Digital - 2016-8 - 20248468-S50494-Zaenal Arifin
Digital - 2016-8 - 20248468-S50494-Zaenal Arifin
SKRIPSI
ZAENAL ARIFIN
0405010752
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
JANUARI 2010
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
ZAENAL ARIFIN
0405010752
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
JANUARI 2010
ii
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : …………………….
Yang menyatakan
(Zaenal Arifin)
iv
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Ir. Sigit Pranowo Hadiwardoyo,DEA selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulisan seminar
skripsi ini.
2. Bapak dan Ibu dosen Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Indonesia yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang tidak
ternilai.
3. Kedua orang tua yang selalu menjadi inspirasi untuk menyelesaikan skripsi
ini, serta kakak-kakak saya yang selalu memberi dukungan.
4. Teman-teman satu kost dan seperjuangan seperti Hastomi, Iqbal, Gustowo, ,
Teguh, Ramadona, Aji, Wastoni, Imam, Mehdi Terimakasih sudah banyak
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini yang
tidak dapat kami sebutkan.
Akhirnya, dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT memberikan kasih dan karuniaNya
kepada kita semua. Amin.
Penulis
vi
The Focus of this study is the effect of overloaded truck towards estimated service
life of road pavement. The strength of road pavement is designed based on load
design and life time design, but facts show that many trucks on the road are
overloaded. These overload trucks are then causes axle load increases from axle
load that appointed by regulation. This overload enhanced consequence service
life to decrease. This study describe how overloaded truck effect changes the
service life of road pavement.
Key words:
Truck, Overloaded Truck, Axle Configuration, Distribution of Truck Load, Axle
Load, Service life.
vii
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
1.4 Pembatasan Masalah ............................................................................................ 2
1.5 Metodologi Penelitian .......................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................... 3
BAB 2 STUDI PUSTAKA ........................................................................................ 5
2.1 Umum .................................................................................................................. 5
2.2 Kualitas Pelayanan Jalan ...................................................................................... 5
2.3 Perkerasan Jalan .................................................................................................. 5
2.3.1. Perkerasan Jalan Lentur ............................................................................ 7
2.3.2 Faktor-Faktor yang Menentukan Ketebalan Perkerasan Lentur ................. 8
2.4 Overloading ...................................................................................................... 17
2.4.1 Muatan Sumbu Terberat............................................................................ 17
2.5 Kerusakan Jalan ................................................................................................. 18
2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan ............................... 18
2.5.1.1 Faktor Pengaruh Lalu Lintas ( Traffic ) .......................................... 18
2.5.1.2. Pengaruh Kelelahan Material (Fatigue Material).......................... 18
2.5.2 Jenis-Jenis Kerusakan Jalan ...................................................................... 19
2.5.2.1. Retak (cracking) dan penyebabnya ................................................ 19
2.5.2.2 Distorsi (Distortion) ....................................................................... 20
2.5.2.3. Cacat permukaan (disintegration).................................................. 20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 22
3.1 Data .................................................................................................................... 22
3.2 Konsep analisi .................................................................................................... 23
3.3 Prosedur Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur dengan Metode Analisa
Komponen .......................................................................................................... 23
BAB 4 HASIL SIMULASI PERHITUNGAN DAN ANALISIS ......................... 28
4.1 Pengaruh Distribusi Beban Pada Roda Kendaraan Terhadap Besaran Beban
Sumbu ................................................................................................................ 28
4.2 Pengaruh Peningkatan Muatan Berlebih Terhadap Total Ekivalen Kendaraan
berat.................................................................................................................... 35
4.3 Analisis Total Ekivalen Kendaraan berat pada perhitungan Struktur
Perkerasan .......................................................................................................... 37
viii
ix
xi
1 Universitas Indonesia
Kondisi seperti ini akan memberikan tegangan berlebih (over stress) pada struktur
perkerasan jalan, baik perkerasan lentur maupun perkerasan kaku, sehingga dapat
mempercepat keruntuhan struktur tersebut.
Permasalahan utama yang akan dikaji dalam studi ini adalah bagaimana
dampak dari beban berlebih terhadap umur perkersan pada struktur perkerasan
lentur.
Universitas Indonesia
1. Studi literatur
Suatu kegiatan pengumpulan data-data berdasarkan referensi yang
dapat berupa buku, jurnal, skripsi serta tesis yang terkait dengan
perencanaan konstruksi jalan khususnya perkerasan lentur.
2. Penentuan asumsi kondisi lalu lintas pada suatu ruas jalan untuk
memperkirakan permasalahan yang terjadi pada perencanan jalan
dengan melakukan survey lalu lintas sederhana pada suatu ruas jalan.
Data-data tersebut digunakan dalam simulasi ini dengan berbagai
scenario untuk memberikan gambaran permasalahan yang akan mun
gkin terjadi.
3. Membuat perhitungan pengaruh beban berlebih terhadap kerusakan
konstruksi jalan dengan perkerasan lentur
4. Membuat analisa dan pembahasan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1. Jalan
5 Universitas Indonesia
Salah satu kegunaan perkerasan jalan adalah untuk memikul beban lalu lintas pada
lapisan permukaan dan menyebarkannya kelapisan tanah dasar, tanpa
menimbulkan perbedaan penurunan yang dapat merusak struktur tanah dasar.
Menurut Sukirman, (1992) perkerasan jalan berdasarakan material bahan pengikat
dan pendistibusiannya dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
a) Perkerasan Lentur (Flexible Pavenment), yaitu suatu jenis perkerasan
yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan mempunyai sifat
lentur dimanasetelah pembebanan berlangsung perkerasan akan seperti
semula. Pada struktur perkerasan lentur, beban lalu lintas didistrubsikan
ketanah dasar secara berjenjang dan berlapis (Layer System). Dengan
sistem ini beban lalu lintas didistribusikan dari lapisan atas ke lapisan
bawahnya.
b) Perkerasan Kaku (Rigid Pavenment), yaitu suatu jenis perkerasan jalan
menggunakan portland cement sebagai bahan pengikat dan mempunyai
sifat kaku dimana setelah pembebanan berlangsung perkerasan tidak
mengalami perubahan bentuk sehingga tegangan yang terjadi pada dasar
perkerasan sudah kecil sekali.
c) Perkerasan komposit (Composite Pavenment), yaitu perkerasan kaku
yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur.
2.3.1. Perkerasan Lentur
Struktur jalan untuk jenis flexible pavement dapat digambarkan sebagai berikut:
Subgrade
Subgrade adalah tanah asli. Untuk badan jalan yang terletak pada daerah
galian, maka subgradenya adalah dasar galian tersebut. Sedang badan jalan
yang tedetak pada daerah timbunan, maka permukaan timbunan tersebut
Universitas Indonesia
Base course
Base course adalah fondasi jalan. Adakalanya base course dibagi
menjadi 2 (dua) lapis, yaitu
Universitas Indonesia
Surface course
Base Base
Sub base
Subgrade CBR >30%
a) Fungsi jalan
Fungsi jalan dalam proses penentuan tebal perkerasan digunakan untuk
menentukan nilai indeks permukaan jalan untuk setiap fungsi jalan.
Berdasarkan fungsinya jalan terbagi atas :
Jalan arteri
adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan cirl-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara efisien.
Jalan kolektor,
adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan lokal,
adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
= ………… (2.1)
Sumber: Petunjuk Perkerasan Lentur jalan raya metode analisa komponen, Departemen
pekerjaan umum 1987
………… (2.4)
Catatan j= jenis kendaraan
g) Ekivalen Akhir (LEA) dengan rumus sebagai berikut
………… (2.5)
Catatan i = perkembangan lalu lintas
j = jenis kendaraan
h) Lintas Ekivalen Tengah (LET) dengan rumus sebagai berikut
………… (2.6)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dari beberapa jenis kerusakan jalan tersebut yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah kerusakan yang lebih disebabkab oleh kendaraan dengan
muatan berlebih (overloading) yang menyebabkab berkurangnya umur layan
perkerasan jalan, diantara kerusakan tersebur diantaranya diantaranya adalah
Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas
1. Retak halus (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3
iron, penyebab adalah bahan porkerasan yang kurang baik., tanah dasar
atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak
halus ini dapat meresapkan air ke dalam lapis permukaan. Retak rambut
dapat berkembang menjadi retak kulit buaya
2. Retak kulit buaya (alligator.cracks), lebar celah lebih besar atau sama
dengan 3 mm. Saling merangkai membentuk serangkaian kotak-kotak
kecil yang menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan
perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau
bagian perkerasan bawah lapis permukaan kurang stabil, atau bahan lapis
pondasi dalam keadaan air (air tanah baik). umumnya daerah dimana
terjadi retak kuliat buaya tidak luas. Jika daeah dimana terjadi retak kulit
Universitas Indonesia
buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas
yang melampau beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan
tersebut.
3. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks), retak
memanjang yang umunya terjadi pada sambungan bahu dengan
perkerasan. Retak dapat disebabkan dengan drainase di bawah bahu jalan
lebih buruk dari pada di bawah perkerasan, terjadinya settlement di bahu
jalan penyusutan material bahu atau perkerasan jalan, atau akibat
lintasan truck/kendaraan berat di bahu jalan. Perbaikan dapat dilakukan
seperti perbaikan retak refleksi.
4. Retak sambungan jalan (lane joint cracks), retak memanjang yang terjadi
pada sambungan 2 lajur lalulintas. Hal ini disebabklan tidak baiknya
ikatan sambungan kedua lajur.
2.5.2.2 Distorsi (Distortion)
Distorsi/perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,
pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan
akibat beban lalu lintas. Sebelum perbaikan dilakukan sewajarnya ditentukan
terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi. Dengan demikian dapat
ditentukan jenis penanganan yang cepat. Distorsi (distrotion) dapat dibedakan atas
1. Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan.
Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di
atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan dan akhirnya
dapat timbul retak-retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis
perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi tambahan
pemadatan akibat rcpetisi beban lalulintas pada lintasan roda.
Campuran aspal dengan stabilitas rendah dapat pula menimbulkan
deformasi plastis. Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan
tambahan dan lapis permukaan yang sesuai.
2. Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Dengan
timbulnya lapisan permukaan yang keriting ini pengemudi akan
merasakan ketidaknyamanan mengemudi. Penyebab kerusakan ini
adalah rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari terlalu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1. Data
Data yang diperlukan untuk menganalisa pengaruh beban berlebih
(overload ) terhadap umur perkerasan jalan aspal dan jalan beton adalah data-data
sekunder berupa data geometrik jalan, Volume lalu lintas, fungsi dan karakteristik
jalan serta, data-data teknis perencanaan struktur jalan seperti umur perkerasan,
data kondisi wilayah tingkat pertumbuhan lalu lintas. Semua data-data diatas
diambil beradasarkan asumsi dengan tetap mengacu pada pedoman perencanaan
perkerasan baik pedoman perkerasan lentur.
22 Universitas Indonesia
Gambar 3.2 Bagan Alir Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa
Komponen,
Sumber: Bina marga 1987
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Nilai IPt atau indeks permukaan akhir untuk berbagai klasifikasi jalan
ditentukan berdasarkan jumlah lintas ekivalen rencana dari jenis jalan
tersebut, dimana semakin tinggi tingkat aktifitas atau lalu lintas jalan akan
menjadikan IPt dari jalan tersebut menjadi tinggi pula. Nilai IPod an IPt
ini yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan lentur dalam
pembacaan nomogram untuk mendapatkan nilai ITP.
Universitas Indonesia
Untuk lapis pondasi bawah setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal
minimum adalah 10 cm
Universitas Indonesia
F R
28 Universitas Indonesia
VL
0.36 3.74
VF VR
(b)
Gambar 4.1 (a) Distribusi Beban Kendaraan kendaraan (b) Distribusi beban
muatan truk 2 As
Dari ilustrasi gambar diatas dan dengan menggunakan prinsip mekanika teknik
dapat dicari besarnya reaksi tiap sumbu akibat beban kendaraan dan beban
muatan. Berikut adalah hasil simulasi distribusi beban total kendaraan ke beban
tiap sumbu.
Tabel 4.1 Distribusi Beban Total Kendaraan ke Beban Sumbu dan penentuan
muatan maksimum Truk 2 As untuk MST 10 Ton
Berat Berat jarak tonjolan berat sumbu
tonjolan
kendaran muatan gandar belakang Depan Belakang No
depan (m)
(ton) (ton) (m) (m) (ton) (ton)
4.8 5.00 6 2.44 2.1 3.78 5.22 1
4.8 9.00 6 2.44 2.1 4.97 8.03 2
4.8 11.8 6 2.44 2.1 5.8 10 3
4.8 20.00 6 2.44 2.1 8.23 15.77 4
4.8 25.00 6 2.44 2.1 9.72 19.28 5
4.8 30.00 6 2.44 2.1 11.20 22.80 6
Dari hasil simulasi diatas bisa diketahui bahwa untuk truk 2 As dengan dimensi
dan berat kosong kendaran yang tertera diatas memiliki batas muatan maksimum
sebesar 11.8 ton karena jika muatan tersebut dinaikan maka akan memberikan
MST melebihi dari MST ijin untuk kelas jalan II yaitu 10 ton.
Universitas Indonesia
F R
Va Vb
2.75 T 2.25 T
VL
0.47 T 4.43 T
VF VR
Xa = Xb = Xc =
2.1 m 7 m 2.44 m
(b)
Gambar 4.2 (a) Distribusi Beban kendaraan, (b) Distribusi beban muatan
kendaraan truk 3 as
Tabel 4.2 Distribusi Beban Total Kendaraan ke Beban Sumbu dan penentuan
besarnya muatan maksimum Truk 3 As untuk MST 10 Ton
Berat jarak tonjolan tonjolan berat sumbu
Berat
muatan gandar belakang depan depan Belakang
kendaran
(ton) (m) (m) (m) (ton) (ton)
5 10.00 7 2.44 2.1 6.01 8.99
5 15.00 7 2.44 2.1 7.64 12.36
5 20.00 7 2.44 2.1 9.26 15.74
5 23.40 7 2.44 2.1 10.37 18.03
5 30.00 7 2.44 2.1 12.52 22.48
5 35.00 7 2.44 2.1 14.15 25.85
Universitas Indonesia
Dari hasil simulasi diatas bisa diketahui bahwa untuk truk 3 As dengan dimensi
dan berat kosong kendaran yang tertera diatas memiliki batas muatan maksimum
sebesar 23.4 ton karena jika muatan tersebut dinaikan maka akan memberikan
MST melebihi dari MST ijin untuk kelas jalan II yaitu 10 ton
F M R
2.7 4 3.3
F M R
VL
2.7 VM VR
Gambar 4.3 (a) Distribusi Beban kendaraan, (b) Distribusi beban muatan
kendaraan Trailer 4 as
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Distribusi Beban Total Kendaraan ke Beban Sumbu dan penentuan
besarnya muatan maksimum Trailer 4 As untuk MST 10 Ton
Berat Berat jarak tonjolan tonjolan berat sumbu
kendaran muatan gandar belakang depan Depan Tengah Belakang
(ton) (ton) (m) (m) (m) (ton) (ton) (ton)
10 10.00 7 2.44 2.1 2.7 8.36 8.94
10 20.00 7 2.44 2.1 2.7 12.71 14.59
10 26.00 7 2.44 2.1 2.7 15.33 17.97
10 30.00 7 2.44 2.1 2.7 17.07 20.23
10 35.00 7 2.44 2.1 2.7 19.25 23.05
Dari hasil simulasi diatas bisa diketahui bahwa untuk trailer 4 As dengan
dimensi dan berat kosong kendaran yang tertera diatas memiliki batas muatan
maksimum sebesar 26 ton karena jika muatan tersebut dinaikan maka akan
memberikan MST melebihi dari MST ijin untuk kelas jalan II yaitu 10 ton.
4. Trailer 5 as (1.2.2)
- Distribusi beban kendaraan (muatan kosong)
F M R
(a)
Universitas Indonesia
F M R
VL
3.5 T VM VR
1.2 m 4 m 8 m 0.9 m
(b)
Gambar 4.4 (a) Distribusi Beban kendaraan, (b) Distribusi beban muatan
kendaraan Trailer 5 as
Tabel 4.4 Distribusi Beban Total Kendaraan ke Beban Sumbu dan penentuan
besarnya muatan maksimum Trailer 5 As untuk MST 10 Ton
berat sumbu
Berat Berat jarak tonjolan tonjolan
kendaran muatan gandar belakang depan
(ton) (ton) (m) (m) (m) Depan Tengah Belakang
(ton) (ton) (ton)
10.5 10.00 8 2.44 2.1 3.5 8.24 8.76
10.5 20.00 8 2.44 2.1 3.5 12.68 14.33
10.5 25.00 8 2.44 2.1 3.5 14.89 17.11
10.5 30.00 8 2.44 2.1 3.5 17.11 19.89
10.5 35.00 8 2.44 2.1 3.5 19.33 22.67
10.5 40.00 8 2.44 2.1 3.5 21.55 25.45
Dari hasil simulasi diatas bisa diketahui bahwa untuk trailer 5 As dengan
dimensi dan berat kosong kendaran yang tertera diatas memiliki batas muatan
maksimum sebesar 30 ton karena jika muatan tersebut dinaikan maka akan
memberikan MST melebihi dari MST ijin untuk kelas jalan II yaitu 10 ton.
Universitas Indonesia
5. Trialer 6 as (1.2.3)
- Distribusi beban kendaraan (muatan kosong)
F M R
1.2 m 4 9 0.9
(a)
F M R
VL
3.5 T VM VR
1.2 4 9 0.9
(b)
Gambar 4.5 (a) Distribusi Beban kendaraan, (b) Distribusi beban muatan
kendaraan Trailer 6 as
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Distribusi Beban Total Kendaraan ke Beban Sumbu dan penentuan
besarnya muatan maksimum Trailer 6 As untuk MST 10 Ton
berat sumbu
Berat Berat jarak tonjolan tonjolan
kendaran muatan gandar belakang depan
(ton) (ton) (m) (m) (m) Depan Tengah Belakang
(ton) (ton) (ton)
11 25.00 9 2.44 2.1 3.5 15.35 17.15
11 26.5 9 2.44 2.1 3.5 15.56 17.94
11 27.5 9 2.44 2.1 3.5 16.00 18.50
11 31.00 9 2.44 2.1 3.5 18.05 20.45
11 32.00 9 2.44 2.1 3.5 18.50 21.00
Dari hasil simulasi diatas bisa diketahui bahwa untuk trailer 6 As dengan
dimensi dan berat kosong kendaran yang tertera diatas memiliki batas muatan
maksimum sebesar 26.5 ton karena jika muatan tersebut dinaikan maka akan
memberikan MST melebihi dari MST ijin untuk kelas jalan II yaitu 10 ton.
Dari rumus 2.1, 2.2 dan 2.3. menunjukan bahwa angka ekivalen
merupakan fungsi eksponensial derajat 4 dari beban sumbu sehingga jika beban
sumbu kendaraan mengalami kenaikan maka angka ekivalenya akan mengalami
peningkatan yang cukup besar karena merupakan fungsi eksponensial. Berikut ini
disajikan hasil simulasi pengaruh persentase kenaikan muatan berlebih terhadap
persentase total ekivalen kendaraan berat.
Universitas Indonesia
Dari perhitungan pada bab 3 diperoleh ITP sebesar 11 dengan LER sebesar
1504.674 untuk parameter perencanaan jalan yang telah diasumsikan sebelumnya.
Pada bab ini akan ditunjukan hasil simulasi pengaruh peningkatan total ekivalen
kendaraan terhadap peningkatan ITP.
Sebagai contoh kasus over load 10 ton menghasilkan total angka ekivalen
sebesar 64.5536 atau mengalami kenaikan sebesar 72.46 % dari total ekivalen
kendaraan pada kondisi normal yaitu sebesar 17.7794 (lihat tabel 4.8). Dengan
asumsi yang sama untuk bahan lapisan perkerasan, tanah dasar dan faktor
regional, total angka ekivalen ini menyebakan nilai ITP menjadi 14.15
Secara lengkap pengaruh peningkatan nilai total ekivalen terhadap peningkatan
nilai ITP disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.7 Tabulasi Perhitungan Pengaruh Peningkatan Muatan Berlebih Terhadap
Peningkatan Nilai ITP
Total Lintas
Kondisi muatan Peningkatan
ekivalen ekivalen
beban kendaraan rencana
ITP ITP
Universitas Indonesia
Dari Gambar dan tabel diatas dapat dilihat bahwa peningkatan total
ekivalen kendaraan sebagai akibat dari peningkatan muatan berlebih
menyebabkan nilai ITP dari struktur jalan meningkat. Peningkatan nilai ITP ini
mengindikasikan bahwa struktur jalan tersebut harus dilakukan pelapisan ulang
agar jalan tersebut tetap bisa memberikan pelayananya pada kondisi lalu lintas
muatan berlebih.
Universitas Indonesia
*Umur rencana akibat peningkatan total ekivalen dihitung dengan membandingkan LER pada
kondisi lalu lintas normal dengan LER akibat peningkatan muatan berlebih
Dari hasil simulasi yang disajikan dalam tabel dan Gambar diatas dapat
dilihat bahwa ketika pada suatu jalan dibebani dengan lalu lintas dengan muatan
berlebih yang menyebabkan total ekivalen kendaraan meningkat secara signifikan
Universitas Indonesia
sementara nilai ITP dari struktur perkersan jalan tersebut dibuat tetap sesuai
kondisi perencanan awal (beban normal) maka yang terjadi adalah jalan tersebut
akan mengalami penurunan umur rencannya dari perkiraan umur rencana semula.
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
1. Hasil simulasi distribusi muatan kendaraan menghasilkan muatan
maksimum untuk jalan kelas II dengan MST 10 ton untuk tiap-tiap
kendaraan adalah sebagai berikut
No Jenis Kendaraan Konfigurasi sumbu Muatan Maksimum (Ton)
1 Truk 2 As STRT, STRT 11.8
2 Truk 3 As STRT, SGRG 23,40
3 Trailer 4 As STRT,STRG,SGRG 26,00
4 Trailer 5 As STRT,SGRG,SGRG 30,00
5 Trailer 6 As STRT,SGRG,STrRG 32,00
41 Universitas Indonesia
5.2 . Saran
LAMPIRAN A
KARAKTERISTIK PERENCANAAN
Klasifikasi Jalan : Jalan Arteri Primer (kendaraan angkutan
barang berat
dan bus diijinkan melalui jalan ini)
Kelas Jalan : Kelas II
MST : 10 Ton ( Pasal 11. PP.No 43/1993)
Jenis Perkerasan
a) Lentur : Lapis permukaan menggunakan Asbuton
Lapis pondasi menggunakan Batu Pecah
CBR tanah dasar :5%
Usia Rencana : 20
Faktor pertumbuhan :5%
lalu lintas tahunan
Lebar bahu jalan : 1,5 m
Jumlah lajur : 2 (2 arah tanpa median atau 2/2 UD)
Lebar perlajur : 3,5 m
Lebar jalur lalu lintas efektif : 7 m
Rentang ambang arus lalu
lintas tahun ke 1 : 250-350 kend/jam
LHR : mengacu pada nilai rentang ambang arus
lalu lintas
komposisi lalu lintas : Kendaraan ringan 56 %
truk (2 as) 15 %
Bus Besar 10 %
Truck Besar 3as 5 %
Trailer 4 as 3 %
Trailer 5 as 1 %
Truck 6 as 1 %
Sepeda motor 9 %
(total kendaraan berat = 35 %.>30%)
- Pemisahan arah : 50/50
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
Ket: STRT : sumbu tunggal roda tunggal , STRG: sumbu tunggal roda ganda, SGRG: sumbu
ganda roda ganda, STrRG : sumbu triple roda ganda
∑ LEP 456.6678
∑ LEA 1213.074
LET = (456.6678+1213.074)/2
834.871
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN NILAI LER
Kondisi muatan maksimum
Jumlah Kendaraan Angka ekivaeln Lintas Ekivalen
Jenis Kendaraan konfigurasi sumbu
LHR LHRt Tiap sumbu total Awal Akhir Tengah
a b c posisi jenis beban i k=b.h.C l=c.g.C m
Depan STRT 1.00 0.0002 0.0005
mobil penumpang 560 1485.85 26.7518 0.201 13.476
Belakang STRT 1.00 0.0002
Depan STRT 3 0.0183 0.1592
Bus besar 100 265.33 119.2696 19.013
Belakang STRG 5 0.1410 69.141
Depan STRT 5.86 0.2660 2.6504
truk berat (2as) 150 397.99 178.9043 474.686
Belakang STRG 10.14 2.3845 326.795
Depan STRT 10.37 2.6100 4.6591
Truk berat (3as) 50 132.66 104.8291 278.143 191.486
Belakang SGRG 18.03 2.0491
Depan STRT 2.7 0.0120 3.1062
trailer 4 as 30 79.60 Tengah STRG 15.33 1.0709 41.9339 111.263 76.598
Belakang SGRG 17.97 2.0233
Depan STRT 3.500 0.0338 3.1802
trailer 5 as 10 26.53 Tengah SGRG 15.559375 1.1369 42.9328 37.971 40.452
Belakang SGRG 17.940625 2.0095
Depan STRT 3.500 0.0338 4.1835
Trailer 6 As 10 26.53 Tengah SGRG 18.05 2.0590 18.8257 49.950 34.388
Belakang STrRG 20.45 2.0907
Umur rencana 20 tahun i= 5 % LEP 533.4471
C=0,3 untuk kendaraan ringan dan Ipo=≥ 4 LEA 971.227
C= 0,4 untuk kendaraan berat Ipt = 2,0
LET 752.337
FP= 2,00 FR=1,5
LER 1504.67