Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

MASALAH SOSIAL TENTANG KEMISKINAN

DISUSUN OLEH :

ANISA LESTARI (1915310073)

DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD ALFAHMI, SE., MM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Keadaan Perekonomian disaat ini sangat memprihatinkan. Yang kita ketahui khususnya
di Indonesia kini terdapat berbagai permasalahan yang menyangkut mengenai kehidupan
bermasyarakat, antara lain masalah kemiskinan, masalah pengangguran, masalah lingkungan
hidup, dan lain-lain. Permasalahan tersebut timbul akibat semakin meningkatnya keadaan
ekonomi yang tidak disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Khususnya masyarakat menengah
kebawah. Hingga kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat dan paling
krusial di dunia ini.
Pada kesempatan ini penulis mencoba memaparkan secara global kemiskinan negara-
negara di dunia, yaitu negara-negara berkembang yang nota-benenya ada di belahan benua Asia.
Kemudian juga pemaparan secara spesifik mengenai kemiskinan di Negara Indonesia. Adapun
yang dimaksudkan Negara berkembang adalah Negara yang memiliki standar pendapatan rendah
dengan infrastruktur yang relatif terbelakang dan minimnya indeks perkembangan manusia
dengan norma secara global. Dalam hal ini kemiskinan tersebut meliputi sebagian Negara-negara
Timur-Tengah, Asia selatan, Asia tenggara dan Negara-negara pinggiran benua Asia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kemiskinan
Dalam kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang
ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan sebagai orang
yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat
dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya
dilihat dari interaksi negatif (ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tersebut tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan dengan suatu kondisi serba
kekurangan dalam arti minimnya materi yang dimana mereka ini tidak dapat menikmati
fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia
pada zaman modern.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan arti definitif
dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan. Berawal dari sekedar ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga pengertian yang
lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial dan moral. Misal, pendapat yang
diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh karena minimnya penyediaan
lapangan kerja di berbagai sektor, baik sektor industri maupun pembangunan. Senada dengan
pendapat di atas adalah bahwasannya kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor
produksi, atau kemiskinan adalah ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang
diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan
tereksploitasi. Arti definitif ini lebih dikenal dengan kemiskinan struktural.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan
relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong
miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah
kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan miskin kultural berkaitan erat dengan sikap
seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
B. Indikator-Indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan
sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih, dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban
kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).

C. Contoh Dari Upaya Mengatasi Kemiskinan Di Indonesia


Contoh dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan
diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari 1998. Bandung
Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada upaya menolong
orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan.
Dalam melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang teguh pada wawasan kemanusiaan,
tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama, kepercayaan, ataupun haluan politik.
Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan
permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli melakukan
targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di Kabupaten/ Kotamadya
Bandung, dan mereka yang tergolong fakir. Golongan fakir yang dimaksud adalah orang
yang miskin sekali dan paling miskin bila diukur dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita
terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian
bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun
akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari
pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas
dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
 http://litamardiana.blogspot.com/2012/11/masalah-kemiskinan-di-indonesia.html
 http://yulliasurriaunnes.blogspot.com/2012/07/permasalahan-sosial-makalah-
kemiskinan.html
 http://lasonearth.wordpress.com/makalah/makalah-kewarganegaraan-kemiskinan/
 http://appifrend.wordpress.com/2011/12/25/makalah-masalah-kemiskinan-dan-
penanggulangannya/

Anda mungkin juga menyukai