Anda di halaman 1dari 7

Faktor Penyebab Korupsi Pada hakikatnya, awal mula praktik korupsi di Indonesia sudah ada sejak

zaman penjajahan Belanda, sekitar tahun 1800-an yaitu pada masa VOC yang kemudian terus berlanjut
hingga masa setelah Indonesia merdeka. Pada masa Orde Baru, korupsi semakin merajalela dikalangan
penguasa di republik ini. Berbagai kasus korupsi menjerat para pemegang kekuasaan publik, hal ini
jugalah yang turut menjadi penyebab terjadinya Reformasi 1998. Ini menandakan bahwa korupsi di
Indonesia sudah berlangsung begitu lama dan seolah tidak ada tindakan untuk memutus mata rantai
korupsi. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka harus diketahui apa saja pokok permasalahan dan
faktor-faktor yang menyebabkan seorang pejabat publik atau aparat pemerintah melakukan korupsi.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi, diantaranya sebagai berikut : a.
Bidang Politik  Lembaga politik baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif tidak berfungsi optimal.
Mereka sangat sedikit menghasilkan kebijakan yang berpihak untuk kepentingan umum. seringkali
kebijakan itu sebagai proyek untuk

15. Makalah Korupsi Page 15 memperkaya diri. Yudikatif sering menghasilkan keputusan yang
bertentangan dengan rasa keadilan karena hukum bisa dibeli.  Instabilitas politik.  Kepentingan politis
 meraih dan mempertahankan kekuasaan  Kekuasaan eksekutif terpusat pada presiden dan tertutup
dibawah kontrol lembaga kepresidenan.  Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut
dianggap bodoh bila tidak menggunakan kesempatan  Mekanisme hubungan pusat dan daerah
cenderung menganut sentralisasi kekuasaan dan kebijakan.  Kelemahan Sistem pengangkatan pejabat
partai politik dan pejabat pemerintahan Kelemahan pengkaderan partai dan pencalonan pemimpin
partai atau yang akan menjadi pejabat publik, legislatif atau pengawas pejabat publik yang tidak
transparan dan berbiaya tinggi memicu terjadi korupsi sebagai tindakan untuk mencapai balik modal
saat biaya mahal yang telah dikeluarkan saat menjadi pejabat partai dan pejabat publik b. Bidang Hukum
Faktor hukum ini bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang- undangan dan sisi lain adalah
lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan
yang diskriminatif dan tidak adil di sertai rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi
tafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi).
Kemudian Praktik penegakan hukum juga masih dililit berbagai permasalahan yang menjauhkan hukum
dari tujuannya. Secara kasat mata, publik dapat melihat banyak kasus yang menunjukan adanya
diskriminasi dalam proses penegakan hukum termasuk putusan-putusan pengadilan. Penegakan hukum
tidak konsisten hanya sebagai meke-up politik, bersifat sementara dan selalu berubah tiap pergantian
pemerintahan. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi, saat

16. Makalah Korupsi Page 16 tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau
setidaknya diringankan hukumannya. Rumus : Keuntungan > kerugian bila tertangkap c. Bidang Ekonomi
Korupsi dapat terjadi karena oleh ketidakmampuan relatif seseorang dalam bidang ekonomi. Kemiskinan
dan rendahnya tingkat pendapatan menjadi pendorong utama terjadinya seseorang melakukan tindakan
korupsi. Tingkat pendapatan yang tidak sesuai dirasakan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
pada tingkatan yang diharapkan. Karena itu setiap peluang yang ada untuk memperoleh tambahan
pendapatan akan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Para penganut paham ekonomi tentang penyebab
korupsi, menyatakan semua itu terjadi karena rendahnya tingkat upah atau gaji. Oleh karena itu
kebijakan reformasi birokrasi yang disarankan adalah melakukan remunerasi atau penyesuaian
pendapatan bagi pegawai pemerintah (remuneration policy). Asumsinya ialah gaji yang tinggi akan
mengurangi keinginan seseorang untuk melakukan korupsi. upaya yang terus menerus untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat harus terus dilakukan, karena kemiskinan juga menjadi masalah
utama yang mendorong perilaku korupsi. korupsi terjadi di perbatasan antara sektor pemerintah dan
sektor swasta. Apabila seorang pejabat pemerintah memiliki kekuasaan penuh terhadap pendistribusian
keuntungan atau biaya kepada sektor swasta, maka terciptalah suatu insentif untuk penyuapan. Jadi
korupsi itu tergantung pada besarnya keuntungan dan biaya yang berada di bawah pengendalian
pejabat pemerintah. Pemerintah membeli dan menjual barang dan jasa, membagi-bagikan bantuan,
mengatur swastanisasi badan usaha milik negara, dan memberikan konsesi. Para pejabat seringkali
memonopoli informasi yang penting. Pribadi atau perusahaan ingin membayar sejumlah uang untuk
mendapatkan keuntungan dari pemerintah dan menghindari biaya. Seluruh kegiatan ini menciptakan
peluang terjadinya korupsi. Banyak proyek dalam berbagai sektor dikuasai oleh pemerintah, dan swasta
yang menginginkan proyek-proyek tersebut harus membayar sejumlah uang suap untuk
mendapatkannya, dan sekaligus

17. Makalah Korupsi Page 17 menghindari biaya tinggi yang harus dikeluarkan jika pribadi atau
perusahaan tersebut harus mengikuti prosedur administratif yang melelahkan sementara kepastian
untuk mendapatkan proyek tersebut belum tentu ada. Kenaikan gaji, tampaknya memang telah
membuat korupsi birokratis dapat sedikit dikendalikan, tetapi untuk jenjang birokrasi tertentu
pemberian kenaikan gaji tidak selalu efektif untuk meredam nafsu birokrasi untuk melakukan korupsi.
Secara teoritis, hubungan antara gaji dan tingkat korupsi birokrasi masih bersifat mendua (Ambiguous).
Namun terjadinya korupsi itu juga sangat tergantung pada besarnya keuntungan dan biaya yang berada
di bawah pengendalian pejabat pemerintah. Secara spesifikasi penyebab korupsi di bidang ekonomi
sebagai berikut :  penggajian pegawai yang ditandai dengan kurangnya penghasilan, sistem penilaian
prestasi kerja yang tidak dievaluasi, serta tidak terkaitnya antara prestasi kerja dengan penghasilan 
Rendahnya pendapatan penyelenggaraan negara. Pedapatan yang diperoleh harus mampu memenuhi
kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong penyelenggara negara untuk berprestasi dan
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.  Para pengusaha yang dekat dengan elit kekuasaan
mendapatkan prioritas khusus dan sebagai imbalannya akan memperoleh gratifikasi.  Munculnya
konglomerasi dan sekelompok kecil pengusaha kuat yang tidak didukung oleh jiwa nasionalisme dan
kewirausahaan sejati. Melakukan penyogokan untuk memperoleh kemudahan dan kelancaran dalam
berbagai urusan.  Pemerintahan tidak mengambil berbagai langkah konkrit dan jelas untuk mengatasi
jatuhnya nilai tukar rupiah sampai ketingkat terendah. Dapat menyebabkan beberapa oknum akan
melakukan korupsi untuk tabungan masa depan (Memanfaatkan peluang ).  Sistem perbankan tidak
mandiri karena interpensi pemerintahan terhadap bank sentral terlalu kuat sehingga melemahkan
ekonomi nasional, penyelenggaraan perekonomian yang ditentukan oleh sekelompok elite pengusaha di
bawah komando presiden dimanfaatkan oleh orang-orang

18. Makalah Korupsi Page 18 tertentu untuk mendapatkan kesempatan dengan kepandaian melobby
pengusaha, mereka mendapatkan fasilitas dan kemudahan. d. Organisasi  Kurang adanya sikap
keteladanan pimpinan Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai
pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil
kesempatan yang sama dengan atasannya.  Tidak adanya kultur organisasi yang benar Kultur organisasi
biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan
baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi
demikian perbuatan negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.  Kurang memadainya
sistem akuntabilitas Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum dirumuskan dengan jelas visi
dan misi yang diembannya, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode
tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian
apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya
perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi
organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.  Kelemahan sistim pengendalian manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah
organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka
perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.  kesempatan yaitu keadaan organisasi
atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang
untuk melakukan kecurangan

19. Makalah Korupsi Page 19 e. Bidang pendidikan Dunia pendidikan merupakan salah satu bidang yang
memiliki posi penganggaran yang cukup besar dari APBN dan APBD yaitu 20% sebagai amanat dari
UUDNRI tahun 1945. Sehingga bidang pendidikan menjadi sebuah kue yang manis yang harus
diperebutkan tikus dan semut-semut kecil untuk menikmatai kue yang besar ini.oleh karena itu, dalam
bidang pendidikan telah terjadi korupsi yang sistematik dan sistemik. Walaupun korupsi dari tiap-tiap
oknum kecil tetapi jika di akumulasi maka akan menjadi nilai yang sangat besar yang merugikan negara.
Kerugian korupsi dalam bidang pendidikan bukan hanya tentang nominal angagran yang dikorup tetapi
berdampak langsung terhadap peserta didik karena menyebabkan menurunnya kualitas pendidikan
bahkan pelanggaran HAM karena pendidikan merupakan Hak asasi Manusia (warga negara). Tindak
korupsi yang terjadi dalam bidang pendidikan dapat di anatomi menjadi beberapa aktivtas yang rawan
terjadi korupsi yaitu :  Pengangkatan jabatan kepala sekolah Pengangakatan kepala sekolah terutama
terjadi di sekolah-sekolah negeri (publik), tetapi tidak menurup kemungkinan di sekolah Swasta/
Yayasan. pengisian jabatan kepala sekolah, sudah menjadi rahasia umum dan kebiasaan bahwa untuk
menjadi seorang kepala sekolah harus memberikan uang kepada dinas bahkan kepada kepala daerah di
daerah tersebut. bahkan jumlah uang disetorkan dari seorang kepala sekolah bahkan tiap tingkatan
berbeda, SD sekitar puluhan juta rupiah, SMP dan SMA bahkan mencapai angka ratusan juta rupiah.
Bahkan di salah satu kabupaten, kepala sekolah menyetor kepada kepala daerah tiap tahunnya agar
tidak di non-jobkan. Tindak korupsi di dunia pendidikan dengan pengisian jabatan ini pastinya akan
berdamak sistemik karena sang calon kepala sekolah yang sudah menyetor kepada dinas dan kepala
sekolah akan mencari uang pengganti modal yang ia setor dengan mengambil dari anggaran sekolah.
Karena nilai tunjangan fungsional yang ia terima tidak akan mampu menutupi modal yang ia keluarkan.
Selanjutnya, hal ini akan berdampak pada kualitas sekolah karena karena tidak maksimalnya program-
program yang dilaksanakan, bahkan menjadi program
20. Makalah Korupsi Page 20 fiktif. Pengadaan sarana dan prasarana termasuk (seragam, buku, gedung,
peralatan, laboratorium dsb) Kepala sebagai pusat pengambil kebijakan disekolah harusnya bersifat
otonom, tetapi karena dampak dari setoran-setoran, suap-menyuap menjadikan kepala sekolah tidak
otonom dengan program-program yang akan dilakukan. Selain itu kepala sekolah yang harusnya menjadi
teladan bagi peserta didik yang ada disekolah, berubah menjad monster penghisap darah yang
mengorbankan kepentingan generasi penerus untuk kepentingan pribadinya. Tindak korupsi dalam
pengisian jabatan kepala sekolah akan menghasilkan kepala sekolah yang memiliki kebusukan jiwa,
berjiwa korup dan berkualitas rendah. Sehingga secara langsung akan berdampak pada kualitas dari
proses pendidikan yang dilaksanakan  Penggunaan dana BOS, Anggaran sekolah dan sejenisnya
Penyalahgunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Anggaran Sekolah dan Sejenisnya
merupakan salah satu dampak dari praktik korupi dalam pengisian jabatan kepala sekolah, sebagaimana
poin pertama. Dana BOS, Anggaran Sekolah, bantium dam sejenisnya, menjadi lahan basah untuk
suburnya tindak pidana korupsi. Sehingga dengan berbagai cara dan upaya agar anggaran bisa masuk
kedalam kantong pribadi sang pemegang jabatan. Penyalahgunaan ini dapat berupa pembuatan
program-program fiktif atau pembuatan program haya sekedar formalistik untuk menghabiskan
anggaran tanpa dilandasi atas kebutuhan nyata untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
tersebut. walaupun, nominalnya tidak besar tetapi seharunys ada upaya penindakan yang tegas dan
pengungkapan dari penyalahgunaan anggaran dalam bidanng pendidikan. Dalam melakukan hal ini pasti
melibatkan sistem yang ada disekolah, mulai dari tata usaha, komite, dan kepala sekolah sendiri bahkan
ada sepertiuang tutup mulut bagi LSM dan Wartawan, belum lagi jatah dari atasan kepala sekolah dari
tingkat KCD sampai kepala dinas serta kepala daerah.

21. Makalah Korupsi Page 21  Penerimaan siswa baru Penerimaan siswa baru mjuga merupakan lahan
basah dari tindak korupsi dalam bidang pendidikan. Walau nominalnya kecil, tetapi tetap tindak pidana
korupsi karena akan sangat merugikan masyarakat umum. Memasuki Sekolah Negeri merupakan hak
seluruh warga negara muda, selain mendapatkan subsidu yang besar dari pemerintah, kualitas sekolah
cukup terjaga. Minat yang tinggi ini menjadi lahan basah terjadinya tindak pidana korupsi di sekolah
(bidang pendidikan). Jabatan publik yang dimiliki kepala sekolah, Wakil kepala sekolah dan guru dan
disalahgunakan dalam penerimaan siswa baru ini. Oleh karena itu harus dibangun sistem dan
pengawasan untuk dapat mengecilkan tindak pidana korupsi dalam penerimaan siswa. Bisa saja terjadi
orang tua calon siswa baru memberikan gratifikasi untuk mempengaruhi keputusan dalam penerimaan
siswa baru  Pengangkatan guru menjadi CPNS Pengangkatan guru menjadi CPNS merupakan rahasia
umum, hal ini terjadi dari seleksi umum CPNS dan Seleksi dari honorer menjadi CPNS. Kedua- duanya
memiliki peluang yang sama untuk menjadi lahan yang subur terjadinya tindak pindana korupsi dengan
menyelahgunakan jabatan publik yang mereka pegang. Dalam pengangkatan CPNS dari jalur umum,
sudah menjadi rahasia umum bahwa ada oknum-oknum pegawai negeri di pemerintahan daerah, BKD
yang memanfaatkan jabatan mereka untuk melakukan tindak pidana korupsi dengan berjanji bisa
memberikan kelulusan bagi seorang peserta seleksi asalkan menyiapkan uang dengan nominal bahkan
sampai ratusan juta. Hal ini bagaimanapun merupakan bentuk penyalahgunaan jabatan publik yang ada
pada dirinya. Selain itu, dapat menjadi tindak pdaiana penyuapan dan kedua belah pihak akan kena
hukuman baik yang meyuap dan yang disuap. Selain itu ada pula, penyalahgunaan jabatan publik
dengan menipu peserta seleksi CPNS, seperti broker, jadi sang pejabat bermain untung-untungan walau
sebenarnya dia tidak memiliki akses untuk meluluskan peserta tersebut. Jadi

22. Makalah Korupsi Page 22 pejabat korup tersebut menerima dari peserta tes CPNS sejumlah uang
dengan janji dapat meluluskan peserta tersebut. Permasalahannya lagi adalah terkadang tersangka
penyuap dan yang disuap slit diungkap karena terjadi rahasia diantara mereka berdua, dan ketika
keduanya berbicara maka kedua belahpihak dapat dipidana  Pungutan Liar Pungutan liar memang
seperti panu dalam kulit manusia, penyakit kecil tetapi sulit dihilangkan. Di sekolah yang korup akan
menjadikan pungutan liar ini menjadi salah satu sumber mendapatkan anggaran untuk dapat
diselewengkan. Banyak dalih dalam pungutan liar ini, mulai dari pengambilan ijazah, raport, pembuatan
surat, sumbangan ke sekolah dan sebagainya perbuatan-perbuatan yang terus berkembang untuk
mendapatkan uang. Pungutan liar ini bisa saja salah satu efek dari pengengkatan kepala sekolah dengan
tarif sebagaimana poin pertama, sehingga kepala sekolah beserta jajaranya mengada-ada soal kebuthan
dana, padahal sudah ada anggaran dari pemerintah untuk operasional 2.3 Faktor Internal Penyebab
Korupsi a. Aspek Individu Pelaku Korupsi Korupsi yang disebabkan oleh individu, yaitu sifat tamak, moral
kurang kuat menghadapi godaan, penghasilan kurang mencukupi untuk kebutuhan yang wajar,
kebutuhan yang mendesak, gaya hidup konsumtif, malas atau tidak mau bekerja keras, serta ajaran-
ajaran agama kurang diterapkan secara benar. Aspek-aspek individu tersebut perlu mendapatkan
perhatian bersama. Sangatlah ironis, bangsa kita yang mengakui dan memberikan ruang yang leluasa
untuk menjalankan ibadat menurut agamanya masing-masing, ternyata tidak banyak membawa
implikasi positif terhadap upaya pemberantasan korupsi. Demikian pula dengan hidup konsumtif dan
sikap malas. Perilaku konsumtif tidak saja mendorong untuk melakukan tindakan kurupsi, tetapi
menggambarkan rendahnya sikap solidaritas sosial, karena terdapat pemandangan yang kontradiktif
antara gaya hidup mewah di satu sisi dan kondisi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi
masyarakat miskin pada sisi lainnya.

23. Makalah Korupsi Page 23  Sifat tamak manusia Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan
disebabkan karena orangnya miskin atau penghasilannya tidak cukup. Kemungkinan orang tersebut
sudah cukup kaya tetapi masih mempunyai hasrat yang begitu besar untuk memperkaya diri, penyebab
korupsi pada pelaku semacam ini datang dari dalam diri sendiri yakni sifat tamak dan rakus;  Moral
yang Kurang Kuat Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang
memberi kesempatan untuk itu  Gaya Hidup yang Konsumtif Kehidupan di kota-kota besar acapkali
mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan
untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.  Malas atau
Tidak Mau Bekerja Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat
alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara
mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi b. Kelemahan pendidikan dan etika Masalah ini sering
pula sebagai penyebab timbulnya korupsi. Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuan membuka
peluang usaha adalah wujud rendahnya pendidikan. Pola pengajaran etika dan moral lebih ditekankan
pada pemahaman teoritis, tanpa disertai dengan bentuk-bentuk pengimplementasiannya. Dengan
berbagai keterbatasan itulah mereka berupaya mendasari peluang dengan menggunakan kedudukannya
untuk memperoleh keuntungan yang besar. Yang dimaksud rendahnya pendidikan di sini adalah
komitmen terhadap pendidikan yang dimiliki. Karena pada kenyataannya, para koruptor rata-rata
memiliki tingkat pendidikan yang memadai, kemampuan, dan skill..

24. Makalah Korupsi Page 24 c. Aspek Sosial Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga.
Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan
bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya.
Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang
ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya d. Budaya Di bidang sosial, budaya, dan agama terjadi
pendewaan materi dan konsumtif. Hidup diarahkan semata-mata untuk memperoleh kekayaan dan
kenikmatan hidup tanpa memedulikan moral. Hal itu terwujud dalam tindakan korupsi.  Krisis ekonomi
membalikan situasi yang semula penduduk miskin sudah dapat dikurangi dan pendapatan perkapita
dapat ditingkatkan.  Kondisi kehidupan social ekonomi rakyat memprihatinkan  Jati diri bangsa yang
disiplin, jujur, beretos kerja tinggi serta berakhlak mulia belum dapat diwujudkan, bahkan cenderung
menurun.  Kelimpangan, kecemburuan, ketegangan dan penyakit sosial lainnya makin menggejala,
disamping berkurangnya rasa kepedulian dan kesetiakawanan masyarakat. 2.4 Faktor Eksternal
Penyebab Korupsi a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi (lingkungan) Pada umumnya jajaran
manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi.
Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh karena
itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi karena :  Nilai-nilai di
masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat.
Misalnya, masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali
membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan.

25. Makalah Korupsi Page 25  Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa korupsi, sosok yang paling
dirugikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga,
karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat dari perbuatan korupsi. 
Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan korupsi pasti melibatkan
anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah
terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari. 
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut
aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa
masalah korupsi adalah tanggung jawab pemerintah semata. Masyarakat kurang menyadari bahwa
korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukannya. b. Aspek peraturan perundang-
undangan Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan seringkali menimbulkan banyak celah
sehingga mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin melakukan korupsi. Perumusan perundang-
undangan seringkali tidak disertai dengan telaah akademik, kalaupun ada itu pun hanya sekedar
formalitas saja. Begitu pula kurang efektifnya judical reviuw yang dilakukan oleh Mahkamah Agung
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terdapat dalam suatu produk hukum, misalnya Keppres.
Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah peraturan yang kurang disosialisasi kepada masyarakat,
sehingga masyarakat awam tidak mengetahuinya. Padahal ketika disosialisasi atau disebarluaskan
kepada masyarakat akan menyebabkan deteren efect yaitu kurangnya korupsi karena calon karuptor
merasa takut terhadap hukuman yang terdapat dalam perundang-undangan tersebut, dan tentunya ia
akan malu ketika masyarakat mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah korupsi. Belum
lagi penerapan sanksi yang terlalu ringan dan pandang bulu. Menyebabkan lemahnya pemberantasan
korupsi karena tidak menimbulkan efek jerah kepada pelaku.

26. Makalah Korupsi Page 26 c. Aspek Pengawasan Pengawasan yang dilakukan instansi terkait (BPKP,
Itwil, Irjen, Bawasda) kurang efektif karena beberapa faktor, diantaranya :  Adanya tumpang tindih
pengawasan pada berbagai instansi  Kurangnya profesionalisme pengawas  Kurang adanya koordinasi
antar pengawas  Kurangnya kepatuhan terhadap etika hukum maupun pemerintahan oleh pengawas
sendiri. Sering kali para pengawas tersebut terlibat dalam praktik korupsi. Belum lagi berkaitan dengan
pengawasan eksternal yang dilakukan masyarakat dan media juga lemah, dengan demikian menambah
dereran citra buruk pengawasan APBD yang sarat dengan korupsi. Secara umum pengawasan terbagi
menjadi dua, yaitu pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh
pemimpin) serta pengawasan bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan masyarakat). d.
Kolonialisme dan penjajahan Penjajah telah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang tergantung,
lebih memilih pasrah dari pada berusaha dan senantiasa menempatkan diri sebagai bawahan.
Sementara, dalam pengembangan usaha, mereka lebih cenderung berlindung di balik kekuasaan
(penjajah) dengan melakukan kolusi dan nepotisme. Sifat dan kepribadian inilah yang menyebabkan
munculnya kecenderungan sebagian orang melakukan korupsi. e. Adanya Kesempatan dan Sistem yang
Rapuh Seseorang melakukan tindak pidana korupsi salah satunya adalah disebabkan adanya
kesempatan dan peluang serta didukung oleh sistem yang sangat kondusif untuk berbuat korupsi.
Adanya kesempatan dan peluang itu antara lain adalah dalam bentuk terbukanya kesempatan dan
peluang untuk berbuat korupsi karena tidak adanya pengawasan melekat dari atasannya dan terkadang
justru atasannya mengharuskan seseorang untuk berbuat korupsi. Atau bisa dalam bentuk sistem
penganggaran yang memang mengharuskan seseorang berbuat korupsi seperti diperlukannya uang
pelicin untuk menggolkan anggaran kegiatan, atau dalam

27. Makalah Korupsi Page 27 bentuk lain diperlukannya uang setoran kepada atasan di akhir
pelaksanaan kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai