Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam bahasa Arab dijumpai kata ustad,
mudarris, dan mu’addib, kata ustad jamaknya asatidz yang berarti guru. Adapun kata
mudarris guru, intructor (pelatih) dan lectures (dosen). Selanjutnya kata muallim yang
juga berarti guru, intructor (pelatih) trailer (pemandu). Selanjutnya kata muadib berarti
edukator (pendidik atau thecher in charonic school (guru dalam pendidikan Al-Qur’an).

Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah mencari ridha Allah swt. Dengan
pendidikan, diharapkan akan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas,
sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan ummat
manusia secara keseluruhan.

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan


berkualitas, sehingga menghasilkan output yang berakhlak dan akhirnya menciptakan
masyarakat yang beradab. Al-Ghazali mengungkapkan bahwa pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia. Sayangnya, saat ini, institusi-institusi banyak yang mengabaikan
visi ini, sehingga output yang dicetak lebih banyak berintelek dari pada berakhlak.

Pendidikan saat ini lebih bersifat pragmatis, mengarah pada pendidikan yang
mengejar kesuksesan materi dari pada spiritual dan akhlak. Pendidikan dipandang secara
ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai
tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini
dikeluarkan akan menuai keuntungan.

Dalam makalah ini kami mencoba berbagi dan mendeskripsikan prinsip-prinsip


dasar pedidikan dalam Islam dengan sedikit melihat segala sesuatu yang sudah ada dalam
al-Qur’an maupun al-Hadits. Prinsip-prinsip ini yang harus diperhatikan untuk kembali
pada tujuan pendidikan Islam yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah
1 Apa hakekat pendidikan dalam islam?
2 Bagaiman kedudukan pendidik?
3 Apa saja tugas dan tanggung jawab pendidik?
4 Bagaiman kompetensi pendidik dalam pendidikan islam?

C. Tujuan
1 Untuk mengetahui hakekat pendidikan dalam islam?
2 Untuk mengetahui kedudukan pendidik?
3 Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab pendidik?
4 Untuk mengetahui kompetensi pendidik dalam pendidikan islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Pendidikan Dalam Islam


Hakikat pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik efektif,
kognitif dan psikomotornya.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang
mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan
memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan
sebagai makhluk individu yang mandiri.1
Sama dengan teori Barat, pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung
jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan Ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan
oleh dua hal : pertama, karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua
anaknya, dan karena itu ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya dan yang
kedua, karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap
kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga. Sama
dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah
mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif.
Sebagai kosa kata yang bersifat generic, pendidik mencangkup pula guru, dosen, dan
guru besar. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pesetra didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasardan pendidikan
menengah. Adapun dosen adalah pendidik professional dan ilmuan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Guru besar atau
professor yang selanjutnya disebut professor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen
yang masih mengajar dilingkungan satuan pendidikan tinggi.2
Dalam Islam, pendidik memiliki beberapa istilah seperti muallim, muaddib, murabbi dan
ustad:

1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, hlm 74
2 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 159
1)      Muallim: Istilah ini lebih menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan penyampai
pengetahuan dan ilmu
2)      Muaddib: istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai Pembina moralitas dan akhlak
peserta didik dengan keteladanan
3)      Murabbi: istilah ini lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam
aspek jasmaniah maupun ruhaniah
4)      Ustad: istilah ini merupakan istilah umum yang sering dipakai dan memiliki cakupan
makna yang luas yang sering disebut sebagai guru.3

B. Kedudukan Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta
didik, yang memberikan santapan jiwa dan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan
perilakunya yang buruk. Oleh karena itu pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam
Islam. Dalam beberapa hadits disebutkan : “jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, atau
pendengar, atau pecinta, dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga engkau
menjadi rusak. Dalam hadits lain: “tinta seorang ilmuwan lebih berharga ketimbang darah
para syuhadak “. Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang
rosul.4
Al- Ghozali menukil beberapa hadits Nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Ia
berkesimpulan bahwa pendidik adalah orang-orang besar yang aktifitasnya lebih baik dari
pada ibadah setahun (QS. At – Taubah: 122). Selanjutnya Al- Ghozali mengutip pernyataan
para ulama yang menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita segala zaman, orang yang
hidup dengannya akan mendapatkan pancaran cahaya keilmiahannya. Andai kata dunia tidak
ada pendidik niscaya manusia seperti binatang, sebab: “pendidik adalah upaya mengeluarkan
manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas maupun binatang jinak) kepada sifat
insaniyah dan ilahiah.5
Dalam ajaran Islam keberadaan pendidik sangatlah dihargai kedudukannya, seperti
terdapat pada Firman Allah pada penggalan (QS. AL- Mursalat : 11 )yaitu Allah
meningkatkan derajat orang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan sabda
Nabi yaitu sebaik – baik kamu adalah orang yang mempelajari Al – Qur’an dan mau
mengajarkannya” (H.R. Bukhori).
Dalam hal ini tampak terlihat bahwa pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk
selalu berpikir akan adanya penciptaan alam semesta, sehingga manusia lebih dekat dengan
Tuhannya.

3 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, cet. I, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 159


4 Abd Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 88
5 Abd Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 89
Al-Ghozali juga menyatakan bahwa seorang yang berilmu dan kemudian mau mengamalkan
ilmunya itu dialah yang disebut orang besar di semua kerajaan langit, dia bagaikan matahari
yang menerangi alam.6

C. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik


Sebagaiman telah disinggung di atas, mengenai hakikat pendidik, di dalamnya telah
tersirat pula mengenai tugas-tugas pendidik, maka disini lebih diperjelas lagi yaitu :
a. Membimbing si terdidik
Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat
dan sebagainya.
b. Menciptakan situasi untuk pendidikan
Situasi pendidikan yaitu sesuatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan
dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.
Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas yang diembannya dapat dipahami
bahwa tugas pendidik yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat Lil al’alamin, yaitu
sebuah misi yang membawa manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah
SWT.
Menurut al-gazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan hati manusia untuk bertaqwa kepada Allah SWT, sejalan dengan
ini Abd-ar Rahman Al-Nahlawi menyebutkan tugas pendidik terutama fungsi pengucian
yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, pengembang fitrah manusia. Kedua fungsi
pengajaran yakni menginternalisasikan dan mengtrasformasikan pengetahuan dan nilai-nilai
agama kepada manusia.
Dari uraian di atas maka tanggung jawab pendidik sebagaimana disebutkan oleh abd-
al-rahman al-nahlawi adalah mendidik diri supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan
syari’atnya. Mendidik diri supaya beramal kepada sholeh, dan mendidik mayarakat untuk
saling menasehati dalam melaksanakan kebenaran, saling menasehati agar tabah dalam
menghadapi kerusuhan. Sesuai dengan hadist Rasul dalam kata ra’in yaitu segala tugas yang
dilaksanakan dibebani kepada setiap orang dewasa dan diserahi kepercayaan untuk
menjalankan dan memelihara suatu urusan serta di tuntut untuk berlaku adil dalam urusan
tersebut. Kata “ra’iyyah” berarti setiap orang yang menjadi beban tanggung jawab bagi orang
lain seperti Istri dan Anak bagi Suami atau Ayah. Sedangkan kata Al-amir berarti bagi setiap
orang yang memegang kendali urusan mencakup pemerintahan, dengan kepala Negara dan
Aparat.

6  Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006),h.61


D. Kompetensi Pendidikan dalam Pendidikan Islam
Untuk menjadi pendidik yang profesional tidaklah mudah, karena ia harus memiliki
berbagai kompetensi-kompetensi keguruan. Kompetensi dasar bagi pendidik ditentukan oleh
tingkat kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan yang memilikinya. Hal
tersebut karena potensi tersebut merupakan tempat dan bahan untuk memproses semua
pandangan sebagai bahan untuk menjawab semua rangsangan yang datang pada dirinya.
Potensi ini adalah milik individu sebagai hasil dari proses yang tumbuh karena
adanya inayah Allah SWT.
W. Robert Houston mendefinisikan kompetensi dengan “competensi ordinary is
defined as adequacy for a task or as possessi on of require knowladge, skill, and abilities.
(suatu tugas yang memadai atau pemikiran pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang
dituntut oleh jabatan seseorang).
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki pendidik Islam profesional, yaitu sebagai
berikut:
1. Penguasaan materi Al-Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengayaan,
terutama pada bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
2. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode dan teknik) pendidikan Islam,
termasuk kemampuan evaliasinya.
3. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.
4. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan pada
umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan islam.
5. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang
mendukung kepentingan tugasnya.
Untuk mewujudkan pendidik yang profesional, kita dapat mengacu pada tuntutan
Nabi SAW, karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil dalam rentang waktu
yang begitu singkat, sehingga diharapkan dapat mendekatkan realitas (pendidik) dengan yang
ideal (Nabi SAW).
Pendidik akan berhasil menjalankan tugasnya apabila memiliki kompetensi
profesional religius. Kata religius selalu dikaitkan dengan tiap-tiap kompetensi, karena
menunjukan adanya komitmen pendidik dengan ajaran Islam sebagai kriteria utama,
sehingga segala masalah pendidikan dihadapi, dipertimbangkan, dan dipecahkan, serta
ditempatkan dalam perspektif islam.
Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah menyangkut
kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak
ditransinternalisasi kepada peserta didiknya. Misalnya nilai kejujuran, keadilan, musyawarah,
kedisiplinan. Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga akan terjadi pemindahan
penghayatan nilai-nilai antara pendidik dan peserta didik baik langsung maupun tidak
langsung. Kemampuan dasar kedua bagi pendidik adalah menyangkut kepeduliannya
terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran islam. Kemampuan dasar yang ketiga
ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugasnya secara profesional, dalam arti
mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu mempertanggung
jawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.
Kompetensi diatas dapat dijabarkan dalam kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
 Mengetahui hal-hal yang perlu diajarkan, sehingga ia harus belajar dan mencari
informasi tentang materi yang diajarkan.
 Menguasai keseluruhan bahan materi yang akan disampaikan pada anak didik.
 Mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan dan menghubungkannya
dengan konteks komponen-komponen secara keseluruhan.
 Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang sedang dan sudah dilaksanakan.
 Memberi hadiah dan hukiman sesuai dengan usaha dan upaya yang dicapai anak
didik.
Bab III
Penutup

A. Kesimpulan
Pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik. Keudukan dalam pendidikan
sangat tinggi terutama pendidik yang hendak menyalurkan semua ilmu, bakat dan potensinya
untuk mengajarkan peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Tujuan dan tanggung
jawab utama pendidikan dalam Islam adalah mencari ridha Allah swt. Dengan pendidikan,
diharapkan akan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga
bermanfaat kepada dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan ummat manusia
secara keseluruhan. Kompetensi diatas dapat dijabarkan dalam kompetensi-kompetensi
sebagai berikut:
 Mengetahui hal-hal yang perlu diajarkan.
 Menguasai keseluruhan bahan materi yang akan disampaikan pada anak didik.
 Mempunyai kemampuan menganalisis materi.
 Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan.
 Memberi hadiah dan hukiman.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, hlm 74
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 159
Abd Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 89

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006),h.61

Anda mungkin juga menyukai