Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL PARASITOLOGI

NAMA : VERONIKA K. TEA

TINGKAT : 2A

NIM : PO 530333319840

PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

2021
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang
disebabkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,
Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan
manifestasi klinik akut berupa deraam berulang, peradangan saluran dan saluran
kelenjar getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan
menghentikan transmisi penularan, diperlukan program yang berkesinambungan dan
memakan waktu lama karena mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup
lama. Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat

Puskesmas untuk penemuan dini kasus filariasis dan pelaksanaan program


pencegahan dan pemberantasan fiilariasis. Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara pengendalian vektor
(nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam hari di
dalam rumah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
penyemprotan, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan
menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk dan membersihkan tempat
perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan
membunuh larva dengan larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan
menggunakan diethylcarbamazine citrate.

Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit zoonosis menular yang


banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok
cacing parasit nemtoda yang tergolong superfamilia Filarioidea yang menyebabkan
infeksi sehingga berakibat munculnya edema. Gejala yang umum terlihat adalah
terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar
(skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah.
Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.

Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau
jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis
subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity).
Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori[1].
Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya
hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui jarang menyerang bagian
kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin.
Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella
streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea).
Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang
terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni
rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah,
atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea)

Hospes Reservoar dan vektor Filariasis


Beberapa hewan dapat berperan sebagai hospes reservoar atau sumber
penularan  penyakit ini. Dari semua spesies cacing filarial yang menginfeksi manusia di
Indonesia, hanya brugia malayi tipe sub periodik nokturna yang ditemukan di hewan.
Kera (Macaca sp.) dan lutung (Presbytis sp.) merupakan reservoar dari strain tertentu
brugmalayi, yang juga dapat menular ke kucing (John & Petri, 2006). Pengendalian
filariasis pada hewan reservoar ini tidak mudah, oleh karena itu juga akan menyulitkan
upaya pemberantasan filariasis pada manusia.

Brugia malayi kebanyakan di daerah tertentu vektor utamanya nyamuk genus


Mansonia dan Anopheles. brugia timori vektornya adalah nyamuk Anopheles barbirotris
dan sejauh diketahui, manusia adalah satu-satunya hospes definitif. Brugia malayi yang
hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirotris dan yang hidup pada
manusia dan hewan ditularkan oleh nyamuk Mansonia.

Beberapa sifat vektor nyamuk adalah menyukai darah manusia (antropofilik),


menyukai darah hewan (zoofilik), menyukai darah hewan dan manusia (zooantropofilik),
menggigit di luar rumah (eksofagik) dan menggigit di dalam rumah (endofagik). Perilaku
nyamuk sebagai vektor penyakit kaki gajah menentukan distribusi penyakit kaki gajah.

Sedangkan secara intrinsik, stadium mikrofilaria ditemukan di dalam darah tepi


terutama pada malam hari dan mencapai puncaknya pada pukul 22.00 – 01.00 (sifat
periodisitas mikrofilaria yang bersifat nocturnal). Sedangkan mikrofilaria yang
mempunyai sifat subperiodik nokturnal, berada dalam darah tepi selama 24 jam tetapi
mencapai puncaknya pada pukul 18.00 – 22.00. Pada mikrofilaria yang sifatnya
nonperiodik, stadium mikrofilaria dapat ditemukan di dalam darah tepi setiap saat dan
tidak pernah mencapai puncak.

Gejala awal kaki gajah

Pada tahap awal, sebagian besar infeksi cacing filaria tidak menimbulkan gejala
(asimtomatik). Kondisi asimtomatik ini bisa terus berlangsung meski parasit telah mulai
berkembang biak dan merusak sistem kelenjar getah bening (sistem limfatik), ginjal,
dan melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita.

Gejala kronis kaki gajah


Di sebagian besar kasus, gejala mulai nampak pada beberapa tahun setelah seseorang
terinfeksi. Pasalnya, sistem kelenjar getah bening yang berfungsi melawan infeksi akan
melemah.Gejala filariasis kronis yang muncul bisa berupa:

1. Pembengkakan organ tubuh Pelemahan sistem limfatik akan menyebabkan


penumpukan cairan dan pembengkakan anggota tubuh. Pembengkakan ini biasanya
terjadi pada:

 Kaki

 Lengan

 Payudara

 Alat kelamin

Kaki merupakan bagian tubuh yang paling sering mengalami pembengkakan. Bengkak
dapat menyebabkan nyeri dan kesulitan bergerak.
2. Kelainan kulit Penurunan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi menyebabkan
penderita kaki gajah lebih mudah terkena infeksi bakteri di kulit. Kondisi ini memicu
kelainan kulit di bagian tubuh yang mengalami pembengkakan dengan gejala berupa:

 Kulit mengeras dan menebal

 Warna kulit menjadi lebih gelap

 Mudah luka atau mengalami ulserasi

 Timbul bintik-bintik atau tampak seperti ada lubang-lubang kecil di permukaan


kulit

Pada banyak kasus, infeksi bakteri pada kulit dapat dicegah dengan perawatan luka
dan menjaga kebersihan kulit dengan baik.
3. Hidrokel atau pembengkakan skrotum pria Pria dapat mengalami pembengkakan
skrotum apabila terinfeksi parasit jenis Wuchereria bancrofti.
Gejala akut kaki gajah
Sistem kekebalan tubuh akan berusaha melawan parasit yang menyerang tubuh.
Akibatnya, penderita filariasis dapat mengalami gejala-gejala berikut ini:
 Demam selama 3-5 hari yang kambuh berulang Demam dapat hilang dengan
beristirahat dan kembali timbul setelah penderita bekerja berat.

 Pembengkakan kelenjar getah bening di daerah ketiak dan lipatan paha yang
tampak kemerahan, panas, dan terasa sakit.

 Radang saluran kelenar gerah bening yang terasa panas dan rasa sakit menjalar
dari pangkal ke ujung kaki atau lengan.

 Pembesaran tungkai, lengan, payudada, skrotum dengan kulit terlihat


kemerahan dan terasa panas saat disentuh.

Siklus Hidup Cacing Filaria (Wuchereria bancrofti)

Cacing filaria membutuhkan inang pembawa (vektor) berupa beberapa jenis nyamuk
dari anggota genus Culex, Anopheles, Aedes, Mansonia, dan Coquillettidia. Contoh
vektor tersebut antara lain Culex quinquefasciatus, Anopheles bancroftii, Aedes aegypti,
dll. Wuchereria bancrofti ini menyebabkan penyakit filariasis, atau yang biasa dikenal
dengan penyakit kaki gajah.
1. Ketika menghisap darah, nyamuk yang terinfeksi menularkan larva (tahap ketiga)
pada kulit inang manusia melalui luka “gigitan.”
2. Larva berkembang menjadi cacing filaria dewasa pada kelenjar getah bening
(limfa).
3. Cacing dewasa menghasilkan mikrofilaria yang memiliki lapisan pelindung dan
bergerak aktif dalam peredaran darah.
4. Mikrofilaria dalam darah tersebut ikut tertelan oleh nyamuk yang “menggigit”
manusia yang terinfeksi.
5. Mikrofilaria melepaskan lapisan pelindung dan hidup pada perut nyamuk.
6. Mikrofilaria kemudian berkembang menjadi larva tahap pertama.
7. Berkembang lagi menjadi larva tahap ketiga.
8. Larva tahap ketiga pindah ke kepala dan “belalai” nyamuk untuk siap
menginfeksi manusia ketika nyamuk “menggigit” manusia.

Ciri-ciri cacing filaria


Wuchereria bancrofti memiliki panjang tubuh 230-300 µm dan lebar 7,5-10 µm.
Cacing ini mempunyai sheath (sarung) dengan ujung anterior tumpul membulat dan
posterior meruncing. Cacing ini berwarna putih kekuningan dengan bentuk seperti
benang dan mempunyai lapisan kutikula yang halus. Ukuran cacing betina lebih
panjang dibandingkan ukuran cacing jantan.

Cacing dewasa umumnya mirip dengan Wuchereria bancrofti, hanya saja


cacing B. malayi lebih kecil.Panjang cacing betina beriksar 43 hingga 55 mm,
sedangkan panjang cacing jantan berkisar 13 hingga 23 mm. Cacing dewasa dapat
memproduksi mikrofilaria di dalam tubuh manusia. Mikrofilaria tersebut memiliki lebar
berkisar 5 hingga 7 um dan panjang berkisar 130 hingga 170 um. Cacing memiliki
semacam selubung dan biasanya memiliki periodisitas nokturnal

Morfologi brugia timori mempunai seat berarna pucat kurang menyerap giemsa
inti teratur terdapat 2 caudal nuclei terletak berdekatan, cephalic space 3L

Diperkirakan sekitar 1/5 penduduk dunia atau 1,1 milyar penduduk di 83 negara
beresiko terinfeksi filariasis, terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis.
Penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan, stigma sosial, hambatan psikososial dan
penurunan produktivitas kerja penderita, keluarga dan masyarakat sehingga
menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Penderita menjadi beban keluarga dan
Negara. Sampai dengan tahun 2004 di Indonesia diperkirakan 6 juta orang terinfeksi
filariasis dan dilaporkan lebih dari 8.243 diantaranya menderita klinis kronis filariasis
terutama di pedesaan.

(Depkes, 2006) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah
endemis dengan jumlah kasus filariasis meningkat dari tahun ke tahun. Terdapat dua
jenis cacing filarial yaitu Wuchereria bancrofti, dan Brugia timori. Kasus filariasis di
Provinsi NTT hingga Januari tahun 2013 sebanyak 929 kasus dengan prevalensi 0,20
‰. Indonesia menetapkan eliminasi filariasis sebagai salah satu prioritas nasional
pemberantasan penyakit menular dengan menerapkan strategi utama yaitu
memutuskan rantai penularan dengan pengobatan massal di daerah endemis dan
upaya pencegahan dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis
filariasis. Pengobatan massal dilaksanakan di daerah endemis filariasis dengan angka
microfilaria rate (MF rate) > 1% dengan unit pelaksanaannya adalah kabupaten/kota.
Beberapa kabupaten di Provinsi NTT telah melaksanakan kegiatan pengobatan massal
bagi penderita filariasis, namun belum tersedia data distribusi atau penyebaran kasus
maupun pengobatan filariasis secara lengkap pada daerah yang endemis filariasis.
Pemetaan sebaran penyakit secara epidemiologi penting dilakukan khususnya
pemetaan penyebaran penyakit menular dan penyakit infeksi. Dengan menggunakan
analisis spasial bukan hanya mengetahui pola distribusi penyakit, tetapi juga untuk
mengetahui sebaran program pengobatan filariasis yang telah atau sedang dilakukan.
Namun sangat disayangkan penelitian analisis spasial khususnya filariasis belum
banyak dilakukan di Indonesia. Provinsi NTT hingga tahun 2012, distribusi kasus
filariasis belum diketahui secara pasti, sehingga berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan penulis meneliti lebih lanjut dengan menggunakan analisis spasial (SIG)
kasus filariasis dan program pengobatannya.

Untuk mempercepat terwujudnya NTT bebas filariasis pada 2020, sejak akhir
2018, Tim Sosialisasi dan Advokasi Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) dan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan NTT gencar
melakukan sosialiasi ke kabupaten dan kota. Anggota Tim Advokasi dan Sosialisasi
POMP Dinas Kesehatan NTT Pius Weraman mengatakan kegiatan tersebut bertujuan
mengajak pemerintah kabupaten dan kota memfasilitasi dukungan program kesehatan
dari segi program dan kebijakan anggaran.

Adapun prosentase pencapaian pengobatan filariasis sampai November 2018,


dari target minimal 65%, 14 kabupaten di antaranya telah melampaui target, termasuk
Kabupaten Sikka sebesar 76,5%. Namun, tiga kabupaten lainnya masih di bawah target
yakni Flores Timur 61%, Manggarai Timur 53% dan Kota Kupang 36,4%. Dukungan
dan komitmen pemerintah daerah dalam upaya pencegahan tetap diharapkan, terutama
berkaitan dengan partisipasi masyarakat. Dengan demikian, program NTT bebas
filariasis pada 2020 bisa tercapai.

Memperingati Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga), Menteri Kesehatan Nila


Moeloek mengunjungi Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat
(4/10/2019). Kedatangan Nila yang didampingi Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Bupati
Malaka, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, para bupati/wali kota penerima
penghargaan disambut oleh tarian adat dan dilanjutkan dengan tradisi tapak kaki tanda
sudah sampainya di Kabupaten Malaka. Hasil tapak kaki ini akan menjadi simbol di
Taman Kesehatan Malaka. Provinsi Nusa Tenggara Timur dipilih sebagai tempat
pencanangan Belkaga ke-5 karena dari 22 kabupaten/kota di provinsi ini ada 18
kabupaten/ kota yang endemis Filariasis. Sebanyak 14 kabupaten/kota diantaranya
saat ini masih melaksanakan POPM Filariasis.  

DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/105

https://id.wikipedia.org/wiki/Filariasis

https://www.sehatq.com/penyakit/filariasis

http://www.indonesian-
publichealth.com/https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/2019/09/05/penyakit-parasitik-di-indonesia/

jurnal.fkm.unand.ac.id
 https://www.sehatq.com/

file:///C:/Users/USER/Downloads/Analisis%20Spasial%20Distribusi%20Kasus
%20Filariasis%20di%20Provinsi%20Nusa%20Tenggara%20Timur%20Tahun
%202008%20%202012.pdf

https://mediaindonesia.com/nusantara/209066/18-kabupaten-di-ntt-endemis-kaki-gajah

https://lifestyle.bisnis.com/

https://www.sehatq.com/penyakit/filariasis

https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/

https://slideplayer.info/slide/5250913/

https://www.tentorku.com/

https://zoonosis.biologi.ugm.ac.id/

https://id.wikipedia.org/

https://www.sehatq.com/penyakit/filariasis

https://ekonomi.kompas.com/

https://www.victorynews.id/ntt-endemis-kaki-gajah/

https://www.liputan6.com/health/read/4079606/bulan-eliminasi-kaki-gajah-pemerintah-
libatkan-2000-pelajar-di-ntt

Anda mungkin juga menyukai

  • Cairan Sendi
    Cairan Sendi
    Dokumen28 halaman
    Cairan Sendi
    Afli Sindri Dacosta Alnabe
    Belum ada peringkat
  • IMUNOASAY
    IMUNOASAY
    Dokumen38 halaman
    IMUNOASAY
    Afli Sindri Dacosta Alnabe
    Belum ada peringkat
  • Cairan Otak
    Cairan Otak
    Dokumen37 halaman
    Cairan Otak
    Afli Sindri Dacosta Alnabe
    Belum ada peringkat
  • Biomolekuler 2a
    Biomolekuler 2a
    Dokumen20 halaman
    Biomolekuler 2a
    Afli Sindri Dacosta Alnabe
    Belum ada peringkat
  • Rubrum
    Rubrum
    Dokumen1 halaman
    Rubrum
    Afli Sindri Dacosta Alnabe
    Belum ada peringkat