Anda di halaman 1dari 7

” RENUNGAN ” ANAK TERHADAP ORANG TUA Oleh : Madinah, 

S.Pd
Posted on April 30, 2012

Terkadang tanpa sadar kita melupakan begitu saja  sikap, perbuatan  dan perlakuan kita
kepada orang lain atau kepada saudara kita atau mungkin kepada  orang yang berjasa dalam 
melahirkan  kita  di dunia ini yaitu  ibu dan  bapak kita. Terkadang kita memperlakukan  ibu kita
ibarat seorang pembantu yang dengan entengnya tanpa dosa kita menyuruh  beliau untuk untuk
melayani semua kebutuhan, mulai dari mencuci pakaian dan menyiapkan makan. Tanpa kita
sadari kerkadang kita membentak dan marah kepada orang tua kita kalau apa yang mereka
lakukan tidak sesuai dengan harapan kita pada itu adalah dosa besar.
Bapak dan ibu adalah dua sosok yang seharusnya kita muliakan, kita hormati dan kita
perlakukan bak laksana seorang raja dan permaisurinya. Yang kita siap sedia membantu
meringankan  beban hidupnya, meringankan pekerjaannya bukan malah sebaliknya kita
membuat mereka seolah-olah tak berhenti bekerja. Dikala kita masih dikandungan mereka
dengan ikhlas merawat kita, membawa kita kemanapun mereka pergi walupun dengan beban
yang sangat berat. Belum lagi   ketika mau melahirkanpun  seorang ibu berjuang antara hidup
dan mati untuk bisa melahirkan kita ke dunia ini
Setelah lahir dengan selamat kitapun disambut dengan riang gembira, tanpa merasakan
lagi sakit yang amat sangat. Seolah-olah sakit yang baru saja ia rasakan sudah sembuh dengan
kehadiran kita. Belum lagi kekhawatiran kedua orang tua kita ketika usia kita menginjak dewasa
merekapun dengan susah payah mencarikan uang untuk menyekolahkan kita bila perlu
mencarikan lembaga  pendidikan yang favorit atau yang bisa membuat kehidupan kita  lebih baik
dari kehidupan yang sedang mereka jalani saat ini.
Bahkan untuk seorang anaknya seorang ibu atau ayah rela untuk mengorbankan semua
harta bendanya dikala kita sakit atau  disaat kita membutuhkan  uang  untuk melanjutkan
sekolah, mereka dengan rela menjual harta benda yang mereka miliki, agar anaknya bisa
menjadi  sukses dan berhasil.
Begitu besar pengorbanan orang tua kepada kita tapi balasan bagi mereka  malah
sebaliknya.  Benarlah  apa yang dikatakan   Peribahasa  “ air susu dibalas dengan air tuba”.
Ayah dan ibu kita menyayangi kita sepenuh hati tapi kita menyanginya separoh hati.. Padahal
kita bisa membalas budi kepada orang tua kita….?!  mana susu yang kita minum yang diberikan
oleh ibu kita dengan ikhlas tanpa minta imbalan sedikitpun..?! mana bubur yang selalu kita
makan setiap hari, mana baju yang kita pakai setiap hari, mana uang sekolah dan   uang  jajan
yang kita pakai untuk kesenangan kita dan mana  ….(masih banyak lagi) yang seandainya bapak
ibu kita minta imbalan itu tentu kita tidak bisa membalasnya walaupun dengan uang banyak
sekalipun.
Salah satu bentuk kedurhakaan seorang anak terhadap orang tuanya yang sering
dilakukan adalah dengan berkata-kata kasar. Padahal Ibu selalu melayaninya kebutuhan kita
walau terkadang diluar  kemampuannya dengan  ridha dan ikhlas terhadap anak-anaknya
meskipun mereka dalam keadaan sedang sakit.
Marilah dengan kegiatan perkemahan ini  kita tunjukan kemandirian kita, perubahan
prilaku kita dari kekanak-kanakan, manja dan ketergantungan menuju pada kedewasaan,
bertindak dan bertanggung jawab dan berguna bagi agama bangsa dan negara . ini sebagai
pengharapan dari tiga orang tua
Bagi orang tua, anak merupakan harta yang paling bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Oleh
karena itu, orang tua melakukan berbagai upaya untuk keberhasilan anak-anaknya, apapun yang
dilakukan oleh orang tua pada ujungnya adalah untuk kebahagiaan anak-anaknya. Upaya orang
tua untuk keberhasilan anak, mereka rela berkorban jiwa raganya untuk mencarikan biaya dan
berdoa siang malam untuk keselamatan dan keberhasilan dambaan hatinya. Disinilah kita perlu
memahami perjuangan yang mendalam terhadap pengorbanan orang tua. Dengan jalan
perenungan pada saat dimana orang tua sedang beraktifitas dibawah teriknya matahari, dapat kita
bayangkan “orang tuanya petani pasti disibukkan oleh ladang dan cangkulnya, guru disibukan
oleh murid dan kenakalannya, pegawai pasti disibukkan oleh tugas dan dimarahi atasannya dan
orang tuanya pedagang disibukan oleh barang perniagaan dan untung maupun kerugianya.
Jerih payah orang tua yang diperoleh dengan kerja keras tersebut dikirimkan untuk
keperluan biaya sekolah, biaya untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan sering sebagian orang tua
terpaksa menjual berbagai harta yang dimilikinya untuk mampu membiayai berbagai kebutuhan
anaknya untuk melanjutkan pendidikan guna meningkatkan kualitas taraf hidupnya.
Sebagian orang tua tidak mengharapkan apapun dari perjuangan yang dilakukannya,
tetapi hanya sebuah kebanggaan baginya karena sudah mampu mendidik anak-anaknya lebih
sukses darinya. Walau sebagaian petani, jika anaknya sudah sarjana dan sukses, tetap menjadi
petani dan pekerja bangunan pun juga seperti itu.
Oleh karena itu, perjuangan orang tua tentu tidak boleh disia-siakan, karena menyangkut
dengan kesuksesan si anak. Orang tua selalu berupaya untuk mendorong anak-anaknya agar
selalu sukses. Selain itu jangan sekedar mencari gelar sarjana jikalau tidak memiliki kualitas,
tetapi harus menjadi sarjana berkualitas. Sebab selain mampu membahagiakan orang tua juga
memberikan manfaat bagi diri sendiri.
Sesungguhnya jasa dan pengorbanan yang telah diberikan oleh kedua orang tua kita
kepada kita hingga sekarang ini tidak terhitung banyaknya. Ibu yang mengandung kita selama 9
bulan lamanya, kemudian melahirkan kita dengan mempertaruhkan nyawanya. Ketika kita masih
bayi yang tak berdaya, tanpa merasa jijik mereka membersihkan kotoran-kotoran disaat kita pipis
dan buang air besar, dengan rasa sabar mereka menghadapi kemarahan, rengekan, dan kenakalan
kita serta dengan penuh kasih sayang mereka memberikan kita makan dan minum, dengan penuh
cinta kita diberi pakaian dan pendidikan untuk masa depan kita.
Namun, mampukah kita untuk membalas segala pengorbanan yang telah mereka
berikan?. Seandainya jika kita merasa kesal dengan mereka disaat mereka sudah tua yang
menjadikan kelakuannya kembali seperti anak-anak, dan bahkan seandainya orang tua kita tidak
berdaya untuk buang air sehingga kita yang membersihkannya kita mesti harus ingat kesabaran
disaat mereka menghadapi dan merawat kita dengan penuh cinta dan harapan agar kita selamat
dan panjang umur. Oleh karena itu hendaknya kita harus selalu berbakti pada orang tua kita dan
senantiasa mendoakan mereka, agar segala dosa-dosanya yang mungkin pernah diperbuat baik
sengaja ataupun tidak supaya mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Waktu kamu berumur 1 tahun


dia menyuapi dan memandikanmu…
sebagai balasannya…
kau menangis sepanjang malam
Waktu kamu berumur 2 tahun
dia mengajarimu cara berjalan…
sebagai balasannya…
kau kabur saat dia memanggilmu
Waktu kamu berumur 4 tahun
dia memberimu pensil untuk mewarnai…
sebagai balasannya…
kau corat coret dinding rumah dan meja makan
Waktu kamu berumur 7 tahun
dia memberikanmu bola…
sebagai balasannya…
kau lemparkan bola ke jendela tetangga
Waktu kamu berumur 10 tahun
dia mengantarkanmu ke mana saja,
dari kolam renang sampai pesta ulang tahun…
sebagai balasannya…
engkau bermain asyik dengan temanmu
sampai tidak dengar panggilan orang tuamu…
Waktu kamu berumur 13 tahun
dia menyarankanmu untuk memotong rambut
karena sudah waktunya…
sebagai balasannya…
kau bilang “mama tidak tahu mode…”
Waktu engkau berumur 15 tahun
dia pulang kerja ingin memelukmu…
sebagai balasannya…
kau kunci pintu kamarmu
Waktu engkau berumur 18 tahun
dia menangis terharu ketika engkau lulus SMA…
sebagai balasannya…
kau berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi
Waktu engkau berumur 19 tahun
dia membayar semua kuliahmu
dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama…
sebagai balasannya…
kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang
biar nggak malu sama teman-teman
karena orang tuamu jelek
Waktu engkau berumur 20 tahun
dia bertanya “Dari mana saja seharian ini?”
sebagai balasannya…
kau menjawab “Ah cerewet amat sih”
mau tau urusan anak muda
Waktu engkau berumur 25 tahun
dia membantumu membiayai pernikahanmu…
sebagai balasannya…
engkau pindah ke kota lain
menjauhi orang tuamu
Waktu engkau berumur 30 tahun
dia memberimu nasehat
bagaimana merawat bayimu…
sebagai balasannya…
engkau katakan
“Sekarang zamannya sudah beda, Ma…”
Waktu engkau sudah jadi orang sukses
dia menelponmu untuk diantar ke acara syukuran
salah satu saudara dekatmu…
sebagai balasannya…
engkau jawab “Aku sibuk sekali,
Banyak kerjaan kantor, Ma…”
Waktu engkau berumur 35 tahun
dia sakit-sakitan sehingga
memerlukan perawatanmu…
sebagai balasannya…
engkau baca tentang pengaruh negatif orang tua
yang numpang tinggal di rumah anaknya
Dan hingga SUATU HARI
dia meninggal dunia dengan tenang…
dan tiba-tiba engkau teringat semua
yang belum pernah engkau lakukan…
dan itu menghantam
HATIMU bagaikan pukulan QODAM
Maka…
JIKA ORANG TUAMU MASIH ADA…
BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN
PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH
ENGKAU BERIKAN SELAMA INI
JIKA ORANG TUAMU SUDAH TIADA…
INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA
YANG TELAH DIBERIKANNYA
DENGAN TULUS IKHLAS KEPADAMU…
DAN DOAKANLAH…
MOHONKANLAH KEPADA ALLAH
AMPUNAN BAGI KEDUANYA

“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil”
(QS. Al Israa’:24)
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”
(QS. Ibrahim:41)
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan
semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi
orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”
(QS. Nuh:28)
 
Renungan Anak untuk Orang Tua (kutipan)
Cobalah katakan pada dirimu, cobalah renungkan.
Katakanlah…
Saya ada karena kehendak Allah , saya dilahirkan oleh ibu saya, saya dididik agar menjadi anak
yang berguna bagi keluarga, orang tua saya selalu mendidik saya dengan KASIH SAYANG.
Orang tua mencintai anaknya dengan sepenuh hati. Tak ada yang terlewatkan.
Marilah kita merenung…
Beberapa tahun lalu saat kita dikandung oleh orang tua, betapa bahagia mereka, mengharap anak
yang akan lahir adalah anak yang berbakti dan selalu sayang kepadanya.
Tapi coba renungkan, apakah kita begitu?
Saat melahirkan kita, orang tua kita merasakan sakit yang amat sangat, menangis kesakitan,
antara hidup dan mati.bahkan mungkin jika diberi pilihan oleh tuhan antara menyelamatkan
nyawanya atau nyawa bayinya, pastilah ia akan memilih menyelamatkan bayiny, ibu
memberikan kita asi waktu bay1, menahan derita menggendong kita seharian.
Tapi apa????apakah kita saat ini cuma melihat beliau dengan penderitaannya, mencaci makinya,
melawannya, mengacuhkannya…
Coba renungkan…
Sekarang apa balasan kita?????
Saya juga pernah berkata yang tidak baik pada orang tua saya, membentak, kata-kata
kasar,ejekan.hampir semua anak pernah melakukannya..
RENUNGILAH SEJENAK
Pernahkah kita tahu…
Setiap malam orang tua kita, ibu kita terbangun tengah malam dan menangis di bantalnya,
menangis oleh kata kata kita yang terlalu menyakitinya????
Sadarkah kita saat kita membentak ibu kita, ternyata mereka sangat sabar, namun di belakang
mereka merasakan perih di hati mereka, tangisan lirih.
Saat kita pergi meninggalkan mereka karena marah… orang tua kita sangatlah sedih.. mereka
akan menyesali diri mereka, baikkah itu?
Coba renungkan anak mana yang mau melihat orang tua mereka menangis?
Mungkin kita tak pernah mau memikirkan kepedihan yang dirasakan oleh ibu kita.
Saat kita marah, saat kita meninggalkan rumah.. ibu kita akan menangis.
Baikkah itu?senangkah kalian?anak mana yang senang membuat orangtua mereka menangis,
membuat orang tua merasa sangat tak berharga hanya karena kata – kata dan kelakuan anak
mereka????
RENUNGKANLAH!!!!
Mungkin saat ini beliau masih ada, masih sehat. Dan saat ini mungkin kamu sedang menuntut
pendidikan, jauh dari orangtua. yang membuatnya sedih
Cobalah perhatikan, tiap libur akademik saat bertemu orang tua kita, perhatikanlah… rambut
mereka makin memutih… kulit mereka makin berkerut… sinar wajahnya makin meredup…
masihkah kalian belum sadar??? Kata kata yang telah kita ucapkan yang kadang membuat
mereka terbangun di tengah malam untuk menangisi kata kata kasar, bentakan itu, namun
mengapa kita tak pernah menyadari. Mengapa kita tak mau minta maaf????
Ingatlah… tak ada yang menjamin bahwa ibu kita akan tetap ada mendampingi kita saat
pulang… mungkin saat kita pulang kita masih bisa menemui ibu kita tersayang.
Tetapi rennungkanlah ketika kita pulang dan yang kita temui adalah sosok yang telah terbujur
kaku, kita tak lagi merasakan kasih sayangnya, yang kita temui hanyalah sebuah nisan…
masihkah kita ingin menyakiti hati mereka, membuat mereka menangis karena anaknya yang
selalu membentaknya, meninggalkannya dalam kemarahan??
Mungkin saat ini kita sedang bahagia, jauh dari orang tua kita? Tapi pernahkah kita berpikir,
apakah orang tua saya juga disana bahagia?

https://4alfa.wordpress.com/2012/04/30/renungan-anak-terhadap-orang-tua-oleh-madinah-s-pd/

Anda mungkin juga menyukai