Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS SEDIAAN FARMASI


Penetapan Kadar Kloramfenikol dalam Salep Kalmicetine dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis

Asisten :
Sumi Wijaya, S.Si., Ph.D., Apt.
Golongan :
T/B
Anggota :
Hanavi Nathaniel 2443017010
Fernando Susanto 2443017048
Agustina O. Gratia 2443017114
Maria S. Fernandes 2443017182
Maria Roswita P. Huar 2443017205

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2018-2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber
cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu
sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling
populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample
berwarna juga untuk sample tak berwarna (Khopkar, 1990).
Analisis kuantitafif dapat diketahui dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Penentuan panjang gelombang maksimum yang digunakan dalam pengukuran absorbansi
larutan standar maupun larutan sampel ditentukan dengan mengukur nilai absorbansi
maksimum konsentrasi larutan standar. Untuk memperoleh panjang gelombang maksimum
pengukuran absorbansi dilakukan pada rentang panjang gelombang 265-280 nm. Hasil
pengamatan untuk absorbansi maksimum adalah pada panjang gelombang 280 nm kemudian
dilakukan penentuan nilai absorbansi pada delapan larutan standar.
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar cahaya yang di gunakan.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)

Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga
semua sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau. Apapun itu, selama ia dapat
dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible). Sample yang
dapat dianalisa dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Oleh karena itu, untuk
sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan
menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.

2. Spektofotometri UV (ultraviolet)

Berbeda dengan spektrofotometri visible. Pada spektrofotometri UV berdasarkan


interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sinar
UV tudak dapat dideteksi dengan mata kita, sehingga senyawa yang dapat menyerap sinar ini
terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh
karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen
tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Prinsip dasar
pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada partikel
koloid (suspensi).

3. Spektrofotometri UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar
tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu
materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah
sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum
Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat
dalam larutan. Dibawah ini adalah persamaan Lamber beer:

A = - log T = ε.b.c

Dimana :

A = Absorban
T = Transmitan
ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1)
c = panjang sel (cm)
b = konsentrasi zat (mol/jam)
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur
adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari
larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun
apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada
panjang gelombang tertentu, akan secara selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan
diteruskan.
4. Spektrofotometer (IR)
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada
penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi menjadi inframerah
dekat, inframerah pertengahan, dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah
jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 25-1000 µm. Pada spektro IR
meskipun bisa digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama
senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya
suatu gugus spesifik.
1.2. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui metode penetapan kadar zat tunggal dalam sediaan
monokomponen secara spektrofotometri UV-Vis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kloramfenikol

Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
C11H12Cl2N2O5.

Salep kloramfenikol mengandung kloramfenikol tidak kurang dari 85 % dan tidak lebih dari
105 % dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1979).

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan
netral atau larutan agak asam.

Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam
aseton dan dalam etil asetat.

Kloramfenikol merupakan antibiotik pertama kali diisolasi dari kultur Streptomyces venequele
pada tahun 1947 tetapi sekarang diproduksi secara sintetis. Memiliki struktur yang relatif
sederhana dan merupakan antibiotik spektrum luas pertama yang ditemukan. Bekerja dengan
menggangu sintesis protein dan terutama bakteriostatik.

Kloramfenikol efektif melawan berbagai mikroorganisme, tetapi karena efek samping yang
serius (misalnya, kerusakan sumsum tulang termasuk anemia aplastik) pada manusia,
biasanya dikhususkan untuk pengobatan infeksi serius dan mengancam jiwa (misalnya,
demam tifoid). Kloramfenikol bersifat bakteriostatik tetapi dapat bersifat bakterisidal dalam
konsentrasi tinggi atau bila digunakan melawan organsime yang sangat rentan. Kloramfenikol
menghentikan pertumbuhan bakteri dengan mengikat ribosom bakteri (menghalangi peptidil
transferase) dan menghambat sintesis protein.

B. Spektrofotometer UV-Visible
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis
spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia
dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Interaksi radiasi dengan materi
dapat berupa refleksi, refraksi dan difraksi. Cara interaksi dengan suatu sampel dapat dengan
absorbsi, pemendaran (luminenscence), emisi dan penghamburan (scattering), tergantung
pada sifat materi.
Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopi ultaviolet dan daerah
tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif spesies kimia. Absorbansi spesies
ini berlangsung dalam dua tahap, yang pertama yaitu M + hv = M^, merupakan eksitasi spesies
akibat absorpsi foton (hv) dengan waktu hidup terbatas (10-8-10-9 detik). Tahap kedua adalah
relaksasi dengan berubahnya M* menjadi spesies baru dengan reaksi fotokimia. Absorpsi
dalam daerah ultra violet dan daerah tampak menyebabkan eksitasi elektron ikatan. Puncak
absorpsi (hmax) dapat dihubungkan dengan jenis ikatan yang ada didalam spesies.
Spektroskopi absorpsi berguna untuk mengkarakterisasikan gugus fungsi dalam suatu
molekul dan untuk analisis kuantitatif.
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intesitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel
pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan
absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.

Analisis spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk :

• Identifikasi (kualitatif) yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran pada sampel


dengan pustaka atau pembanding.
• Uji kemurnian dengan membandingkan hasil pengukuran pada sampel dengan
persyaratan yang ada pada kompendia.
• Penetapan kadar (kuantitatif) dapat digunakan untuk senyawa tunggal maupun
campuran.

Adapun komponen yang terdapat pada spektrofotometer, yaitu :

1. Sumber cahaya
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu Tungsten
(wolfram). Bentuk lampu ini memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm.
Spektrum radiasinya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam
pemakaian. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah
UV. Dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energi radiasinya lurus dan
digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah UV. Memiliki waktu 500
jam pemakaian.
2. Monokromator
Alat yang digunakan untuk memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal
(monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian
monokromator : prisma, grating (kisi difraksi), celah optis dan filter.
3. Kompartemen sampel
Digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. Kuvet merupakan wadah yang
digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis. Pada spektrofotometer double
beem terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet digunakan untuk menaruh sampel sementara
kuvet yang lain digunakan untuk menaruh blanko. Pada spektrofotometer single beem,
hanya terdapat satu kuvet. Kuvet yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
• Permukaannya harus sejajar secara optis.
• Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat ditransmisikan.
• Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia.
• Tidak rapuh.
• Bentuknya sederhana.
4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinyal kemudian
diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam
bentuk angka-angka pada reader (komputer). Syarat –syarat ideal sebuah detektor adalah
:
• Mempunyai kepekaan tinggi.
• Respon kosntan pada berbagai panjang gelombang.
• Waktu respon cepat dan sinyal minimum terhadap radiasi.
• Sinyal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
5. Visual display
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan
dalam bentuk % Transmittan maupun Absorbansi.
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1. Alat

1. Spektrofotometri UV-Vis (Agilent)


2. Timbangan analitis
3. Kuvet
4. Labu takar
5. Gelas ukur
6. Pipet tetes
7. Micro pipet
8. Cawan porselen
9. Batang pengaduk

3.2. Bahan

1. Kloramfenikol base
2. Kloramfenikol cream 2%
3. Etanol

3.3. Metode
Spektrofotometri UV-Vis

3.4. Langkah Kerja


1. Penimbangan baku induk 25 mg lalu di ad 25 ml di labu takar sehingga didapatkan
konsentrasi baku induk 1000 ppm.
2. Pengenceran dengan pembuatan ppm 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm pada labu takar 10 ml.
3. Pembuatan sampel dengan menimbang sampel 2 gram kloramfenikol cream.
4. Larutkan sampel dengan etanol di cawan porselen lalu masukkan ke labu takar 100 ml dan
di ad kan hingga tanda.
5. Pengenceran sampel dengan pipet 1,7 ml sampel lalu masukkan ke labu takar 25 ml dan ad
kan hingga tanda dengan pelarut etanol.
6. Cek absorbansi baku c1, c2, c3, c4, c5 dan sampel s1, s2, s3 dengan spektrofotometri UV-
Vis pada panjang gelombang 274 untuk mengetahui absorbansi.
7. Catat hasil absorbansi baku dan sampel dan lakukan perhitungan kadar sampel.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

1. Larutan baku
Hasil penimbangan baku 25,4 mg dilarutkan dalam 25 ml etanol 96%

- Konsentrasi baku induk : 25,4 mg/ 0,025 liter = 1016 ppm


- Konsentrasi baku 1 : 0,1 ml/ 10 ml x 1016 ppm = 10,16 ppm
- Konsentrasi baku 2 : 0,2 ml/ 10 ml x 1016 ppm = 20,32 ppm
- Konsentrasi baku 3 : 0,3 ml/ 10 ml x 1016 ppm = 30,48 ppm
- Konsentrasi baku 4 : 0,4 ml/ 10 ml x 1016 ppm = 40,64 ppm
- Konsentrasi baku 5 : 0,5 ml/ 10 ml x 1016 ppm = 50,80 ppm
Dibuat persamaan regresi dari hasil pengamatan di spektrofotometri dengan konsentrasi baku
sebagai x dan absorbansi baku sebagai y, diperoleh persamaan : Y = 0,03727 + 0,03101x.
2. Sampel
Pembuatan sampel dilakukan 3 kali replikasi :

- Penimbangan sampel 1 : 2,0052 gram dilarutkan dalam 100 ml etanol 96%

Konsentrasi sampel 1 : 2005,2 mg/ 0,1 liter = 20.052 ppm

Pengenceran sampel 1 : 1,7 ml/ 25 ml x 20052 ppm = 1.363,536 ppm

- Penimbangan sampel 2 : 2,0531 gram dilarutkan dalam 50 ml etanol 96%


Konsentrasi sampel 2 : 2053,1 gram/ 0,05 liter = 41.062 ppm
Pengenceran sampel 2 : 0,85 ml/ 25 ml x 41062 ppm = 1.396,108 ppm
- Penimbangan sampel 3 : 2,0120 gram dilarutkan dalam 50 ml etanol 96%
Konsentrasi sampel 3 : 2012 mg/ 0,05 liter = 40.240 ppm
Pengenceran sampel 3 : 0,85 ml/ 25 ml x 40.240 ppm = 1.368,16 ppm

Ketiga sampel diamati menggunakan spektrofotometri UV dan diperoleh data sebagai berikut:

Absorbansi sampel Ẋ (ppm) kons. Sebenarnya (ppm) % kadar


0,7755 23,8061 1363, 536 1,74
0,8133 25,0251 1396,108 1,79
0,7741 23,7610 1368,16 1,73

Persen kadar rata – rata sampel : 1,75% , maka tiap gram salep mengandung 17,5 mg kloramfenikol.
Kadar kloramfenikol dalam salep kalmicetine :

1,75% / 2% x 100 = 87,5%


Kadarnya memenuhi syarat karena berada diantara rentang kadar kloramfenikol dalam sediaan salep
menurut Depkes RI, 1979 ( rentangnya 85% - 105% ).
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam penetapan kadar kloramfenikol dalam salep, kami menggunakan spektrofotometri UV.
Adapun syarat pengukuran dengan spektrofotometri UV adalah sampel dalam bentuk larutan harus
dapat menyerap sinar pada panjang gelombang 180 – 350 nm, larutan sampel harus bening dan tidak
berwarna, dan pelarut tidak menyerap sinar. Kloramfenikol mempunyai gugus kromofor, yaitu gugus
tidak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah uv. Pelarut yang digunakan dalam
penetapan kadar kloramfenikol adalah etanol 96% karena dapat melarutkan sampel kloramfenikol.
Pengamatan sampel kloramfenikol pada panjang gelombang 274 nm. Adapun basis pada sediaan
salep kloramfenikol yang dapat larut dalam etanol 96% yakni propilen glikol. Namun hal tersebut
tidak mengganggu pembacaan sampel pada alat spektrofotometer. Kadar sampel yang kurang dari
kadar seharusnya 2% dikarenakan pada saat melakukan preparasi sampel salep kloramfenikol, salep
tidak dileburkan terlebih dahulu menyebabkan masih terikatnya kloramfenikol pada matriks basis
salepnya sehingga jumlah kloramfenikol yang dianalisis kurang dari jumlah seharusnya 400 mg.
kadar bahan aktif kloramfenikol memenuhi persyaratan 87,5% sesuai dengan ketentuan dari depkes
RI yakni kadar kloramfenikol dalam salep berada dalam rentangan 85% - 105%.
BAB VI
KESIMPULAN

Kadar kloramfenikol dalam sediaan salep kalmicetine adalah 87,5 % dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI, 1979 yaitu salep kloramfenikol mengandung
kloramfenikol tidak kurang dari 85 % dan tidak lebih dari 105 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode spektrofotometri UV-Vis valid dalam penetapan kadar
kloramfenikol dalam sediaan salep kalmicetine.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta: Depkes RI


Farmakope Indonesia Edisi V
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI Press
Martindale, The Extra Pharmacopoeia, 29th Ed, p.106
Sembiring, Timbangen dan Dayana, Indri., Alat Penguji Material, Quepedia

Anda mungkin juga menyukai