Anda di halaman 1dari 8

IBADAH HAJI DAN PERMASALAHANNYA

Farida Nur Camilia, Muhammad David, Muhammad Ifan Arief

Pendidikan Guru Madarasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah,

Instistut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri, Jawa Timur Indonesia.

Abstrak
Agama Islam Adalah agama suci, agama islam bertugas mendidik dzahir manusia,
mensucikan jiwa manusia dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan
ibadah yang tulus dan hati yang murni sesuai dengan kehendak Allah, Inshaallah akan
menjadi orang-orang yang beruntung. Ibadah dalam agama islam banyak sekali
macamnya, salah satunya yakni ibadah Haji. Haji merupakan rukun Islam yang kelima
setelah syahadat, sholat, puasa,zakat. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena
tidak hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya
namun juga semangat dan harta. Ada beberapa syarat dan juga permasalahan dalam
ibadah haji yang kali ini akan kita pahami dalam pembahasan.
Kata Kunci: Agama Islam, Haji, Permasalahan.

A. Pendahuluan

Ibadah haji adalah suatu ibadah yang memerlukan kebulatan tekad dan
kesungguhan hati. Kebulatan tekad untuk meninggalkan kampung halaman beserta
keluarga tercinta dan kesungguhan hati untuk meninggalkan segala tingkah laku
yang tidak baik. Haji Merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan kepada setiap
muslim yang mampu.1 Mampu baik secara fisik dan materi. Dan yang lebih penting
adalah kemampuan untuk menyiapkan diri sebagai tamu Allah. Kewajiban ini
merupakan rukun Islam yang kelima. Karena haji merupakan kewajiban, maka
apabila orang yang mampu tidak melaksanakannya maka berdosa dan apabila
melaksanakannya mendapat pahala. Sedangkan makna haji bagi umat Islam
merupakan respon terhadap panggilan Allah SWT Haji dan umrah hanya
diwajibkan sekali seumur hidup, ini berarti jika seseorang telah melaksanakannya
yang pertama, maka selesailah kewajibannya. untuk yang kedua, ketiga dan
seterusnya hanyalah sunnah.2 Dalam Ibadah haji ada serangkaian persyaratan dan

1
Abdurachman Rochimi, Segala Hal Tentang Haji Dan Umroh. (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,
2010), 9.
2
Imam Jazuli, Buku Pintar Haji Dan Umroh. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014).55.
kegiatan apa saja yang harus dipenuhi dan dilaksananan, namun ada juga
permasalahan yang menyangkut terkait pelaksaan ibadah haji. Untuk menambah
pengetahuan, Kali ini kita akan membahas berbagai persyaratan dan permasalahan
dalam ibadah Haji.

B. Pengertian Haji

Haji merupakan suatu ibadah bagi umat islam. Haji sendiri termasuk salah
satu rukun islam yang berada pada urutan kelima. Menurut bahasa haji berasal dari
bahasa Arab ‫ الحخ‬yang berarti ‫ معظم الفصد الى‬ziarah atau berkunjung. Sedangkan
menurut istilah syara’ haji adalah berkunjung atau berziarah ke Ka’bah yang berada
di Mekkah al-Mukaramah untuk melakukan ibadah kepada Allah swt. dengan
melakukan tata cara pelaksanaan ibadah haji yang telah ditentukan secara
berurutan, dimulai dari ihram, wukuf di Arafah, thawaf, sa’i, mabit di Muzdalifah
dan Mina, melontar jumarat dan terakhir melakukan tahalul.3 Berdasarkan
penjabaran tesebut dapat disimpulkan bahwa haji merupakan suatu ibadah yang
memeliki tata tersendiri dengan waktu yang telah ditentukan. Mengerjakan ibadah
haji adalah pekerjaan yang sangat mulia dan terpuji. Nabi Muhammad hanya sekali
melaksanakan ibadah haji,4 yakni pada tahun kesepuluh Hijriyah.

Manusia diperintahkan untuk menunaikan ibadah haji hanya untuk taat


kepada Allah. Bukan untuk kepentingan bisnis, untuk memperoleh popularitas dan
lain-lain. Demikian pula ibadah haji ini juga diwajibkan bagi yang mampu. Dalam
Surat Ali Imran/3:97

َ َ َّ َ ٗ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ۡ ُ َ َّ ٞ َ َ ُۢ ُ َ َ
ِ‫ح ُّج‬ ِ ِ ‫اِۗو ِّلِلِِلَع ِٱ َّنل‬
ِ ِ ‫اس‬ ‫فِي ِهِ ِءايَٰت ِبيِنَٰت ِمقام ِإِبرَٰهِيمَِۖومنِدخل ِهۥ َِكن ِءامِن‬
َ َ ۡ َ ٌّ َ َ َّ َّ َ َ َ َ ٗ َ َۡ َ ََ ۡ َ َۡۡ
َِ ‫ِع ِنِٱلعَٰل ِم‬
ِ ِ٩٧ِ‫ي‬ ِ ‫ِو َمنِكفرِفإِنِٱ‬
‫ّلِلِغ ِِن‬ َ ۚ ‫يٗل‬
ِ ‫اعِإَِلهِِسب‬
ِ ‫تِم ِنِٱستط‬
ِِ ‫ٱۡلي‬

Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji

3
Andi Intan Cahyani, “Pelaksanaan Haji Melalui Penerapan Formal Dalam Peraturan Haji Di Indonesia,”
El-Istishady Vol. 1 No. 2 (2019): 105.
4
Agus Sujadi, Kriminalisasi Pengulangan Ibadah Haji (I‟adah Al-Ḥajj) Di Indonesia (Yogyakarta:
Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013), 3.
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.”

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa Hukum Ibadah Haji adalah Wajib
Bagi orang yang mampu. Haji juga merupakan ibadah yang wajib dilakukan sekali
dalam seumur hidup seseorang, bagi yang mampu melaksanakannya. Kewajiban
yang harus dilakukan seumur hidup sekali bagi yang mampu, membuat para jamaah
mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menjalankan ibadah haji yang sesuai
dengan sunnah dan petunjuk Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Semua
orang ingin hajinya mabrur dan dosanya maghfur. Karena semua orang tahu bahwa
haji mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga (Nurdin, 2013).

C. Syarat-syarat Haji

Umat islam yang melaksanakan suatu ibadah tidak akan jauh dari syarat-syarat
ibadah tersebut. Adapun syarat-sayarat Haji sebagai nerikut.

1. Islam, artinya ibadah haji ini hanya diwajibkan untuk orang-orang yang
beragama Islam, dan tidak wajib bagi orang kafir. Jika orang kafir malakukan
haji maka hajinya tidak sah, dan apabila menjadi muallaf maka ia diwajibkan
untuk melakukan haji ulang.
2. Berakal, orang yang tidak berakal, gila dan dungu tidak diwajibkan untuk
berhaji. Mampu, tidak ada pembebanan haji bagi orang yang tidak mampu.5
3. Mampu dalam hal ini meliputi: sehat jasmani (badan) dan ada dana untuk
menunaikan ibadah haji.

D. Rukun Haji

Dalam melaksanakan ibadah haji terdapat rukun-rukun haji yang wajib


dilakukan, diantaranya:6

5
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki,, Syafi’i, Hambali. (Jakarta:
Lentera, 2010), 205.
6
Intan Cahyani, “Pelaksanaan Haji Melalui Penerapan Formal Dalam Peraturan Haji Di Indonesia,” 109.
1. Ihram, yang berarti larangan atau hal yang diharamkan. Menurut syariat Islam,
ihram adalah menetapkan niat untuk mengerjakan ibadah haji dengan memakai
pakaian ihram dan dimulai dari suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan,
yang diistilahkan dengan miqat. Penamaan ihram ini sesuai dengan praktik
pelaksanaannya. Karena pada saat dimulainya haji sampai berakhirnya ada hal-
hal tertentu yang halal kemudian diharamkan selama dalam proses mengerjakan
rukun haji.
2. Wukuf, yaitu hadir di Padang Arafah pada tanggal 9 saat tergelincir matahari
sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah.
3. Tawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, yang dimulai dari Hajar
Aswad atau yang dikenal dengan batu hitam yang terletak di dalam Masjidil
Haram dan Ka’bah disebelah kiri orang yang melakukan tawaf.
4. Sa’i, yaitu berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah dengan jarak ±400
meter sebanyak tujuh kali, Ini dilakukan sesudah tawaf.
5. Tahallul, yaitu menggunting atau mencukur rambut sekurang-kurangnya tiga
helai rambut. Bagi wanita menggunting ujung rambut sepanjang jari, bagi pria
disunnahkan mencukur habis. Sedangkan untuk yang berkepala botak
disunahkan untuk meletakkan gunting atau pisau cukur di atas kepala.

E. Macam-macam Pelaksanaan Haji

1. Haji Ifrad
Ifrad artinya menyendirikan. Jika memilih melaksanakan Haji Ifrad,
maka seorang jemaah haji melaksanakan ibadah haji saja dan tidak melakukan
ibadah umrah. Mereka yang melaksanakan haji ifrad tidak dikenakan dam atau
denda. Cara Pelaksanaan Haji Ifrad:
a. Melaksanakan ibadah haji saja (tanpa melakukan umrah)
b. Melakukan ibadah haji terlebih dahulu, lalu melaksanakan umrah setelah selesai
berhaji.
Ada pula dua cara lain melakukan haji ifrad, yaitu:
1) Melakukan umrah di luar bulan-bulan haji. Kemudian, melakukan haji pada
bulan haji.
2) Umrah dilakukan pada bulan haji, kemudian kembali ke rumah, baru pergi
lagi berhaji pada bulan haji di tahun yang sama.
Urutan pelaksanaannya adalah, ihram dari miqat untuk melaksanakan
haji, kemudian berihram lagi dan mengambil miqat untuk melakukan ibadah
umrah. Jemaah tidak membayar dam dan disunnahkan melakukan tawaf qudum.
Tawaf qudum adalah tawaf pertama yang dilakukan jemaah saat sampai di
Mekkah.

2. Haji Qiran

Qiran memiliki makna berteman atau bersamaan. Jemaah haji yang melakukan
haji qiran akan melakukan ibadah haji dan umrah secara bersamaan. Hal ini
dilakukan dengan sekali niat sekaligus untuk haji dan umrah. Namun, jamaah
diharuskan membayar dam.

Pelaksanaannya dilakukan pada bulan-bulan haji. Jemaah melakukan


tawaf, sa'i, dan tahallul satu kali untuk haji dan umrah. Jemaah yang memilih
melakukan haji qiran akan dikenakan denda atau dam berupa menyembelih
seekor kambing. Bagi mereka yang tidak mampu, jemaah harus menggantinya
dengan berpuasa 10 hari. Ketentuannya, 3 hari puasa dilakukaan saat di Mekkah
dan 7 hari puasa ketika sudah di Tanah Air. Jemaah juga disunnahkan
melakukan tawaf qudum ketika tiba di Mekkah.

3. Haji Tamattu

Haji tamattu merupakan haji yang paling sering dilakukan jemaah haji
asal Indonesia. Mereka yang memilih haji tamattu akan melakukan ibadah haji
setelah melaksanakan umrah. Haji tamattu disebut lebih mudah dilakukan jika
dibandingkan dua jenis haji lainnya. Alasannya, setelah selesai tawaf dan umrah,
lalu tahallul, dan bebas dari larangan saat ihram.Sama seperti haji qiran, jemaah
yang melakukan haji tamattu wajib membayar dam atau denda dengan
menyembelih seekor kambing. Atau, jemaah bisa menggantinya dengan puasa
10 hari.

F. Permasalahan Haji

Permasalahan Jama’ah Haji jika Wafat:


1. Cara penyelesaiannya: Jika wafat dalam perjalanan maka setiba di tempat
tujuan, ketua kloter melapor ke Sektor dan memberitahukan
Maktab/Majmuah yang akan ditempati. Dokter kloter membuatkan
Certificate of Death (COD). Ketua kloter mengumpulkan dan mencatat
tirkahnya. Bila almarhum ada keluarga, tirkahnya diserahkan kepada keluarga
dengan tanda terima. Bila tidak ada keluarga, tirkahnya diserahkan kpd Daker
dengan tanda terima untuk diproses pengirimannya kpd keluarga alm di tanah
air. Selanjutnya Petugas Sektor hubungi Maktab/Majmuah yang akan
ditempati utk urus dan selesaikan pemakamannya.
2. Apabila wafatnya di Jeddah, maka pengurusannya oleh Wukala, di Makkah
oleh Maktab dan di Madinah oleh Majmuah. Surat-surat yang diperlukan:
Surat kematian dari dokter pemeriksa, Surat keterangan tidak berkeberatan
untuk dimakamkan di Arab Saudi dari keluarga/Daker selaku perwakilan
KJRI dan Surat keterangan dari Wukala / Maktab / Majmuah untuk
disampaikan kepada bagian pemakaman Arab Saudi.
3. Jika wafatnya di tempat akomodasi/ Hotel, maka Ketua kloter bersama dokter
kloter memberitahukan kepada Maktab/ Majmuah, Dokter kloter membuat
Certificate of Death (COD). Selanjutnya Ketua kloter kumpulkan dan
mencatat tirkahnya, serta melaporkan Kepala Sektor dan Daker setempat.
Bila alm ada keluarga tirkahnya diserahkan kepada keluarga dengan tanda
terima. Bila tidak ada keluarga, tirkahnya diserahkan kepada Sektor/ Daker
dengan tanda terima untuk diproses pengirimannya kepada keluarga
almarhum di tanah air. Petugas Maktab membawa jenazah ke dinas
pemakaman untuk dimakamkan. Jika keluarganya menghendaki shalat
jenazah di Masjidil Haram/ Masjid Nabawi agar mengurus bersama Maktab/
Majmuah. Selesai dishalatkan jenazah dimakamkan di Ma'la bila meninggal
di Makkah atau di Bab Makkah/Siti Hawa bila meninggal di Jeddah atau di
Baqi bila meninggal di Madinah.
4. Jika wafatnya di RSAS atau BPHI, maka Ketua Kloter setelah diberitahu
oleh petugas Sektor / Daker segera cek dan beritahukan keluarganya. Ketua
Kloter mengumpulkan dan catat tirkah almarhum serta melaporkan ke Sektor
/Daker. Bila alm ada keluarga tirkahnya diserahkan kepada keluarga dengan
tanda terima. Bila tidak ada keluarga, diserahkan kepada Daker dengan tanda
terima untuk proses ngirimannya kepada keluarga almarhum di tanah air.
Selanjutnya Petugas Sektor/Daker memberitahukan kepada Maktab/Majmuah
untuk proses pemakaman.

G. Kesimpulan

Dari Pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Haji adalah


berkunjung atau berziarah ke Ka’bah yang berada di Mekkah al-Mukaramah untuk
melakukan ibadah kepada Allah swt. dengan melakukan tata cara pelaksanaan
ibadah haji yang telah ditentukan secara berurutan, dimulai dari ihram, wukuf di
Arafah, thawaf, sa’i, mabit di Muzdalifah dan Mina, melontar jumarat dan terakhir
melakukan tahalul. Kewajiban yang harus dilakukan seumur hidup sekali bagi yang
mampu, membuat para jamaah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk
menjalankan ibadah haji yang sesuai dengan sunnah dan petunjuk Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Haji tamattu merupakan haji yang paling sering dilakukan jemaah haji asal
Indonesia.Mereka yang memilih haji tamattu akan melakukan ibadah haji setelah
melaksanakan umrah. Alasannya, setelah selesai tawaf dan umrah, lalu tahallul, dan
bebas dari larangan saat ihram.Sama seperti haji qiran, jemaah yang melakukan haji
tamattu wajib membayar dam atau denda dengan menyembelih seekor kambing.

Ada Beberapa permasalahan dalam ibadah haji yang kali ini dibahas
permasalahan terkait tentang jamaah jika Wafat, ada prosedur yang harus dipenuhi
dan dilaksanakan dengan tanggungjawab.

H. Saran

Akhirnya dengan do’a dan Usaha kami dapat menyelesaikan artikel ini.
kami sebagai penulis berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik
dan sarannya pada artikel yang sudah dibuat. Agar artikel yang sudah dibuat dan di
bahas oleh dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya, apabila ada perbaikan juga
saran dan kritik akan sangat berguna dan dapat digunakan sebagai tambahan
wawasan serta pengetahuan yang lebih bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Intan Cahyani, Andi. “Pelaksanaan Haji Melalui Penerapan Formal Dalam Peraturan
Haji Di Indonesia.” El-Istishady Volume 1 No 2 (2019): 105.
Jawad Mughniyah, Muhammad. Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki,, Syafi’i,
Hambali. Jakarta: Lentera, 2010.
Jazuli, Imam. Buku Pintar Haji Dan Umroh. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Rochimi, Abdurachman. Segala Hal Tentang Haji Dan Umroh. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 2010.
Sujadi, Agus. Kriminalisasi Pengulangan Ibadah Haji (I‟adah Al-Ḥajj) Di Indonesia.
Yogyakarta: Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2013.

Anda mungkin juga menyukai