Anda di halaman 1dari 72

PENGARUH PENDEKATAN SOMATIK, AUDITORI, VISUAL, DAN

INTELEKTUAL (SAVI) TERHADAP KEMAMPUAN KONSEP


MATEMATIKA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :
Sri Hastuti
NIM. 15.02.00.020

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH JAKARTA
1441 H/2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang berjudul Pengaruh Pendekatan Somatik, Auditori, Visual, dan


Intelektual terhadap Pemahaman Konsep Matematika di Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah disusun oleh Sri Hastuti, NIM. 15.02.00.020, Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Sekolah Tinggi
Islam Agama Al Hikmah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, …………..2021

Yang mengesahkan,
Pembimbing

Ahmad Zayadi, M.Pd

ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Sri Hastuti
NIM : 15.02.00.020
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Alamat : Jl. Nangka Gg. Langgar Rt 4/6 Tanjung Barat
Jakarta Selatan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pendekatan Somatik, Auditori, Visual,


dan Intelektual (SAVI) terhadap Pemahaman Konsep Matematika di Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Ahmad Zayadi, M.Pd


NIP : 15.02.00.020

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.

Jakarta, …………2021
Yang Menyatakan

Sri Hastuti

iii
ABSTRAK

Sri Hastuti (NIM: 15.02.00.020). Pengaruh Pendekatan Somatik, Auditori,


Visual, dan Intelektual (SAVI) terhadap Pemahaman Konsep Matematika di
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Sekolah Tinggi Agama Islam Al
Hikmah Jakarta, 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebesar perbedaan kemampuan


pemahaman konsep matematika yang menggunakan pendekatan SAVI dengan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang tidak menggunakan
pendekatan SAVI. Penelitian ini telah dilaksanakan di MI Al-Falah. Metode
penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen dengan desain berbentuk
posttest only control group design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas IV B
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV C sebagai kelas kontrol yang
diperoleh dengan teknik purposive sampling pada siswa kelas IV dengan pokok
bahasan keliling dan luas bangun datar. Tes yang diberikan berbentuk tes uraian
sebanyak 8 butir soal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan
pemahaman konsep pemahaman siswa kelas eksperimen sebesar 75,94
dibandingkan dengan kelas kontrol sebesar 63,22. Selain itu, hasil penelitian ini
diperkuat dengan perhitungan uji hipotesis yang menunjukkan nilai lebih kecil
dari taraf signifikansi 0,05 yaitu 0,008. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima artinya rata-rata kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelas kontrol.

Kata Kunci : Pendekatan SAVI, Pemahaman Konsep Matematika

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana wata’ala yang
telah memberikan nikmat dan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam yang telah membimbing
umatnya menuju jalan yang diridhai-Nya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana
pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak
hambatan dalam penulisan. Namun, berkat usaha, do’a dan keyakinan akhirnya
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bukan
hanya atas kemampuan dan usaha penulis, tetapi juga adanya bantuan dan
dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Mundzier Suparta, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan STAI AL HIkmah Jakarta beserta staff dan jajarannya.
2. Bapak Ahmad Zayadi, M.Pd selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
skripsi ini, yang telah tulus dan sabar memberikan pengarahan dan
bimbingannya.
3. Para Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
bimbingan selama perkuliahan.
4. Bapak Pimpinan Perpustakaan STAI AL Hikmah Jakarta beserta Staf
karyawan yang telah bersedia dengan rela hati melayani dan memberikan
pinjaman buku-buku dengan tema pembahasan skripsi ini.
5. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah, H.Imam Badri, S.Pd dan segenap guru
MI Al Falah Tanjung Barat.
6. Teristimewa untuk kedua orangtua penulis, Bapak Suhandi dan Ibu Nuryati
yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, dan mendukung penulis
selama menuntut ilmu.
7. Teman-teman PGMI 2015 yang sudah menemani selama perkuliahan.

v
vi

8. Semua pihak yang telah membantu, memberikan bimbingan, semangat, dan


doa yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengelaman dan pengetahuan
penulis. Penulis menerima segala bentuk saran serta masukan yang membangun
sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca. Aamiin.

Jakarta, ……... 2021

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………………...

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL………………………………………………………………….

LAMPIRAN ……………………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………


B. Identifikasi Masalah ………………………………………………………
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………………..
D. Perumusan Masalah ………………………………………………………
E. Tujuan Pendidikan………………………………………………………...
F. Manfaat Penelitian………………………………………………………...

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ………………….

A. Pendekatan SAVI …………………………………………………………


1. Pengertian Pendekatan SAVI ……………………………………….
2. Karekteristik Pendekatan SAVI …………………………………….
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan SAVI………………
4. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Pendekatan SAVI ……
B. Pemahaman Konsep Matematika ………………………………………..
1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika ……………………...
2. Indikator Pemahaman Konsep matematika ……………………….
C. Pembelajaran Matematika ………………………………………………
D. Materi Bangun Datar …………………………………………………….

vii
viii

E. Pembelajaran langsung ………………………………………………….


F. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………………………..
G. Kerangka Berpikir ………………………………………………………
H. Hipotesis Penelitian ………………………………………………………

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………..


B. Metode dan desain Penelitian ……………………………………………
C. Populasi dan sampel ……………………………………………………..
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………
E. Instrumen Penelitian ……………………………………………………..
F. Teknik Analisis Data ……………………………………………………...
G. Hipotesis Statistik …………………………………………………………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………….

BAB V PENUTUP ………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah proses untuk membantu manusia

dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap

perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya, pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan sarana yang

tepat dalam membina sumber daya manusia. Oleh karena itu pendidikan

perlu mendapat perhatian dari pemerintah, masyarakat, dan pengelola

pendidikan khususnya.

Proses pendidikan di Indonesia selalu mengalami proses

penyempurnaan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk

memperoleh kualitas pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi

belajar siswa. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan

memberlakukan Kurikulum 2013. Dengan diberlakukannya kurikulum

2013, menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam

menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Setiap siswa harus dapat

memanfaatkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu, setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan manfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Sikap aktif, kreatif, dan inovatif siswa merupakan

wujud dari penempatan siswa sebagai subjek penelitian.

1
2

Untuk meneumbuhkan sikap aktif, kreatif, dan inovatif dari siswa

bukanlah perkara yang mudah. Fakta yang terjadi di lapangan, guru

dianggap sebagai sumber utama belajar yang paling benar. Sehingga proses

pembelajaran yang terjadi cenderung menempatkan siswa sebagai

pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar yang

berlangsung menjadi membosankan dan membuat siswa malas untuk

belajar. Sikap pasif siswa dalam mengikuti pelajaran ternyata terjadi hampir

pada semua mata pelajaran termasuk matematika.

Matematika adalah mata pelajaran yang penting dalam kehidupan

sehari-hari. Konsep dasar matemtika berupa penjumlahan, pengurangan,

pembagian, dan perkalian banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sehngga memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup kita yang harus

diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika seperti menghitung,

mengukur, dan lain-lain. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar ,

mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi.

Oleh karena itu matematika perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan

mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Meskipun matematika demikian penting, namun sampai saat ini

matematika termasuk bidang yang dianggap sulit dipelajari dibandingkan

dengan bidang lain, karena matematika merupakan mata pelajaran yang

mengharuskan siswa berpikir logis. Banyak anak yang mengalami kesulitan

dalam belajar matematika, karena kebanyakan dari mereka bukan


3

memahami konsepnya melainkan hanya menghapalnya, sehingga

berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Penguasaan siswa

terhadap pelajaran matematika sangat rendah mengakibatkan timbulnya

kesulitan dalam memahami dan mempelajari pelajaran matematika sehingga

siswa menjadi kurang berminat dalam mempelajarinya..

Menurut Liberna (2014: 38) bahwa “matematika sekolah adalah

merupakan bidangnya segala ilmu pelajaran. Matematika juga sering disebut

pelajaran yang teramat sulit bahkan menakutkan bagi sebagian peserta

didik”.1 Matematika berbeda dengan ilmu yang lain, materi matematika

bersifat kontinyu rajin latihan dan disiplin. Apabila sejak awal tidak senang

dengan matematika maka siswa akan mengalami kesulitan dalam

mempelajari materi selanjutnya hal ini disebabkan karena anak mengalami

kejenuhan menghadapi simbol-simbol atau angka-angka dalam

pembelajaran matematika. Matematika ditingkat sekolah pada umumnya

banyak menekankan segi-segi formal, bahkan sampai cara penyampaian

yang digunakan sehingga anak belum dapat mencerna isi dari pelajaran

tersebut. Salah satu tujuan mempelajari matematika adalah agar dapat

memecahkan kehidupan sehari-hari.

Materi Matematika membutuhkan daya ingat dan nalar yang cukup

tinggi. Matematika perlu diajarkan kepada siswa mulai dari Sekolah Dasar

(SD). Menurut Cockroft (Mulyono, 2012: 204) ada banyak alasan tentang

perlunya peserta didik belajar matematika bahwa matematika perlu


1
Liberna, Hawa dan Yogi Pranata, metode Pembelajaran Matematika, (Jakarta : Mitra
abadi, 2014), h. 38.
4

diajarkan kepada peserta didik karena:

1. Selalu digunakan dalam segala kehidupan.


2. Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai.
3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas.
4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.
5. meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan sadaran
keruangan.
6. memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.2

Namun kenyataan banyak siswa yang belajar matematika tanpa

pemahaman, hanya menghapal rumus dan menggunakannya untuk

menjawab soal. Pembelajaran cenderung menggunakan metode ceramah

sehingga konsep – konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami.

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan dan

kurangnya pemahaman peserta didik, salah satu penyebabnya adalah strategi

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih dominan berperan dalam

pembelajaran dengan memberi konsep-konsep atau prosedur-prosedur baku

dan siswa masih diperlakukan sebagai objek belajar, sehingga pada

pembelajaran ini hanya terjadi komunikasi satu arah. Peserta didik jarang

diberi kesempatan untuk menemukan dan mereksonstruksi konsep-konsep

atau pengetahuan matematika secara formal, sehingga pemecahan masalah,

penalaran, dan komunikasi dianggap tidak terlalu penting.

Berdasarkan pengalaman di lapangan ketika guru mengajar, banyak

peserta didik SD/MI yang masih kesulitan dalam menerima konsep-konsep

matematika yang cukup abstrak, sehinggasering terjadi kesalahan pada saat

2
Mulyana Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya.( Jakarta : Riena Cipta, 2012 ) h. 204.
5

mereka menggunakan konsep tersebut. Hal ini merupakan salah satu akibat

dari penanaman konsep yang kurang tepat, salah satunya disebabkan karena

penyajiannya yang kurang kongkrit, sementara objek mata pelajaran

matematika memiliki tingkat keabstrakan yang tinggi. Di satu sisi tingkat

perkembangan intelektual peserta didik belum cukup mampu untuk berpikir

abstrak, tak hanya itu, guru masih mendominasi proses belajar, ketika

peserta didik diberi soal yang berbeda-beda dari soal-soal yang pernah

diberikan oleh guru, mereka mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya.

Hal ini dikarenakan mereka tidak terampil dalam memahami soal akan

tetapi mereka hanya terbiasa menghafal soal dan penyelesaiannya saja.

Selain itu, ketika peserta didik disuruh membuat model matematika dari soal

cerita kebanyakan dari mereka tidak bisa dan ketika diminta memberi alasan

terhadap jawaban yang mereka peroleh, masih banyak siswa yang

kebingungan, guru hanya memberikan contoh soal dan meminta jawaban

peseta didik mengerjakan latihan mengikuti pola yang telah dicontohkan

oleh guru. Peserta didik lebih banyak pasif dan tidak terlibat secara aktif

dalam membangun konsep tentang matematika yang dipelajarinya, bahkan

jarang sekali peserta didik diminta gagasan ataupun idenya tentang konsep-

konsep matematika tersebut. Belum lagi ketika guru menyampaikan materi

pelajaran terkadang masih kurang didukung dengan pengguanaan alat

peraga, sehingga berimbas pada pemahaman dan daya serap siswa terhadap

materi pelajaran menjadi lemah.


6

Adapun cara yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan-

permasalahan di atas adalah dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran.

Salah satu pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan pemahaman

konsep matematika peserta didik adalah menggunakan pendekatan Somatic,

Auditory, Visual, dan Intellectual. Menurut Ngalimun (2012: 166) bahwa

“SAVI adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar

haruslah memanfaatkan semua indra yang dimiliki oleh peserta didik”.3

Pada hakikatnya siswa memiliki berbagai modalitas yang harus

dioptimalkan dalam pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang

maksimal. Beberapa modalitas tersebut sebagaimana yang dikemukakan

oleh DePorter, Reardon, dan Nourine, yaitu modalitas visual, modalitas

auditorial, dan modalitas kinestetik (somatis), yang dikenal dengan VAK.

Ketiga modalitas tersebut adalah faktor yang mempengaruhi gaya belajar

masing-masing siswa. Selain ketiga gaya belajar tersebut, Dave Meier

menambahkan satu lagi gaya belajar siswa yaitu gaya belajar intelektual,

sehingga dikenal dengan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual,

Intelektual). Menurut Meier pembelajaran dengan pendekatan SAVI

adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas

intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar

pada pembelajaran. Unsur-unsur SAVI antara lain Somatis (belajar

dengan bergerak dan berbuat), Auditori (belajar dengan berbicara dan

3
Ngalimun, Strategi dan model Pembelajaran, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2012), h.
166.
7

mendengar), Visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan),

4
dan Intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung).

Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran,

dimana siswa dilibatkan tidak hanya sekedar mendapatkan penjelasan

dari guru dan menyelesaikan soal, tetapi pada proses belajar siswa

bergerak bebas aktif, mendengarkan apa yang dijelaskan guru, dan

mengekspresikannya. Siswa yang belajar dengan aktif biasanya ditandai

dengan gerakan fisik, sedangkan gerakan fisik dapat meningkatkan

proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh

(korteks motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan

untuk berpikir dan memecahkan masalah.5 Ditambah lagi dengan aspek

intelektual yang merupakan salah satu unsur SAVI dapat mengajak

pembelajar untuk terlibat dalam aktivitas seperti, diantaranya

memecahkan masalah dan melahirkan gagasan kreatif. Sehingga

pendekatan SAVI dapat melatih berpikir kreatif siswa, meningkatkan

motivasi belajar siswa, dan berusaha belajar secara aktif, pada akhirnya

dapat mencapai hasil belajar yang maksimal

Penerapan pendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual

(SAVI) pada pembelajaran matematika dianggap penting untuk

diterapkan karena dengan pendekatan SAVI dapat mengoptimalkan

4
Dave Meier, The Accelereted Learning Handbook (Terjemahan), (Bandung:
Kaifa, 2002), h. 91-92.
5
Ibid., 90-91.
8

seluruh panca indera dalam pembelajaran secara langsung dalam satu

peristiwa, tidak hanya mendengar dan melihat penjelasan guru, tetapi ada

media visual untuk dilihat, siswa berusaha untuk menerangkan dan

mempraktekkan pelajaran, diskusi sesama teman, serta bertanya sesama

teman dan guru sehingga pembelajaran siswa menjadi lebih aktif.. Oleh

karena itu, pendekatan SAVI dapat digunakan untuk mengukur

kemampuan pemahaman konsep peserta didik pada pelajaran

matematika.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan judul penelitian

ini dengan “ Pengaruh Pendekatan SAVI terhadap Pemahaman

Konsep Matematika pada Peserta didik kelas IV di MI Al Falah

Tanjung Barat Jagakarsa Jakarta Selatan “

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih terpusat pada guru, siswa kurang terlibat aktif

dalam proses pembelajaran matematika.

2. Masih banyak siswa yang menganggap bahwa matematika adalah

pelajaran yang sulit.

3. Kurangnya keterlibatan alat peraga untuk mendukung materi

pelajaran, yang mengakibatkan kemampuan pemahaman matematis

siswa menjadi rendah.

4. Banyak siswa yang kesulitan mengerjakan soal-soal matematika.


9

5. Kemandirian dan keaktifan belajar siswa yang masih kurang.

6. Strategi pembelajaran yang bervariasi belum banyak diterapkan.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan terarah, maka masalah dalam

peneltian ini dibatasi pada “Pengaruh pendekatan Somatic, Auditory, Visual,

dan Intellectual (SAVI) terhadap pemahaman konsep matematika pada

materi bangun datar kelas IV semester 2 di MI Al Falah Tanjung Barat,

Jakarta Selatan.”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan

masalah di atas maka peneliti membuat rumusan masalah yaitu :

1. Adakah pengaruh pendekatan Somatik, Audio, Visual, dan Intelektual

(SAVI) terhadap pemahaman konsep matematika kelas IV pada materi

bangun datar di MI Al Falah Tanjung Barat Jakarta Selatan?

2. Seberapa besar pengaruh Pendekatan Somatik, Audio, Visual, dan

Intelektual (SAVI) terhadap pemahaman konsep Matematika kelas

IV pada materi bangun datar di MI Al Falah Tanjung Barat Jakarta

Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh Pendekatan Somatik, Audio, Visual, dan Intelektual (SAVI)

terhadap pemahaman konsep Matematika kelas IV pada materi bangun datar

di MI Al Falah Tanjung Barat Jakarta Selatan?


10

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penellitian yang dilakukan ini

adalah :

1. Bagi Peserta Didik

a. Peserta didik akan merasa senang terhadap matematika terutama pada

pokok bahasan Bangun Datar semester 2.

b. Meningkatkan pemahaman konsep matematika.

c. Peserta didik mampu dan terampil dalam menyelesaikan soal yang

berhubungan dengan pokok bahasan bangun datar.

2. Bagi Guru

a. Semakin kreatif dalam pengembangan materi pelajaran.

b. Memberikan kesempatan guru untuk lebih menarik perhatian siswa

dalam proses belajar dan mengajar.

3. Bagi Sekolah

a. Dapat meningkatkan proses belajar di sekolah

b. Sekolah dapat dijadikan sekolah yang bermutu dari sekolah yang lain.

c. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan

kepada guru bahwa pendekatan SAVI merupakan salah satu alternatif

pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan ketrampilan penelitian serta

sebagai umpan balik bagi penulis dalam proses pembelajaran matematika

di sekolah.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendekatan SAVI

1. Pengertian Pendekatan SAVI

Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang

berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan

fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat

berpengaruh besar pada pembelajaran. Pendekatan yang dapat digunakan

disini adalah pendekatan SAVI. Pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan

fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat

berpengaruh pada pembelajaran. Adapun unsur-unsur SAVI Dave Meier

antara lain :

a. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat

b. Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar

c. Visual : Belajar dengan mengamati

d. Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan berfikir

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa

belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.

Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari ; Somatic yang bermakna

gerakan tubuh (hand on, aktivitas fisik) dimana cara belajar dengan

mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna belajar haruslah

dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,

11
12

argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi;

Visualisation yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata

melalui mengamati, menggambar, mendemostrasikan, membaca,

menggunakan media dan alat peraga; dan Intelectually yang bermakna

bahwa belajar haruslah dengan menggunakan kemampuan berfikir (mind-

on), belajar hasuslah dengan konsentrasi pikiran terlatih menggunakannya

melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,

mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan6

Pendekatan SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep

belajar yang disebut Belajar Berdasar Aktivitas (BBa). Belajar Berdasar

Aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan

memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dan

pikiran terlibat dalam proses belajar. Pelatihan konvensional cenderung

membuat orang tidak aktif secara fisik dalam jangka waktu yang lama.

Terjadilah kelumpuhan otak dan belajar pun melambat layaknya merayap

atau bahkan berhenti sama sekali. Mengajak orang untuk untuk bangkit

dan bergerak secara berkala menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran

darah ke otak, dan dapat berpengaruh positif pada belajar.7

2. Karakteristik Pendekatan SAVI

Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori,

6
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka,
2009), h. 65
7
Hamruni, Konsep Edutainment Dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Bidang
Akademik, 2008), h. 167.
13

Visual dan Intelektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu 8

a. Somatic

‘Somatic” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh-soma. Jika dikaitkan

dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan

berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang

memanfaatkan dan melibatkan tubuh.

b. Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat

daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan

menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat

suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita

menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa

hendaknya mengajak siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara

saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan

informasi, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri sendiri.

c. Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita

terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual

daripada semua indra yang lain. Setiap siswa yang menggunakan

visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang

dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program

computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka


8
Herdian, Model Pembelajaran SAVI, di akses 2018, dari http://Herdy07,wordpress.com)
14

dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan,

ikon,dan sebagainya ketika belajar.

d. Intelektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan

pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara

internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenung kan suatu

pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai

dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual

adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan

masalah.

3. Langkah-langkah Pendekatan SAVI

Strategi pendekatan SAVI ini dilaksanakan dalam siklus

pembelajaran empat tahap, yaitu : 9

a. Pertama, persiapan. Tujuan tahap persiapan ini adalah menimbulkan

minat para peserta didik, memberi mereka perasaan positif mengenai

pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka

dalam situasi optimal untuk belajar.(Pengelompokkan siswa:

membantu kelompok diskusi dan unjuk kerja pada kelompok-

kelompok kecil yang heterogen)

b. Kedua, penyampaian. Tujuan tahap ini adalah membentuk siswa

menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik

menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk


9
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 373-374.
15

semua gaya belajar. ( Pembelajaran menekankan pada penggunaan

berbagai media dengan melakukan manipulasi terhadap berbagaii

media benda konkret)

c. Ketiga, pelatihan. Tujuan tahap iniadalah membantu siswa

mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampialn baru

dengan berbagai cara. (Mendiskusikan tiap langkah yang harus

dikerjakan dan juga melatih siswa berpikir kreatif dengan cara

memecahkan suatu masalah secara berkelompok)

d. Keempat, penampilan hasil. Tujuan tahap ini membantu siswa

menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru

mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus

meningkat (siswa mempresentasikan hail kerja kelompok diskusi dan

tanya jawab)

4. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan SAVI

Setiap pendekatan dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan

kelemahan. Begitu pula dengan pendekatan SAVI. Adapun kelebihan

pendekatan SAVI yaitu sebagai berikut :

a. Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui

penggabungan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual.

b. Memunculkan suasana belajar lebih baik, menarik dan efektif.

c. Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan

psikomotor siswa.
16

d. Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran

secara visual, auditori, dan intelektual.

Selain beberapa kelebihan yang telah disebutkan di atas, pendekatan SAVI

juga memiliki kelemahan sebagai berikut :

a. Guru benar-benar dituntut untuk menguasai materi dan langkah-

langkah pendekatan ini karena pendekatan ini diharapkan dapat

tercapainya secara maksimal empat komponen SAVI tersebut.

b. Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan

prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan

kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar.

Solusi untuk kelemahan pendekatan SAVI sebagai berikut :

a. Untuk menguasai materi dan langkah-langkah pendekatan SAVI

empat komponen harus tercapai secara maksimal.

b. Kelengkapan sarana dan prasarana pemebelajaran menyeluruh dan

harus disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga tidak memerlukan

biaya pendidikan yang sangat besar.

B. Pemahaman Konsep Matematika

1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting

dalam pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat

mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pembelajaran.


17

Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan

konsep. Menurut Sardiman, pemahaman (Understanding) dapat diartikan

menguasai sesuatu dengan pikiran.10 Pemahaman merupakan perangkat

standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga

dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai ilmu

pengetahuan, sedangkan suatu konsep menurut Oemar Hamalik adalah

suatu kelas atau kategori stimuli yang memeliki ciri-ciri umum. 11 Jadi

pemahaman konsep adalah menguasai sesuatu dengan pikiran yang

mengandung kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.

Pemahaman konsep merupakan dasar utama dalam pembelajaran

matematika. Herman menyatakan bahwa belajar matematika itu

memerlukan pemahaman terhadap konsep-konsep, konsep-konsep ini

akan melahirkan teorema atau rumus.12 Agar konsep-konsep dan teorema

dapat diaplikasikan ke situasi yang lain, perlu adanya keterampilan

menggunakan konsep-konsep dan teorema-teorema tersebut. Oleh karena

itu, pembelajaran matematika harus ditekankan kearah pemahaman

konsep.

Suatu konsep yang dikuasai siswa semakin baik apabila disertai

dengan pengaplikasian. Effendi menyatakan tahap pemahaman suatu

konsep matematika yang abstrak akan dapat ditingkatkan dengan

10
Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers. 2010. H.43
11
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
Bumi Aksara. 2008.h. 162.
12
Herman Hudojo. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang:
IKIP. 2005.
18

mewujudkan konsep tersebut dalam amalan pengajaran.13 Siswa

dikatakan telah memahami konsep apabila ia telah mampu

mengabstrasikan sifat yang sama, yang merupakan ciri khas dari konsep

yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep

tersebut.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemahaman konsep matematika menginginkan siswa mampu

memanfaatkan atau mengaplikasikan apa yang telah dipahaminya ke

dalam kegiatan belajar. Jika siswa memiliki pemahaman yang baik, maka

siswa tersebut siap memberi jawaban yang pasti atas pernyataan-

pernyataan atau masalah-masalah dalam belajar.

2. Indikator Pemahaman Konsep Matematika

Indikator-indikator yang menunjukkan pemahaman konsep anatara

lain:

1) Menyatakan ulang setiap konsep


2) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya).
3) Memberikan contoh dan noncontoh dari konsep
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
7) Mengaplikasikan konsep atau logaritma pemecahan masalah.14

Untuk menganalisa hasil tes pemahaman konsep matematika siswa,

maka setiap soal berdasarkan indicator tersebut diberi nilai atau skor.
13
Effendi Zakaria. Dkk. Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematika. Kuala
Lumpur: Utsman Publications and Distributors SDN BHD. 2007. H. 86
14
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Op.Cit.h. 59
19

Pemberian skor pemahaman konsep matematika dapat dilihat pada tabel

berikut:

TABEL.I.I
PEMBERIAN SKOR PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
Sko
r Pemahaman Soal Penyelesaian soal Menjawab soal
0 Tidak ada usaha Tidak ada usaha Tanpa jawab atau
memahami soal jawaban salah yang
diakibatkan
prosedur
penyelesaian tidak
tepat
1 Salah interprestasi perencanaan Salah komputasi,
soal secara penyelesaian yang tiada pernyataan
keseluruhan tidak sesuai jawab pelabelan
salah

2 Salah interprestasi Sebagian prosedur Penyelesaian benar


pada sebagian benar tetapi masih
besar soal terdapat kesalahan

3 Salah interprestasi Prosedur


pada sebagian kecil penyelesaian tepat,
soal tanpa kesalahan
 
4 Interprestasi soal Prosedur
benat seluruhnya penyelesaian tepat,
tanpa kesalahan  
Skor Maksimal = 4 Skor Maksimal = 4 Skor Maksimal = 2
 
Sumber: Mas;ud Zein dan Darto

Dapat disimpulkan bahwa, keterkaitan pemahaman konsep siswa

dengan pemberian skor pemahaman konsep matematika sangat erat,

terutama dalam mewujudkan suatu tujuan yaitu dalam menganalisa hasil

pengukuran dari suatu instrument pemberian skor pemahaman konsep

matematika digunakan untuk mengukur setiap indicator soal pemahaman

konsep matematika siswa. Dari tabel dapat dijelaskan bahwa terdapat tiga
20

kategori yang dinilai untuk setiap indikator soal yaitu pemahaman soal,

penyelesaian soal dan menjawab soal dengan skor maksimal untuk

masing-masing indikator adalah 10.

C. Pembelajaran Matematika

Istilah pembelajaran berasal dari bahasa Inggris “instruction” yang

dimaknai sebagai usaha yang bertujuan membantu orang belajar. Usaha

tersebut dilakukan oleh seorang atau sekolompok orang yang memiliki

kemampuan dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar. 15

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta

didik.16 Pembelajaran juga merupakan suatu implementasi kurikulum dan

pengimplementasian program-program pembelajaran dalam suatu

tindakan.

Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah dasar adalah

pembelajaran matematika. Kata matematika berasal dari bahasa Latin,

manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”,

sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu

pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.17

15
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.
175.
16
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016),h. 185-186
17 42
Ibid., h. 184.
21

Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka

perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas

dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk, dan struktur, sarana

berpikir, kumpulan sistem, struktur, dan alat. 18 Matematika merupakan

salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan

beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah

sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.19

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar terlampir dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi, sebagai berikut:20

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep


dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

18
M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h. 48.
19
Susanto, op.cit., h. 185

20
Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia, (Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 346.
22

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Siswa sekolah dasar umumnya berusia sekitar 6-13 tahun. Menurut

Piaget, mereka masih berada pada tahap operasional konkret yaitu

kemampuan yang tampak pada tahap ini adalah kemampuan dalam proses

berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih

terkait pada objek yang bersifat konkret.21 Oleh karena itu dalam

perkembangan kongnitifnya masih terikat pada objek konkret yang dapat

ditangkap oleh panca indera.

Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, guru harus

merancang pembelajaran agar siswa dapat memahami pelajaran dengan

baik yaitu bisa dengan alat bantu atau media pembelajaran, atau dengan

pembelajaran yang dilakukan melalui perbuatan dan pengertian.

Pembelajaran tidak hanya menghafal atau mengingat fakta saja karena ini

akan membuat pembelajaran mudah terlupakan. Oleh karena itu,

pendekatan matematika realistik dapat digunakan sebagai upaya untuk

membantu pembelajaran matematika siswa sekolah dasar.

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar

yang diciptakan oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir


21
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 1.
23

siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat

memiliki kemampuan dalam mengkontruksi pengertahuan yang baru

dalam meningkatkan peguasaan yang baik terhadap matematika. 22 Jadi

dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika adalah serangkaian

kegiatan yang dirancang oleh guru matematika dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran matematika yang dimana dalam prosesnya

melibatkan interaksi antara siswa dan guru.

D. Pembelajaran langsung

Pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat

teacher center. Pembelajaran langsung juga dapat disebut sebagai

pembelajaran direct instruction (instruksi langsung). Pembelajaran ini

terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru,

melibatkan guru bekerja dengan siswa secara individual, atau dalam

kelompok-kelompok kecil yang berfokus pada pencapaian target

pembelajaran dengan memberikan pelatihan keterampilan yang erat

kaitannya dengan target.23Menurut Arends, model pembelajaran langsung

adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan

prosedural (pengetahuan melakukan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif

22
Ibid., h. 186.

23
Moch Ilham Sidik dan Hendri Winata, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui
Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction”, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran,
Vol. 1, 2016, h. 50.
24

(pengetahuan tentang sesuatu) yang terstruktur dengan baik yang dapat

diajarkan dengan pola kegiatan bertahap.24

E. Materi Bangun datar

Bangun datar merupakan bangun dua dimensi yang hanya memiliki panjang

dan lebar, tidak mempunyai tinggi, dan tidak memiliki ruang hanya sebuah

bidang datar saja. Bangun ini memiliki sisi lurus ataupun lengkung, panjang

dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi atau ketebalan.25

Ada berbagai bangun datar di antaranya yaitu persegi, persegi panjang, dan

segitiga. Persegi adalah bangun datar yang keempat sisinya sama panjang,

memliki dua pasang sisi sejajar, diagonalnya sama panjang, dan keempat

sudutnya siku-siku. Persegi panjang adalah bangun datar yang memiliki

empat sisi, memiliki dua pasang sisi sejajar, sisi yang sejajar memiliki

panjang yang sama, diagonalnya sama panjang, dan keempat sudutnya siku-

siku. Segitiga adalah bangun datar yang terbentuk dari tiga sisi yang berupa

garis lurus dan tiga sudut. Seorang matematikawan yang bernama Euclid

yang hidup sekitar tahub 300 SM menemukan bahwa jumlah ketiga sudut

pada segitiga adalah 1800. Hal ini memungkinkan untuk menghitung

besarnya salah satu sudut bila dua sudut lainnya sudah diketahui. 26

Nurli Rosmi, “Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil


24

Belajar Matematika SIswa Kelas III SD Negeri 003 Pulau Jambu”, Jurnal PAJAR (Pendidikan
dan Pengajaran), Vol. 1, 2017, h. 163.
25
Buyung Faisal, dkk, “Peningkatan Pemahaman Konsep Sifat-sifat Bangun Datar
melalui Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divizion (STAD)
Menggunakan Media Realita pada Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Didaktika Dwija Indria, 2017,
h.2.

26
A.Ismunanto, dkk, Ensiklopedia Matematika 2, (Jakarta: PT Lentera Abadi), 2011, h.
42-85.
25

Persegi, persegi panjang, dan segitiga adalah bangun datar yang tidak

memiliki volume, tetapi mempunyai keliling dan luas. Berikut ini tabel

rumus keliling dan luasnya. 27

Tabel 2.2 Rumus Keliling dan Luas Bangun Datar


     
Nama Bangun Datar Keliling Luas
Persegi sisi + sisi + sisi + sisi sxs
Persegi Panjang 2p + 2l pxl
segitiga sisi + sisi + sisi axt
2

Keterangan:

s = sisi

p = panjang

l = lebar

a = alas

t = tinggi

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan di

lakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Desi Fatwani Yohani, mahasiswi program S-I PGSD Universitas

Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya Tahun 2014 dengan judul

Skripsi “Pengaruh Pendekatan SAVI terhadap Hasil Belajar pada

Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendekatan

27
Ibid
26

pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar pada pembelajaran tematik.

Penelitian ini berangkat dari fenomena di lapangan yang sering terjadi

yaitu kurangnya persiapan guru dalam merancang proses pembelajaran

khususnya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran yang sesuai. Pendekatan SAVI dirasakan cocok untuk

diterapkan dalam upaya meningkatakan hasil belajar peerta didik

khususnya dalam pembelajaran tematik. Penelitian Quasi eksperimen

ini dilakukan di SDN Bunisari dan SDN Pasirmalang Kecamatan

Cigalontang dengan sampel berjumlah 65 peserta didik.

Dari hasil penelitian didapat bahwa rata-rata hasil belajar di kelas

eksperimen (79,70) lebih tinggi daripada kelas control (66,15). Ini

menandakan bahwa terdapat perbedaan yang cukup jauh antara hasil

belajar di kelas eksperimen dengan hasil belajar di kelas control.

Dengan demikian penggunaan pendekatan SAVI memiliki pengaruh

terhadap hasil belajar pada pembelajaran tematik. 28

2. Nur Azizah, mahasisiwi dari Program Studi PGSD UPI Kampus

Sumedang tahun 2016 dengan judul skripsi “Penerapan Pendekatan

Somatis Auditori Visual Intelektual pada Materi sumber Energi untuk

meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik”

Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan pada hasil

belajar peserta didik kelas IV B di SDN Pawenang. Pendekatan SAVI

salah satu alternative yang dipilih untuk mengatasi permasalahan pada


28
Desi Fatwani Yohani, Pengaruh Pendekatan Pembelajaran SAVI terhadap Hasil
Belajar Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar, Jurnal (Tasikmalaya: Universitas Pendidikan
Indonesia Kampus Tasikmalaya)
27

hasil belajar peserta didik dalam materi sumber energy bunyi di kelas

IV B.

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada desain

Kemis dan Mc Tagart, yaitu siklus berputar yang terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus

tindakan yang dilakukan mengalami peningkatan pada kinerja guru,

aktivitas peserta didik, dan hasil belajar peserta didik.

Peningkatan yang terjadi pada siklus III telah mencapai target yang

diinginkan, sehingga siklus diberhentikan sampai siklus III.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penerapan pendekatan SAVI

pada materi sumber energy bunyi dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik. 29

3. Hardita Citra Hutama (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh

Pendekatan Problem Posing terhadap Pemahaman Konsep Matematika

Siswa” 30

Bahwa Pembelajaran dengan pendekatan problem pasing adalah

pembelajaran yang menekankan siswa untuk membentuk/mengajukan

soal berdasarkan informasi atau situasi yang diberikan. Informasi yang

ada diolah dalam pikiran dan setelah di pahami maka peserta didik akan

bisa mengajukan pertanyaan. Dengan adanya tugas pengajuan

29
Nur Azizah, dkk. Penerapan Pendekatan SAVI pada materi Sumber Energi Bunyi
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.Jurnal (Sumedang : UPI,2016)
30
Hardita Citra Hutama, Pengaruh Pendekatan Problem Pasing Terhadap Pemahaman
Konsep Matematika Siswa, (Jakarta: 2014), hal.12
28

soal(problem posing) akan menyebabkan terbentuknya pemahaman

konsep yang lebih mantap pada diri siswa terhadap materi yang telah

diberikan. Kegiatan itu akan membuat siswa lebih aktif dan kreatif

dalam membentuk pengetahuannya dan pada akhirnya pemahaman

siswa terhadap konsep matematika siswa lebih baik lagi.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, model pembelajaran SAVI terbukti

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada jenjang sekolah

sekolah dasar dan sekolah menengah tidak hanyapada pelajaran

matematika saja tetapi dapat digunakan pada mata pelajaran lain, dalam

penelitian ini penulis menguji coba. Model pembelajaran SAVI

terhadap kemampuan konsep matematika siswa di kelas 4 MI Al falah

Tanjung Barat.

G. Kerangka Berpikir

Pendekatan pembelajaran SAVI merupakan pendekatan pembelajaran yang

menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang

dimiliki peserta didik tetapi bagaimana peserta didik mampu memaknai,

benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari lewat

kehidupan nyata. Sehingga, aktivitas belajar peserta didik lebih terarah,

mengasyikan, pembelajaran dengan dan tidak membosankan serta dapat

menambah pemahaman peserta didik terhadapa materi yang diajarkan.

Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan peserta didik

menunjukkan kemampuannya memahami materi pembelajaran,

menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk-bentuk lain, dan


29

selanjutnya diterapkan ke dalam konsep yang telah dipilihnya secara tepat

untuk menyelesaikan soal tersebut dengan menggunakan perhitungan

matematis baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis. Dengan adanya

pendekatan pembelajaran SAVI dalam mata pelajaran yang diterapkan oleh

guru, peserta didik dapat melaksanakan belajar mengasyikan dan bermakna

yang memungkinkan peserta didik dapat menemukan penyelesaian masalah

matematika dengan baik selain itu dengan menggunakan pendekatan SAVI

peserta didik gampang berbaur/kerjasama terhadap teman sebayanya, jika

peserta didik mengalami kesulitan atau ada beberapa yang kurang dipahami

peserta didik bisa bertanya kepada teman sebayanya yang sudah memahami

pelajaran tersebut. Hal ini diharapkan dapat membantu mengatasi keluhan

datang dari orang tua maupun guru tentang pemahaman konsep matematika

yang rendah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat antara pembelajaran pendekatan

SAVI dengan pembelajaran konvensional. Dengan pendekatan SAVI

peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan soal. Dengan

demikian diduga ada perbedaan pendekatan SAVI dengan pendekatan

pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep matematika pada

materi bangun datar kelas IV semester II.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di ats maka peneliti

mengajukan hipotesis atau dugaan sementara yang perlu di uji kebenarannya

sebagai berikut: “Ada perbedaan Pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan


30

Intellectual (SAVI) dengan pendekatan pembelajaran konvensional terhadap

pemahaman konsep matematika pada materi bangun datar kelas IV semester

2”
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di MI Al Falah Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

Subjek Penelitian adalah siswa kelas IV. Penelitian ini dilaksanakan pada

semester genap tahun ajaran 2019/2020 pada bulan februari 2020.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian quasi

eksperimen (eksperimen semu). Penelitian quasi eksperimen adalah penelitian

yang mempunyai kelompok control, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya

untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi eksperimen. 31

Pengontrolan hanya dilakukan terhadap variabel pendekatan SAVI dan variabel

Pemahaman Konsep Matematika. Metode penelitian ini bertujuan untuk

melihat keefektifan penggunaan SAVI dalam pembelajaran. Sampel dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang

mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan SAVI

sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang mendapatkan

pembelajaran matematika tanpa menggunakan pendekatan SAVI.

31
Sugiono. Metode Penelitian : Kuantitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2006), h. 86

31
32

Penelitian ini menggunakan desain berbentuk posttest only control

group design yaitu penelitian dengan menggunakan dua kelompok subjek,

salah satunya diberikan perlakuan sedangkan kelompok lain tidak diberikan

perlakuan. Pada akhir perlakuan, kedua kelompok ini dikenai pengukuran yang

sama (posttest).32 Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian


Kelompok Perlakuan Posttest
Eksperimen X1 O
Kontrol X2 O

Keterangan:

X1 = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI

X2 = Perlakuan pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan SAVI

O = Posttest kelas eksperimen dan kelas control

Setelah selesai pembelajaran, kedua kelompok tersebut diberi tes (posstest)

yang sama. Hasil tes kemudian di olah sehingga dapat diketahui apakah

terdapat pengaruh dari pendekatan SAVI terhadap pemahaman konsep

matematika.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Punaji Setyasari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, (Jakarta:


32

Prenadamedi Group, 2015), h. 211


33

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 33 Populasi

dalam penelitian ini adalah Teknik purposive sampling, yaitu cara mengambil

subyek bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas

tujuan tertentu.34 Alasan menggunakan teknik ini adalah karena diperlukan

dua kelas yang homogen kemampuannya serta dapat mewakili karekteristik

populasi. Selain itu juga berdasarkan pertimbangan kepala sekolah dan guru

kelas IV MI Al Falah.

Berdasarkan pertimbangan tersebut ditetapkan bahwa sampel dalam

penelitian ini adalah kelas IV B sebagai kelas eksperimen dan kelas IV C

sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah Langkah dalam penelitian yang

bertujuan untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah tes. Tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja

dirancang secara sistematis untuk mengukur indicator/kompetensi tertentu, ini

dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan

spesifik sehingga hasilnya relative ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang

relative sama.35 Adapun tesnya berbentuk tes akhir (posttest). Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes

33
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 80
34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rinefa Cipta, 2013), h. 183
35
Slameto, Metode Penelitian & Inovasi Pendidikan. (Salatiga: Satya Wacana University
Press, 2015), h. 233-234
34

kemampuan pemahaman konsep matematika sebagi instrument penelitian.

Instrumen ini disusun berdasarkan tes uraian. Adapun urutan pengumpulan

data dilakukan dengan tiga tahap yaitu:

1. Tahap pertama melakukan Menyusun RPP dan instrument penelitian.

Kemudian melakukan uji coba instrument penelitian dan melakukan

analisis hasil uji coba instrumen.

2. Tahap kedua memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dengan

pembelajaran menggunakan SAVI dan kelompok kontrol tidak

menggunakan pendekatan SAVI.

3. Tahap ketiga adalah pengukuran kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa berupa tes akhir (posttest) untuk mengetahui perbedaaan

antara kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas

eksperimen dengan siswa kelas kontrol.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah.36 Jadi, instrument penelitian adalah alat ukur dalam penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa berupa tes tertulis. Tes tertulis ini

diberikan kepada sampel penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh pendekatan SAVI setelah keduanya selesai memperoleh


36
Suharsimi Arikunto, op.cit, h. 203
35

pembelajaran secara keseluruhan dalam bentik tes uraian. Adapun kisi-kisi

instrumen tes pemahaman konsep matematika yaitu:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes pemahaman konsep matematika

Indikator Pemahaman Indikator Bentuk Nomor


Konsep Matematika Soal Soal
Menjelaskan ide, situasi, Menyatakan keliling 1*, 2
dan relasi matematika persegi, persegi panjang,
secara lisan atau tulisan, dan segitiga Uraian
dengan benda nyata,
gambar, grafik, dan Menyatakan luas persegi, 3*
aljabar. persegi panjang, dan Uraian
segitiga.

Melukiskan atau Menentukan keliling 4, 5


merepresentasikan konsep persegi, persegi panjang,
matematika dalam bentuk dan segitiga dari sketsa Uraian
ide-ide atau simbol-simbol gambar yang sudah ada.
matematika. Menetukan luas persegi, 6, 7
persegi panjang, dan
Uraian
segitiga dari sketsa
gambar yang sudah ada.
Mengekspresikan konsep Menyelesaikan masalah 8
matematika dengan yang berkaitan dengan
menyatakan peristiwa keliling persegi, persegi Uraian
sehari-hari dalam bahasa panjang, dan segitiga.
atau simbol matematika
Menyelesaikan masalah 9, 10
yang berkaitan dengan luas
persegi, persegi panjang, Uraian
dan segitiga.
Keterangan : *soal yang tidak valid

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran


Skor Rubrik Penilaian
4 Jawaban pada hasil akhir tepat, konsep yang digunakan untuk
menyelesaikan soal tepat
3 Jawaban secara umum benar, tetapi hanya terdapat sedikit kesalahan
pada hasil akhir penyelesaian, dan konsep yang digunakan untuk
menyelesaikan soal sebagian besar tepat.
2 Jawaban kurang tepat, terdapat banyak kesalahan perhitungan dan
konsep yang digunakan kurang lengkap
1 Memberikan jawaban, tetapi jawaban yang diberikan salah
36

0 Tidak ada jawaban atau jawaban tidak ada yang tepat

Instrumen tes di uji cobakan terlebih dahulu, untuk mengetahui persyaratan tas

yang baik. Soal yang diuji cobakan sebanyak 10 butir soal dalam bentuk uraian

yang diujikan kepada kelas V-B MI Al Falah sebanyak 26 siswa. Kemudian

hasil uji coba tersebut berupa uji validitas, realibitas, taraf kesukaran, dan daya

pembeda. Setelah diuji, data yang valid yaitu sebanyak 8 soal.

a. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrument.37 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari

variable yang diteliti.38 Penelitian ini menggunakan ANATES Versi 4.0.5

untuk uji validitas instrumen.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen


Nomor Korelasi Sign. Korelasi Keterangan
Butir Soal
1 0,479 - Tidak digunakan
2 0,637 Signifikansi Digunakan
3 0,463 - Tidak digunakan
4 0,826 Sangat Signifikansi Digunakan
5 0,828 Sangat Signifikansi Digunakan
6 0,880 Sangat Signifikansi Digunakan
7 0,918 Sangat Signifikansi Digunakan
8 0,792 Sangat Signifikansi Digunakan
9 0,767 Sangat Signifikansi Digunakan
10 0,781 Sangat Signifikansi Digunakan

Jadi, dapat disimpulkan pada tabel 3.4 bahwa butir soal nomor 1 dan 3 adalah

37
Ibid, h. 211
38
Ibid, h. 211
37

tidak valid atau tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Sehingga jumlah

butir soal yang valid dapat digunakan pada penelitian sebanyak 8 butir soal.

b. Reabilitas

Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrument tersebut sudah baik.39 Instrumen penelitian harus reliabel artinya

instrument tersebut cukup baik dalam mengungkap data yang bisa dipercaya.

Suatu hasil pengukuran yang bisa dipercaya apabila dalam bebeerapa kali

pelaksanaan pengukuran kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil

pengukuran yang relative sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek

belum berubah. Adapun tolak ukur menentukan derajat reliabilitas instrument

sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Soal


Range Tingkat Kesukaran (P) Kategori
0,800 – 1,00 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Sedang
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat rendah

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan program ANATES versi

4.0.5 untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument tes pemahaman

konsep matematika siswa. Adapun hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal


39
Ibid, h. 211
38

Rata-rata Simpangan Korelasi Reliabilitas Tes


Baku
27,12 9,40 0,93 0,97

Berdasarkan hasil tabel 3.6 di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

reabilitas instrument tes pemahaman konsep matematika sebesar 0,97

merupakan sangat tinggi artinya konsistensi instrument tersebut sangat

tetap/sangat baik.

c. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran butir soal adalah salah satu indikator yang dapat

menunjukkan kualitas butir soal tersebut apakah termasuk sukar, sedang atau

mudah. Tingkat kesukaran diperoleh dari perhitungan presentase siswa yang

dapat menjawab benar soal tersebut. Semakin banyak yang dapat menjawab

soal dengan benar maka soal tersebut semakin mudah. Sebaliknya semakin

banyak siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut maka semakin sukar

soal itu.40 Adapun kriteria untuk menginterprestasikan indeks taraf kesukaran

instrument tes dapat dilihat dibawah ini.41

Tabel 3.7 Kriteria Indeks Kesukaran


Range Tingkat Kesukaran (P) Kategori
P = 0,00 Sangat sukar
0,00 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
P = 1,00 Sangat mudah

40
Drs. Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
h. 244
41
Ibid, h. 246
39

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan program ANATES versi

4.0.5 untuk menghitung tingkat kesukaran instrument tes pemahaman konsep

matematika siswa. Adapun hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran

Nomor Tingkat Kesukaran (%) Tafsiran


Butir Soal
1 75,00 Mudah
2 78,57 Mudah
3 71,43 Sedang
4 60,71 Sedang
5 62,50 Sedang
6 58,93 Sedang
7 58,93 Sedang
8 64,29 Sedang
9 51,79 Sedang
10 55,36 Sedang

Berdasarkan hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil dari uji

tingkat kesukaran instrument kemampuan pemahaman konseop matematika siswa

terdapat 2 soal yang termasuk kategori mudah dan 8 soal yang termasuk kategori

sedang.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah butir soal yang dapat membedakan

kemampuan siswa. Butir soal yang memiliki kemampuan daya pembeda yang

baik akan mampu membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi atau

pandai.42 Adapun tolak ukur untuk menginterprestasikan daya pembeda tiap

butir soal digunakan kriteria sebagai berikut:43

42
Ibid, h. 240
43
Ibid, h. 243
40

Tabel 3.9 Kriteria Indeks daya Pembeda

Nilai Dp Kategori
Dp ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < Dp ≤ 0,20 Jelek
0,20 < Dp ≤ 0,40 Cukup
0,40 < Dp ≤ 0,70 Baik
0,70 < Dp ≤ 1,00 Sangat baik

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan program ANATES versi 4.05

untuk menghitung daya pembeda instrumen tes kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa. Adapun hasilnya sebgai berikut:

Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda


Nomor Daya Pembeda Kategori
Butir Soal (%)
1 14,29 Jelek
2 35,71 Cukup
3 21,43 Cukup
4 64,29 Baik
5 60,71 Baik
6 75,00 Sangat baik
7 82,14 Sangat baik
8 64,29 Baik
9 53,57 Baik
10 82,14 Sangat baik

Berdasarkan hasil tabel 3.10 di atas dapat disimpulkan bahwa hasil dari uji

daya pembeda instrument kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

terhadap 1 soal termasuk kategori jelek. 2 soal termasuk kategori cukup, 3 soal

yang termasuk kategori baik, dan 4 soal yang termasuk kategori sangat baik.

F. Tekhnik Analisis Data


41

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari selutuh responden atau

sumber data lain terkumpul. Tekhnik Analisis data dalam penelitian kuantitatif

menggunakan statistik.44

Data yang terkumpul selanjutnya di olah dan di analisis untuk menjawab

rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah di rumuskan. Sebelum

menguji hipotesis penelitian , terlebih dahulu dilakukan uji persyarat sebagai

berikut :

1. Uji Persayarat Analisis

Sebelum menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan beberapa uji

persayarat statistik untuk menemukan rumus statistik yang digunakan dala, uji

hipotesis.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak, Bila data berdistribusi normal maka dapat

digunakan uji statistik berjenis parametik sedangkan bila data tidak

berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik nonparametik. 45 Untuk

menguji normalitas data, peneliti menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov.

Uji ini menggunakan IBM SPSS 24, dengan taraf signifikan yaitu 5% ( ∝ =

0,05). Jika Signifikan > 0,05 maka sampel berdistribusi normal, dan jika

signifikan < 0,05 maka sampel tidak berdistribusi normal.

44
Sugiono, op.cit, h. 164
45
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatigf, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013), h. 153
42

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas diperlukan untuk mengetahui apakah objek yang diteliti

memiliki varian yang sama atau tidak. 46 Dalam penelitian ini, Uji homogenitas

di dapat dari perhitungan menggunakan IBM SPSS 24 dengan menggunakan

One Way Anova. Jika Signifikansi yang di peroleh > 0,05 maka varian

homogen, sedangkan jika signifikasi < 0,05 maka varian tidak homogen.

2. Pengujian Hipotesis

Setelah Melakukan uji persyarat menggunakan uji normalitas atau uji

homogenitas, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis

ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan SAVI terhadap

pemahaman konsep matematika siswa, Jika data berdistribusi normal dan

homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan uji parametrik dengan

menggunakan uji T-Test. Apabila data berdistribusi normal dan tidak homogen

maka dilakukan uji hipotesis dengan uji non parametrik yaitu uji Mann-

Whitney U atau uji Wilcoxon.

Uji hipotesis ini menggunakan IBM SPSS 24 dengan taraf signifikan 5%

(∝ = 0,05). Dengan kriteria pengujian hipotesisnya yaitu jika signifikansi <

0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikansi yaitu H 0 ditolak Dan H1

diterima. Sedangkan, jika sigifikasi > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

G. Hipotesis Statistik

46
Ibid, h. 167
43

Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah :

𝐻0 ∶ 𝜇1 ≤ 𝜇2

𝐻1 ∶ 𝜇1 > 𝜇2

Keterangan :

𝐻0 : Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelas

eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa pada kelas kontrol.

𝐻1 : Rata- rata kemampuan pemahaman konsep matemtika siswa pada kelas

eksperiman lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan pemahaman

konsep matemtika siswa pada kelas kontrol.

𝜇1 : Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas

eksperimen.

µ2 : Rata- rata kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas

kontrol
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data

Penelitian ini dilaksanakan di MI Al Falah, yang terletak di Jalan

Nangka No. 3 Tanjung Barat, Jagakarsa. Adapun sampel yang digunakan

yaitu kelas IV B dan IV C. kelas IV B sebagai kelas eksperimen yang terdiri

dari 32 siswa sedangkan kelas IV C sebagai kelas kontrol yang terdiri 32

siswa. Kedua kelas ini diberikan perlakuan berbeda yaitu kelas eksperimen

diberikan perlakuan menggunakan pendekatan SAVI untuk mengukur

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, sedangkan kelas kontrol

diberikan perlakuan tanpa menggunakan pendekatan SAVI.

Penelitian ini dilakukan 5 kali pertemuan yang terdiri dari 4 kali

pembelajaran dan 1 kali pertemuan posttest. Materi yang diajarkan adalah

materi keliling dan luas bangun datar (persegi, persegi panjang, dan segitiga).

Kemampuan yang diukur pada penelitian ini tes kemampuan pemahaman

konsep matematika yang diberikan pada dua kelas yang diteliti setelah

pembelajaran selesai.

1. Deskripsi Data Kelas Eksperimen

Dari data tes akhir pada kelas eksperimen dengan jumlah 32 siswa diperoleh

sebagai berikut :

44
45

Tabel 4.1 Hasil Penelitian Kelas Eksperimen

Statistik Kelas Eksperimen


Nilai Terendah 41
Nilai Tertinggi 100
Rata-rata 75,94
Median 75
Modus 66
Varian (s2) 311,802
Simpangan Baku (s) 17,658

Dari data di atas menunjukkan bahwa siswa di kelas eksperimen

mendapatkan nilai paling tinggi 100 dan paling rendah 41. Dari data yang

diperoleh dapat diketahui rata-rata dari pengujian pada kelas eksperimen

adalah 75,94. Nilai median pada kelas ini adalah 75, maka nilai yang

membatasi lima puluh persen frekuensi distribusi bagian atas adalah 75.

Modus pada data ini yaitu 66, maka nilai yang sering muncul pada

kelompok adalah 66. Dengan nilai ini kita dapat mengetahui bahwa

frekuensi terbesar pada kelas ini yaitu 66. Perbedaan nilai antara satu

dengan yang lainnya sebesar 311,802 dibuktikan dengan hasil pengukuran

varians pada kelas ini yaitu 311,802. Sedangkan jarak antara nilai data

dengan rata-rata sebesar 17,658 dibuktikan dengan hasil pengukuran

simpangan baku yaitu 17,658. Pada perhitungan ini peneliti menggunakan

IBM SPSS 24.

Adapun data posttest kelas eksperimen dapat di sajikan dalam bentuk

distribusi sebagai beriku


46

t:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen

Frekuensi
Kelas Interval
Absolut Kumulatif Realtif (%) Kumulatif (%)
41 - 50 3 3 9,38 9,38
51 - 60 3 6 9,38 18,76
61 - 70 6 12 18,75 37,51
71 - 80 5 17 15,63 53,14
81 - 90 6 23 18,75 71,89
91 - 100 9 32 28,13 100%
Jumlah 32   100%  

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa banyak kelas interval adalah 6

dengan panjang tiap kelas interval adalah 10. Pada interval 41-50 terdapat 3

siswa mendapatkan skor terendah atau sebesar 9,38 siswa atau 28,13 %.

Hasil data rata-rata atau mean yang diperoleh sebesar 75,94, dengan

presentase nilai diatas rata-rata yaitu 50%. Angka ini diperoleh dari banyak

siswa yang mendapatkan nilai diatas 75,94 yaitu sebanyak 16 siswa, kemudian

dibagi jumlah siswa dalam satu kelas yaitu 32 dikalikan 100 %. Sedangkan

presentase siswa yang mendapatkan nilai dibawah rata-rata yaitu sebesar 50%.

Nilai didapatkan dari perhitungan 100% -50% =50%. Nilai KKM yang

ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran matematika adalah 70. Siswa

yang mendapatkan nilai diatas KKM yaitu 20 siswa atau 62,5 % sedangkan

siswa yang mendapatkan nilai di bawak KKM yaitu 12 siswa yaitu 37,5%.
47

Distribusi frekuensi kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa kelas eksperimen dapat digambarkan dalam grafik histogram dan poligon

berikut :

Grafik 4.1 Histogram dan Poligon Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen

2. Deskripsi Data Kelas Kontrol

Dari data tes akhir pada kelas kontrol dengan jumlah 32 siswa

diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Penelitian Kelas Kontrol

Statistik Kelas Kontrol


Nilai Terendah 20
Nilai Tertinggi 97
Rata-rata 63,22
Median 61,50
Modus 47
Varian (s2) 375,209
Simpangan Baku (s) 19,370
48

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa di kelas kontrol mendapatkan

nilai paling tinggi 97 dan paling rendah 20. Dari data yang diperoleh dapat

diketahui rata-rata dari pengujian pada kelas control adalah 63,22. Nilai

medium pada kelas ini adalah 61,50. Modus pada data ini yaitu 47, maka

nilai yang sering pada kelompok ini adalah 47. Dengan nilai ini kita dapat

mengetahui bahwa frekuensi terbesar pada kelas ini adalah 47. Perbedaan

nilai antara satu dengan yang lainnya sebesar 375,209 .dibuktikan dengan

hasil pengukuran varians pada kelas ini 375,209. Sedangkan jarak antara

nilai data dengan rata-rata sebesar 19,370 dibuktikan dengan hasil

pengukuran simpangan baku yaitu 19,370. Pada perhitungan ini peneliti

menggunakan IBM SPSS 24.

Adapun data posttest kelas kontrol dapat disajikan dalam bentuk distribusi

frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol

Kelas Interval Frekuensi


Absolut Kumulatif Relatif (%) Kumulatif (%)
20 - 32 1 1 3,13  
33 - 45 4 5 12,5 15,68
46 - 58 10 15 31,25 46,88
59 - 71 5 20 15,63 62,51
72 - 84 7 27 21,88 84,39
85 - 97 5 32 15,63 100
Jumlah 32 -  100% -

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa banyak kelas interval

adalah 6 dengan panjang tiap kelas interal adalah 10. Pada interval 20 – 32
49

terdapat 1 siswa mendapatkan skor terendah atau sebesar 3,13 %. Pada

interval 85 – 97 yang mendapat skor tertinggi terdapat 5 siswa atau 15,63 %.

Presentase yang paling banyak yaitu kelas interval 46 – 58 yaitu 10 siswa

atau 31,25 %.

Hasil data rata-rata atau mean yang diperoleh sebesar 63,22, dengan

presentase nilai di atas rata-rata yaitu 43,75 %. Angka ini diperoleh dari

banyak siswa yang mendapatkan nilai di atas 63,22 yaitu sebanyak 14 siswa,

kemudian dibagi jumlah siswa dalam satu kelas yaitu 32 dikalikan 100%.

Sedangkan presentase siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata

yaitu sebesar56,25 %. Nilai didapatkan dari perhitungan 100 % - 43,75 % =

56,25 %. Nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran

matematika adalah 70. Siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 12

siswa atau 37,5%, sedangkan yang mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu

20 siswa atau 62,5 %.

Distribusi frekuensi kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa kelas kontrol dapat digambarkan dalam grafik histogram dan poligon

berikut :
50

Grafik 4.2 Histogram dan Poligon Frekuensi Posttest Kelas Kontrol

3. Perbandingan Hasil Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematika

Perbandingan data antara posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.5 Perbandingan Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas


Kontrol

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Banyak sampel 32 32
Nilai maksimum 41 20
Nilai minimum 100 97
Rata-rata 75,94 63,22
Median 75 61,50
Modus 66 47
Variansi 311,802 375,209
Simpangan baku 17,658 19,370
51

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai maksimun

kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol artinya

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada materi keliling dan

luas bangun datar perorangan tertinggi berada di kelas eksperimen dengan

nilai 100. Sedangkan nilai minimum antara kelas eksperimen dan kontrol

yaitu bernilai 20 yang berada di kelas kontrol. Modus dari kelas eksperimen

lebih tinggi yaitu 60. Jika di lihat dari hasil pengukuran variansi maka yang

lebih besar perbedaan nilai antara satu dengan yang lainnya adalah kelas

kontrol yaitu sebesar 375,209 maka nilai siswa pada kelas kontrol lebih

beragam dibandingkan dengan nilai siswa kelas eksperimen. Hasil

pengukuran simpangan baku pada kedua kelas ini menunjukkan bahwa

besar jarak antara nilai data dengan rata- rata kelas kontrol lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas eksperimen. Semakin tinggi nilai simpangan

baku maka data tersebut semakin menyebar dan bervariasi. Dari hasil

pengukuran variasi dan simpangan baku dapat disimpulkan bahwa nilai

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dikelas kontrol lebih

beragam dan fluktuasi. Artinya, nilai pada kelas kontrol ada yang rendah,

sedang, dan tinggi sehingga kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa yang didapatkan lebih beragam. Sedangkan nilai kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen mendapatkan

nilai yang berdekatan antara satu siswa dengan yang lainnya sehingga hasil

yang di dapat cenderung relative sama dan mengelompok.

B. Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian Hipotesis


52

Ada beberapa Langkah yang harus dilakukan sebelum menguji

hipotensi yaitu pengujian persyaratan analisis terlebih dahulu. Pengujian

persyaratan analisis ini terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas .

Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Tahap selanjutnya

yaitu pengujian homogenitas untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang homogen atau tidak. Selanjutnya , dilakukan uji hipotensi

untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut diterima atau di tolak.

1. Uji Normalitas

Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji normalitas dengan metode

uji kolmogrov-Smirnov menggunakan IBM SPSS 24 dengan taraf

signifikansi 5% (α = 0,05). Jika signifikasi > 0,05 maka sampel

berdistribusi normal, dan jika signifikansi < 0,05 maka sampel tidak

berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas posttest pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil Perbandingan Uji Normalitas Posttest

Posttest Sig. α= 0,05 Kesimpulan


Kelas Eksperimen 0,086 0,05 Berdistribusi normal
Kelas Kontrol 0,200 0,05 Berdistribusi normal

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil posttest kelas

eksperimen mendapatkan hasil 0,086. Ini menunjukkan bahwa signifikansi


53

0,086 > 0,05 maka data berdistribusi normal. Sedangkan kelas kontrol

mendapatkan hasil 0,200. Ini menunjukkan bahwa signifikansi 0,200 >

0,05 maka data berdistribusi normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil

posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol keduanya berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua sampel, tahap selanjutnya

yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan

Homogenity of Variances pada One Way Anova dengan perhitungan

menggunakan IBM SPSS 24. Uji homogenitas posttest dilakukan untuk

mengetahui apakah sampel memiliki varian yang sama atau tidak. Jika

signifikansi yang diperoleh > 0,05 maka variansi homogen, sedangkan jika

signifikansi yang diperoleh < 0,05 maka variansi tidak homogen. Hasil

perhitungan uji homogenitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest

Posttest Levene Statistic df1 df2 Sig.

Kelas Eksperimen
0,142 1 62 0,708
dan Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil pottest pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan tingkat signifikasinnya

adalah sebesar 0,708. Maka dengan uji homogenitas yang sudah dilakukan

dapat dikatakan bahwa varian yang memiliki kelas eksperimen dan kontrol

lebih besar dari 0,05 atau 0,708 > 0,05. Sehingga dapat dikatakan data
54

posttest tersebut memilki varian yang homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis yang sudah dilakukan dari hasil

pottest kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa data telah

terbukti berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian

hipotesis dilakukan dengan tehknik uji statistik parametrik.

Uji statistik parametrik yang dilakukan adalah uji T-test dengan

menggunakan uji Independent Sample T-test. Pengujian ini bertujuan

untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa antara kelompok eksperimen yang diberikan

perlakuan menggunakan pendekatan SAVI dan kelompok kontrol yang

tidak diberikan perlakuan menggunakan pendekatan SAVI. Analisis data

dengan uji T-test menggunakan uji Independent Sample T-test karena data

terdiri dari sampel bebas yang tidak berpasangan. Kriteria pengujian

hipotesis penelitian ini yaitu jika signifikansi <0,05 maka H 0 ditolak dan

H1 diterima dan jika signifikansi >0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Perhitungan ini menggunakan IBM SPSS 24 .

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji T-Test Posttest Kelas Eksperimen


dan Kontrol

Taraf
Kelas t hitung Sig. Kesukaran Kesimpulan
Eksperimen Ho di tolak dan
2,745 0,008 0,05 H1 di terima
Kontrol
55

Berdasarkan tabel hasil di atas terlihat bahwa posttest kelas

eksperimen dan kontrol mendapatkan signifikansi sebesar 0,08. Ini

menunjukkan bahwa hasil signifikansi 0,008 < 0,05 maka H 0 ditolak dan H1

diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan

pemahaman konsep matematika pada siswa kelas eksperimen lebih tinggi

daripada rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada

konsep kontrol.

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Coeefficients

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 63,608 15,602 4,077 ,000
Kelaseksperimen -,005 ,200 -,005 -,026 ,980

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil t-hitung 4,077. Hal ini

menunjukan bahwa hasil t-hitung > t-tabel, 4,077>,0,005 maka dinyatakan bahwa

metode terdapat pengaruh meningkatkan hasil kemampuan konsep matematika

Pendekatan Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual (SAVI) kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Al Falah

C. Hasil dan Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa

terdapat pengaruh penggunaan pendekatan SAVI dalam pembelajaran

matematika pada materi keliling dan luas bangun datar terhadap


56

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas IV MI Al Falah

Jakarta Selatan. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan hasil rata-rata nilai

siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan

yang berbeda. Rata-rata nilai kelas eksperimen yaitu 75,94 sedangkan rata-

rata kelas kontrol yaitu 63,22. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih

baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol.

Setelah dilakukan uji analisis nilai tes kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa kelas IV semester genap MI Al Falah yang telah

dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan

bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu,

peneliti melakukan uji T-test dengan menggunakan uji Independent Sample

T-Test. Untuk menguji hipotesis. Pengujian ini menggunakan taraf

signifikansi 0,05. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan H1

diterima dan jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Pada hasil uji Independent Sample T-Test diperoleh hasil signifikansi

sebesar 0,008 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata

kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas kontrol.

Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan

pendekatan SAVI lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan

pembelajaran secara konvensioanl. Ini menunjukkan bahwa pendekatan


57

SAVI memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa, khususnya pada materi keliling dan luas bangun

datar.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dalam penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

yang menggunakan pendekatan SAVI lebih tinggi dari pada kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa yang tidak menggunakan pendekatan

SAVI. Hal ini dapat di lihat dari nilai rata-rata hasil posttest kelas kontrol

sebesar 63,22.

Hasil penelitian ini diperkuat dengan uji T-test dengan menggunakan

uji independent Sample T-Test yang mendapatkan signifikansi 0,008 artinya

0,008 < 0,05, ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-

rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelas kontrol.

Berdasarkan Hasil Tabel Coeffiecients ditemukan nilai constant 63,608

sedangkan nilai koefesien garis regresinnya 0,005 maka dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak sehingga Ha diterima yaitu “ terdapat pengaruh yang

signifikan kemampuan siswa. Yang artinya bahwa PENGARUH

PENDEKATAN SOMATIK, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL

(SAVI) TERHADAP KEMAMPUAN KONSEP MATEMATIKA KELAS

IV MADRASAH IBTIDAIYAH kelas eksperimen ada peningkatan

kemampuan siswa.

58
59
60

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti memberikan

saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolah, peneliti berharap agar sekolah mengembangkan

pendekatan pembelajaran matematika seperti SAVI guna meningkatkan

kualitas pengajaran matematika di sekolah.

2. Bagi guru, pembelajaran matematika menggunakan pendekatan SAVI

dapat dijadikan alternatife dalam proses pembelajaran, sehingga dapat

menjadi salah satu solusi agar pembelajaran matematika yang

berlangsung tidak membosankan.

3. Bagi siswa, hendaknya selalu turut aktif secara mandiri dan berpartisipasi

dalam mengikuti setiap pembelajaran.

4. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi untuk penelitian sejenis. Penelitian ini hanya dilakukan pada

pokok bahasan keliling dan luas bangun datar (persegi, persegi panjang,

dan segitiga), sehingga untuk peneliti yang ingin mengembangkan

penggunaan pendekatan SAVI disarankan melakukan pada materi lain.


DAFTAR PUSTAKA

Liberna, Hawa dan Yogi Pranata, metode Pembelajaran Matematika, (Jakarta :

Mitra abadi, 2014)

Mulyana Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan

Remediasinya.( Jakarta : Riena Cipta, 2012 )

Ngalimun, Strategi dan model Pembelajaran, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo,

2012)

Dave Meier, The Accelereted Learning Handbook (Terjemahan), (Bandung:

Kaifa, 2002)

Suyatno, Menjelajah Pembelajaran inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka,

2009)

Hamruni, Konsep Edutainment Dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Bidang

Akademik, 2008)

Herdian, Model Pembelajaran SAVI, di akses 2018, dari

http://Herdy07,wordpress.com)

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011)

Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: Bumi Aksara. 2008.

Herman Hudojo. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Malang: IKIP. 2005.

61
62

Effendi Zakaria. Dkk. Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematika. Kuala

Lumpur: Utsman Publications and Distributors SDN BHD. 2007

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Model Penilaian Kelas, Jakarta:


Depdiknas), 2006.

Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2014)

Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016)

M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014)

Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia, (Jakarta: Depdiknas, 2006)

Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT

Remaja Rosdakarya, 2012)

Moch Ilham Sidik dan Hendri Winata, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

melalui Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction”, Jurnal

Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 1, 2016

Nurli Rosmi, “Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika SIswa Kelas III SD Negeri 003 Pulau Jambu”,

Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), Vol. 1, 2017

Buyung Faisal, dkk, “Peningkatan Pemahaman Konsep Sifat-sifat Bangun Datar

melalui Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement


63

Divizion (STAD) Menggunakan Media Realita pada Siswa Sekolah

Dasar”, Jurnal Didaktika Dwija Indria, 2017

A.Ismunanto, dkk, Ensiklopedia Matematika 2, (Jakarta: PT Lentera Abadi),

2011

Desi Fatwani Yohani, Pengaruh Pendekatan Pembelajaran SAVI terhadap Hasil

Belajar Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar, Jurnal (Tasikmalaya:

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya)

Nur Azizah, dkk. Penerapan Pendekatan SAVI pada materi Sumber Energi Bunyi

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.Jurnal (Sumedang : UPI,2016)

Hardita Citra Hutama, Pengaruh Pendekatan Problem Pasing Terhadap

Pemahaman Konsep Matematika Siswa, (Jakarta: 2014)

Punaji Setyasari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, (Jakarta:

Prenadamedi Group, 2015)

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2011)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

PT. Rinefa Cipta, 2013)

Slameto, Metode Penelitian & Inovasi Pendidikan. (Salatiga: Satya Wacana

University Press, 2015)

Drs. Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Rajawali Pers,

2014)
64

Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2013)

Anda mungkin juga menyukai