TINGKAT : 2A
NIM : PO 530333319840
2021
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang
disebabkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,
Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan
manifestasi klinik akut berupa deraam berulang, peradangan saluran dan saluran
kelenjar getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan
menghentikan transmisi penularan, diperlukan program yang berkesinambungan dan
memakan waktu lama karena mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup
lama. Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat
Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau
jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis
subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity).
Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori[1].
Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya
hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui jarang menyerang bagian
kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin.
Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella
streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea).
Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang
terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni
rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah,
atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea)
Pada tahap awal, sebagian besar infeksi cacing filaria tidak menimbulkan gejala
(asimtomatik). Kondisi asimtomatik ini bisa terus berlangsung meski parasit telah mulai
berkembang biak dan merusak sistem kelenjar getah bening (sistem limfatik), ginjal,
dan melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita.
Kaki
Lengan
Payudara
Alat kelamin
Kaki merupakan bagian tubuh yang paling sering mengalami pembengkakan. Bengkak
dapat menyebabkan nyeri dan kesulitan bergerak.
2. Kelainan kulit Penurunan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi menyebabkan
penderita kaki gajah lebih mudah terkena infeksi bakteri di kulit. Kondisi ini memicu
kelainan kulit di bagian tubuh yang mengalami pembengkakan dengan gejala berupa:
Pada banyak kasus, infeksi bakteri pada kulit dapat dicegah dengan perawatan luka
dan menjaga kebersihan kulit dengan baik.
3. Hidrokel atau pembengkakan skrotum pria Pria dapat mengalami pembengkakan
skrotum apabila terinfeksi parasit jenis Wuchereria bancrofti.
Gejala akut kaki gajah
Sistem kekebalan tubuh akan berusaha melawan parasit yang menyerang tubuh.
Akibatnya, penderita filariasis dapat mengalami gejala-gejala berikut ini:
Demam selama 3-5 hari yang kambuh berulang Demam dapat hilang dengan
beristirahat dan kembali timbul setelah penderita bekerja berat.
Pembengkakan kelenjar getah bening di daerah ketiak dan lipatan paha yang
tampak kemerahan, panas, dan terasa sakit.
Radang saluran kelenar gerah bening yang terasa panas dan rasa sakit menjalar
dari pangkal ke ujung kaki atau lengan.
Cacing filaria membutuhkan inang pembawa (vektor) berupa beberapa jenis nyamuk
dari anggota genus Culex, Anopheles, Aedes, Mansonia, dan Coquillettidia. Contoh
vektor tersebut antara lain Culex quinquefasciatus, Anopheles bancroftii, Aedes aegypti,
dll. Wuchereria bancrofti ini menyebabkan penyakit filariasis, atau yang biasa dikenal
dengan penyakit kaki gajah.
1. Ketika menghisap darah, nyamuk yang terinfeksi menularkan larva (tahap ketiga)
pada kulit inang manusia melalui luka “gigitan.”
2. Larva berkembang menjadi cacing filaria dewasa pada kelenjar getah bening
(limfa).
3. Cacing dewasa menghasilkan mikrofilaria yang memiliki lapisan pelindung dan
bergerak aktif dalam peredaran darah.
4. Mikrofilaria dalam darah tersebut ikut tertelan oleh nyamuk yang “menggigit”
manusia yang terinfeksi.
5. Mikrofilaria melepaskan lapisan pelindung dan hidup pada perut nyamuk.
6. Mikrofilaria kemudian berkembang menjadi larva tahap pertama.
7. Berkembang lagi menjadi larva tahap ketiga.
8. Larva tahap ketiga pindah ke kepala dan “belalai” nyamuk untuk siap
menginfeksi manusia ketika nyamuk “menggigit” manusia.
Morfologi brugia timori mempunai seat berarna pucat kurang menyerap giemsa
inti teratur terdapat 2 caudal nuclei terletak berdekatan, cephalic space 3L
Diperkirakan sekitar 1/5 penduduk dunia atau 1,1 milyar penduduk di 83 negara
beresiko terinfeksi filariasis, terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis.
Penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan, stigma sosial, hambatan psikososial dan
penurunan produktivitas kerja penderita, keluarga dan masyarakat sehingga
menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Penderita menjadi beban keluarga dan
Negara. Sampai dengan tahun 2004 di Indonesia diperkirakan 6 juta orang terinfeksi
filariasis dan dilaporkan lebih dari 8.243 diantaranya menderita klinis kronis filariasis
terutama di pedesaan.
(Depkes, 2006) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah
endemis dengan jumlah kasus filariasis meningkat dari tahun ke tahun. Terdapat dua
jenis cacing filarial yaitu Wuchereria bancrofti, dan Brugia timori. Kasus filariasis di
Provinsi NTT hingga Januari tahun 2013 sebanyak 929 kasus dengan prevalensi 0,20
‰. Indonesia menetapkan eliminasi filariasis sebagai salah satu prioritas nasional
pemberantasan penyakit menular dengan menerapkan strategi utama yaitu
memutuskan rantai penularan dengan pengobatan massal di daerah endemis dan
upaya pencegahan dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis
filariasis. Pengobatan massal dilaksanakan di daerah endemis filariasis dengan angka
microfilaria rate (MF rate) > 1% dengan unit pelaksanaannya adalah kabupaten/kota.
Beberapa kabupaten di Provinsi NTT telah melaksanakan kegiatan pengobatan massal
bagi penderita filariasis, namun belum tersedia data distribusi atau penyebaran kasus
maupun pengobatan filariasis secara lengkap pada daerah yang endemis filariasis.
Pemetaan sebaran penyakit secara epidemiologi penting dilakukan khususnya
pemetaan penyebaran penyakit menular dan penyakit infeksi. Dengan menggunakan
analisis spasial bukan hanya mengetahui pola distribusi penyakit, tetapi juga untuk
mengetahui sebaran program pengobatan filariasis yang telah atau sedang dilakukan.
Namun sangat disayangkan penelitian analisis spasial khususnya filariasis belum
banyak dilakukan di Indonesia. Provinsi NTT hingga tahun 2012, distribusi kasus
filariasis belum diketahui secara pasti, sehingga berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan penulis meneliti lebih lanjut dengan menggunakan analisis spasial (SIG)
kasus filariasis dan program pengobatannya.
Untuk mempercepat terwujudnya NTT bebas filariasis pada 2020, sejak akhir
2018, Tim Sosialisasi dan Advokasi Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) dan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan NTT gencar
melakukan sosialiasi ke kabupaten dan kota. Anggota Tim Advokasi dan Sosialisasi
POMP Dinas Kesehatan NTT Pius Weraman mengatakan kegiatan tersebut bertujuan
mengajak pemerintah kabupaten dan kota memfasilitasi dukungan program kesehatan
dari segi program dan kebijakan anggaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/105
https://id.wikipedia.org/wiki/Filariasis
https://www.sehatq.com/penyakit/filariasis
http://www.indonesian-
publichealth.com/https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/2019/09/05/penyakit-parasitik-di-indonesia/
jurnal.fkm.unand.ac.id
https://www.sehatq.com/
file:///C:/Users/USER/Downloads/Analisis%20Spasial%20Distribusi%20Kasus
%20Filariasis%20di%20Provinsi%20Nusa%20Tenggara%20Timur%20Tahun
%202008%20%202012.pdf
https://mediaindonesia.com/nusantara/209066/18-kabupaten-di-ntt-endemis-kaki-gajah
https://lifestyle.bisnis.com/
https://www.sehatq.com/penyakit/filariasis
https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/
https://slideplayer.info/slide/5250913/
https://www.tentorku.com/
https://zoonosis.biologi.ugm.ac.id/
https://id.wikipedia.org/
https://www.sehatq.com/penyakit/filariasis
https://ekonomi.kompas.com/
https://www.victorynews.id/ntt-endemis-kaki-gajah/
https://www.liputan6.com/health/read/4079606/bulan-eliminasi-kaki-gajah-pemerintah-
libatkan-2000-pelajar-di-ntt