg.cm,
Ultimit Tiang Sebagai Tiang maka tiang dianggap sebagai tiang panjang,
Ujung Bebas artinya tiang terlebih dahulu patah. Dengan
menganggap momen maksimum adalah
f = Hu/(9.Cu.d) momen tahanan dari tiang (My), maka:

Hu/(9 . 0,058 . 6) = Hu/3,132 = 0,319 Hu Hu = / /


a. Mmax = Hu(e + 3d/2 + 1/2f)
b. Mmax = (9/4) d.g2.Cu
,
c. Mmax = Mmax =( , . / . , )
Hu(e + 3d/2 + 1/2f) = (9/4)
d.g2.Cu
Hu (25 + 3.6/2 + ½(0,319 Hu)) Hu(34+0,16Hu) = 4030,714
= (2,25 . 6 . g2 . 0,058 )
Hu (34 + 0,160 Hu) = 0,783 g2 34Hu + 0,16 Hu2 – 4030,714 = 0
………… persamaan I
Dengan menguraikan persamaan di atas
d. L = 3d/2 + f + g maka didapatkan nilai Hu sebagai
g = L – 3d/2 – f berikut:
= 365 – 3.6/2 – 0,319 Hu Hu1 = 84,792 kg ( nilai Hu yang
g2 = (356-0,319 Hu)2 digunakan);
= 0,1019 Hu2 – 277,331 Hu Hu2 = -297,681 kg.
+ 126736... persamaan II
f. Nilai Hu juga dapat dicari dengan
e. Ketika persamaan II menggunakan grafik dengan cara
disubstitusikan ke persamaan I berikut :
maka didapat persamaan berikut :
,
.
= , .
= 321,736
2
Hu (34 + 0,0319 Hu) = 0,783 g

34 Hu + 0,0319 Hu2 = 0,783 e/d = 25/6 = 4,17


(0,1019 Hu2 – 277,331 Hu +
126736) .
= 40 (nilai didapat dari grafik)

34 Hu + 0,0319 Hu2 = 0,080 Hu = 40 . Cu . d2 = 40 . 0,058 . 62


Hu2- 178 Hu + 99234,288 = 83,520 kg
10
Dengan cara yang sama, memplotkan nilai s/d
sama dengan 3 dan s/d sama dengan 3,5, maka
didapat 0,36 dan 0,58.
Sehingga dapat di hitung nilai daya dukung
tiang grup pada spasi 3D dan 3,5D berturut-
turut sebagai berikut :

Q (group) = n x Q (single ,reduced)


= 8 x (84,792 kg x 0,36)
= 244,201 kg

Q (group) = n x Q (single ,reduced)


= 8 x (84,792 kg x 0,58)
= 393,434 kg
Gambar 12. Grafik Mu/Cud3 vs
Hu/Cud2 4.6. Perbandingan Nilai Daya Dukung
Lateral Pada Tiang Tunggal
Berdasarkan perhitungan analitis dan Nilai daya dukung lateral pondasi tiang
grafik, maka nilai Hu yang digunakan tunggal yang telah didapatkan secara
untuk perhitungan daya dukung pondasi analitis menggunakan metode Broms,
tiang grup adalah 84,792 kg. dibandingkan dengan nilai daya dukung
lateral yang didapatkan menggunakan
4.5. Menghitung Daya Dukung Grup interpretasi data hasil uji pembebanan
Tiang lateral dilapangan, dapat dilihat pada
Untuk menghitung daya dukung grup Tabel 1 berikut ini :
tiang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tabel 1. Perbandingan nilai daya
Q (group) = n x Q (single ,reduced) dukung lateral pada tiang tunggal
Broms Elastis Plastis Sharma Mazuerkiwicz
a. Daya dukung grup tiang dengan spasi Tiang
(kg) (kg) (kg) (kg)
2,5 D. Diambil reduksi sebesar 0,20 1 84.792 19.0 21.0 22.0
84.792 59.0 12.8 20.0
3 84.792 18.0 19.6 24.0

Tabel 2. Perbandingan nilai daya dukung


lateral pada tiang grup
Broms Elastis Plastis Sharma Mazuerkiwicz
Tiang
(kg) (kg) (kg) (kg)
2.5 137.363 123 86 194
3 234.026 244 180 210
3.5 330.689 94 74 180

5. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis dan
perhitungan terhadap nilai daya dukung
lateral pondasi tiang tunggal dan pondasi
tiang grup konfigurasi 2x3 dengan
Gambar 13. Nilai reduction factor pada variasi jarak antar tiang 2,5 D; 3 D; dan
spacing/diameter = 2,5 dengan pola 3,5 D; beberapa kesimpulan sebagai
segitiga berikut :
a. Berdasarkan hasil analisa uji
Q (group) = n x Q (single ,reduced) laboratorium, menggunakan
= 8 x (84,792 kg x 0,20) sistem klasifikasi USCS tanah
= 135,667 kg
11
tersebut termasuk golongan OH DAFTAR PUSTAKA
yang mana tanah tersebut ASTM D3966. 1989. Method of Testing
merupakan tanah lempung Piles Under Lateral Loads.
organik dengan plastisitas sedang
sampai tinggi, sedangkan dengan Bowles, Joseph E.1997,Analisa dan
menggunakan sistem klasifikasi Desain Pondasi Jilid 1, Edisi
tanah AASHTO tanah tersebut Keempat, Jakarta, Erlangga
termasuk dalam klasifikasi A-7
dengan jenis-jenis bahan Bowles, Joseph E.1999,Analisa dan
pendukung utama berupa Desain Pondasi Jilid 2, Edisi
lempung. Keempat, Jakarta, Erlangga.
b. Berdasarkan hasil uji CPT di
lokasi penelitian, dari dua titik Firmansyah, Irawan.2011, Laterally
penyelidikan disimpulkan bahwa Loaded Piles: Efficiency
konsistensi tanah masuk dalam Factor vs Reduction Factor.
kategori lembek dengan kisaran
nilai tekanan konus pada 6,90 Gogot, S. 2011. Pondasi Dangkal.
kg/cm2 dan 5,97 kg/cm2. Andi. Yogyakarta.
c. Berdasarkan perhitungan analitis
daya dukung tiang tunggal hasil Habibah,Iim; Lukman,Hikmad;
tes laboratorium menggunakan Nugraha, Wirtana Tri. 2015,
parameter kuat geser sampel tanah Analisi Daya Dukung Pondasi
dan kriteria tiang didapat hasil Tiang Pancang Tunggal
84,792 kg. Hasil ini jauh lebih Akibat Gaya Lateral pada
besar dari kondisi di lapangan. Proyek Whiz Hotel Bogor,
Untuk hasil dari loading test yang Bogor, Universitas Pakuan.
menggunakan 3 metode berbeda
diperoleh hasil dari metode Hardiyatmo, Hary Cristady. 2011,
Elastis-Plastis memiliki rata-rata Teknik Pondasi I,
hasil yang lebih besar, selanjutnya Yogyakarta, Beta Offset.
secara berturut-turut yaitu metode
Mazuerkiewich dan metode Qomariyah, Isti. 2017, Analisis
Sharma. Peningkatan Tahanan Geser
d. Berdasarkan hasil loading test Tanah Lunak Akibat Adanya
kelompok tiang, kenaikan Cerucuk Berdasarkan
efisiensi dari kelompok tiang Permodelan di
dengan jarak 2,5D menuju 3D Laboratorium. Surabaya,
cenderung meningkat. Namun Institut Teknologi Sepuluh
pada jarak 3,5D terjadi penurunan Nopember.
nilai.
e. Jarak yang ada pada kelompok Sanglerat, guy; Olivari, Gilbert;Cambou,
tiang apat mempengaruhi efisiensi Bernars..1989,Mekanika
dari kelompok tiang itu sendiri, Tanah dan Teknik Pondasi,
dan kelompok tiang dengan jarak Jakarta, Erlangga.
3D lebih optimal mendukung
gaya lateral pada pondasi grup Sardjono. 1988. Pondasi Tiang Pancang
tiang di tanah lunak. Jilid 1 . Surabaya : Sinar
Wijaya.

Suyono, S dan Kazuto, N. 2000.


Mekanika Tanah dan Pondasi.
PT Pradnya Paramita. Jakarta.
12
Terzaghi. 1987. Mekanika Tanah
Dalam Praktek Rekayasa
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Wartono. 2004, Studi Pembebanan


Lateral Model Tiang
Pancang Tunggal Ujung
Bebas (Free-End Pile)
dengan Variasi Panjang dan
Diameter pada Tanah Non
Kohesif (Pasir), Surakarta,
Universitas Sebelas Maret.

13

Anda mungkin juga menyukai