Anda di halaman 1dari 12

Komunikasi Dalam Konteks Sosial,

Kebudayaan Dan Keyakinan

Oleh :

Kelompok 1

Dora Maria Linda 2111316035

Rahmadia Sari 2111316034

Delvi Rosmita 2111316032

Betriance 2111316026

Desmalinda Ali 211316024

Fitrawati 211131602121

Mardianan Fari Dani 2111316010

Wenni Mardiati 2111316008

PRODI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS


TAHUN AJARAN 2021\2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia yang telah diberikan, kami dari kelompok1 dapat menyusun makalah mengenai “Komunikasi

dalam konteks sosial,keragaman budaya,dan keyakinan”. Makalah ini merupakan hasil dari

membaca berbagai referensi yang telah saya lakukan sebelumnya. Makalah yang saya susun

bertujuan agar para pembaca dapat lebih memahami mengenai Komunikasi dalam Pelayanan

Kesehatan. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses

belajar dan dalam kehidupan sehari-hari khusunya di bidang keperawatan. Dari lubuk hati yang

paling dalam, kami dari kelompok 1 sangat menyadari bahwa makalah ini masih belum

sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Tak lupa

saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan masukan dalam

membuat makalah ini, dan kerja sama dari teman-teman kelompok 1 serta semua orang yang telah

membantu kelancaran pembuatan makalah ini.

Amin.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Komunikasi berperan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

berbagai bidang komunikasi merupakan faktor pertama dan utama agar hubungan dengan

orang lain dapat berjalan dengan lancar. Tanpa adanya komunikasi tentu akan membuat

pekerjaan atau pun aktivitas kita terganggu. Oleh sebab itu dapat kita lihat betapa

besarnya peranan komunikasi dalam kehidupan kita.

B. Batasan Masalah

1.Pengertian komunikasimenurut konteks sosial, budaya, dan keyakinan.

2.Fungsi komunikasi.

C. Tujuan

1.Menjelaskan komunikasi dalam setiap konteks-konteksnya.

2.Menjelaskan fungsi dan hakekat komunikasi dari setiap kontek-konteksnya.

D. Manfaat

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Komunikasi dan fungsinya dalam

konteks sosial, antar kebudayaan dan keyakinan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunikasi Sosial

1. Definisi

Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi.

Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala dikucilkan sama sekali

sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu

komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif

manusia sengaja melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu. Memang apabila manusia

dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya seperti hewan, ia tidak akan hidup sendiri. Seekor

anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu mencari makan sendiri. Manusia tanpa manusia

lainnya pasti akan mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisik yang cukup untuk

hidup sendiri. Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan komunikasi adalah persyaratan yang

utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk

berkomuikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam

kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya berinteraksi dengan sesama, karena

manusia tercipta sebagai mahluk sosial.Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga

kini belum dapat diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam

masyarakat secara lebih mendalam dan terorganisir

2. Fungsi Komunikasi Sosial

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan tersesat,

karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi yang

memungkin individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai

pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi.Komunikasi pula yang

memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi

situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang

tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicar sebagai manusiadan memperlakukan
manusi lain secara beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus dipelajari lewat

pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

Implasif adalah fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para

ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik,

seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan

pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau

mewariskan budaya.

Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari dalam, yaitu:

Pembentukan konsep diriKonsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu

hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang

tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa

dirinya adalah manusia. kita sadar bahwa kita adalah manusia karena orang-orang disekeliling

kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verban dan nonverbal mereka bahwa kita

manusia. Konsep diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang

dekat lainnya disekitar kita, termasuk kerabat.

Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukan dirinya eksis. Inilah yang

disebut aktualisasi diri atau lebih tepatnya eksistensi diri. Kita dapat memodifikasi frasa filosof

Prancis Rene Descartes (1596-1650) yang terkenal itu Cogito Ergo Sum (“saya berpikir, maka

saya ada”) menjadi “Saya berbicara, maka saya ada”. Bila kita berdiam diri, orang lain akan

memperlakukan kita seolah-olah kita tidak eksis. Namun kita berbicara, kita menyatakan bahwa

sebenarnya kita ada. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering terlihat pada uraian

penanya seminar. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan

sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus

berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan

minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi,

dalam konteks apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene

Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian:

“mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan persepsi luar, ia adalah

tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya, ia adalah tempat transisi bagi

perkembangan aktivitas internasional, bagi munculnya kemauan dari kepasifan. Melalui


komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan

kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat,

rasa bangga, bahkan iri hati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial, kita dapat mengalami

berbagai kualitas perasaandan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan

perasaan yang lainnya.Melalui komunikasi dengan orang lain, kita dapatmemenuhi kebutuhan

emosional dan intelektual kita, dengan memupuk hubungan yang hangat dengan orang-orang

disekitar kita. Tanpa pengasuhan danpendidikan yang wajar, manusia akan mengalami

kemerosotan emosional dan intelektual. Kebutuhan emosional dan intelektual itu kita peroleh

petama-tama dari keluarga kita, lalu dari orang-orang dekat disekeliling kita seperti kerabat

dan kawan-kawan sebaya dan barulah dari masyarakat umumnya.

B. Keragaman Budaya

1.Defenisi

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang

memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi).

Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta

berlangsung dari generasi ke generasi.

Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya

adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan

membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.

Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:

1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya

yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang

sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat

berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan

2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang

terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses

pemberian makna yang sama


3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat

karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita

4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari

kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.

2.Hakikat komunikasi antar budaya

 Enkulturasi

Tarian adalah salah satu bentuk enkulturasi budaya yang ditransmisikan sejak kecil.

Enkulturasimengacu pada proses dengan mana kultur(budaya) ditransmisikan dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur

ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman,

sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahanmerupakan guru-guru utama

dibidang kultur.

 Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak

atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran

kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan

dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku,

serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok

imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.

3.Fungsi komunikasi antar budaya

Fungsi Pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku

komunikasi yang bersumber dari seorang individu, yaitu:

Menyatakan Identitas Sosial

Menyatakan Integrasi Sosial

Menambah Pengetahuan

Melepaskan Diri atau Jalan Keluar

Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain.

Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya

hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku

lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.


Fungsi Sosial

 Pengawasan Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi

antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan

berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi

ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini

lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin

perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam

sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.

 Menjembatani Fungsi, menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka

pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga

menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks

komunikasi termasuk komunikasi massa.

 Sosialisasi Nilai Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan

memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.

 Menghibur Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi

antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota Hawai.

Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

4.Prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya

 Relativitas Bahasa Gagasan umum bahwa Bahasa mempengaruhi pemikiran dan

perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Dan karena bahasa-

bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantic dan strukturnya,

tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang

berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.

 Bahasa Sebagai Cermin Budaya Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar

perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam

isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya,

makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.

 Mengurangi Ketidak-pastian Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah

ketidak-pastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha
mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan,

memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidak-pasrtian dan

ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk

mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.

 Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya. Makin besar perbedaan antarbudaya, makin

besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai

konsekuensi positifnya adalah, kesadaran diriini barangkali membuat kita lebih

waspada,ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak

patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

 Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya Perbedaan antarbudaya terutama penting

dalam interaksiawal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika

hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah

persepsidan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi

komunikasi antarbudaya.

 Memaksimalkan Hasil Interaksi. Dalam komunikasi antarbudaya -seperti dalam semua

komunikasi -kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang

dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi

antarbudaya. Sebagai contoh,pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain

yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi

antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Kedua, bila kita mendapatkan

hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita

memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, kita

membuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif

dalam komunikasi dan mana yang menghasilkan hasil negatif dalam komunikasi,

C. Komunikasi Keyakinan

Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral dari keyakinan budaya

seseorang dan dapat memperngaruhi keyakinan klien mengenai penyebab penyakit, praktek

penyembuhan, dan pilihan tabib atau pemberi perawatan kesehatan.


Keyakian spiritual dan agama dapat menjadi sumber kekuatan dan kenyamanan bagi klien.

Perawat yang memiliki keyakinan yang sama dengan kliennya cenderung lebih mudah

memahami dan mengambil tindakan untuk menangani kliennya.

Perawat professional harus bisa memahami, mengantisipasi dan mengambil tindakan yang

tepat terhadap klien yang berbeda keyakinan terhadap perawat tersebut.

Contoh :

Klien yang menolak memakan daging dikarenakan oleh keyakinan yang dimiliki oleh

agamanya. Perawat harus mengambil tindakan yang tepat bagaimana cara membujuk

pasien tersebut untuk memakan daging tersebut, misalnya diberikan penjelasan yang

kuat mengenai alasan kenapa pasien tersebut harus makan daging.


Bab III

Penutup

KESIMPULAN

Komunikasi sangatlah penting dalam setiap konteks kehidupan manusia. Sebagai

perawat,kita sudah semestinya mempelajari dan memahami berbagai macam

komunikasi dalam konteks-konteks yang berbeda sehingga memudahkan kita dalam

melakukan tindakan keperawatan yang benar dan tepat terhadap pasien. Dengan telah

mengetahui peran dan fungsi komunikasi dari setiap konteks social,budaya dan keyakinan,

kita lebih mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan konteks-konteks

tersebut.
Daftar pustaka

16 Desember 2016 13:29, Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

2009 16 Desember 201614:32, King Larry dan Gilbert Bill. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan

Saja, Dimana Saja. Jakarta: gramedia Pustaka Utama.

200016 Desember 2016 15:20, Jallaludi Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya,

1985

Anda mungkin juga menyukai