MERIT DI INDONESIA
MAKALAH
OLEH:
ANISAH ZAKIAH ,S.Pd
FRISKILA,S.Pd
OZVALDO,S.Pd
USWATUN NISA,S.Pd
SEPTLIAN BERNAST PERNANDO,S.Pd
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Saat ini, Indonesia tengah memperbaiki birokrasi yang ada dengan fokus pada
kepegawaian di dalam pemerintahan. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk
membuat suatu rancangan yang menjadi pedoman untuk pegawai di pemerintahan.
Sebagai seorang aparatur sipil negara sudah seyogyanya mempunyai tanggung jawab
dalam menempati posisi yang strategis untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan. Hal ini harus diikuti dengan sumber daya manusia yang
berkualitas dengan mempunyai semangat dan integritas tinggi. Dengan dimulainya era
reformasi saat ini, pemerintah dituntut untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
berkompeten dan profesional agar mendapatkan arah pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan yang jelas. Salah satunya adalah dengan cara menerapkan reformasi
birokrasi dengan meningkatkan kapasitas sumber daya aparaturnya.
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan aktor utama penggerak birokrasi
pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
publik. Untuk menciptakan ASN yang profesional, berintegritas, netral dan berkinerja
tinggi, Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara untuk menggantikan Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 dan
Undang-Undang No. 43 Tahun 1999. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tersebut
disusun sebagai bagian dari program reformasi birokrasi, yang merupakan upaya untuk
mentransformasi birokrasi Pemerintah Indonesia, dari rule-based bureaucracy menuju
ke dynamic governance. Sejalan dengan itu maka manajemen Aparatur Sipil Negara juga
harus berubah dari administrasi kepegawaian, menuju ke pembangunan Human Capital.
Namun, dalam berbagai praktik penyelenggaraan di Indonesia, masih sering
dijumpai mekanisme penilaian kinerja yang tidak didesain berdasarkan pada kontribusi
kinerja pegawai tetapi lebih mengedepankan aspek kesamaan ataupun senioritas.
Kondisi ini sering kali menimbulkan frustasi dan demotivasi bagi pegawai yang
berkontribusi tinggi. Ketidakpuasan pegawai berprestasi dan pembiaran terhadap
pegawai yang berkinerja rendah ini akan mempengaruhi kualitas pelayanan sektor
publik. Penyimpangan, ketidakadilan pelayanan, perilaku tidak ramah, pembiaran
adalah wujud pelayanan yang seringkali kita jumpai sebagai representasi dari
ketidakpuasan pegawai.
Berdasarkan keadaan tersebut, diperlukan suatu sistem manajemen pengeloaan
SDM ASN yang didasari pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Dari berbagai sistem,
Indonesia telah menerapkan sistem Merit pada pengelolaan SDM di berbagai
instansi/kelembagaan dari proses analisis kebutuhan pegawai, rekruitmen, proses
penggajian, promosi, mutasi, pengembangan kompetensi, penilaian kinerja, uji kempetensi
berdasarkan perimbangan kualifikasi bukan pendekatan penilaian karena rasa kasihan.
Oleh karena itu, kami sebagai calon ASN perlu memahami konsep, penerapan, dan
permasalahan yang ada pada implementasi sistem merit, khususnya pada pengeloaan
manajemen ASN di Indonesia. Dengan memahami penerapan sistem merit tersebut,
sebagai calon ASN dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai ASN dengan
mengedepankan kode etik dan ANEKA serta peraturan perundangan tentang ASN di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapatdirumukan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, di antaranya adalah sebagai berikut ini.
1. Apa pengertian sistem merit?
2. Apa fungsi sistem merit?
3. Bagaimana penerapan sistem merit di Indonesia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. untuk mengetahui pengertian dari sistem merit;
2. untuk mengetahui fungsi dari sistem merit;
3. untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem merit di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Penerapan Sistem Merit di Indonesia
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
mengamanatkan penerapan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen ASN.
Kebijakan tersebut diambil dengan latar belakang sebagai berikut:
a. Rendahnya tingkat efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, terutama jika
dibandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara. Kondisi tersebut antara lain
disebabkan oleh rendahnya kualitas ASN, sebagai akibat dari rekrutmen,
pengangkatan dalam jabatan dan promosi yang belum didasarkan pada pertimbangan
yang obyektif.
b. Maraknya praktek spoil system dalam manajemen ASN, di mana jabatan diberikan
kepada pejabat yang ada hubungan dengan partai yang berkuasa. Praktik seperti itu
sudah ada sejak lama namun semakin berkembang sejak diberlakukannya pemilihan
umum langsung di daerah. Meningkatnya praktek spoil system merupakan salah satu
pendorong tingginya tingkat korupsi di kalangan politisi dan pegawai negeri sipil di
daerah.
c. Tingginya tingkat pelanggaran terhadap asas netralitas oleh pegawai ASN.
Pengaduan terhadap pelanggaran azas netralitas ASN cukup tinggi, terutama
menjelang pelaksanaan Pilkada Langsung. Praktek-praktek seperti itu menyebabkan
rendahnya kualitas para pejabat pimpinan tinggi di pemerintahan, khususnya di
daerah.
Dengan ini, dapat dilihat bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi
Indonesia dalam menerapkan sistem merit ini di dalam instansi pemerintahannya di
masa depan, seperti Tantangan untuk menyiapkan rencana strategis instansi dalam
menerapkan sistem ini, membangun pembinaan karier yang berkelanjutan,
mengembangkan manajemen kinerja, menyusun kebijakan terkait penggajian dan
penghargaan terkait prestasi, dan menyiapkan calon pemimpin dalam jangka panjang.
Walau dengan banyaknya tantangan yang ada, bukan tidak mungkin di masa depan
akan terbentuk sebuah sistem yang lebih baik dan berimplikasi dalam peningkatan
kesejahteraan rakyat akan pelayanan publik. (Komisi Aparatur Sipil Negara, 2018)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan. Penerapan sistem merit dalam pengelolaan
ASN mendukung tujuan dan sasaran organisasi serta memberikan ruang bagi
transparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerapkan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang
berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan
obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan
pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.
Pasca rekruitmen, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus
mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan
pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada
semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas
kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan
juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Administrasi Negara, 2020. Manajemen Aparatur Sipil Negara, Modul Pelatihan
merit/#.YVainUBuLIU:2020:13.30