Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS ABORTUS INKOMPLIT

DI BPM PURWIYANTI
TAHUN 2020

Disusun oleh :
NAMA : Indriyani Safitri
NIM : 201814013

AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA HUSADA BOGOR


TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Jl. Sindang Barang KM 6 No. 8 Kota Bogor
Telp. (0251) 8628834 / Sms 0852 1670 1658
wijayahusada@gmail.com

1
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS ABORTUS INKOMPLIT

Disetujui oleh :

Pembimbing Lahan Dosen Pembimbing

(Purwi Yanti, Am. Keb) ( Deta Puspasari, S.Tr. Keb )

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “laporan
kasus ABORTUS INKOMPLIT”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1.  Ibu Deta Puspasari, S.Tr. Keb selaku dosen pembimbing

2.   Ibu Purwi Yanti, Am. Keb selaku pembimbing lahan

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik
bagi penulis maupun bagi pembaca.

ii
Bogor, 20 November 2020

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

iii
BAB I ........................................................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Tujuan penulisaan............................................................................................2
C. Ruang lingkup.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

A. Konsep Dasar Penyakit ...................................................................................3


1. Pengertian Abortus Inkomplet..................................................................3
2. Klasifikasi Abortus Inkomplet.................................................................3
3. Etiologi Abortus Inkomplet......................................................................7
4. Pathofisiologis Abortus Inkomplet...........................................................8
5. Prosedur Diagnostik Abortus Inkomplet..................................................11
6. Komplikasi Abortus Inkomplet................................................................11
7. Penatalaksanaan Abortus Inkomplet........................................................12
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanaan Secara Teoritis........................................15
1. Pengkajian.................................................................................................15
2. Diagnostic kebidanaan...............................................................................17
3. Perencanaan / intervensi............................................................................17
4. Pelaksanaan / implementasi.......................................................................20
5. Evaluasi ....................................................................................................20

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAAN ..........................................21

A. Tinjauan kasus................................................................................................21
1. Pengkajian................................................................................................21
2. Analisa data..............................................................................................26
3. Planning....................................................................................................26
4. Catatan perkembangan.............................................................................27
B. Pembahasaan .................................................................................................30
1. Pengkajian................................................................................................ 30

iv
2. Diagnose kebidanaan ..............................................................................31
3. Perencanaan/ intervensi............................................................................32
4. Pelaksanaan/ implementasi......................................................................32
5. Evaluasi....................................................................................................32

BAB IV PENUTUP...................................................................................................34

A. Simpulaan ......................................................................................................34
B. Saran...............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus atau Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Banyak hal yang bisa
menyebabkan terjadinya abortus diantaranya yaitu Kelainan ovum,
Kelainan genitalia Ibu, Gangguan sirkulasi plasenta, Penyakit penyakit
ibu, Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi,
misalnya keterkejutan, Obat obat uterotonika, Ketakutan, atau Penyakit
Bapak
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah
keguguran atau abortus. Mengingat semakin berkembangnya pendidikan
dan pengetahuan masyarakat khususnya wanita dengan emansipasinya
dalam turut serta menghidupi ekonomi keluarga, membuat kejadian
abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh
pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebas menjadikannya banyak
kejadian kehamilan tidak diinginkan menjadi meningkat sehingga
kecenderungan kejadian abortus provocatus juga meningkat. Bahkan
semakin merebaknya klinik-klinik aborsi di tanah air, semakin membuka
peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan akibatnya.
Abortus di negara-negara sedang berkembang sebagian besar
(lebih dari 90%) dilakukan tidak aman, sehingga berkontribusi sekitar 11-
13% terhadap kematian maternal di dunia. Insiden abortus sulit ditentukan
karena kadang-kadang seorang wanita mengalami abortus tanpa
mengetahui bahwa ia hamil, dan tidak mempunyai gejala yang hebat
sehingga hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus
memanjang). Menurut Prof. Dr. Wimpie Pangkahila abortus di Indonesia
tingkat abortus masih cukup tinggi dibanding dengan negara-negara maju
di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per tahun. 1 juta diantaranya

1
adalah abortus spontan 0,6 juta disebabkan oleh kegagalan program KB,
dan 0,7 juta karena tidak pakai alat kontrasepsi KB. (Asiffah, 2015)
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat
permasalahan abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus
sendiri merupakan suatu permasalahan yang kompleks bagi ibu,
suami/pasangan maupun keluarga.

B. Tujuan Penulisaan
1. Tujuan Umum
Memahami konsep teori Asuhan Kebidanan pada kejadian abortus.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengidentifikasi tanda-tanda, patofisiologi dan
penatalaksanaan abortus, serta batasan bidan dalam
penatalaksanaan abortus.
b. Dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
kejadian abortus.
C. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran dalam menyusun studi kasus ini adalah pasien dengan abortus
incomplete
2. Tempat
Pengkajian dan pelaksanaan asuhan kebidanaan ini dilakukan di BPM
Purwi Yanti
3. Waktu
Pengkajian dan pelaksanaan asuhan kebidanaan ini dilakukaan pada
tanggal 10 september 2020

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. PENGERTIAN ABORTUS INKOMPLIT
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil
konsepei sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang
menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan
memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup
dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi
BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup
terus (Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)
Definisi abortus menurut WHO adalah penghentian
kehamilan sebelum janin berusia 20 minggu karena secara medis
janin tidak bisa bertahan di luar kandungan. Sebaliknya bila
penghentian kehamilan dilakukan saat janin sudah berusia berusia
di atas 20 minggu maka hal tersebut adalah infanticide atau
pembunuhan janin.
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya
masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung
pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental
site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
(Sujiyatini,2012)

2. KLASIFIKASI ABORTUS INKOMPLIT


Menurut Mitayani,2013
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok:
a. Aborsi spontan

3
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis
ataupun medisnalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor
alamiah.
Klasifikasi abortus spontan:
1) Abortus iminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam.
Pada 50% kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti
setelah berlangsung beberapa hari, dan kehamilan
berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita
yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan
akibat perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya
akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau janin
mengalami gangguan, maka kehamilannya tidak akan
berlanjut: upaya perawatn untuk meminta dokter
membantu menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan
tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada
abortus iminens adalah tirah baring dan penggunaan sedatif
selama paling sedikit 48 jamdengan observasi cermat
terhadap warna dan jenis drah/jaringan yang keluar dari
dalam vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh
diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi uterus dikerjakan
pada stadium ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu
kemudian. Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak
senggama selama periode ini.
2) Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang
hingga berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri
kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam,
uterus harus dikosongkan dengan menggunakan forseps
ovum, alat kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang

4
dikirim untuk pemeriksaan histologi. Antibiotik sering
diberikan pada stadium ini.
3) Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan
seperti janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar.
Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks
menutup dan uterus mengalami involusi.
4) Abortus inkompletus
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian
produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak
begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya
pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini, perdarahan tidak
segera berkurang sementara serviks tetap terbuka.
Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada
abortus ini dilakukan sama seperti pada abortus insipiens.
Namun demikian, evakuasi uterus harus segers dilakukan
setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah perdarahan
lebih lanjut. Perhatian khusus diberikan pada higiene vulva.
Pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin diperlukan.
Preparat gamaglobulin anti-D diberikan pada wanita
dengan Rh-negatif.
5) Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus
iminens, perdarahan per vaginam berhenti namun produk
pembuahan meninggal dan tetap berada dalam rahim.
Tanda-tanda kehamilan berkurang, yaitu: payudara menjadi
lebih kecil dan lebih lunak, pertumbuhan uterus terhenti,
dan wanita tersebut tidak lagi ‘merasa’ hamil. Sesudah
beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat keluar
dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan
menghilang. Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan

5
darah dari perdarahan plasennta kadang-kadang memenuhi
uterus untuk membentuk mola karneosa. Evakuasi spontan
akhirnya terjadi pada sekitar usia kehamilan 18 minggu dan
sebagian dokter beranggapan bahwa tindakan yang lebih
aman adalah menunggu evakuasi spontan. Namun
demikian, wanita meminta dokter untuk mengeluarkannya
secepat mungkin setelah menyadari bahwa bayinya sudah
meninggal. Keadaan ini memberikan situasi yang sangat
sulit. Abortus akibat inkompetensi serviks
Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20
minggu. Serviks berdilatasi tanpa rasa nyeri dan kantong
janin menonjol. Pada kehamilan berikutnya, abortus dapat
dicegah dengan membuat jahitan seperti tali pada mulut
kantong (purse-string suture) yang dilakukan dengan
pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu antara rugae
vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar). Jahitan
tersebut dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu
dan pada saat ini, jahitan dipotong sehingga persalinan
spontan diharapkan akan mulai terjadi. Angka keberhasilan
jahitan Shirodkar mencapai 80% pada kasus-kasus
inkompetensi serviks murni.
6) Abortus habitualis
Abortus ini digunakan kalau seorang wanita
mengalami tiga kali atau lebih abortus spontan yang terjadi
berturut-turut. Penyebab abortus habitualis lebih dari satu
(multipel). Dan sering terdapat lebih dari satu faktor yang
terlibat.
7) Abortus septik
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus
karena resistensi normal saluran genitalia pada hakikatnya
tidak terdapat saat ini. Abortus kriminalis (abortus ilegal

6
yang dilakukan secara gelap) masih menjadi penyebab
infeksi yang paling serius karena tidak dilakukan secara
aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah keberadaan produk
pembuahan, yaitu jaringan plasenta yang mati di dalam
rahim. Infeksi dapat menyerang endometrium dan
menyebar ke bagian lain secara langsung atau tidak
langsung untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis, dan
septikemia.
b. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja
dilakukam dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok:
1) Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik
untuk alasan terapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu) maupun alasan lain.
2) Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

3. ETIOLOGI ABORTUS INKOMPLIT


a. Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling
sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan
oleh cacat kromosom.
b. Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri
atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus,
misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.
c. Kerusakan pada serviks skibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akobat tindakan pembedahan (dilatasi,
amputasi)

7
d. Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat: penyakit
mencakup infeksi virus akut, panas tinggi, dan inokulasi,
misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar. Nefritis
kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin.
Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk
perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.
Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik, akan
mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat.
Prostaglandin akan menyebabkan aortus dengan merangsang
kontraksi uterus.
e. Trauma, tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.
Hubungan seksual, khususnya kalau terjadi orgasme, dapat
menyebabkan abortus pada wanita dengan menyebabkan
abortus pada wanita dengan riwayat keguguran berkali-kali.
f. Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi
progedteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus
pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta
mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
g. Sebab-sebab psikomatik: stres dan emosi yang kuat diketahhui
dapat mempengaruhi fungsii uterus lewat sistem hipotalamus-
hipofise. Banyak dokter obstetri yang melaporkan kasus-kasus
abortus spontan dengan riwayat stres, dan biasanya mereka
juga menyebutkan kehamilan yang berhasil baik (pada wanita
dengan riwayat stres berat) setelah kecemasan dihilangkan.

4. PATHOFISIOLOGI ABORTUS INKOMPLIT


Patofisiologi abortus dijelaskan dalam berbagai konsep teori antara
lain adanya abnormalitas kromosom, disregulasi sistem imun
selama kehamilan, defek fase luteal, peningkatan kadar kortisol,
dan gangguan oksidasi plasenta.
a. Abnormalitas Kromosom

8
Abnormalitas kromosom janin akan menyebabkan peningkatan
reaksi sistem imun ibu yang ditandai dengan peningkatan TNF
dan IL-1-0 yang akan menyebabkan gangguan perkembangan
plasenta baik morfologi dan fungsi, termasuk ukuran, bentuk
dan vaskularisasi. Abnormalitas kromosom juga dikaitkan
dengan invasi trofoblas abnormal di desidua sehingga terjadilah
apoptosis janin.
b. Disregulasi Imunologi selama Kehamilan
Kehamilan bisa terjadi karena interaksi imun-endokrin. Respon
imun terjadi karena hasil konsepsi mengandung sel paternal.
Selanjutnya, kehamilan dapat dipertahankan karena rangsangan
hormon progesteron yang bekerja dengan mempertahankan
proses desidualisasi dan mengontrol kontraksi uterus.
Progesterone akan memicu keluarnya Progesterone Induced
Blocking Factor (PIBF) oleh limfosit dan sel desidua. PIBF
sendiri merupakan anti abortus karena melindungi fetus dari sel
imun. PIBF juga akan merangsang modulasi sitokin dari Th1
menjadi Th2. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan
respon inflamasi sistemik maternal dengan ketidakseimbangan
rasio Th1/Th2 di sirkulasi maternal pasien abortus. Beberapa
penelitian juga menunjukkan bahwa kadar progesteron serum
dan PIBF yang rendah akan meningkatkan risiko abortus.
c. Defek Fase Luteal
Defek luteal berperan dalam menyebabkan terjadinya 35%
abortus. Sebelum plasenta mengambil alih produksi
progesteron, progesteron diproduksi oleh korpus luteum.
Adanya defek fase luteal menyebabkan abortus karena
berkurangnya hormon progesteron yang berperan penting
dalam mempertahankan kehamilan.
d. Peningkatan Kadar Kortisol

9
Pada penelitian didapati bahwa kadar kortisol tinggi
menunjukkan adanya stres oksidatif janin. Kortisol juga akan
meningkatkan produksi estrogen dan akan menurunkan
produksi progesteron. Kadar estrogen yang tinggi akan
menyebabkan pelepasan prostaglandin plasenta yang akan
meningkatkan respon otot rahim terhadap oksitosin dan
merangsang kontraksi rahim sehingga terjadi abortus.

e. Gangguan Oksidasi di Plasenta


penelitian case control terhadap 40 pasien dengan abortus
spontan dan 40 pasien yang mengalami abortus mengancam
pada usia kehamilan 6-10 minggu menyimpulkan bahwa pada
abortus terdapat gangguan beta oksidasi asam lemak plasenta.
Gangguan oksidasi asam lemak akan menyebabkan
hipoglikemia dan kolaps kardiovaskular.
Gangguan oksidasi terjadi karena defisiensi karnitin akibat
penumpukan karnitin dalam urin. Penurunan kadar karnitin
akan menyebabkan penurunan energi untuk pertumbuhan dan
keberlangsungan proses metabolik janin. Selain itu, karnitin
juga memegang peranan penting untuk mencegah akumulasi
berlebihan senyawa alkil yang merusak sel. Penurunan kadar
karnitin juga menyebabkan penurunan kadar leusin, asam
amino esensial yang penting dalam sintesa protein dan
mempengaruhi tumbuh kembang janin.

10
5. PROSEDUR DIAGNOSTIC ABORTUS INKOMPLIT
Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam
masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah
mengalami haid yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas
dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah (Mitayani,2013:23).
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan
tanda-tanda sebagai berikut
a. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka
atau sudah teertutup, ada/tidak jaringan yang keluar dari
ostium, ada/tidak jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak
jaringan pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak nyeri
pada perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan
tidak nyeri.

6. KOMPLIKASI ABORTUS INKOMPLIT


a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi
darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain.
c. Syok

11
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat.
d. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh
bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia
eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric
bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum),
Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada
vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif
enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan
jamur. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung
jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli,
Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan
Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai
adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium
tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena
dapat membentuk gas.

7. PENATALAKSANAAN ABORTUS
Pemeriksaan umum:
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum
pasien, termasuk tanda-tanda vital.
b. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak,
pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112
kali per menit).
c. Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting

12
untuk memulai penanganan syok dengan segera.
d. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu.
e. Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih),
berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan
tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin,
2016).

Penanganan Abortus Inkomplit


a. Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok dan sepsis)
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan:
c. Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia.
d. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4
jam jika perlu).
e. Jika kehamilan > 16 mingguan
f. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV
(garam fisiologis arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes /
menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi
g. Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
h. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
i. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis
(sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
j. Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol

13
500mg setiap 8 jam.
k. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600
mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi
darah (anemia berat).
l. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan (Syaifuddin, 2016).

Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr%
(TM I dan TM III 11 gr % dan TM II 10,5 gr%).
Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
b. Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien
dengan kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa
urine negatif.
c. USG Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih
utuh dan cairan amnion
d. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin
masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
e. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan
apakah janin masih hidup.
f. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya
mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.
g. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui
apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
h. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun
akibat perdarahan.

14
Pemeriksaan Ginekologi
a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari
vulva.
b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka
atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium,
ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum
douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN TEORITIS


a. Pengkajian
1) Identitas
a) Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal lahir, nomor
RM, diagnosa medis, jenis kelamin.
b) Identitas penanggung jawab berupa nama, alamat,
tanggallahir, status, agama, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan pasien, jenis kelamin.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
c) Riwayat kesehatan dahulu

15
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang
berhubungan kodisi kesehatan saat ini.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang
ada atau tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit
jantung, diabetes melitus.
3) Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan
sesudah sakit
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi
c) Pola eliminasi
d) Pola istirahat dan tidur
e) Pola personal hygiene
f) Pola aktivitas
g) Pola kognitif dan persepsi
h) Pola konsep diri
i) Pola hubungan dan peran
j) Pola seksual dan reproduksi
k) Pola penanganan masalah stress
l) Pola keyakinan dan nilai-nilai
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum dan kesadaran umum
b) Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu
c) Pemeriksaan head to toe
5) Pemeriksaan penunjang
a) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih
hidup, bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.
b) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan
apakah janin masih hidup

16
c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed
abortion
b. Diagnosa
Kemungkinan diagnosis yang muncul adalah sebagai berikut:
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan vaskuler dalam jumlah berlebih
2) Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan
dan kontraksi uterus
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri
sendiri dan janin

c. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Kekurangan Tujuan:    Observasi TTV      Mengetahui
volume cairan Setelah dilakukan keadaan umum klien
berhubungan tindakan selama 3 x   Posisikan ibu     Menjamin
dengan kehilangan 24 jam volume cairan dengan tepat (semi keadekuatan darah
vaskuler berlebih terpenuhi dengan fowler) yang tersedia untuk
kriteria hasil: otak, peninggian
   Pasien Berikan sejumlah panggul menghindari
mengungkapkan cairan pengganti kompresi vena
tidak lemah, dan harian      Pendarahan dapat
tidak merasa haus berhenti dengan
lagi    Laporkan serta reduksi aktivitas
   Mukosa bibir catat jumlah dan
lembab sifat kehilangan
   Turgor kulit normal darah      Untuk mengetahui
   Mata tidak cekung perkiraan banyak nya

17
kehilangan darah

2. Nyeri berhubungan Tujuan:      Observasi TTV      Untuk mengetahui


dengan dilatasi Setelah dilakukan keadaan umum klien
serviks, trauma tindakan 3 x 24 jam      Meningkatkan
jaringan dan nyeri teratasi dengan Lakukan koping klien dalam
kontraksi uterus kriteria hasil: pengkajian nyeri mengatasi nyeri
   Pasien tidak        Untuk mengetahui
mengeluh nyeri lagi       lokasi nyeri, skala,
   Skala nyeri dan intensitasnya
berkurang (<3)
.   Ajarkan metode     Untuk mengurangi
distraksi nyeri

Kolaborasi
     Berikan      Analgetik berfungsi
analgetik untuk mengurangi
nyeri
3. Resiko tinggi Tujuan:      Observasi TTV      Mengetahui
infeksi Setelah dilakukan keadaan umum klien
berhubungan tindakan 3 x 24 jam
dengan trauma pasien tidak     Terangkan pada     Untuk mencegah
jaringan mengalami infeksi klien pentingnya terjadinya infeksi
dengan kriteria hasil: vulva hygiene berkelanjutan
   Tidak merasa nyeri
pada daerah vulva.      Lakukan teknik     Inkubasi kuman
   Tidak merasa gatal vulva hygiene pada area genital yang
   TTV dalam batas relatif cepat dapat
normal menyebabkan infeksi

     Tingkatkan      Membantu

18
teknik cuci tangan mencegah penularan
yang benar untuk bakteri
meningkatkan
personal hygiene
klien
4. Ansietas Tujuan :      Jelaskan     Pengetahuan dapat
berhubungan Setelah dilakukan prosedur dan arti membantu
dengan ancaman tindakan 3 x 24 jam gejala menurunkan rasa takut
kematian diri pasien tidak dan meningkatkan
sendiri dan janin mengalami rasa kontrol terhadap
kecemasan dengan situasi
ktriteria hasil:     Pengetahuan akan
     Klien      Berikan membantu ibu untuk
mendiskusikan informasi dalam mengatasi apa yang
ketakutan mengenai bentuk verbal dan sedang terjadi dengan
diri janin dan masa tertulis serta beri lebih efektif.
depan kehamilan, kesempatan klien Informasi sebaiknya
juga mengenai untuk mengajukan tertulis, agar nantinya
ketakutan yang sehat pertanyaan memungkinkan ibu
dan tidak sehat untuk mengulang
     Klien tampak informasi akibat
tenang tingkat stress.
     Klien tidak terlihat
cemas lagi      Pantau respon     Menandai tingkat
verbal dan non kecemasan yang
verbal ibu dan sedang dialami ibu
pasangan. atau pasangan.
     Menjadi mampu
     Libatkan ibu melakukan sesuatu
dalam perencanaan untuk membantu
dan berpatisipasi mengontrol situasi

19
dalam perawatan sehingga dapat
sebanyak mungkin menurunkan rasa takut

d. Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
menyeluruh seperti yang diuraikan dalam intervensi,
pemecahan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian oleh bidan, klien atau tim kesehatan lainya. Jika
bidan tidak melaksanakan sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaan asuhan kebidanan
tersebut (Varney, 2012).
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen
kebidanan. Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus dengan melibatkan klien pribadi
maupun bidan. Tujuan evaluasi adalah untuk mangatahui
kemajuan dari hasil tindakan yang dilakukan (Varney,
2012).

BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAAN

A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian (subjective dan objective )
Tanggal pengkajian : 10 september 2020

20
Jam pengkajian : 10.00 WIB

Data subjektif
a. Identitas klien
Istri Suami
Nama Ny.S Tn. W
Umur 26 tahun 28 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Karyawan swasta
Suku /bangsa Betawi/ indonesia Betawi/ indonesia
Alamat Bojong sari , Depok Bojong sari , Depok

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluar darah dari vagina dan nyeri perut bagian bawah sejak 2
hari yang lalu
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhaan tersebut mucul 2 hari yang lalu. Darah yang keluar
berwarna merah segar dan kemudian diikuti dengan gumpalan
gumpalaan seperti daging. Selain itu juga pasien mngeluh nyeri
pada perut bagian bawah. pasien tidak mengalami demam dan
tidak terjadi trauma.
3) Riwayat Penyakit terdahulu
Ibu mengatakan ibu tidak pernah / sedang menderita penyakit
jantung, DM, hipertensi, TBC dan penyakit kelainan bawaan.
4) Riwayat Penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah / sedang menderita
penyakit jantung, DM, hipertensi, TBC dan penyakit kelainan
bawaan. Ibu mengatakan ibu dan keluarga tidak memiliki
keturunan kembar.

21
5) Riwayat Alergi
Makanan : ibu tidak memiliki riwayat alergi makanan
Obat : ibu tidak memiliki riwayat alergi obat
6) Riwayat Menstruasi
Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
N TAH Umur Penyul Jeni Penolo Pen Lase Infe Perda Je BB Pj
O. UN keham it s ng yuli rasi ksi ra
nis
ilan t
Han
1 5 thn 36 mgg Tdk Nor Bidan Tdk 1 Tdk - L 290 47
ada mal ada 0 cm

a) Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 15 thn Siklus :teratur
HPHT : 01 juli 2020
b) Riwayat hamil dan nifas yang lalu HPHT : 01 juli 2020
c. Status Perkawinan
1) Berapa kali menikah : 1 kali
2) Usia saat menikah : 20 tahun
3) Lama perkawinan : 6 tahun
d. Riwayat Keluarga Berencana
Melaksanakan KB : ( √ ) ya ( ) tidak
Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan :
( ) IUD( ) Pil(√ ) suntik( ) Implant
( ) lain – lain. Sebutkan …………………………………….
Masalah yang terjadi : -
Masalah Keperawatan : tidak ada

22
e. Kebutuhan dasar khusus
1) Pola nutrisi
a) Frekwensi makan : 1-3 x/hari
b) Nafsu makan : ( √ ) baik ( ) tidak nafsu , alasan: -
c) Jenis makanan rumah : nasi, lauk pauk,sayur dan kadang
buah
d) Makanan yang tidak disukai /alergi/pantangan : ( ) ada
( √ ) tidak ada
2) Pola Eliminasi
a) BAK
Frekwensi : 6-7 kali

Warna : kuning jernih

Keluhan yang berhubungan dengan BAK : -

b) BAB
Frekwensi : 1 kali

Warna : kuning

Bau : khas

Konsistensi : lunak

Keluhan :-

c) Pola Personal Hygiene


 Mandi
Frekwensi : 2 x/hari
Sabun : ( √ ) Ya ( ) tidak
 Oral hygiene
Frekwensi : 3 x/hari
Waktu : ( √ ) Pagi ( √ ) sore ( √ ) Setelah
makan

23
 Cuci rambut
Frekwensi : 2-3 x/minggu
Shampo : ( √ ) ya ( ) tidak
d) Pola istirahat dan tidur
 Lama tidur : ±8 Jam /hari
 Kebiasaan sebelum tidur : berdo’a
 Keluhan :-
e) Pola aktifitas dan latihan
 Kegiatan dalam pekerjaan :
 Waktu bekerja : ( √ ) Pagi ( ) sore ( )
Malam
 Olah raga : ( √ ) Ya ( ) Tidak
 Jenisnya : jalan – jalan saja

Frekwensi : 1-2 x seminggu

f) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


 Merokok : ( ) Ya , sebutkan …… ( √ ) Tidak
 Minuman keras: ( ) Ya , sebutkan ……. ( √ ) Tidak
 Ketergantungan obat : ( ) Ya , sebutkan … ( √ ) Tidak.

Data objektif

Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah :110/90 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi :22 x/mnt

24
Suhu : 36,6oC
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 156 cm

b. Pemeriksaan fisik khusus.


1) Kepala
Simetris, tidak ada benjolan
2) Wajah
Simetris, tidak pucat
3) Mata
Konjungtiva merah muda, skelera putih pandangan mata tidak
kabur
4) Mulut
Bersih, tidak ada stomatitis, lembab
5) Gigi/gusi
Gigi tidak berlubang, gusi tidak ada pembengkakan
6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
7) Payudara
Simetris, tidak ada benjolan, bersih
8) Perut
Tidak ada bekas operasi
a) Palpasi : ballottement (+)
b) Tinggi fundus uteri : 2 jari diatas simfisis
c) Aukultasi (-)
9) Vulva / vagina
Keluar darah ± 5 cc, bau khas, tidak ada varises
10) Ektermitas
a) Atas : simetris, tidak ada oedema
b) Bawah : simetrsis, tidak ada oedema , reflex patella (+)(+)

25
2. Analisa data
a. Diagnose kebidanaan
Ny. S usia 26 tahun G2P1A0 umur kehamilan 10 minggu 1 hari
hamil dengan abortus inkomplit.

b. Data dasar
Keluhaan tersebut mucul 2 hari yang lalu. Darah yang keluar
berwarna merah segar dan kemudian diikuti dengan gumpalan
gumpalaan seperti daging. Selain itu juga pasien mngeluh nyeri
pada perut bagian bawah. pasien tidak mengalami demam dan tidak
terjadi trauma.
c. Masalah
Keluar darah sejak 2 hari yang lalu dan merakaan nyeri pada perut
bagian bawah
3. Planning
a. Intervensi

1) Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

2) Melakukan kolaborasi dengan dokter spog untuk melakukaan


USG dab tindak lanjut keadaan ibu

3) Berikan dukungan emosional kepada ibu dan keluarga

4) Melakukan observasi tanda-tanda vital ibu, perdarahan, serta


output urine ibu

5) Beritahu ibu akan dilakukaan rujukann

c. Implementasi

1) memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

2) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk


melakukaan USG dan tindak lanjut keadaan ibu,

26
3) memberikan dukungan emosional kepada ibu dan keluarga,

4) Melakukan observasi tanda-tanda vital ibu, perdarahan, serta


output urine ibu

5) memberitahu ibu akan dilakukaan rujukann

d. Evaluasi

1) Ibu mengetahui hasil pemeriksaan, ibu dan keluarga paham


akan kondisi ibu.

2) Sudah Melakukan kolaborasi dengan dokter spog untuk


dilakukaan USG dan tindak lanjut keadaan ibu,

3) Ibu merasa lebih baik.

4) Hasil observasi dalam batas normal.

5) Ibu bersedia dilakukaan rujukaan

4. Catatan perkembangan
a. Tanggal 10-09-2020 jam 10.30 WIB Ny. S dilakukaan rujukan ke
rumah sakit
1) Subjektif: ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir dan
nyeri perut
2) objektif
KU: cukup
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/70 mmHg
N : 89 kali/menit
RR : 16 kali/menit
S : 36,5°C
3) Analisa : Ny. S usia 26 tahun G2P1A0 umur kehamilan 10
minggu 1hari hamil dengan abortus inkomplit.
3) Penatalaksanaan: -

27
a) Observasi keadaan umum dan vital sign
b) Observasi perdarahan
c) Melakukaan pemberiaan obat anti nyeri

b. Tanggal 10-09-2020 jam 12.30 WIB (pasca USG)


1) Subjektif : ibu mengatakan keluar darah pada jalan lahir dan
perut semakin terasa nyeri
2) Objektif :
KU : cukup
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
N : 88 kali/menit
RR : 16 kali/menit
S : 36,7°C
Perdarahan : ±5cc
3) Analisa : Ny. S usia 26 tahun G2P1A0 umur kehamilan 10
minggu 1 hari hamil dengan abortus inkomplit.
4) Penatalaksanaan :
a) observasi keadaan umum, vital sign
b) memberitahu ibu teknik relaksasi yaitu dengan cara tarik
napas dalam kemudian keluarkan lewat mulut
c) memberitahu ibu akan dilakukaan kuretase jam 20.00 WIB

c. Tanggal 11-9-2020 jam 14.00 WIB


1) Subjektif : ibu mengatakan merasa mules
2) Objektif :
KU : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/70 mmHg
N : 92 kali/menit
RR : 22 kali/menit

28
S : 36.2°C
3) Analisa : Ny. S usia 26 tahun P1A1 hari ke-0 riwayat
abortus inkomplit post kuretase
4) Penatalaksanaan :
a) observasi keadaan umum, vital sign
b) melakukan advis dokter, pasien diizinkan untuk pulang
c) kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi :
o cefadroxil 500mg/12jam/PO
o asam mefenamat 500mg/8jam/PO
d) memberikan KIE tentang kebersihan alat genetalia yaitu
untuk tetap menjaga kebersihan dengan cara membersihkan
setelah BAK, BAB atau setelah mandi dengan air dan sabun
ditepuk-tepuk kemudian diguyur air mengalir dari depan ke
belakang dan mengganti celana dalam apa bila sudah dirasa
lembab.
e) memberikan edukasi kepada ibu tentang KB pasca
keguguran dengan tujuan untuk mencegah kehamilan
memberi waktu 3-6 bulan dapat memperkecil kemungkinan
keguguran kembali karena organ reproduksinya sudah
kembali seperti semula, sesuai dengan rekomendasi dokter
obgyn dapat menggunakan langsung kontrasepsi sederhana
seperti KB kalender, senggama terputus atau KB hormonal
seperti pil, suntik kombinasi (1 bulan), suntik progestin (3
bulan), implant (dimasukkan ditangan) atau KB non
hormonal seperti kondom, IUD (dimasukkan dirahim).
f) menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 18-
09-2020 di poli kandungan

B. Pembahasaan
Pada bab ini diuraikan pembahasan kasus yang telah diambil sesuai
dengan manajemen kebidanan SOAP mulai dari pengkajian sampai

29
dengan evaluasi penatalaksanaan. Dalam hal ini juga akan diuraikan
tentang persamaan dan kesenjangan antara teori yang ada dengan praktik
yang ditemukan dilapangan.
1. Pengkajian
a. Pengkajian data (Subjektiv)
Pengkajian merupakan tahap awal yang digunakan sebagai
landasan dalam proses pemberian asuhan kebidanan. Tahap ini
mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisa data atau
fakta yang dikumpulkan dari beberapa data subjektif dan objektif.
Data tersebut diperoleh dengan wawancara, observasi, studi
dokumentasi dan studi kepustakaan. Pengkajian ini dibuat teliti dan
sistematis, sehingga dapat diketahui diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan yang ada dan akhirnya dapat diberikan asuhan kebidanan
terhadap masalah tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh ibu datang ke BPM Purwi
Yanti mengatakan keluar darah sejak 2 hari yang lalu , tidak pernah
mengalami cidera fisik maupun jatuh. Hal ini menunjukkan adanya
gangguan pada kehamilannya.

2. Pemeriksaan (Objektif)
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan umum, fisik dan
penunjang untuk merumuskan diagnosis yang akan ditetapkan pada
kasus yang didapatkan dengan berkolaborasi dengan dokter obgyn
akan melakukan USG. Dalam hal ini pemeriksaan umum yang
dilakukan sesuai dengan teori yaitu keadaan umum, kesadaran, tanda
vital dan pemeriksaan fisik seperti abdomen.
Setelah dilakukan pemeriksaan umum didapatkan hasil yaitu ibu
dalam keadaan cukup, kemudian pemeriksaan fisik ibu menunjukkan
ibu dalam kondisi baik tidak ada tanda bahaya seperti demam tinggi,

30
syok Pada tahap intervensi data tidak ditemukan kesenjangan antara
data objektif Ny. S dengan teori mengenai abortus inkomplit.

3. Diagnose kebidanan
Diagnosa kebidanan itu sendiri mencakup :

a. Kondisi pasien/klien yang terkait masalah.


b. Masalah utama dan penyebab utamanya (tingkat resiko)
c. Masalah potensial
d. Prognosa

Penegakkan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan


dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup pasien/klien
terutama ibu dengan abortus. Setelah mengidentifikasi masalah secara
sistematis, Bidan bisa mendiagnosa apakah seorang ibu abortus atau
tidak, atau apa jenis/klasifikasi dari abortus tersebut.

Diagnosis kebidanan yang disimpulkan oleh bidan antara lain :

a. Paritas
b. Usia kehamilan dalam minggu
c. Keadaan janin
d. Normal atau tidak normalnya kondisi kehamilan ibu.

4. Perencanaan / interverensi
Pada langkah ini merupakan indentifikasi terhadap masalah atau
interpretasi yang benar atas data yang telah dikumpulkan sehingga
dapat merumuskan masalah atau diagnosa yang spesifik. Pada tinjauan
pustaka dijelaskan bahwa abortus adalah penghentian atau berakhirnya
suatu kehamilan pada umur kehamilan kurang dari 22 minggu dan
pada kasus ditemukan ibu hamil dengan umur kehamilan 10 minggu 1
hari.

31
Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan studi kasus
pada Ny. S secara garis besar tampak ada persamaan dalam diagnosa
yang ditegakkan atau pada langkah pengkajian ini tidak terdapat
kesenjangan atau teori dan praktik.

5. Pelaksanaan / implementasi
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa
melaksanakan rencana asuhan yang terlah direncanakan sebelumnya
harus secara efisien dan menjamin rasa aman dan nyaman pada pasien.
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh
dari perencanaan (Varney, 2012).
Dari diagnosa yang telah ditegakkan, oleh sebab itu pasien
dijelaskan mengenai hasil pemeriksaanya kemudian diberikan
dukungan motivasi agar tetap tenang. Ibu dijelaskan bahwa sisa janin
harus segera dilahirkan dengan tindakan kuretase.
Kasus abortus inkomplit ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
penyebab. Dari data yang telah didapat, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan embrio, zigot, janin atau plasenta pada kehamilan ibu,
karena ibu tidak mengalami trauma seperti cidera fisik maupun jatuh

6. Evaluasi
Adapun evaluasi merupakan sebuah perbandingan dari hasil yang
aktual dengan hasil yang dihadapkan. Dilakukan penilaian yang telah
disusun dapat terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya seperti yang
telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2012).
Hasil evaluasi yakni Ny. S telah dirujuk dan dilakukan kuretase
pada tanggal 10–09-2020 jam 20.00. Berdasarkan penanganan kasus
tersebut dapat dilihat bahwa penatalaksanaan abortus inkomplit di

32
BPM Purwi Yanti sudah sesuai dengan teori tatalaksana abortus
inkomplit.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulaan

Abortus inkomplit merupakan salah satu hal yang menjadi


penyumbang terbesar dalam angka kematian ibu. Terdapat berbagai

33
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya abortus inkomplit ini seperti
faktor fetal dan faktor maternal. Penanganan yang cepat dan tepat
diperlukan dalam menangani kasus abortus inkomplit karena merupakan
kegawatdaruratan yang dapat mengancam nyawa ibu seperti
mengakibatkan komplikasi yaitu syok hipovolemik dan perdarahan terus
menerus. Oleh karena itu pelayan kesehatan sudah seharusnya
menerapkan cara-cara yang tepat dan cepat dalam menangani kasus
abortus inkomplit sehingga tidak menambah angka kematian ibu.

B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Sebagai mahasiswa agar lebih menguasai materi dan mampu
mengaplikasikannya sehingga ketika terjadi masalah dapat
mengkajinya lebih dalam dan memberikan asuhan yang sesuai
kebutuhan pasien. Mahasiswa diharapkan untuk membaca literature
terbaru untuk menambah wawasan mengenai penatalaksanaan abortus
inkomplit.
2. Untuk Bidan Pelaksana
Hal yang dapat dilakukan sebagai bidan yaitu melakukan deteksi dini
komplikasi pada ibu hamil dengan pengkajian secara teliti, sehingga
dapat dilakukan asuhan dan penanganan segera jika terjadi komplikasi.
Memberikan KIE pada ibu hamil tentang tanda bahaya selama
kehamilan, salah satunya abortus inkomplit. Bidan diharapkan
mengikuti perkembangan ilmu terutama pada penanganan abortus
inkomplit sehingga bidan dapat memberikan penatalaksanaan dengan
benar.

3. Untuk Ibu Hamil


Sebagai ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan kehamilan secara
teratur agar lebih memahami kondisi tubuhnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Friska, Tresnawati. 2013. Asuhan Kebidanaan. Prestasi Pustakaraya. Jakarta

Nurul, Janah. 2012. Asuhan Kebidanaan Kehamilaan , Andi Offset. Yogyakarta

35
Manuaba, I. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Armyati, Eky Oktaviani. 2015. Buku Ajar Psikologi Kebidanan. Ponorogo :


Ponorogo Press.

Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika

Saliimah, Maryam Balqis. 2019. Laporan Kasus Abortus Inkomplit. Riau:


Bagian Obstetri Dan Ginekologi RSUD Dr. R.M Pratomo Bagansiapiapi

36

Anda mungkin juga menyukai