Bakteri 2 Afli Proposal
Bakteri 2 Afli Proposal
Disusun Oleh
NAMA : AFLI SINDRI DACOSTA ALNABE
NIM :PO530333319798
TINGKAT :2A
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan paling vital bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Tubuh manusia terdiri dari sekitar 65 % air. Makhluk hidup yang kekurangan air
cukup banyak dapat berakibat fatal atau bahkan mengakibatkan kematian. Manusia
memerlukan 2,5 – 3 liter air untuk minum dan makan (Sutjahyo,2000).
Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari,
tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Air minum harus memenuhi persyaratan
fisik, kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1996).
Data Departemen Kesehatan (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berasa,
tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Air dari sumber alam
dapat diminum oleh manusia tetapi masih terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh
bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Bakteri dapat dibunuh dengan
memasak air hingga 1000 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat
dihilangkan dengan cara ini (Suprihatin dalam kompas, 2003).
Air tawar bersih yang layak minum semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai
yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan
sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak
aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik
maupun air permukaan. Hal ini membuat semakin banyak industri pengolahan air minum
dalam kemasan (AMDK) yang menjawab tantangan dalam penyediaan air bersih terutama
air minum.
Menurut Athena,dkk (2003), air minum dalam kemasan adalah air yang mengalami
proses pemurnian baik secara ultraviolet, ozonisasi ataupun keduanya dengan tahap filtrasi.
Hal ini membuat air bersih ini dapat dipakai untuk berbagai keperluan.
Negara Indonesia pertama kali memproduksi air minum dalam kemasan dengan
merk “AQUA” pada tahun 1972. Air minum dalam kemasan berkembang pesat. Harga air
minum dalam kemasan terasa mahal dan hanya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi
menengah ke atas. Harga yang ditawarkan air minum isi ulang dapat lebih murah lantaran
tidak memerlukan biaya pengiriman dan pengemasan (Zuhri, 2009).
Masyarakat atau pasar masih memiliki persepsi bahwa depot air minum isi ulang
ini air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang memenuhi syarat-
syarat kesehatan. Air baku dapat diambil dari berbagai sumber. Tingkat higienitas depot
air minum isi ulang memang tidak dapat ditentukan. (Siswanto, 2004).
Bakteri coliform dicurigai berasal dari tinja. Kehadiran bakteri ini di dalam
berbagai tempat mulai dari air minum, bahan makanan ataupun bahan-bahan lain untuk
keperluan manusia, tidak diharapkan dan bahkan sangat dihindari. Hubungan antara tinja
dan bakteri coliform dapat menjadikan bakteri ini sebagai indikator alami kehadiran materi
fekal. Suatu subtrat atau benda misalnya air minum didapatkan bakteri ini, langsung
ataupun tidak langsung air minum tersebut dicemari materi fekal (Suriawiria, 1996).
Hasil pemaparan tersebut dan keterkaitan antara kebutuhan air minum isi ulang dan
tingkat keamanannya dari cemaran bakteri yaitu Escherichia coli pada depot air minum isi
ulang (DAMIU) melatarbelakangi dilakukan penelitian ini pada depot air minum isi ulang
di wilayah Kecamatan Pontianak Barat Kota Kupang
1. Mengetahui tingkat pencemaran coliform pada air minum dari beberapa depot
air minum isi ulang yang ada di Kota Pontianak.
2. Mendapatkan informasi sumber air bahan baku & pengolahan air pada depot
air minum isi ulang tersebut.
1. Database tingkat pencemaran bakteri coliform pada air minum yang dihasilkan
dari depot air minum isi ulang.
2. Mendapatkan info sumber bahan baku air dan proses pengolahan air minum
isi ulang tersebut.
Hipotesis yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu, air minum isi ulang
beberapa Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di wilayah Kota Kupang positif tercemar
bakteri Escherichia coli.
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting
bagi kehidupan. Air juga dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, sehingga
merupakan modal dasar pembangunan dan penting bagi kelangsungan hidup. Air minum
seharusnya dibedakan dengan air bersih. Air bersih dipergunakan untuk berbagai
kepentingan rumah tangga seperti mandi, mencuci piring, dan mencuci pakaian, tetapi tidak
dapat langsung diminum, karena mungkin masih mengandung bakteri patogen
(Zuhri, 2009).
c. Air kemasan
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat.
Air bersih yang baik harus sesuai peraturan internasional (WHO dan APHA)
ataupun peraturan nasional atau setempat. Kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi
persyaratan yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan RI
No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di
dalamnya harus sesuai (Widianti dan Ristiati, 2004).
b) Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang
membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara
lain residu pestisida. Senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air
akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Kelompok
logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.
c) Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab
penyakit, terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin.
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau. Air minum juga tidak mengandung kuman patogen dan segala mahkluk yang
membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengganggu
fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan tidak merugikan secara
ekonomis (Dwidjoseputro, 1990).
Standar air minum yang mencakup peraturan yang memberi petunjuk tentang
kontaminasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada dalam air
minum. Standar ini berbeda antara satu negara dengan negara yang lain tergantung
pada social kultural termasuk kemajuan teknologinya. Standar suatu negara seharusnya
layak bagai keadaan sosial ekonomi dan budaya setempat. untuk negara berkembang
seperti indonesia, perlu didapat cara-cara pengolahan air yang relatif murah sehingga
kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat dikatakan baik dan memenuhi syarat.
Parameter yang disyaratkan meliputi; Parameter fisik, kimiawi, biologis dan radiologist
(Suriawiria, 1996).
Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat kimia
untuk membantu proses selanjutnya, misalnya dengan pembubuhan kapur.
Proses sanitasi air dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu (Widianti dan
Ristiati, 2004):
1. Sanitasi air yang paling sederhana dengan memanaskan air hingga titik didih.
4). Ultraviolet.
5. Ozonisasi.
Penjernihan air minum dapat dilakukan dengan proses filtrasi. Filtrasi adalah
proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi dari air melalui media
berpori-pori. Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui suatu lapisan materi
berbentuk butiran yang disebut media filter. Media filter biasanya pasir atau kombinasi
pasir, anthracite, garnet, polystyrene dan beads. Filter dengan bahan anthracite, kecepatan
filtrasinya dapat diperbesar menjadi 1,5 – 2 kali saringan kasir. Pasir yang paling baik untuk
bahan filter adalah pasir yang mengandung kuarsa (SiO2) lebih besar atau sama 90,8 %
(Winarno,1993).
Penyaringan (filtrasi) dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) filtrasi dengan pasir
dan 2) filtrasi membran. Filtrasi pasir untuk memisahkan partikel berukuran besar (>3
mikrometer), mikrofiltrasi membran dapat memisahkan partikel berukuran lebih kecil (0,08
mikrometer), ultrafiltrasi dapat memisahkan makromolekul, nanofiltrasi dapat
memisahkan mikromolekul dan ion-ion bervalensi dua (misalnya Mg,Ca). Ion-ion dapat
dipisahkan dengan membran ”reverses osmosis”. Penggunaan mikrofiltrasi dapat
memisahkan bakteri, dan penggunaan ultrafiltrasi dapat memisahkan bakteri dan virus
(Widianti dan Ristiati, 2004).
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya
polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk
susu. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram
negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC. Bakteri
koliform yang berada di dalam makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya
mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan
(Suriawiria,1996).
Bakteri Coliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua golongan
(Suriawiria, 1996):
1). Coliform fekal, seperti Escherichia coli yang betul-betul berasal dari tinja
manusia.
2). Coliform non fekal, seperti aerobacter dan Klebsiella yang bukan berasal
dari tinja manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau tanaman yang
telah mati.
a). Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan
berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai sumber energi dan beberapa
komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.
Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus
besar manusia sebagai flora normal. Bakteri ini bersifat unik karena dapat menyebabkan
infeksi primer pada usus, misalnya diare pada anak, seperti juga kemampuannya
menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus. Escherichia coli terdiri dari 2
species yaitu: Escherichia coli dan Escherichia hermanis (Zuhri,2009).
Escherichia coli sebagai salah satu contoh terkenal mempunyai beberapa spesies
hidup di dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah
panas. Escherichia coli mula-mula diisolasi oleh Escherich pada tahun 1885 dari tinja bayi.
(Suriawiria, 1996).
Air minum yang baik dapat diukur terbebas dari bakteri atau tidak, pegangan yang
digunakan adalah E.coli. Air minum dapat diperiksa dengan menggunakan Membrane
Filter Technique maka 90% dari contoh air diperiksa selama 1 bulan harus bebas
dari E.coli. E.coli digunakan sebagai patokan dalam menentukan syarat bakteriologis
karena pada umumnya bibit penyakit ini ditemukan pada kotoran manusia dan relatif lebih
sukar dimatikan dengan pemanasan air (Hartini,2009).
a. Air
Air mutlak perlu untuk kegiatan sel hidup, karena merupakan penyusun utama sel.
Fungsi air yang lain adalah sebagai sumber oksigen dan pelarut. Pembuatan media
digunakan air suling.
b. Pepton
Pepton merupakan bentuk hasil antara hidrolisa protein alam oleh enzim
proteolitik, misalnya tripsin, papain, dan lain- lain. Fungsi yang terpenting dari pepton
dalam medium adalah sebagai sumber nitrogen, juga karena asam amino merupakan
senyawa yang bersifat amfoter.
c. Ekstrak daging
d. Agar
f. Senyawa anorganik
Kebutuhan bakteri akan senyawa anorganik tidak banyak diketahui, tetapi unsur-
unsur ini biasanya ditambahkan ke dalam medium, yaitu Na, Mg, K, Fe, S, dan P. Unsur-
unsur Cl, C, N, dan H biasanya sudah terdapat dalam zat anorganik penyusun medium.
Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu: (1) Uji penduga
(presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap (completed
test) (Widianti dan Ristiati,2004).
Uji penduga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN. Tes
pendahuluan dapat menunjukkan adanya bakteri koliform berdasarkan dari terbentuknya
asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli.
Tingkat kekeruhan pada media laktosa menandakan adanya zat asam. Gelembung udara
pada tabung durham menandakan adanya gas yang dihasilkan bakteri. Tabung dinyatakan
positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam
tabung durham. Kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung
tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan
tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh
yang berbentuk cair. Inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan
inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Waktu inkubasi selama 2 x 24 jam tidak terbentuk
gas dalam tabung Durham menunjukkan hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung
pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Tabung yang positif terbentuk
asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media
Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi.
Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilat metalik
atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya.
Objek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sampel air minum yang terdapat
di beberapa depot air minum isi ulang yang berada di Kecamatan Oebobo, Kota
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang diperlukan meliputi sampel air, media EMBA (Eosin Methylen
Blue Agar), media NA (Nutrien Agar), kaldu laktosa, alkohol, dan kapas.
Rancangan percobaan dari penelitian ini tersaji dalam tabel berikut ini:
Pelaksanaan meliputi pengambilan sampel pada beberapa depot air minum isi
ulang (DAMIU), dan dilanjutkan dengan menggunakan uji penduga dengan 9 tabung (seri
3-3-3). Media pertumbuhan menggunakan kaldu laktosa yang masing-masing tabung berisi
9 ml dilengkapi tabung durham dengan posisi terbalik. Tiga seri tabung pertama diisikan
10 ml air minum sampel, tiga seri tabung kedua diisikan dengan 1 ml air minum sampel,
dan tiga seri tabung ketiga diisikan 0,1 ml air sampel. Tahap selanjutnya inkubasi selama
1-2 X 24 jam dengan diamati pembentukan gas pada tabung durham dan berubahnya media
menjadi keruh yang menandakan media menjadi asam karena adanya aktivitas bakteri
koliform. Hasil selanjutnya dianalisis dengan metode MPN (Most Probable Number) atau
metode JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat) dengan penggunaan seri 3-3-3.
3) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pemilik dan karyawan depot air minum isi ulang
mengenai bahan baku produksi dan proses pengolahannya.
4) Pengumpulan Dokumen
Hasil wawancara dan pengujian berupa data yang dikumpulkan dan disusun
sebagai bahan acuan pembanding antara hasil pengujian di laboratorium dan di lapangan
yakni sumber bahan baku dan prosesnya menjadi produk.
Athena, Sukar, Hendro, M.D, Anwar, M dan Haryono. 2003. Kandungan Bakteri
Total Coli dan Escherichia coli pada air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta,
Tangerang, dan Bekasi. Puslitbang Ekologi Kesehatan. Jakarta
Kompas. 2003. Mengamankan Air Minum Isi Ulang. Kamis 29 Mei. Jakarta
Purwana dan Racmadi. 2003. Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot
Air Minum. Depkes RI – WHO. Jakarta
Sulistyawati dan Dwi. 1997. Studi Kualitas Bakteriologi Air Minum Isi Ulang
Tingkat Produsen di Kota Semarang. Rineka Cipta. Jakarta
Sutrisno, T.C dan Eny, S. 1997. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka
Cipta. Jakarta
Widianti, P.M dan Ristiati, N.P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada
Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas
P-MIPA IKIP Negeri Singaraja. Bali