Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN ARTIKEL PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN

BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

Karya Yunita,Vira Nindya Mercy (2020)

oleh

Diana Agustia

203402516182

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNIVERSITAS NASIONAL

( dianaagustia455@gmail.com/081296975919)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh perencanaan pajak dan
beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan
menggunakan data sekunder sebagai sumber data. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Teknik purposive sampling dan memperoleh 36 sampel perusahaan. Teknik
analisis data yang digunakan yakni analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan yang diproksikan dengan deferred tax
expense(DTE) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan perencanaan
pajak dengan proksi tax retention rate(TRR) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Secara sendiri-sendiri (parsial) perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sedangkan beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Uji Simultan (bersama-sama) variabel
independen dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel Adjusted R Square.

Kata Kunci: Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan, Manajemen Laba


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pihak manajemen melakukan campur tangan(intervensi)dengan tujuan tertentu dalam
penyusunan laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan pribadiyang biasa disebut
dengan manajemen laba(Aditama & Purwaningsih, 2016). Laporan keuangan menjadi media
komunikasi yang dapat menginformasikan tentang kondisikeuanganyang telah dicapai oleh
perusahaan pada periode tertentu. Pihak pengguna laporan keuangan sering memakai laporan
laba rugi, dan laba dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dari berbagai pemangku
kepentingan, seperti digunakan untuk memberikan bonus bagi manajer, dijadikan sebagai
dasar untuk menghitung penghasilan kena pajak, dan sebagai penilaian kinerja
perusahaan(Achyani & Lestari, 2019).

Manajemen laba pada suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh kompensasi


bagi pemegang saham ataupun bagi pihak manajemen sendiri (Maslihah, 2019). Manajemen
perusahaan yang melakukan manajemen laba dapat menyebabkan laporan keuanganyang
dilaporkan tidak lagi mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sehingga hal tersebut dapat
menimbulkan adanyaa simetri informasi, asimetri informasi merupakan ketidak seimbangan
informasi yang dimiliki olehpihak manajemen danpemegang saham.

Perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan dapat dikatakan sebagai faktor yang
dapat mempengaruhi manajemen laba. Akan tetapi,hal tersebut dapat diyakini melalui
motivasi pajak yang dapat menunjukkan pertimbangan yang lebih kuat.Manajemen di dalam
sebuah perusahaanmendukung adanya motivasi pajak denganmempengaruhi besarnya tarif
pajakmelaluipelaporan laba yang diturunkan (Scott, 2003).

B. Rumusan Masalah

1.Apakah perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba?

2.Apakah beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang tertulis diatas, penelitian ini bertujuan untuk
beberapa hal sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018.
2.Untuk mengetahui pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut(Pohan, 2016)perencanaan pajak (tax planning) merupakansebuah proses


yang dapatmengorganisasi usahadariwajib pajak orang pribadi maupun badan usaha dengan
memanfaatkanadanyaberbagai celah kemungkinan yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dalam membayar pajak dengan jumlah minimum dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perpajakanyang telah ditetapkan. Perencanaan pajak merupakan usaha yang dapat dilakukan
oleh manajemen sebuah perusahaan agar beban pajak yang seharusnya dibayarkan tidak
terlalu tinggi. Perencanaan pajak juga cukup efektif apabila dilakukan sebagai upaya
pengurangan dari beban pajak, selain itu aktivitas perencanaan pajak diperbolehkan dan
diharap tidak melanggar Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di
Indonesia.

Perencanaan pajak (tax planning) juga dimaksudkan sebagai aktivitas yang dapat
menyeleksi berbagai jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan oleh perusahaan
serta untuk memastikan bahwa pelaksanaannya sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
Tujuan adanya aktivitas perencanaan pajak ini agar dapat meminimalisir utang pajak sekecil
mungkin dan tetap mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku (Lubis & Suryani, 2018).

Pada umumnya, dalam meminimalisir suatu kewajiban pajak dapat dilakukan dengan
cara penekanan perencanaan pajak. Berbagai cara yang dapat dilakukan, baik yang masih
memenuhi ketentuan peraturan perpajakan ataupun yang melanggar peraturan
perpajakan(Suandy, 2016:7). Terkait dengan perencanaan pajak, terdapat istilah yang sering
digunakan yakni tax avoidancedan tax evasion, adapun definisidari kedua istilah tersebut
adalah sebagai berikut:

a)Tax avoidance(penggelapan pajak) merupakan istilah yang sering digunakan dalam


menggambarkan pengaturan hukum urusan pajak yang adil sehingga dapat mengurangi
kewajiban pajaknya. Tax avoidancejuga sering digunakan untuk menggambarkan
penghindaran yang dicapai oleh penyingkapan buatan pribadi ataupun bisnis untuk
memanfaatkan celah, ambiguitas, anomaly atau kekurangan terhadap hukum perpajakan yang
lainnya. Perundang-undangan yang dirancang untuk mengatasi penghindaran menjadi lebih
umum dan seringkali melibatkan ketentuan yang sangat kompleks (Lyons Susan M., 1996
dalam Suandy, 2016).
b)Tax evasion(pengelakan pajak) adalah pengurangan pajak secara ilegal.
Perbedaannya adalah tidak selalu mudah untuk dilakukan. Beberapa contoh untuk skema
penghindaran pajak mencakup penempatan aset yang di yurisdiksi, menunda reparasi
keuntungan dalam yurisdiksi asing dengan pajak yang rendah, dan memastikan bahwa
keuntungan merupakan modal daripada pendapatan sehingga keuntungannya tidak dikenai
pajak (atau subjek pajak dengan tingkat yang lebih rendah), penyebaran pendapatan kepada
wajib pajak lainnya dengan tarif pajak yang lebih rendah, serta mengambil keuntungan dari
insentif pajak (Lyons Susan M., 1996 dalam Suandy,2016)

Menurut (Hery, 2016) beban pajak penghasilan merupakan total dari jumlah pajak
yang dikenakan atas seluruh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan selama satu tahun.
Menurut PSAK Nomor 46 yang mengatur tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Beban pajak
penghasilan juga dapat dilaporkan dalam laporan laba rugi tahun (periode) berjalan yang pada
umumnya timbul dari dua kewajiban (beban), yakni:1.Beban pajak saat ini, yakni beban yang
dapat dikatakan terutang dan menjadi konsekuensi dari besarnya laba kena pajak untuk
periode berjalan, dan2.Beban pajak yang ditangguhkan, yakni dikatakan sebagai konsekuensi
dari besarnya jumlah kena pajak di masa mendatang

Pada hakikatnya pajak tangguhan merupakan sebuah konsekuensi pajak yang


disebabkan atas pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan yang memiliki
perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dengan dasarpengenaan pajak. Hal
tersebut menyatakan bahwa manajemen diberi kebebasan dalam menentukan pilihan
kebijakan akuntansi untuk menentukan besarnya beban pajak tangguhan (Lubis & Suryani,
2018).

Menurut (Astutik & Mildawati, 2016)mengenai beban pajak tangguhan dapat


didefinisikan sebagai jumlah pajak penghasilan yang terutang atau terpulihkan (recoverable)
pada masa mendatang sebagai akibat atas perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary
differences). Selain itu, manajer juga dapat melakukan praktik manajemen laba melalui
pendapatan tangguhan yang terdapat di dalam perjanjian kontrak dengan pelangganuntuk
mempercepat pengakuan piutang.
Menurut(Wahlen, 1999)menjelaskan tentang manajemen laba terjadi akibat
tindakan manajer yang menggunakan pertimbangan (judgement) terdalam pelaporan
keuangan dan penyusutan transaksi denganmengubah angka laporan keuangan yang
bertujuanuntukmenaikkan atau menurunkan besarnya laba yang dilaporkan saat ini
kepada beberapa stakeholders yang berkaitan dengan kinerja ekonomi perusahaan,dalam
hal untuk mempengaruhi hasil dari perjanjian yang tergantung pada angka akuntansi yang
dilaporkan.

Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi yang dapat dilakukan


oleh manajer dari standar akuntansi yang sudah ada dan dapat digunakan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dan utilitas mereka(Scott, 2015). Terdapat cara
pemahaman terkaitmanajemen laba dibagi menjadi dua, yaitu:
1.Dapat dilihat sebagai sikap atau perilaku oportunistik manajer yang dapat
memaksimumkan utilitasnya untuk menghadapi perjanjian kompensasi, perjanjian
utang, dan political cost (Opportunistic Earnings Management).
2.Memandang manajemen laba dapat dilihat dari perspektif efficient contracting, yang artinya
manajemen laba dapat memberi suatu fleksibilitas sebagai bentuk sikap melindungi diri dan
perusahaan dalam mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi untuk keuntungan
pihak-pihak yang terlibat dalam sebuahperjanjian (kontrak).Manajemen laba dapat
terjadi karena manajer menggunakan laporan keuangan sebagai alat untuk
merestrukturisasi transaksi yang ada sehingga aktivitas tersebut dapat mempengaruhi
laba yang akan dilaporkan dan dapat memberikan informasi terkait keuntungan
ekonomis yang sebenarnya tidak dialami oleh perusahaan, dalam jangka panjang
tindakan tersebut dapat menyebabkan kerugian perusahaan. Hal tersebut biasanya tidak
dapat diketahui oleh stakeholderskarena stakeholders kurang mengetahui informasi internal
yang ada di dalam perusahaan. Manajemen laba dapat diproksikan menggunakan
discretionary accruals(DA).
METODE PENELITIAN
Pendekatan kuantitatif yang digunakan pada penelitian inimerupakan pendekatan
penelitian dengan cara mengolah data berupa angka yang dapat diperoleh dari sumber laporan
keuangan dengan menggunakan alat statistik. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
menjelaskan adanya fenomena penggelapan pajakpadaperusahaan terhadap perencanaan
pajak, beban pajak tangguhan, dan manajemen laba. Adanya hipotesis yang dirumuskan dan
akan diuji bermaksud bahwa penelitian ini termasuk dalam penelitian yang memiliki tipe
pengujian hipotesis bersifat kausal (Saraswati, 2012). Sehingga penelitian ini berusaha
menjelaskan adanya hubungan sebab akibat yang terjadi diantaraperencanaan pajak, beban
pajak tangguhan, dan manajemen laba.
PEMBAHASAN
Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen LabaHipotesis yang pertama
(H1) yang menyatakan bahwa perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Hasil pengujian terkait variabel perencanaan pajak diproksikan dengan tax
retention rate(TRR), pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa perencanaan pajak
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil tersebut diperoleh dari nilai t
hitungvariabelperencanaan pajak sebesar -0,999 dengan nilai signifikan yang telah
ditetapkan yakni 0,327 > 0,05. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
laba tidak dapat dipengaruhi oleh faktor perencanaan pajak. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa semakin kecil nilai TRR dan pencapaian laba oleh perusahaan maka
semakin kecil pulabebanpajakpenghasilanyang ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan
jika nilaiTRR dan pencapaian laba yang diperoleh semakin besar maka semakin besar pula
kewajiban perpajakan yang ditanggung (Sulistyanto, 2008). Hal tersebut dapat dibuktikan
dari ke 36 sampel perusahaan manufaktur yang digunakan, dimana perusahaan
manufaktur yang memiliki nilai TRR yang rendah yakni sebesar 0,52dan nilai DA yang
dapat dikatakan rendah yakni sebesar 0,01yang dimiliki oleh perusahaan SMBR. Hasil
berbeda ditunjukkan dengan adanya nilai TRR yang tinggi yang dimiliki oleh perusahaan
TRST yakni sebesar 1,74 justru membuat nilai DA meningkat yakni sebesar 0,04,
dengan adanya hasil tersebut menjelaskan ketika semakin tinggi perusahaan
meminimalkan beban pembayaran pajak maka semakin tinggi pula pencapaian laba yang
diperoleh perusahaan (Aditama & Purwaningsih, 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
(Aditama & Purwaningsih, 2016), (Achyani & Lestari, 2019), dan (Putra, 2019). Perusahaan
manufaktur terdiri dari beberapa departemen atau divisi yang memiliki manajemen masing-
masing. Hal tersebut akan membuat kecenderungan terkait manajemen yang mementingkan
kepentingan pribadinya masing-masing (self interest), dalam hal untuk memperoleh reward
atau bonus apabila manajer menunjukkan kinerja yang baik. Manajemen laba cenderung
dilakukan karena self interestdari pihak manjer sendiri bukan karena perencanaan pajak.
Karena perencanaan pajak merupakan upaya yang ingin dilakukan untuk meminimalkan
kewajiban pajakyang harus dibayar, dan perencanaan pajak yakni keinginan dari pemegang
saham. Dimana pemegang saham menginginkan laba yang tinggi, akan tetapi dengan
mengeluarkan biaya-biaya seminimal mungkin
Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen LabaBerdasarkan hasil
pengujianterkait dengan variabel beban pajak tangguhan yang diukur dengan deferred tax
expense(DTE). Hasil tersebut diperoleh dari nilai t hitung yakni sebesar 2,219 dan berarah
positif.Tingkat signifikansi beban pajak tangguhanyangmenunjukkan lebih besar dari tingkat
signifikan yang telah ditetapkan yakni 0,035 < 0,05 dan dapat ditarik kesimpulan bahwa
beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin
kecil perusahaan menanggungbeban pajak tangguhan maka semakin tinggi pula perusahaan
dalammelakukan tindakan manajemen laba, begitujugasebaliknya(Sibarani et al., 2015).

Hal tersebut dapat dibuktikan dari ke 36 sampel perusahaan manufaktur yang


digunakan, dimana perusahaan manufaktur yang memiliki nilai DTE yang rendah yakni
sebesar -0,0152 (-0,02) yang dihasilkan oleh perusahaan PT Multi Bintang
Indonesia(MLBI)dengan nilai DA yakni sebesar -0,07. Hasil berbeda ditunjukkan dengan
adanya nilai DTE yang tinggi dimiliki oleh perusahaan PT Lionmesh Prima(LMSH) yakni
sebesar 0,01346 (0,01) dengan nilai DA yakni sebesar 0,05. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa beban pajak tangguhan mengakibatkan tingkat laba yang diperoleh menurun, sehingga
dapat mengurangi besarnya pajak yang harus dibayarkan(Lestari, 2018).Hasil penelitian ini
mendukung dan sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Suputra,
2017), (Lestari, 2018), dan (Saputra, 2018). Beban pajak tangguhan timbul akibat adanya
perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Beban pajak tangguhan dapat
dijadikan sebagai indikator dalam mendeteksi adanya manajemen laba, meskipun
pengaruhnya cukup lemah terhadap manajemen laba. Pada penelitian ini, perkembangan nilai
beban pajak tangguhan pada tahun 2018 cukup kecil, sehingga manajer cenderung melakukan
manajemen laba dengan memperkecil nilai beban pajak tangguhan guna menghindari
kerugian perusahaan.Besarnya jumlah beban pajak tangguhan mengurangi laba
perusahaan,sehingga dapat memperkecil besarnya pajak yang harus dibayar. Hal ini membuat
manajer perusahaan memanfaatkan celah untuk mengatur besarnya beban pajak tangguhan
yang dimiliki. Manajemen laba terjadi apabila nilai atau jumlah beban pajak tangguhan
semakin rendah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa secara sendiri-sendiri (parsial) perencanaan pajak tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia
(BEI). Sedangkan beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selanjutnya, jika dilihat dari hasil
uji simultan F maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan (bersama-sama) semua
variabel independen dalam penelitian ini yakni perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan
tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sebesar 10,3% yang dapat dilihat pada
tabel Adjusted R Square
DAFTAR PUSTAKA

Achyani, F., & Lestari, S. (2019). Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 4(1).

Aditama, F., & Purwaningsih, A. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen
Laba Pada Perusahaan Nonmanufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. MODUS,
26(1), 33. https://doi.org/10.24002/modus.v26i1.576

Astutik, & Mildawati, T. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan
Terhadap Manajemen Laba. Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(3), 1–17.

Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Grasindo

Saputra, Y. (2018). Pengaruh Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan, dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ekobis Dewantara, 1(6), 155–170.

Saraswati, E. (2012). Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan Pajak dan Persistensi
Laba. 80.

Scott, R. W. (2015). Financial Accounting Theory(Seventh Ed). Pearson Prentice Hall.

Suandy, E. (2016). Perencanaan Pajak. Salemba Empat.

Sulistyanto, H. S. (2008). Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. Grasindo.

Suputra, I. D. G. D. (2017). Pengaruh Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan


terhadap Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi, 20(3), 2045–2072

Lestari, F. (2018). Pengaruh Profitabilitas Dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap


Manajemen Laba. 10(3), 270–278.
Lubis, I., & Suryani. (2018). Pengaruh Tax Planning, Beban Pajak Tangguhan dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. 7(1), 41–58.

Lyons, Susan M. (1996). International Tax Glossary, Edisi 3, IBFD Publications BV.

Maslihah, A. (2019). Pengaruh profitabilitas, aktiva pajak tangguhan, perencanaan pajak,


dan,leverage terhadap manajemen laba.1(1),30–45.https://doi.org/10.24964/japd.v1i1.769

Pohan, C. A. (2016). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. PT


Gramedia.

Putra, M. Y. (2019). Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan
Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 8(7), 18.

Wahlen, H. d. (1999). Estimating earnings response coefficients: Pooled versus firm-


specificmodels. Journal of Accounting and Economics, 21.3, 279–295.

Anda mungkin juga menyukai