Anda di halaman 1dari 48

TUGAS KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS UNTUK MASALAH MENOPAUSE

Oleh Kelompok 3 :
1. Astri Syahwielni 181211380
2. Avelia Rachmadila 181211381
3. Bayu Wandira 181211383
4. Lara Amfionita 181211395
5. Mariya Fauzia Andrianti 181211397
6. Rahmi Syarmillah 181211405
7. Ria Bismilisandi 181211407
8. Widya Purnama Sari 181211418
9. Yosa Okjevi 181211422

DosenPengampu:

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang. Kelompok ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Kelompok dapat menyelesaikan askep yang
berjudul “Askep Komunitas Untuk Masalah Menopause” ini dengan baik.Tidak lupa pula
kelompok sampaikan shalawat dan salam kepada pucuk pimpinan umat islam sedunia yaitu,
Nabi Muhammad SAW,yang telah membawa kita dari alam kebodohan sampai alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini. Penyusunan askep ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunitas

Terlepas dari semua itu, kelompok menyadari sepenuhnya bahwa askepini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati kelompokmenerima
kritik dan saran dari pembaca agar kelompok dapat memperbaiki askep ini kedepannya agar
lebih sempurna. Akhir kata penulis berharap semoga askep ini dapat bermanfaat dan menjadi
inspirasi bagi pembaca.

Padang, 5 Juli 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

1. LATAR BELAKANG......................................................................................................
2. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................
3. TUJUAN...........................................................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka .............................................................................................................

1. AskepTeoritis....................................................................................................................
2. Pengkajian………………………………………………………………………………..
3. Analisa Data………………………………………………………………………………
4. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................
5. Intervensi...........................................................................................................................
...........................................................................................................................................
6. Evaluasi.............................................................................................................................

BAB III ........................................................................................................................................

1. Askep Komunitas Pada Monopouse.................................................................................

BAB IV.........................................................................................................................................

1. Faktor Resiko Permasalahan Kesehatan………………………………………………….

BAB V…………………………………………………………………………………………….

1. Program Kesehatan Lansia………………………………………………………………..

BAB VI PENUTUP……………….………………………………………………………………

1. Kesimpulan……………………………………………………………………………….
2. Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manula (manusia usia lanjut) adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan. Proses manula merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang dapat diartikan bahwa seorang tersebut telah melalui tiga tahap
dalam kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Memasuki usia tua berarti telah
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut yang putih, gigi yang mulai ompong, pendengaran yang mulai kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, dan gerak lambat. Manula bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
Kelompok WHO (World Health Organitation) merekomendasikan bahwa terminology
pre menopause digunakan secara konsisten selanjutnya untuk pedoman seluruh periode
reproduktif sampai periode haid terakhir. Pre menopause menjadi momokter sendiri bagi
wanita. Kendatihal ini alamiah terjadi pada semua wanita, namun efek sampingnya
banyak mempengaruhi keharmonisan rumah tangga bila tidak siap menghadapinya.
Gejala semakin sangat serius jika tidak ditangani karena dapat menimbulkan perubahan
yang menyebabkan kecemasan pada wanita. Masalah yang timbul akibat pre menopause
ini disebut sindrom pre menopause (Proverawati, 2010).

Pada umumnya, pandangan dan penilaian wanita tentang menopause banyak


dipengaruhi mitos atau keyakinan yang belum tentu benar, pada individu masyarakat
tentang menopause. Kebanyakan mitos dan kepercayaan yang berkembang dalam
masyarakat tentang menopause. Kebanyakan mitos atau kepercayaan yang berkembang
dalam masyarakat tentang menopause, begitu diyakini sehingga menggiring wanita untuk
mengalami perasaan negatif saat mengalami menopause. Menopause dikaitkan sebagai
habisnya peran sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya. Perasaan bahwa
dirinya tidak dibutuhkan lagi, akan menurunkan bahkan menghentikan keinginannya
untuk melakukan aktivitas. Wanita yang mengalami menopause, kehilangan daya tarik
seksualnya dan menurun aktifitas seksualnya. Ada wanita yang beranggapan sesudah
menopause, tidak bisa memberi kepuasan seksual bagi suaminya. Ia juga tidak menikmati
hubungan intim dengan suaminya, karena jaringan genitalnya kurang elastik (Lestari,
2010). Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pengetahuan berhubungan erat dengan
pendidikan yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pengetahuan yang baik
muncul bila sejalan dengan pendidikan dan mendapatkan informasi yang cukup (Meilina,
2015). Kecemasan dalam menghadapi menopause terjadi kerena kurang kesiapan mental
dan kurangnya pengetahuan tentang menopause itu sendiri sehingga menimbulkan
kecemasan dan masalah tersendiri pada wanita pre menopause (Retno, 2010). Pada
dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pemahaman individu,
kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri
dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai (Suliha, 2010).

Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik,
lebih banyak bersikap positif dalam menghadapi masa menopause, sikap positif yang
memiliki pengetahuan pra menopause yang memiliki pengetahuan baik dapat
mengantarkan wanita untuk lebih siap dan menerima adanya perubahan fisik maupun
psikologis dan tidak menganggap bahwa proses penuaan merupakan hal yang harus
dihindari (Meilina, 2015). Setelah diberikan pendidikan kesehatan tingkat kecemasan
menurun (19,4%), hal ini dipengaruhi karena ada peningkatan pengetahuan tentang
menopause sehingga wanita mengetahui tentang perubahan fisiologis maupun psikologis
adalah hal yang wajar terjadi pada wanita menjelang menopause (Retno, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian studi kasus
dengan judul “Upaya meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan tentang
menopause pada asuhan keperawatan gerontik”

1.2 RumusanMasalah
1. Apa pengertian dari mendula ?

2. Perubahan apa saja yang terjadi pada medula ?

3. Permasalahan apa yang timbul pada monopous

4. Bagaimana program perawatan komunitas terhadap monopous

1.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi S1 keperawatan memperoleh informasi dan
gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Monopouse.

2) Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus monopouse

2. Mampu atau memahami pengkajian teoritis pada kelompok khusus monopouse


dengan masalah yang ada.

3.Mampu membuat askep komunitas pada kelompok monopouse

4.Mampu menentukan faktor resiko permasalahan kesehatan pada monopouse

5.Mampu memami program kesehatan deawasa /pria ,lansia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lansia

a. Pengertian
Menua (menja ditua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Khalid, 2012). Usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Untari,
2018). Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat
promotif dan preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut
yang berguna dan bahagia (Maryam dkk, 2009).

b. Batasan lansiausia
1) Batasan umur lansia menurut WHO, lanjut usia meliputi:

a) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59


tahun.

b) Lanjut usia (elderly) =antara 60 sampai 74 tahun.


c) Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun.
d) Usia sangat tua (veryold) = diatas 90 tahun.

2) Tahapan masa dewasa (Padila,2013)

a. Masa dewasa muda (usia 18 sampai 25 tahun).


b. Masa dewasa awal (usia 26 sampai 40 tahun).
c. Masa dewasa tengah (usia 41 sampai 65 tahun).
d. Masa dewasa lanjut (usia 66 sampai 75 tahun).
e. Masa dewasa sangat lanjut (usia lebih 75 tahun).
Di Indonesia batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun keatas, dalam undang-undang
Nomer 13 tahun 1998 tentang kesejahteran Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut
Undang-Undang tersebut diatas Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas, baik pria maupun wanita (Padila, 2013).

2. Menopause

a) Pengertian
Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang wanita. Pada masa
menopause kapasitas reproduksi wanita berhenti. Menopause adalah ketika wanita tidak lagi
menstruasi selama satu tahun dan secara umum terjadi pada usia 50-an tahun (Astuti dkk, 2010).
Lebih kurang 70% wanita pre menopause mengalami keluhan vaso motorik, depresi, keluhan
psikis, dan somatik lainnya (Kusmiran, 2012). Bagi wanita yang menganggap wanita sebagai
suatu ketentuan Allah yang dihadapi semua wanita, maka dia tidak akan mengalami stress atau
kemungkinan stress wanita tidak sebrat dibanding wanita yang mempersepsikan menopause
sebagai “momok” atau “kiamat” (Khalid, 2012).

b) Tanda dan Gejala


Banyak wanita melewati menopause tanpa perlu nasihat atau pengobatan medis untuk
menghilangkan gejala-gejalanya (Dianingtyas dkk, 2008). Akan tetapi, perubahan kadar
hormone (khususnya estrogen) yang memberi ciri menopause dapat mengakibatkan sejumlah
komplikasi dikemudian hari (Agoesdkk, 2011).

1. Perubahan siklus menstruasi


Seseorang akan mengalami perubahan siklus menstruasi. Jumlah darah yang keluar saat
menstruasi juga mungkin akan lebih banyak, lebih sedikit, atau mungkin hanya berupa flek atau
spotting. Durasi menstruasi juga mungkin menjadi lebih singkat. Jika tidak mengalami
menstruasi pada waktu yang seharusnya, pastikan sudah menyingkirkan kemungkinan hamil.
Jika tidak hamil, tidak mengalami menstruasi sesuai jadwal mungkin dapat menjadi penanda
dimulainya masa menopause. Jika mengalami spotting setelah tidak mengalami menstruasi
selama 12 bulan berturut-turut, mungkin harus berkonsultasi pada dokter untuk menyingkirkan
kemungkinan kondisi yang lebih serius seperti kanker.

2. Hot flashes
Hot flashes merupakan kondisi di mana mengalami sensasi panas, baik di bagian atas tubuh
atau bahkan seluruhnya. Wajah dan leher mungkin dapat menjadi merah dan mungkin akan
menjadi berkeringat. Intensitas hot flash dapat bervariasi mulai dari ringan hingga kuat, bahkan
sampai mengganggu tidur. Kondisi ini biasa berlangsung antara 30 detik hingga 10 menit.
Sebagian besar wanita mengalami kondisi ini selama satu hingga dua tahun setelah menstruasi
terakhir mereka. Hot flash mungkin akan terus berlanjut setelah menopause, namun seiring
dengan berjalannya waktu, kondisi ini akan semakin jarang dialami. Konsultasi kan kepada
dokter jika gejala yang alami sangat mengganggu aktivitas.

3. Rasa kering di vagina dan nyeri saat berhubungan


Berkurangnya produksi estrogen dan progesteron dapat mempengaruhi kelembapan
lapisan tipis yang melapisi dinding vagina. Gejala yang alami dapat berupa rasa gatal atau panas
di bagian mulut vagina. Kekeringan di daerah vagina ini dapat menimbulkan rasa sakit saat
berhubungan intim. Untuk mengatasinya, dapat mencoba pelumas berbahan dasar air, atau
pelembap vagina. Berkonsultasilah pada dokter apabila Anda masih merasa tidak nyaman.

4. Insomnia atau kesulitan tidur


Selama menopause dapat mengalami masalah untuk tidur atau mempertahankan tidur.
Mungkin bangun lebih pagi dari biasanya dan memiliki kesulitan untuk tidur kembali. Untuk
mendapat istirahat yang cukup, cobalah berbagai teknik relaksasi dan pernapasan. juga dapat
berolahraga pada siang hari sehingga cukup lelah untuk tidur pada malam harinya. Hindari
membuka ponsel atau komputer sebelum idur karena cahaya biru dari gadget dapat menyebabkan
sulit tidur. Mandi, membaca, atau mendengarkan lagu pelan mungkin dapat membantu agar lebih
rileks. Cobalah untuk tidur pada waktu yang sama setiap malam dan hindari makanan atau
minuman yang dapat mempengaruhi tidur seperti coklat, kafein, atau alkohol.

5. Masalah saluran kemih


Kesulitan menahan keinginan untuk buang air kecil merupakan hal yang wajar dialami
oleh wanita menjelang menopause. Lansia mungkin mengalami keinginan untuk buang air kecil
walaupun kandung kemih belum penuh. Lansia juga mungkin mengalami nyeri saat berkemih.
Hal ini disebabkan karena selama menopause, jaringan di vagina dan saluran kemih kehilangan
elastisitasnya. Selain itu, otot- otot yang mengelilingi pelvis juga melemah. Untuk
menghadapinya, dapat minum air putih lebih sering, hindari minuman beralkohol, dan lakukan
latihan kegel untuk memperkuat otot pelvis. Penurunan kadar estrogen dalam tubuh juga dapat
membuat lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa wanita dapat menjadi lebih sering mengalami
infeksi saluran kencing pada masa ini. Jika mengalami keinginan berkemih yang sering, atau
mengalami sensasi panas saat berkemih, mungkin harus berkonsultasi pada dokter.

6. Penurunan gairah seksual


Penurunan kadar estrogen dapat memperlambat reaksiorgasme, memperlambat
reaksiklitoris, dan menyebabkan keringnya vagina. Kondisi-kondisi ini dapat menyebabkan
menurunnya gairah seksual. Lansia dapat berkonsultasi pada dokter jika penurunan gairah
disebabkan oleh masalah lain seperti rasa nyeri saat berhubungan.

7. Gangguan suasana hati (mood)


Penurunan kadar estrogen dapat memperlambat reaksi orgasme, memperlambat
reaksiklitoris, dan menyebabkan keringnya vagina. Kondisi-kondisi ini dapat menyebabkan
menurunnya gairah seksual. Lansia dapat berkonsultasi pada dokter jika penurunan gairah
disebabkan oleh masalah lain seperti rasa nyeri saat berhubungan. Perubahan produksi hormon
dapat mempengaruhi suasana hati wanita yang sedang menghadapi menopause. Beberapa wanita
mengalami gangguan seperti cepat marah, depresi, dan suasana hati yang mudah berubah.
Penting bagi untuk tahu bahwa perubahan hormon dapat mempengaruhi otak, dan kondisi ini
sangat wajar untuk dialami.

8. Perubahan kulit dan rambut


Seiring dengan bertambahnya usia, penurunan jaringan lemak dapat membuat kulit lebih
kering dan tipis. Berkurangnya estrogen juga dapat membuat rambut lebih rapuh dan kering.
Hindari penggunaan produk perawatan rambut dengan bahan kimia yang terlalu kuat, karena
dapat memperparah kerusakan rambut.
c. Patofisiologi
Saat menopause indung telur masih tetap memproduksi estrogen namun dalam
jumlah yang sangat kecil. Akibat yang ditimbulkan dari keadaan ini adalah menurunnya
fungsi estrogen seperti ovarium, uterus, uterus dan endometrium serta menurunnya kekuatan
serta kelenturan vagina dan jarngan vulva, dan akhirnya semua jaringan yang bergantung
pada estrogen akan mengalami atrofi atau mengerut (Kusmiran, 2011). Cepat atau lambat
gangguan akibat kekurangan esterogen pasti akan muncul yaitu berupa peningkatan kadar
kolesterol dan trigliserida, pengurangan jaringan tulang yang menjurus ke osteoporosis,
gangguan psikis, kelelahan dan depresi. Sehingga agar kehidupan berlangsung dalam
kepuasan dan kebahagiaan, maka wanita perlu mengadakan persiapan untuk
mengahadapinya dengan mengetahui organ tubuh, fungsinya, serta mengenal kejadian masa
klimakterium dan menopause itu sendiri (Pieter, 2011).

d. Komplikasi
Komplikasi yang menyertai menopause menurut Azizah dkk (2011) :

1) Osteoporosis merupakan pengeroposan tulang yang membuat rasa nyeri dan berpotensi
mengalami patah tulang.
2) Masalah urogenital merupakan masalah seksual, ketidakmampuan untuk mengendalikan
buang air kecil (inkontinensia), dan infeksi dalam saluran kemih selama masa peri
monopause, tetapi tidak seperti gejala menopause lainnya, hal ini mungkin menjadi
masalah kesehatan jangka panjang setelah munculnya menopause, oleh karena itu perlu
ditangani dengan baik.
3) Penyakit kardiovaskular merupakan permasalahan yang meliputi jantung dan sistem
pembuluh darah yang memasok darah keseluruh tubuh. Di dalamnya termasuk
permasalahan seperti vangina, serangan jantung, dan stroke. Dan kemungkinan bisa
juga mengalami peningkatan kadar kolesterol setelah menopause, dan penumpukan
kolesterol LDL (dikenal sebagai kolesterol„jahat‟) yang dapat mempersempit dan
menyumbat pembuluh arteri sehingga meningkatkan resiko terkena penyakit
kardiovaskuler.
4) Obesitas memasuki menopause mengubah cara tubuh untuk menyimpan lemak.
Sebelum menopause, wanita biasanya menyimpan kelebihan lemak di sekitar panggul
dan paha, yang menyebabkan bentuk tubuh wanita seperti “buah pear”. Namun
demikian, setelah menopause kelebihan lemak disimpan di sekitar pinggang dan perut,
yang menyebabkan bentuk tubuh seperti “buah apel”. Bentuk tubuh seperti “buah apel”
ini diikuti dengan peningkatan resiko terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan
kanker tertentu (misalnya kanker payudara).
5) Demensia hubungan antara menopause dengan masalah memori tidak sepenuhnya jelas,
tetapi tampaknya hormon-hormon wanita memainkan beberapa peran dalam fungsi otak
yang normal. Meskipun demensia secara normal tidak mempengaruhi wanita sampai
mereka berada pada masa pasca menopause, munculnya menopause
bisajadimemilikiperandalamkemunduranmemori (Astuti dkk, 2010).
AsuhanKeperawatan Teoritis Komunitas
Pada Kelompok Monopouse
A. Pengkajian

1.  Data Inti
a) Sejarah
Mengkaji tentang berapa lama lansia tinggal di wilayah tersebut, dan sejak
kapan lansia tinggal. Apakah lansia merupakan penduduk asli, musiman, atau pendatang.
Juga menjelaskan dengan siapa lansia tinggal dan menetap.
b) Demografi
Mengkaji karakteristik lansia seperti apa yang banyak ditemukan,
rentangusia lansia terbanyak, perbandingan jumlah antara lansia perempuan dan laki-laki.
Juga mengkaji tentang piramida penduduk di wilayah tersebut.
c) Vital statistic
Mengkaji tentang banyaknya mortalitas dan morbiditas pada lansia serta
penyebabnya, jenis penyakit yang sering diderita oleh para lansia.
d) Etnis
Mengkaji tentang berbagai macam suku dan etnis lansia yang dijumpai. Bagaimana
sikap lansia dengan adanya perbedaan etnis di kalangannya?
e) Nilai dan keyakinan
Pada masa lansia, sesorang sering kali berfikir tentang kematian. Maka dari itu lansia
biasanya lebih banyak beribadah dan mendekatkan diri ke sang penciptanya.
 

2. Data Subsistem

a. Lingkunganfisik
Mengkaji keadaan lingkungan atau kondisi geografis, batas wilayah, peta, iklim, dan
kondisi perumahan.
b. Pelayanankesehatan dan sosial
Mengkaji pelayanan kesehatan yang terdapat pada wilayah tersebut. Mengkaji
tentang pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi lansia ketika sakit atau pun bermasalah
dengan kesehatannya.
c. Ekonomi
Mengkaji tentang keadaan perekonomian keluarga lansia. Mengkaji apakah lansia
masih bergantung pada orang lain atau sudah mandiri dalam hal perekonomian.
d. Keamanan dan transportasi
Mengkaji tentang jenis transportasi yang biasanya digunakan oleh lansia
(pribadi/umum), keamanan lansia dalam berkendara, jenis kejahatan yang sering terjadi
pada lansia di wilayah tersebut.
e. Pemerintahan dan politik
Mengkaji tentang keaktifan lansia dalam organisasi wilayah setempat, misalnya:
karang taruna, remas, dll. Juga mengkaji tentang kebijakan pemerintah/ program pemerintah
untuk lansia di wilayah tersebut.
f. Komunikasi 
Mengkaji tentang cara memberikan informasi oleh lansia terhadap orang lain, baik
teman sebaya, keluarga, atau masyarakat lain. Alat yang digunakan oleh lansia dalam
penyampaian informasi.
g. Rekreasi
Mengkaji tentang dimana lansia bermain/berrekreasi? Apa bentuk umum dari
rekreasi? Siapa yang berperan serta? Apa fasilitas rekreasi yang ditemukan?
 
3. Persepsi

a)  Persepsi penduduk
Mengkaji tentang pendapat penduduk setempat mengenai lansia yang ada diwilayah
tersebut.
b)  Persepsi perawat
Mengkaji tentang pendapat perawat mengenai lansia yang ada di wilayah tersebut.
 
B. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan


data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data;
a) Menetapkan kebutuhan komunitas

b) Menetapkan kekuatan

c) Mengidentifikasi pola respon komunitas

d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

C. Prioritas Masalah

Masalah Perhatian Poin Tingkat Kemungkinan untuk


Masyarakat Prevalensi Bahaya dikelola

Skor 1 : rendah 1 : rendah 1 : rendah 1 : rendah


2 : sedang 2 : sedang 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi 3 : tinggi 3 : tinggi
4 : sangat 4 : sangat 4 : sangat 4 : sangat tinggi
tinggi tinggi tinggi

TOTAL: perhatian masyarakat x poin prevalensi x tingkat bahaya x


kemungkinan untuk dikelola

D. Diagnosa Keperawatan
Anderson dan Mc Farlane (1996) menggunakan teori Neuman dari komunitas dan
mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan system penggabungan penarikan
kesimpulan. Pada system ini mereka menggunakan logika berfikir atau penarikan
kesimpulan untuk menggambarkan masalah, menjelaskan factor etiologi serta identifikasi
tanda dan gejala yang menjadi karakteristik masalah. Tanda dan gejala dari diagnosis
keperawatan kesehatan komunitas adalah pernyataan kesimpulan yang menjelaskan
durasi atau besarnya masalah. Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat
dapatlah dirumuskan diagnose keperawatan komunitas yang terdiri dari :

a) Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
b) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan
fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
c) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk
timbulnya masalah.

Diagnosa keperawatan untuk meningkatkan kesehatan yang bisa ditegakkan pada ado
lesens, yaitu :
a. Defisit kesehatan komunitas

b. Manajemen kesehatan tidak efektif

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

 
E. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan

Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnose


keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan dan criteria hasil untuk mencapai tujuan.
Masalah kesehatan Intervensi promosi kesehatan
adolesens
1.     deficit kesehatan 1. Identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat terkait
komunitas isu yang dihadapi

2. Identifikasi kekuatan dan partner dalam pengembangan


kesehatan

3. Libatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan


implementasi serta revisinya

4. Bangun komitmen antar anggota masyarakat

F. ImplementasiKeperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang spesifik (lyer dkk, 1996). Tahap implementasi dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk membantu komunitas
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
komunitas. Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan
dapat dilaksanakan dengan baik, jika komunitas mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam implementasi tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan perawat terus
melakukan pengumpulan data memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan komunitas.

Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :


a) Berdasarkan respon masyarakat.
b) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta
lingkungannya. 
d) Bekerja sama dengan profesilain.
e) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit.
f) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan.
 
G. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasilan tindakan keperawatan.


Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman
atau rencana proses tersebut.
BAB III

ASKEP KOMUNITAS PADA

MONOPOUSE

Ilustrasi kasus

Dikelurahan cimahi terdapat 50 lansia, laki – laki berjumlah 20 orang dan lansia perempuan
berjumlah 30 orang. status lansia di kelurahan sidopoto rata- rata Menikah dan kebanyakan
penduduk di komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya
meninggal. Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal nilai kesopanan, gotong royong
dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah. Mayoritas
beragama Islam dan beberapa diantaranya beragama nasrani Keadaan udara di daerah tempat
tinggal lansia beriklim sejuk tapi kadang-kadang panas. Sumber air yang digunakan warga untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu air sungai dan air PAM , Ada kendaraaan bermotor yang
menjadi kebisingan Antar rumah berdekatan, tipe rumah permanen, pembangunan gorong –
gorong di sungai, air dibendung dan tidak mengalir lancar, selokan didepan rumah warga banyak
yang tersumbat, jalan didepan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah banjir yang
dibuang sembarangan. Keluarga mengatakan kalau mengantar lansia ke suatu
tempat dengan sepeda motor atau kalau dekat lansia secara mandiri berjalan kaki.fasilitas
pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas. Tingkat pendidikan lansia 20 orang
lulusan SD, 10 orang lulusan SMP dan selebihnya SMA/SMK. Terdapat 1 paud, 1 TK, 1 SDN
Sidotopo. Kelurahan cimahi, Surabaya merupakan RT 003 RW 009 di kelurahan cimahi, Kader
yang dimiliki sebanyak 5 orang. Komunikasi keluarga yang dilakukan pada lansia dengan
komunikasi verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dilakukan dengan
menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid. Dari data yang didapatkan lansia sering  
di ajak keluarga naik Biasanya para lansia akan berekreasi dengan keluarga pada hari sabtu atau
minggu atau membawa lansia jalan – jalan di pasar pagi dadakan yang ada di dekat pasar
Siditopo Gg VIII dekat masjid besar dan ada juga yang beraktivitas di rumah.

A. Pengkajian 

1. Individu

Kelurahan cimahi, Surabaya terdapat 50 orang lansia yang terdiri dari :

laki-laki : 20 orang

Perempuan: 30 orang

2. Data statistic

A. Berdasarkan informasi dari kader  :

a. Lansia yang hipertensi ada 10 orang

b. Lansia yang osteoporosis sebanyak 20 orang

c. lansia yang mengalami kelainan tulang belakang sebanyak 20 orang lansia.. 

B.  Keluarga 

a. Struktur keluarga : kakek, Nenek, ayah, ibu , dan cucu.

b. Karakteristik keluarga : didalam keluarga semua memperoleh perhatian, perlindungan


dan pembelajran serta pembinaan yang baik, hanya saja kadang kadang kurang diberikan
kepada semua anggota keluarga.

c. Pekerjaan : pada umunya lansia pada kelurahan tersebut bekerja sebagai tidak bekerja dan


kepala keluarganya sebagian bekerja sebagai buruh pabrik.

d. Sosial budaya : sosial dan budaya dilingkungan keluarga baik antar anggota keluarga
sosialnya baik dan budayanya juga tidak ada masalah.

e. Riwayat kesehatan : didalam anggota keluarga serta dikelurahan sidotopo tidak memiliki
riwayat kesehatan namun, kurangnya perhatian kepada lansia tentang kebutuhan gizi, dan
makanan yang dikonsumsi kurang diperhatikan sehingga menyebabkan lansia ada yang
mengalami masalah terutama moskuloskeletal.

C. Komunitas 

1) Riwayat sejarah / terjadinya 

Suatu komunitas ini terjadi karena adanya sekumpulan masyarakat baik keadaan
sakit maupun sehat.

2) Perkembangan

Dikomunitas terdiri dari adanya laki – laki dan perempuan, adanya orang tua
baik kakek, nenek, ibu dan ayah serta anaknya.

3) Demografi dan penduduk

Kota Surabaya provinsi Jawa Timur, dan Negara Indonesia.

4)  Karakteristik

Kelurahan sidotopo, dan kecamatan semampir.

5)  Umur dan jenis kelamin

Umur 45 –50 tahun  sebanyak 10 orang, Umur , 51-60 tahun  sebanyak 15 orang,


Umur , 61-70 tahun sebanyak 15 orang.

6) Distribusi suku bangsa

Pada umunya warga disana bersuku jawa.

7) Tipe keluarga

Nuclear family

8)  Status perkawinan
Pada sebagian masyarakat dikelurahan tersebut sudah menikah dan mempunyai
anak dan cucu

9) Kepercayaan dan agama

Mayoritas masyarakat dikelurahan tersebut beragama islam. Ada juga Nasrani

D. Lingkungan fisik

1. Perumahan dan lingkungan

Antar rumah berdekatan, tipe rumah permanen, pembangunan gorong – gorong di


sungai, air dibendung dan tidak mengalir lancar, selokan didepan rumah warga banyak
yang tersumbat, jalan didepan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah banjir yang
dibuang sembarangan.

2. Lingkungan terbuka 

Mayoritas rumah warga tidak mempunyai halaman rumah yang luas.

3. Kebiasaan lansia yang berumur 51 – 70 tahun kurang dalam hal kecukupan nutrisinya


sehingga rentan sakit seperti masalah pada tulang dll.

4. Transportasi

Keluarga mengatakan kalau mengantar lansia kesuatu tempat dengan sepeda


motor atau kalau dekat lansia secara mandiri berjalan kaki.

E. Pelayanan kesehatan masyarakat dan sosial / fasilitas pelayanan kesehatan

1.  Fasilitas didalam komunitas :fasilitas pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1


puskesmas.

2.  Fasilitas diluar komunitas :fasilitas pelayanan seperti rumahsakit dan klinik.


3.  Pelayanan kesehatan baik, pembayaran sedikit terjangkau, dan jam pelayanan sesuai dengan
yang ditetapkan oleh pelayanan kesehatan, jumlah kunjungan kadang – kadang ramai dan
kadang – kadang sepi.

4.  Pelayanan sosial

5. Didalam pelayanan kesehatan ada yang konseling yang dilakukan seperti konseling tentang
penyakit.

F. Ekonomi

Berdasarkan data yang didapatkan penghasilan rata – rata kepala keluarga perbulan Rp :
900.000 sampai Rp : 1.500.000.

G.  Komponen keamanan dan transportasi

1. Kebakaran : Bila terjadi kebakaran mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk
dipemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sengat sempit.

2. Polusi :kadang – kadang terjadinya polusi baik dari tercemarnya sungai akibat banjir
dikarenakan aliran tidak lancar, serta polusi udara akbiat padatnya antar tempat tinggal.

3. Sanitasi limbah :selokan didepan rumah banyak yang tersumbat diakibatkan limbah
rumah tangga. 

4. Transportasi :Mayoritaswargamenggunakanalattransportasisepeda motor


untukpergiberaktivitas.

H. Politik dan pemerintahan 

1. Pemerintahan 

Kelurahan Sidotopo, Surabaya merupakan RT 003 RW 009 di kelurahan


Sidotopo, Kader yang dimiliki sebanyak 5 orang.

2. Politik 
Pemerintahan sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk mengajarkan
kepada lansia, agar segera memperhatikan asupan nutrisi pada lansia yang
terkena masalah moskuluskeletal dan jika perlu langsung dibawake puskesmas untuk
tindakan lebih lanjut.

I.  Komunikasi

Komunikasi keluarga yang dilakukan pada lansia dengan komunikasi verbal


maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dilakukan dengan menggunakan
pengeras suara melalui siaran di masjid.

J.  Pendidikan

Tingkat pendidikan lansia 20 orang lulusan SD, 10 orang lulusan SMP dan


selebihnya SMA/SMK. Terdapat 1 paud, 1 TK, 1 SDN Sidotopo.

K.  Rekreasi

Dari data yang didapatkan lansia sering   di ajak keluarga naik Biasanya para


lansia akan berekreasi dengan keluarga pada hari sabtu atau minggu
atau membawa lansia jalan – jalan di pasar pagi dadakan yang ada di dekat pasar Siditopo
Gg VIII dekat masjid besar dan ada juga yang beraktivitas di rumah.

B. ANALISA DATA
N DATA MASALAH ETIOLOGI
O
1 DS:- Defisit kesehatan Keterbatasan
komunitas sumber daya
DO:
 Terjadinya masalah
kesehatan yang dialami
komunitas
 Tidak tersedia program untuk
mencegah masalah kesehatan
komunitas
Tidak tersedia program untuk
mengurangi masalah kesehatan
komunitas
2 DS Manajemen Ketidakefektifan
Mengungkakan kesulitan dalam kesehatan tidak pola perawatan
menjalani perawatan/pengobatan: efektif kesehatan
keluarga
DO:
 Gagal melakukan tindakan
untuk mengurangi faktor
resiko
 Gagal menerapkan program
perawatan/pengobatan
 Aktivitas hidup sehari-hari
tidak efektif untuk memenuhi
tujuan kesehatan

3 DS: Pemeliharaan Ketidakmampuan


kesehatan tidak mengatasi
DO: efektif masalah
 Kurang menunjukan perilaku (individu)
adaptif terhadap perubahan
lingkungan
 Kurang menunjukan
pemahaman tentang perilaku
sehat Tidak mampu
menjalankan perilaku sehat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit kesehatan komunitas d.d Keterbatasan sumber daya.


2. Manajemen kesehatan tidak efektif d.d Ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga.
3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif d.d Ketidak mampuan mengatasi masalah (individu).

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Slki Siki


Difisit kesehatan Luaran utama Intervensi
komunitas b.d keperawatan
Status kesehatan
keterbatasan
komunitas Pengembangan
sumber daya
kesehatan masyarakat
 Meningkat program
promosi kesehatan Observasi
 Meningkat
 Identifikasi
ketersediaan
potensi atau aset
program proteksi
dalam
kesehatan
masyarakat
 Meningkat
terkait isu yang
partisipasi dalam
dihadapi
program kesehatan
 Identifikasi
komunits
kekuatan dan
 Menurun prevelensi
partner dalam
penyakit
pengembangan
kesehatan

Terapeutik

 Libatkan anggota
masyarakat untuk
meningkatkan
kesadaran
terhadap isu dan
masalah
kesehatan yang
dihadapi
 Libatkan
masyarakaat
dalam
musyawarah
untuk
mengidentifikasii
su kesehatan dan
mengembangkan
rencana kerja
 libatkan
masyarakat
dalam proses
perencanaan dan
implementasi
serta refisinya
 bangun
komitmen antar
anggota
masyarakat

Manajemen Luaran utama Intervensi


kesehatan tidak keperawatan
Manajemen kesehatan
efektif
Dukungan
d.dketidakefektifa
Kriteria hasil
pengambilan
n pola perawatan
keputusan
kesehatan keluarga  meningkat
melakukan tindakan Observasi
untuk mengurangi
faktor risiko  identifikasi
 meningkatkan
persepsi
menerapkan program
mengenai
keperawatan
masalah dan
 meningkat aktivitas
informasi yang
hidup sehari-hari
memicu konflik
efektif memenuhi
tujuan kesehatan terapeitik

 fasilitasi
mengklasifikasi
nilai dan harapan
yang membantu
membuat pilihan
 motivasi
mengungkapkan
tujuan perawatan
yang diharapkan
 fasilitasi
hubungan antar
pasien, keluarga,
dan tenaga
kesehatan
lainnya

edukasi

 informasikan
alternatif solusi
secara jelas
 berikan informasi
yang diminta
pasien

Pemeliharaan Luaran utama Intervensi


kesehatan tidak keperawatan
Pemeliharaan kesehatan
efektif d.d
Edukasi kesehatan
ketidakmampuan
Kriteria hasil
mengatasi masalah
Observasi
(individu)  meningkatkan
menunjukkan  identifikasi
perilaku adaptif kesiapan dan
 meningkatkan kemampuan
menunjukkan menerima
perilaku sehat informasi
 meningkat  identifikasi
kemampuan faktor-faktor
menjalankan yang dapat
perilaku sehat meningkatkan
dan menurunkan
motivasi perilaku
hidup bersih dan
sehat

terapeutik

 sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
 jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 berikan
kesempatan
bertanya

edukasi

 jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 anjurkan perilaku
hidup bersih dan
sehat

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Hari/Tgl/Jam No Implementasi Jam Evaluasi Paraf


DX
1. Senin 1  Mengidentifikasi 08.30 S :
05-07-2021 potensi atau aset dalam
 Klien mengatakan
08.00 masyarakat terkait isu
masalah dikomunitas
yang dihadapi
sudah mulai diketahui
 Mengidentifikasi
kekuatan dan partner
dalam pengembangan
oleh semua warga.
kesehatan

O:
 Terjadinya masalah
kesehatan yang
dialami komunitas
sudah mulai
berkurang.
 Sudah mulai tersedia
program untuk
mencegah masalah
kesehatan komunitas.
 Sudah mulai tersedia
program untuk
mengurangi masalah
kesehatan komunitas.

A:
Masalaht eratasi sebagian.

P:
Intervensi dihentikan.

2. Senin 2.  Mengidentifikasi 09.30 S:


05-07-2021 persepsi mengenai
 Klien mengatakan
09.00 masalah dan informasi
sudah mulai
yang memicu konflik
memeriksakan masalah
 Memfasilitasi
kesehatan kepelayanan
mengklasifikasi nilai
kesehatan walaupun
dan harapan yang
membantu membuat
kadang – kadang.
pilihan

D:
 Sudah mulai
melakukan tindakan
untuk mengurangi
faktor resiko.
 Aktivitas hidup sehari-
hari sudah mulai
efektif untuk
memenuhi tujuan
kesehatan.

A:
Masalahteratasisebagian.

P:
Intervensi dilanjutkan.

3. Senin 3  Mengidentifikasi 10.30 S:


05-07-2021 kesiapan dan
 Klien mengatakan
10.00 kemampuan menerima
sudah mengurangi
informasi
memakan makanan
 Mengidentifikasi
yang dilarang sehingga
faktor-faktor yang dapat
penyakit semakin
meningkatkan dan
membaik.
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih
dan sehat
O:
 Menyediakan materi
 Sudah menunjukan
dan media pendidikan perilaku adaptif
kesehatan terhadap perubahan
lingkungan
 Sudah menunjukan
pemahaman tentang
perilaku sehat.
 Sudah mampu
menjalankan perilaku
sehat.

A:
Masalah teratasi sebagian.

P:
Intervensi dihentikan.

4. Rabu 2  Memfasilitasi 08.30 S:


16-06-2021 mengklasifikasi nilai
 Klien mengatakan
08.00 dan harapan yang
sudah mulai
membantu membuat
memeriksakan masalah
pilihan
kesehatan kepelayanan
 Memotivasi
kesehatan.
mengungkapkan tujuan
perawatan yang
diharapkan
D:
 Mefasilitasi hubung
 Sudah melakukan
anantar
tindakan untuk
pasien,keluarga , dan
mengurangi faktor
tenaga kesehatan
resiko.
lainnya
 Aktivitas hidup sehari-
 Menginformasikan
hari sudah efektif
alternatifsolusi secara untuk memenuhi
jelas tujuan kesehatan.

A:
Masalah teratasi sebagian.

P:
Intervensi dihentikan.
BAB IV

FAKTOR RESIKO PERMASALAHAN KESEHATAN

1. Gejala menopause
Gejala atau tanda menopause yang dirasakan bergantung pada seberapa banyak
kadar estrogen dalam tubuh. Jika produksinya sedikit, gejala yang timbul akan lebih
banyak.
Berikut adalah tanda-tanda atau gejala menopause yang mungkin Anda rasakan,
seperti:
a. Siklus menstruasi berubah
Perubahan siklus menstruasi yang tidak normal, menjadi salah satu gejala atau tanda-
tanda menopause. Biasanya, juga akan merasakan hal-hal sebagai berikut.
o Masa menstruasi jadi lebih pendek atau lebih lama.
o Anda merasakan perdarahan lebih banyak atau lebih sedikit.
o Jeda menstruasi yang kadang lambat atau lebih cepat
Semua itu adalah perubahan yang normal pada wanita. Namun, untuk memastikan
tidak ada masalah, boleh melakukan konsultasi ke dokter. Perlu diingat bahwa
perubahan siklus ini lama lama akan berujung pada berhentinya menstruasi secara
total.
b. Hot flashes
Hot flashes adalah perasaan panas tiba-tiba di bagian atas atau seluruh tubuh yang
terjadi akibat perubahan kadar estrogen. Biasanya kondisi ini ditandai dengan
berubahnya warna kulit leher dan wajah. Kemudian, muncul ruam kulit pada dada,
punggung, dan lengan. Gejala tersebut dapat ringan, maupun parah hingga
mengakibatkan Anda mengalami keringat malam dan tubuh terasa menggigil.
c. Insomnia
Orang tua memang rentan mengalami gangguan tidur, termasuk saat mengalami
gejala menopause yang mengakibatkan insomnia. Kondisi ini menyebabkan wanita
sulit untuk tidur, sering terbangun tengah malam, atau bangun terlalu pagi dan sulit
tidur kembali. Kemungkinan besar ini terjadi akibat hot flashes yang membuat tubuh
menggigil dan banyak mengeluarkan keringat.
d. Bentuk tubuh berubah
Kadar hormon yang tidak seimbang menjelang menopause menyebabkan berbagai
gejala atau tanda lainnya seperti perubahan pada bentuk tubuh, di antaranya sebagai
berikut.
 Massa otot berkurang sehingga tubuh menjadi lebih gemuk.
 Kulit jadi lebih tipis dan kering.
 Sendi dan otot mudah pegal dan kadang terasa kaku.
 Sakit kepala dan jantung berdebar.
e. Suasana hati tidak menentu
Selama fase gejala menopause, suasana hati mudah berubah sehingga wanita biasanya
jadi lebih mudah marah atau tersinggung. Ini semakin diperparah dengan stres serta
kelelahan karena fungsi tubuh menurun, kesepian, dan depresi akibat perubahan pada
tubuh.
f. Perubahan gairah seks
Ada sebagian wanita yang merasa lebih nyaman dengan seksualitasnya setelah
menopause. Namun, ada pula yang mengalami penurunan gairah seksual. Biasanya,
hal ini terjadi karena vagina menjadi lebih kering sehingga tidak nyaman saat
berhubungan intim. Selain yang sudah disebutkan, berikut gejala atau tanda-tanda
lainnya yang dapat dialami wanita saat menopause.
 Bertambahnya berat badan.
 Metabolisme saluran pencernaan melambat.
 Rambut menipis dan kulit menjadi kering.
 Sering buang air kecil.
2. Penyebab menopause
Penyebab utama menopause adalah karena penuaan. Selain itu, berikut berbagai
penyebab menopause lainnya.
a. Perubahan hormon seks secara alami
Salah satu penyebab menopause adalah penurunan alami hormon reproduksi. Saat
bertambah usia, terutama pada akhir 30 tahun, indung telur mulai menghasilkan lebih
sedikit hormon estrogen dan progesteron yang mengatur menstruasi. Akibatnya,
kesuburan pun menurun. Jika berusia sekitar 40 tahun, periode menstruasi mungkin
menjadi lebih berat atau ringan, dan lebih sering atau jarang. Ketika sudah mencapai usia
51 tahun atau lebih, ada kemungkinan tidak mengalami menstruasi lagi.
b. Histerektomi total
Histerektomi (pengangkatan rahim) juga bisa jadi penyebab menopause jika prosedur
dilakukan secara total. Saat prosedur dilakukan secara total, kedua indung telur sudah
tidak ada. Artinya, sel telur dan hormon seks tidak lagi diproduksi. Wanita dengan
kondisi ini tidak dapat hamil, menstruasi, dan mengalami menopause tanpa fase transisi.
c. Pengobatan kanker
Kemoterapi dan terapi radiasi juga dapat menyebabkan siklus menstruasi berhenti. Anda
dapat mengalami menopause dan gejala lainnya seperti hot flashes saat atau setelah
rangkaian perawatan.
d. Primary ovarian insufficiency
Penyebab menopause lainnya adalah primary ovarian insufficiency. Ini terjadi karena
indung telur tidak dapat menghasilkan hormon reproduksi yang normal akibat faktor
genetik atau penyakit autoimun.

3. Faktor risiko menopause


Menopause tidak dapat dihindari, tetapi ada pula faktor risiko yang mempercepat
prosesnya, yaitu sebagai berikut.
 Merokok. Wanita yang merokok berisiko mengalami menopause 1 atau 2 tahun
lebih awal.
 Keturunan. Menopause dini dapat terkait dengan kondisi genetik fragile X carrier.
 Oophorectomy. Jika satu indung telur diangkat (oophorectomy), indung telur
yang masih ada mungkin berhenti bekerja lebih cepat.
4. Komplikasi menopause
Setelah menopause, risiko Anda terhadap kondisi medis tertentu menjadi meningkat,
yaitu sebagai berikut.
 Penyakit kardiovaskular. Kadar estrogen yang menurun memengaruhi fungsi
jantung dan pembuluh darah sekitarnya, sehingga menyebabkan penyakit jantung.
 Osteoporosis dan masalah tulang. Menurunnya hormon seks juga menyebabkan
tulang kehilangan kepadatannya dengan cepat.
 Obesitas. Selama transisi menopause, metabolisme akan melambat. Ini
menyebabkan kenaikan berat badan dan risiko obesitas.
 Inkontinesia urine. Kehilangan hormon menyebabkan otot sekitar uretra dan
vagina menurun elastisitasnya sehingga wanita sulit menahan buang air kecil.
BAB V

PROGRAM KESEHATAN LANSIA

1. Definisi Program Nasional Kesehatan Lansia


Program kementrian kesehatan di indonesia dalam upaya meningkatkan status
kesehatan para lansia, diantaranya;
1. Peningkatan dan kemantapan upaya kesehatan para lansia di pelayanan kesehatan
dasar, khususnya puskesmas dan kelompok lansia melalui konsep puskesmas
santun lansia usia.
2. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia di rumah sakit,
3. Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasaan informasi kesehatan dan gizi bagi
lansia,
4. Sosialisasi program kesehatan lansia, serta pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan dan pembinaan kelompok usia lanjut/posyandu lansia di
masyarakat.

2. Kebijakan Terkait Lansia


2.1 Pembinaan lansia di Indonesia
Dilakukan berdasarkan Peraturan Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan
dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta kemampuan
lansia, upaya penyuluhan, penyembuhan, dan pengembangan lembaga.

2.2 Kebijakan kementrian kesehatan dalam pembinaan lansia


Kebijakan kementrian kesehatan dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari
pembinaan keluarga. Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya
menumbuhkan sikap dan perilaku yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu
sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan oleh tenaga profesional,
menuju terwujudnya keluarga yang sehat.
Dasar hukum dan pengembangan program pembinaan kesehatan usia lanjut yaitu:
1. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khusus Bab VII:
kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, lanjut usia dan penyandang cacat, pasal 138 :
a. Ayat 1 : usaha kesehatan bagi lanjut usia harus ditunjukan untuk menjaga agar
tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan
martabat manusia/
b. Ayat 2 : pemerintah wajib menjamin ketersedian fasilitas pelayanan kesehatan
dan memfasilitasi kelompok lanjut usia tetap hidup mandiri dan memfasilitasi
kelompok lanjut usia tetap dapat hidup mandiri dan produktif secara sosial
dan ekonomis.
2. Peraturan Presiden RI No. 72 Tahun 2012 tentang sistem kesehatan nasional.
3. Keputusan menteri kesehatan nomor 374 tahun 2012 tentang berlakunya sistem
kesehatan nasional
4. Keputusan menteri kordinasi kesejahteraan rakyat nomor 05 tahun 1990 tentang
pembentukan kelompok kerja tetap kesejateraan usia lanjut
5. Surat keputusan menteri kesehatan nomor 134 tahun 1990 tentang pembentukan
tim kerja geatrik.

3. Kegiatan – kegiatan dalam pembinaan lansia


Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya, antara lain:
1. Upaya promotif
Upaya promotif yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka
tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun
masyarakat. Upaya promotif dapat berupa penyuluhan, di mana penyuluhan
masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program
pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah:
a. Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi
kesehatannya, teratur dan berkesenambungan memeriksakan kepuskesmas atau
instansi pelayanan kesehatan lainnya.
b. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan
usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
c. Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
d. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha
Esa.
e. Membina keterampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya
secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
f. Meningkatkan kegiatan sosial dimasyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
g. Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik, seperti merokok, alcohol, kopi,
kelelahan fisik, dan mental
h. Penanggulan masalah kesehatannya sendiri secara benar.

2. Upaya preventif
Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan penyakit maupun
komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan. Upaya preventif dapat
berupa kegiatan:
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini
penyakit-penyakit usia lanjut.
b. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
c. Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu, misalnya kacamata, alat
pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa
berguna.
d. Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada
usia lanjut.
e. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada tuhan yang Maha Esa.

3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut. Bertambahnya umur pada
lansia akan menyebabkan banyak gangguan fisik maupun psikologis. Kegiatan dapat
berupa pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem
rujukan.

4. Upaya rehabilitas
Upaya rehabilitas yaitu upaya mengembalikan fungsi organ tubuh yang telah
menurun. Kegiatan dapat berupa memberikan infromasi, pengetahuan dan pelayanan
tentang penggunaan alat bantu, misalnya alat pendengaran dan lain-lain agar usia
lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan
kemampuan, mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita, pembinaan usia dalan hal pemenuhan kebutuhan pribadi dan aktivitas
didalam maupun diluar rumah, nasihat cara hidup sesuai dengan penyakit yang
diderita , serta perawatan fisioterapi.

5. Upaya penyuluhan kesehatan


Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral dari setiap
program kesehatan. Adapun tujuan khusus program penyuluhan kesehatan
masyarakat usia lanjut, kelompok masyarakat lingkungan usia lanjut, penyelenggaran
kesehatan, dan lintas sektoral ( pemerintah dan swasta)
Sedangkan penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut terdiri dari:
a. Mengembangkan, memproduksi, menyebarluasan bahan-bahan penyuluhan
kesehatan masyarakat usia lanjut
b. Meningkatkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas.
c. Puskesmas dan rujukan serta masyarakat dibidang kesehatan
d. Masyarakat usia lanjut.
e. Melengkapi puskesmas dan rujukannya dengan sarana dan penyuluhan.
f. Meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk media massa agar
pesan kesehatan masyarakat usia lanjut menjadi again integral.
g. Meningkat penyuluhan kepada masyarakat umum dan kelompok khusus seperti
daerah terpencil, transmigrasi dan lain-lain.
h. Melakukan pengkajian dan pengembangan serta pelaksanan teknologi tepat guna
daerah dibidang penyerbarluasaan informasi
i. Melakukan evaluasi secara berkala untuk mengukur dampak serta meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyuluhan.
j. Menyebarkan informasi secara khsusus dalam keadaan darurat seperti wabah,
bencana alam, kecelakan.

Kedua, komponen pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan


dengan kegiatan antara lain:

a. Mengembangkan sikap, kemampuan, dan motivasi petugas puskesmas dan


pengurus LKMD dalam mengembangkan potensi swadaya masyrakat dibidang
kesehatan
b. Melakukan kemampuan dan motivasi terhadap kelompok masyrakat, termasuk
swasta yang melakukan pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang
kesehatan usia lanjut secara sistematis dan berkesinambungan
c. Mengembangkan, memproduksi, dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan
kesehatan usia lanjut untuk para penyelenggara penyuluhan, baik pemerintah
maupun swasta .

Ketiga, komponen pengembangan penyelenggaran penyuluhan dengan kegiatan:

a. Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan usia lanjut disekolah-sekolah


kesehatan
b. Melengkapi masukan penyuluhan pada usia lanjut
c. Menyusun modul pelatihan khusus usia lanjut untuk aparat di berbagai tingkat.

Adapun langkah-langkah dari penyuluh yang perlu diperhatikan adalah:

a. Perencanaan sudah dimulai dengan kegiatan tersebut, dimana masalah kesehatan,


masyarakat usia lanjut, dan wilayahnya jelas sudah diketahui
b. Pelaksanaan penyuluhan kesehatan masyarakat masyarakat usia lanjut harus
berdaya guna serta berhadil guna.
c. Merinci tujuan jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang yang harus
jelas, realistis, dan bisa di ukur
d. Jangkauan penyuluhan harus dirinci , pendekatan di tetapkan, dicapai lebih
objektif, rasional hasil sasarannya.
e. Penyusunan pesan-pesan penyuluhan
f. Pengembangan peran serta masyarakat, kemampuan penyelenggaran benar-benar
tepat guna untul dipergunakan
g. Memilih media atau saluran untuk mengembangkan serta masyarakat dan
kemampuan penyelenggaran.

4. Program Nasional Lansia


a. Posyandu Lansia
a. Pengertian
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggarannya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggarannya.

b. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan
yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme
dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja
seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3
meja, dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Meja I :Pendaftaran lansia, pemgukuran dan penimbangan berat badan
dan atau tinggi badan
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa
tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan
rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
c. Meja III : Melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga
bisa dilakukan

c. Jenis Pelayanan Posyandu Lansia


a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik
turun, tempat tidur, buang air/besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh
(IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stestokop serta
perhitungan denyut nadi selama satu menit
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talqist, sahli atau cuprisulfat
f. Peneriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes melitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awalnya adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir hingga 7. Dan
i. Penyuluhan Kesehatan

b. Puskesmas Lansia
1. Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah:
a). Melakukan penyuluhan secara teratur dan berkesinambungan
sesuai kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan usia lanjut.
Usaha ini dilakukan terhadap berbagai kelompok sasaran yaitu usia lanjut
sendiri, keluarga dan masyarakat dilingkungan usia lanjut.
b). Melakukan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan berkala
usia lanjut dan memberikan petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan
psikososial dan bahaya kecelakaan yang dapat terjadi pada usia lanjut.
c). Melakukan diagnose dini, pengobatan , perawatan dan pelayanan
rehabilitative kepada usia lanjut yang membutuhkan dan memberi petunjuk
mengenai tindakan kuratif atau rehabilitative yang harus dijalani, baik
kepada usia lanjut maupun kelaurgamya.
d). Melakukan rujukan medis ke fasilitas rumah sakit untuk pengobatan,
perawatan atau rehabilitative bagi usia lanjut yang membutuhkan termasuk
mengusahakan kemudah-kemudahannya.
2. kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
a. pemeriksaan tekanan darah
b. pengobatan secara umum
c. penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face).
d. mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun
e. senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan medis ke
Rumah sakit.

c. Terapi Lansia
1. Terapi modalitas : untuk mengisi waktu luang bagi lansia
2. Terapi Aktivitas Kelompok : untuk meningkatkan kebersamaan, bertukar
pengalaman
3. Terapi Musik : untuk meningkatkan gairah hidup
4. Terapi berkebun : untuk melatih kesabaran
5. Terapi dengan binatang : untuk meningkatkan kasih sayang dan mengisi
waktu luang
6. Terapi kognitif : agar daya ingat tidak menurun
7. Life review terapi : meningkatkan gairah hidup dan harga diri
8. Terapi Keagamaan : meningkatkan rasa nyaman menjelang kematian
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang wanita. Pada
masa menopause kapasitas reproduksi wanita berhenti. Menopause adalah ketika wanita
tidak lagi menstruasi selama satu tahun dan secara umum terjadi pada usia 50-antahun
(Astuti dkk, 2010). Lebih kurang 70% wanita premenopause mengalami keluhan
vasomotorik, depresi, keluhanpsikis, dan somatiklainnya (Kusmiran, 2012). Komplikasi yang
mungkin akan terjadi yaitu osteoporosis, masalah urogenital, penyakit kardiovaskuler serta
obesitas.

B. Saran

Didalam makalah mungkin masih banyak materi yang kurang tetapi saya harap
pembaca bisa memahami materi masalah monopouse, faktor resiko masalah kesehatan, serta
program kesehatan dewasa/pria,lansia yang telah penulis buat. Dan semoga makalah ini
mudah dipahami oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999, Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia. Jakarta : Depkes RINugroho.W. ,2000. Kepe
rawatan Gerontik. Jakarta : Gramediawww.iinaza.wordpress.com : All About Posyanduwww.libr
ary.usu.ac.id : Posyandu dan Kader Kesehatanwww.gizi.ned : Pedoman Umum Revitalisasi Posy
anduwww.puskesmas-oke.blogspot.com : Pengelolaan Posyandu Lansiawww.damandiri.or.id. /fi
le/ratnasuhartin

Anda mungkin juga menyukai