Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH GIZI OLAHRAGA

PENGUKURAN STATUS GIZI ATLET DAN PENGATURAN BB ATLET


Dosen Pengampu: Ramadhana Komala, S.Gz.,M.Si

Disusun oleh kelompok 2 :

1. ARTIKA SARI (200104003P)


2. MARTHA FARAMEITHA R (200104007P)
3. RUSWATI (200104013P)

PROGRAM STUDI GIZI KONVERSI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
T.A 2021

i
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanaallahu Wata’ala Yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktu nya yang berjudul
“PENGATURAN STATUS GIZI ATLET DAN PENGATURAN BB ATLET”.

Makalah ini berisikan tentang informasi kebutuhan gizi pekerja kantoran. Di


harapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kebutuhan Gizi Pekerja Kantoran.

Kita menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih. Semoga Allah Subhanaalahu Wata’ala


senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Pringsewu, 25 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………....................... i

KATA PENGANTAR…………………………………………… ii

DAFTAR ISI……………………………………………………... 1

BAB I PENDAHULUAN……………………………………….. 2

1.1 Latar Belakang………………………………….…………. 2


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 3
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………... 3

BAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT………..…..…………… 4

2.1 Atlet ……………………..……………….. ………………. 4


2.2 Pengukuran Status Gizi Atlet……….……………………… 5
2.3 Manajemen Berat Badan Untuk Atlet…………………….. 7

BAB III KESIMPULAN……………………………………………... 11

1.4 Kesimpulan……………………………………………….. 11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………... 12

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang  atlet  untuk  mencapai  prestasi  yang  maksimal  pada  suatu 


cabang  olahraga  yang  digeluti,  memerlukan  sistem  pelatihan  yang 
optimal, termasuk ketersediaan dan kecukupan gizi yang sesuai  dengan 
jenis  olahraganya.  Untuk  meningkatkan  prestasi  atlet  lndonesia  ke 
depan,  dirasakan  perlu  untuk  memperbaiki  dan  menyempurnakan 
sistem  pembinaan  dan  pelatihan  olahraga,  terutama  dalam  melakukan 
pendekatan  dan  penerapan  IImu  Pengetahuan  dan  Teknologi,  olahraga 
termasuk gizi olahraga. 

Gizi dan pola makan sehat membentuk berat badan ideal. Mempunyai berat
badan ideal adalah keinginan setiap orang dan merupakan tuntutan untuk para atlet.
Maka dari itu memiliki pengetahuan mengenai cara mengatur pola makan yang baik
adalah keharusan bagi atlet. Atlet perlu menjaga berat badannya agar selalu stabil
karena berat badan yang kurang ideal akan berdampak pada performa atlet saat
melakukan pertandingan. Berat badan atlet tidak hanya diukur berdasarkan hasil
timbangannya saja, tetapi diukur melalui perhitungan Body Mass Index (IMT). Body
Mass Index (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa. Alat menghitung yang sederhana ini sangat memungkinkan untuk dipakai
pada atlet untuk memantau status gizi, dimana semakin baik hasil perhitungan IMT
maka semakin baik pula status gizi seorang atlet.

Pola makan yang tidak teratur dan kebiasaan memakan makanan cepat saji dapat
mempengaruhi berat badan ideal seorang atlet. Atlet perlu memiliki pengetahuan
mengenai asupan gizi yang baik bagi dirinya serta memiliki kebiasaan hidup sehat
guna menjaga stamina dan berat badan ideal. Pengetahuan tentang gizi dan motivasi
untuk hidup sehat diperlukan seorang atlet untuk selalu menjaga stamina dan
performa dirinya agar selalu tampil prima, karena seringkali seorang atlet kehilangan
berat badan idealnya ketika tidak lagi berada di kamp pelatihan.
Kesadaran hidup sehat didasari oleh adanya motivasi dari dalam diri atlet untuk
selalu menjaga stamina dan performa dirinya, baik saat mempersiapkan diri untuk
bertanding atau hanya sekedar menjaga berat badan ideal. Motivasi hidup sehat
adalah dorongan atau kemauan seseorang untuk hidup sehat. Motivasi hidup sehat
para atlet sangat berpengaruh bagi performa seorang atlet, jika seorang atlet sepak
bola tidak memiliki motivasi hidup sehat dan berpengaruh pada pola makan yang
tidak baik maka seorang atlet sepak bola tersebut akan memiliki berat badan yang
over sehingga mengganggu performa atlet tersebut setelah mengingat atlet sepak
bola sangat memerlukan Speed, agility, ability.

Berat badan yang tidak ideal akan sangat menggangu aktivitas seorang atlet,
sehingga diperlukan adanya pengetahuan yang memadai mengenai asupan gizi yang
diperlukan serta adanya motivasi untuk hidup sehat guna menjaga menjaga berat
badannya agar tetap ideal sehingga dapat menunjang performa dan prestasi atlet
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud atlet?


2. Bagaimana pengukuran status gizi pada atlet?
3. Bagaimana manajemen berat badan pada atlet?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian atlet.


2. Untuk mengetahui cara pengukuran status gizi pada atlet.
3. Untuk mengetahui manajemen berat badan pada atlet.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI TERKAIT

2.1 Atlet

Atlet menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah olahragawan,


terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam beradu
ketangkasan, kecepatan, keterampilan, dan kekuatan. 1 Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan nasional, olahragawan adalah pengolahraga yang mengikuti
pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk
mencapai prestasi. Menurut Poerwardarminta, atlet merupakan seseorang
yang bersungguh-sungguh gemar berolahraga terutama mengenai kekuatan
badan, ketangkasan dan kecepatan berlari, berenang, melompat dan lain-
lain.

Atlet adalah Individu yang memiliki keunikan dan memiliki bakat


tersendiri lalu memiliki pola perilaku dan juga keperibadia tersendiri serta
memiliki latar belakang kehidupan yang mempengaruhi secara spesifik pada
dirinya. Rusdianto (dalam Saputro, 2014). Individu yang terlibat dalam
atkivitas olahraga dengan memiliki prestasi di bidang olahraga tersebut
dapat dikatakan bahwa individu itulah yang dimaksud dengan atlet.
Satiadarma (dalam Yuwanto & Sutanto, 2012) Berdasarkan uraian diatas
maka dapat disimpulkan bahwa atlet adalah individu yang terlatih, memiliki
keunikan, dan juga memiliki bakat dalam bidang olahraga yang terlatih
dalam cabang olahraga.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, atlet merupakan individu


yang berperan dalam suatu aktivitas dibidang keolahragaan dan bakat,
keterampilan, maupun motivasi sangat dibutuhkan pada cabang olahraga
tersebut untuk mencapai suatu prestasi yang setinggi-tingginya dan

4
dikumpulkan dalam satu program pelatihan yang lebih khusus dan intensif
sesuai dengan cabang olahraga masing-masing

2.2 Pengukuran Status Gizi Atlet

Antropometri merupakan pengukuran fisik untuk melihat secara riil


bentuk, proporsi, dan komposisi tubuh seorang atlet. Pengukuran fisik yang
biasa dilakukan pada atlet, antara lain: tinggi badan, lipatan lemak
(skinfold), lingkar lengan atas, serta ukuran dan bentuk tubuh (body frame
size). Perlu dipahami parameter Indeks Massa Tubuh (IMT) yang biasa
digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang kurang tepat digunakan
pada atlet, terutama para atlet yang memiliki otot besar. Mereka
dikategorikan sebagai gemuk tingkat ringan atau bahkan gemuk tingkat
berat, padahal atlet tersebut memiliki massa lemak tubuh yang rendah. IMT
baik digunakan pada atlet yang ‘kurus’ atau ‘normal’ secara fisik dan
komposisi tubuh. Pengukuran IMT kurang tepat digunakan pada atlet,
terutama para atlet yang memiliki otot besar, sehingga pengukuran
komposisi tubuh secara menyeluruh lebih disarankan.

Pada atlet penggunaan IMT tidak sensitif untuk mengukur variasi


distribusi lemak, massa lemak dan massa bebas lemak pada tubuh
seseorang. Sebagai contoh, seorang atlet laki-laki yang tinggi besar dengan
BB 113,6 kg dan TB 193 cm memiliki IMT 30,5 dan dikatakan gemuk atau
obese. Namun setelah diukur tebal lemak dibawah kulit ternyata persen
lemak tubuhnya < 15 % yang berarti komposisi tubuhnya lebih banyak
massa otot yang baik untuk atlet dan termasuk klasifikasi baik untuk atlet.

5
Tabel 1. Metode Antropometri yang digunakan pada Atlet

Seluruh alat pada tabel sangat umum dan praktis digunakan. Alat-alat
tersebut perlu distandarisasi sebelum digunakan untuk memastikan
keakuratan pengukuran. Pengukuran dengan BIA diperlukan untuk
mengetahui komposisi tubuh atlet.

Tabel 2. Persen Lemak Tubuh menurut Cabang Olah raga

6
2.3 Manajemen Berat Badan Untuk Atlet

Pada jenis olahraga tertentu seperti tinju, gulat, karate, silat, dan seni bela
diri lainnya mempergunakan sistem tingkatan kelas berat badan seperti
contohnya pada olahraga tinju, yaitu:

 Kelas berat (heavyweight), berat badan >90,7 kg


 Kelas penjelajah (cruiserweight), berat badan 90,7 kg
 Kelas menengah (middleweight), berat badan 72,5 kg
 Kelas welter (welterweight), berat badan 66,7 kg
 Kelas ringan (lightweight), berat badan 61,2 kg
 Kelas bulu (featherweight), berat badan 57 kg
 Kelas bantam (bantamweight), berat badan 53,5 kg
 Kelas terbang (!yweight), berat badan 50 kg
 Kelas terbang mini atau kelas minimum (mini
flyweight/minimumweight), berat badan
47,6 kg
a. Penurunan Berat Badan Untuk Atlet
Penurunan berat badan yang baik untuk non atlet adalah 0,5–1
kg/minggu. Atlet diharuskan untuk defisit energi sebesar 500–
1000/kalori/hari. Deficit energi dapat dicapai dengan cara:
mengurangi asupan, meningkatkan latihan, atau keduanya.
Asupan dapat dikurangi 10–20% dari total kalori sehari untuk
tetap menjaga keseimbangan energi atlet. Hindari praktik diet
instan untuk hasil yang cepat karena dapat meningkatkan
risiko kelelahan, pemulihan tertunda, de!siensi energi, serta
kehilangan massa otot. Praktik diet instan sulit diterapkan
untuk jangka panjang karena dapat menurunkan performa atlet,
menurunkan prestasi atlet, dan menyebabkan kegemukan pada
masa tua. Rencana intervensi gizi untuk atlet perlu
dipersiapkan 2–3 minggu sebelum kompetisi ataupun
penimbangan berlangsung dengan rincian sebagai berikut:

7
Sebelum Penimbangan

- 5 hari sebelum proses penimbangan, tingkatkan asupan air


3 kali lebih banyak dari biasanya, mengurangi jumlah
karbohidrat, konsumsi makanan kaya akan serat, dan
meningkatkan asupan protein.
- 2 hari sebelum proses penimbangan, konsumsi air cukup
2–3 L/hari dan batasi konsumsi garam dapur

Saat hari Penimbangan

- Pada hari penimbangan, batasi konsumsi air (strategi ini


membuat kehilangan air lebih lama)

Setelah Penimbangan

- Setelah proses penimbangan dimulai makan dan minum


sesuatu kebutuhan atlet sesuai cabang olahraganya
- Konsumsi selingan setiap satu atau dua jam menjelang
kompetisi
- Konsumsi minuman elektrolit dan karbohidrat untuk
mempercepat rehidrasi dan penyimpanan karbohidrat
- Memenuhi kebutuhan cairan selama kompetisi berlangsung
- Sebelum masa pertandingan, atlet dapat diberikan diet
sebagai berikut:
Setelah penimbangan
- Lemak diberikan rendah yaitu 15–25% dari total energi
untuk menjaga massa lemak tubuh tidak meningkat
- Protein diberikan tinggi yaitu 1,5–2 g/kg BB/hari untuk
menjaga massa otot dan memberikan rasa kenyang
- Karbohidrat diberikan cukup, yaitu sisa dari perhitungan
lemak dan protein.

8
- Utamakan bahan makanan dengan indeks glikemik rendah
(lihat Tabel 3) tinggi serat untuk membuat rasa kenyang
lebih lama. Kurangi pemakaian gula maupun gula sirup
(high fructose corn syrup)
- Frekuensi makan dibuat sering 5–6 kali sehari dengan porsi
kecil
- Pemberian kalsium disesuaikan dengan AKG Tahun 2019
sampai dengan 1500mg/hari. Asupan kalsium dapat
ditingkatkan dengan mengonsumsi makanan tinggi
kalsium. Mengonsumsi kalsium yang adekuat dapat
membantu penurunan berat badan dan lemak tubuh.
Kebutuhan kalsium menurut AKG sesuai usia dan jenis
kelamin dapat dilihat di Tabel 3
Tabel 3. Kebutuhan Kalsium

b. Peningkatan Berat Badan untuk Atlet


Peningkatan berat badan atlet harus dipantau oleh
tenaga gizi. Peningkatan berat badan yang sehat dan
realistis untuk atlet biasanya berkisar 0,25-0,5kg/minggu.
Peningkatan berat badan atlet bertujuan untuk
meningkatkan massa otot dan menurunkan massa
lemak tubuh secara bersamaan, namun mencapai dua
tujuan sekaligus sulit dilakukan oleh atlet, maka dari itu
tujuan dan rencana diet harus dirancang sesuai dengan
kebutuhan. Untuk meningkatkan 1 kg massa otot
peningkatan energi yang dibutuhkan setiap orang
berbeda, namun asupan kalori bisa ditingkatkan berkisar
360–480 kalori.

9
Sementara untuk asupan protein diberikan sekitar
1,6–1,7 g/kg BB/hari. Berikan juga asam amino esensial
leusin sebanyak 2–3 g setelah pertandingan untuk
memaksimalkan stimulasi sintesis protein.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Atlet menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah olahragawan,


terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam beradu
ketangkasan, kecepatan, keterampilan, dan kekuatan. 1 Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan nasional, olahragawan adalah pengolahraga yang mengikuti
pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk
mencapai prestasi.

Antropometri merupakan pengukuran fisik untuk melihat secara riil


bentuk, proporsi, dan komposisi tubuh seorang atlet. Pengukuran fisik yang
biasa dilakukan pada atlet, antara lain: tinggi badan, lipatan lemak
(skinfold), lingkar lengan atas, serta ukuran dan bentuk tubuh (body frame
size).

Pengaturan berat badan pada atlet sangat penting, agar atlet


dapatmemperoleh prestasi kerja yang tinggi. Berat badan yang tidak ideal akan
sangat menggangu aktivitas seorang atlet, sehingga diperlukan adanya
pengetahuan yang memadai mengenai asupan gizi yang diperlukan serta adanya
motivasi untuk hidup sehat guna menjaga menjaga berat badannya agar tetap
ideal sehingga dapat menunjang performa dan prestasi atlet tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Pendampingan Pada Atlet.2021. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Permenkes RI No. 28 Tahun 2020 Tentang Angka Kecukupan Gizi Masyarakat


Indonesi

12

Anda mungkin juga menyukai