Anda di halaman 1dari 4

Jawaban:

1. 1. Obyek Gugatan

Objek gugatan TUN adalah KTUN yang mengandung perbuatan onrechtsmatingoverheid daad
(perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh penguasa. Hukum acara perdata adalah onrechtmating
daad (perbuatan melawan hukum)

2. Kedudukan Para Pihak

Kedudukan para pihak dalam sengketa TUN, selalu menempatkan seseorang atau badan hukum perdata
sebagai pihk tergugat dan badan atau pejabat TUN sebagai pihak tergugat. Pada hukum acara perdata
para pihak tidakn terikat pada kedudukan.

3. Gugat Rekonvensi

Dalam hukum acara perdata dikenal dengan gugat rekonvensi (gugat balik), yang artinya gugatan yang
diajukan oleh tergugat terhadap penggugat dalam sengketa yang sedang berjalan antar mereka.

4. Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan

Dalam hukum acara TUN pengajuan gugatan dapat dilakukan dalam tenggang waktu 90 Hari.

5. Tuntutan Gugatan

Dalam hukum acara perdata boleh dikatakan selalu tuntutan pokok itu (petitum primair) disertai dengan
tuntutan pengganti atau petitum subsidiar. Dalam hukum acara PTUN hanya dikenal satu macam
tuntutan poko yang berupa tuntutan agar KTUN yang digugat itu dinyatakan batal atau tidak sah atau
tuntutan agar KTUN yang dimohonkan oleh penggugat dikeluarkan oleh tergugat.

6. Rapat Permusyawaratan

Dalam hukum acara perdata tidak dikenal Rapat permusyawaratan. Dalam hukum acara PTUN,
ketentuan ini diatur pasal 62 UU PTUN.

7. Pemeriksaan Persiapan

Dalam hukum acara PTUN juga dikenal Pemeriksaan persiapan yang juga tidak dikenal dalam hukum
acara perdata. Dalam pemeriksaan persiapan hakim wajib member nasehat kepada pengugat untuk
memperbaiki gugatan dalam jangka waktu 30 hari dan hakim memberi penjelasan kepada badan hukum
atau pejabat yang bersangkutan.

8. Putusan Verstek
Kata verstek berarti bahwa pernyataan tergugat tidak dating pada hari sidang pertama. Apabila verstek
terjadi maka putusan yang dijatuhkan oleh hakim tanpa kehadiran dari pihak tergugat. Ini terjadi karena
tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya. PTUN tidak mengenal Verstek.

9. Pemeriksaan Cepat

Dalam hukum acara PTUN terdapat pada pasal 98 dan 99 UU PTUN, pemeriksaan ini tidak dikenal pada
hukum acara perdata. Pemerikasaan cepat dilakukan karena kepentingan penggugat sangat mendesak,
apabila kepentingan itu menyangkut KTUN yang berisikan misalnya perintah pembongkaran bangunan
atau rumah yang ditempati penggugat.

10. Sistem Hukum Pembuktian

Sistem pembuktian vrij bewijsleer) dalam hukum acara perdata dilakukan dalam rangka memperoleh
kebenaran formal, sedangkan dalam hukum acara PTUN dilakukan dalam rangka memperoleh
kebenaran materiil (pasal 107 UU PTUN).

2. A. a ) Pembatasan mengenai Keputusan Tata Usaha Negara yang tidak dapat diajukan gugatan
terhadapnya diatur di dalam ketentuan Pasal 2 UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang pada
intinya menyebutkan:
Pasal 2 UU Nomor 9 Tahun 2004 :
Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-Undang ini:
a.Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;
b.Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
c.Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;
d.Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-
undangan lain yang bersifat hukum pidana;
e.Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f.Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;
g.Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil pemilihan
umum.

B. Pembatasan-pembatasan sebagaimana disebutkan diatas menurut hemat saya perlu


dilakukan karena terkadang ada beberapa kebijakan pejabat/Keputusan Tata Usaha Negara yang
mutlak harus masuk ke ranah peradilan lainnya dengan tujuan putusan/tuntutan tidak hanya
membatalkan Keputusan Tata Usaha Negara. Apabila kita melihat kewenangan Peradilan Tata
Usaha Negara sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4 UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sangat jelas bahwa Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara .

3. A.

4. A. a) Perbedaan unsur-unsur dari Keputusan TUN No.51 Tahun 2009 dengan UU No.30 Tahun
2014 berdasarkan:
- Perluasan Pemaknaan Keputusan TUN :
UU No.51 Tahun 2009 : ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Basan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan (Pasal 1 Ayat 7)
UU No.30 Tahun 2014 : suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan/ pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Ayat 9)
- Kompetensi Peradilan TUN :
UU No.51 Tahun 2009 : adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara
orang/ badan hukum perdata dengan badan/ pejabat tata usaha negara baik di pusat maupun
daerah (Pasal 1 Ayat 10)
UU No.30 Tahun 2014 : adalah perbuatan pejabat pemerintahan atau penyelenggara negara
lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan konkret dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan (Pasal 1 Ayat 8)
- Kompetensi TUN mengenai penyalahgunaan wewenang yang dilakukan pejabat pemerintahan
UU No.51 Tahun 2009 : TIDAK DIATUR

B. UU No.30 Tahun 2014 : 1. Pengadilan berwenang menerima, memeriksa dan memutuskan


ada/ tidak ada unsur penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan.
2. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan
untuk menilai ada atau tidaknya unsur penyalahgunaan Wewenang dalam Keputusan dan/atau
Tindakan
(Pasal 21)

5. - Untuk Gugatan : Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang , dikarenakan mendapatkan KTUN
dari Kepala Dinas Purowokerto .
- Para Pihak : Penggugat adalah Anna Supiani karena sebagai individu atau badan hukum
perdata yang mengalami kerugian atas dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara,
sementara pihak Tergugat adalah Kepala Dinas Perumahan Purwekerto karena sebagai Pejabat
TUN yang mengeluarkan Keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang
dilimpahkan kepadanya.
- Objek Sengketa : KTUN Berupa SK No. 133/P/2021 tentang Pembongkaran Rumah atas nama
Anna Supiani yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Perumahan Purwekerto serta SK No.
56/P/2021 tentang Pemberitahuan akan dilakukan pengosongan seluruh rumah bagi bangunan
tanpa IMB.

Anda mungkin juga menyukai