Jurnal
Teknologi Proses
Media Publikasi Karya Ilmiah
Teknik Kimia
Darmansyah Dalimunthe
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155
Abstrak
Kilang Liquid Natural Gas (LNG) adalah salah satu industri pengilangan yang banyak menggunakan
energi dalam proses produksinya. Salah satu peralatan pada kilang LNG yang banyak menggunakan
energi adalah boiler. Efisiensi peralatan ini selalu berubah sesuai bahan operasi. Inefisiensi terjadi
karena banyaknya kemungkinan kehilangan panas pembakaran, padahal apabila efisiensi pembakaran
ini bisa ditingkatkan, dapat menurunkan konsumsi energi yang pada akhirnya akan menurunkan pula
biaya produksi sehingga akan meningkatkan laba perusahaan. Sesuai dengan kebijakan pemerintah di
bidang energi bahwa secara bertahap harga energi baik harga bahan bakar minyak maupun harga listrik
pada saatnya akan mencapai pada harga ekonominya dalam arti bahwa pemerintah tidak akan
memberikan subsidi lagi kepada harga energi. Oleh karena itu sudah saatnyalah industri yang pada
proses produksinya banyak menggunakan energi mulai menjalankan konservasi energi, salah satunya
adalah kilang LNG dengan melakukan peningkatan efisiensi pembakaran kepada boiler melalui
penurunan ekses udara dan pemanfaatan panas buangan. Penelitian tentang peningkatan efisiensi
pembakaran pada boiler dilakukan pada salah satu kilang LNG. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada potensi penghematan energi melalui penurunan ekses udara hingga menjadi 15%, yang bisa
meningkatkan efisiensi boiler hingga 85%, serta pemanfaatan panas buangan.
Bahan bakar + Jumlah udara teoretis → Hal-hal yang terjadi pada pembakaran
Karbondioksida + Uap air + Nitrogen dan yang tidak sempurna dapat dilihat pada Tabel
gas-gas lainnya (kecuali oksigen) 1.
TABEL 2: Formula untuk menghitung efisiensi boiler dengan metode tak langsung
NO Hilang panas Formula Nilai
LDG K(TFG − TA )
1.
Dry fuel gas CO 2
⎡ (O 2 ) ⎤
1a CO 2 = ⎢1 − × (CO 2 ) maks %
⎣ 21 ⎥⎦
69.7 × C fuel × CV N )
1b K dari tabel atau
(CV G )3
L H 2O ( H 2 O fuel + 9 H fuel ) × (588 − TA + 0.5TFG )
2 Uap air dalam gas (CV G1 )
1
CV G = CVG untuk gas %
= CVG (Tfuel – TA) × 0.47
2a 1
CV G
(untuk minyak dengan preheat)
LCO K(CO)
3 CO tak terbakar %
(CO) + (CO 2 )
LRC 100 / (CAP) dihitung dari temperatur permukaan
4 %
Radiasi & konveksi
5 L LDG + L H 2O + LCO + LRC %
LBD (TBD − TH 2O ) × BD (100 - L)
6 Rugi blowdown %
(TBD − TH 2O ) BD + (100 - BD) (660 - TH 2O )
LTotal L +BD
7 %
Hilang panas total (Rugi-rugi)
8 Efisiensi E = 100 – LTotal %
(H 2 O fuel + 9H fuel ) × (588 − TA + 0.5TFG )
9 Excess Air / Ekses udara %
(CVG1 )
Keterangan:
LDG = % panas hilang dalam gas buang kering,
TFG = Temperatur gas buang (0C),
L H 2O = % panas hilang uap air dalam gas buang,
TA = Temperatur udara ambient (0C),
LCO = % panas hilang dari CO tak terbakar,
LBD = Temperatur air blowdown (0C),
LRC = % panas hilang dari radiasi/konveksi,
L H 2O = Temperatur air umpan (0C),
LBD = % panas hilang dari air blowdown,
Tfuel = Temperatur awal bahan (0C),
(O2) = oksigen dalam gas buang (% volume kering),
(CO2) = jumlah karbondioksida (% volume kering),
CAP = % kapasitas output boiler,
K = konstanta,
CV = konstanta panas yang hilang dalam gas buang kering untuk berbagai bahan bakar,
CVG = konstanta panas yang hilang dalam gas buang untuk bahan bakar gas.
Pembahasan
Dilihat dari besarnya intensitas energi, yaitu 20.6% merupakan suatu nilai intensitas yang
cukup besar untuk industri gas alam cair. Sebagai gambaran, kilang minyak yang dioperasikan
di Indonesia rata-rata mempunyai intensitas antara 5 – 7% refinery fuel per crude intake.
Memang hal ini tidak bisa dibandingkan secara langsung begitu saja karena berbagai faktor dan
kondisi setempat yang berbeda, tetapi setidaknya dapat dipakai sebagai gambaran.
Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat adanya ekses udara yang cukup besar, yaitu di atas
20%, serta konsumsi energi yang cukup besar, yaitu sebesar 108,516 MMCF dibandingkan
produksi yang dihasilkan, yaitu sebesar 525,495 MMCF.
Salah satu penyebabnya mungkin banyaknya panas yang hilang pada saat proses pembakaran
untuk menghasilkan uap. Untuk itu, perlu dilihat proses pembakaran pada boilernya.
Melalui perhitungan efisiensi boiler dapat diperkirakan besarnya ekses udara, panas yang
terbuang, dan tingkat efisiensi boilernya.
Perhitungan efisiensi boiler dilakukan dengan menggunakan metode tak langsung sebagai
berikut:
Rugi-rugi panas dicari dengan menggunakan grafik rugi-rugi panas dan ekses udara untuk
bahan bakar gas alam.
Dengan mengacu pada nilai kalor dari gas alam dan temperatur ambien 200C, dengan nilai
kandungan O2 sebesar 5%, diperoleh nilai ekses udara sebesar 29% dan nilai kandungan CO2
sebesar 9%. Berdasarkan teori untuk bahan bakar gas ekses udara cukup 10–15%. Oleh karena
itu, ekses udara sebesar 29% termasuk besar.
Oleh karena temperatur ambien sebesar 300C, maka beda temperatur gas buang 2600C –
30 C = 2300C. Beda temperatur ini sama untuk temperatur gas buang 2500C dengan ambien
0
200C. Oleh karena itu, hilang panas oleh gas buang sesuai dengan garis temperatur 2500C adalah
sebesar 24%, dengan demikian:
Kesimpulan
Saran
Karena ketidakefisienan boiler tersebut, kemungkinan disebabkan oleh ekses udara yang
cukup besar, serta hilangnya panas pada gas buang, maka ekses udara harus ditekan sampai
menjadi 15% (untuk bahan bakar gas akses udara cukup 10–15%). Hal ini dapat dikendalikan
dari ruang kontrol dengan mengatur O2 sebesar 3 %. Sedangkan panas yang terbuang disarankan
untuk ditingkatkan efisiensinya dengan memanfaatkan panas buangan tersebut, misalnya untuk
cogeneration.
Daftar Pustaka
Albert Thumann, PE, C.E.M. & Paul Mehta, D. Handbook of Energi Engineering. 1995. The
Fairmont Press, Inc. Linburn, GA 30247. USA.
Annonimous. 1987. Combustion of Gas, Gas Engineers Handbook, Industrial Pers Inc.
Conforth, J.R. 1992. Combustion Engineering and Gas Utilisation. E & FN Spon, an imprint of
Chapman & Hall. London, UK.
Sirait J.K. 2001. Konservasi Energi pada Boiler, Konsep dan Teori. Jakarta.