Anda di halaman 1dari 40

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI GAWAT
DARURAT RS. BAPTIS BATU
TAHUN 2013

RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO - BATU
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Pedoman ................................................................................... 1
1.3. Ruang Lingkup...................................................................................... 1
1.4. Batasan Operasional.............................................................................. 2
1.5. Landasan Hukum .................................................................................. 3
BAB II. Standar Ketenagaan........................................................................ 4
2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ....................................................... 4
2.2. Distribusi Ketenagaan ........................................................................... 4
2.3. Pengaturan Jaga .................................................................................... 5
BAB III. Standar Fasilitas ............................................................................ 7
3.1. Denah Luar............................................................................................ 7
3.2. Denah Ruang......................................................................................... 8
3.3. Standar Fasilitas .................................................................................... 9
BAB IV. Tata Laksana Pelayanan ............................................................... 23
4.1. Pelayanan Pendaftaran Pasien............................................................... 23
4.2. Sistem Komunikasi ............................................................................... 23
4.3. Pelayanan Triase ................................................................................... 24
4.4. Transportasi Pasien ............................................................................... 26
4.5. Pelayanan False Emergency ................................................................. 27
4.6. Pelayanan Visum Et Repertum .............................................................. 27
4.7. Pelayanan Death On Arrival (DOA) ..................................................... 28
4.8. Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit...................................... 28
4.9. Sistem Rujukan ..................................................................................... 29
BAB V. Logistik .......................................................................................... 30
BAB VI. Keselamatan Pasien ...................................................................... 32
6.1. Pengertian ............................................................................................. 32
6.2. Tujuan ................................................................................................... 32

ii
6.3. Tata Laksana Keselamatan Pasien.............................................................32
BAB VII. Keselamatan Kerja...........................................................................34
7.1. Pengertian..................................................................................................34
7.2. Tujuan........................................................................................................34
7.3. Tata Laksana Keselamatan Karyawan.......................................................34
BAB VIII. Pengendalian Mutu.........................................................................36
BAB IX. Penutup..............................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG.
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain
ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan
terlaksananya sistem penangulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan
tersebut memerlukan waktu tanggap (respon time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat
membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar
dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang
tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS Baptis Batu. Diharapkan dengan
tersusunnya buku ini dapat meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra
rumah sakit maupun di dalam rumah sakit sesuai dengan standar yang ditentukan.

1.2.TUJUAN PEDOMAN.
Tujuan dari disusunnya buku Pedoman Pelayanan Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat RS Baptis Batu ini adalah untuk menata Instalasi Gawat Darurat
RS Baptis Batu agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan,
perubahan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, dan harapan
masyarakat.

1.3. RUANG LINGKUP.


1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien

1
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan

1.4. BATASAN OPERASIONAL.


- Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang
pelayanan yang tersedia di Instalasi Gawat Darurat.
- Bekerja paruh waktu adalah bahwa yang bersangkutan mempunyai tugas
pokok di tempat lain, di instalasi kerja di luar Instalasi Gawat Darurat.
- Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di Instalasi
Gawat Darurat.
- Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita
dalam situasi sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang memerlukan
tindakan pertolongan pertama dalam kondisi kegawatdaruratan.
- Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan
diagnostik dan/atau terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat.
Untuk hal-hal lain dalam keadaan tertentu, pemeriksaan spesimen juga
dapat termasuk dalam ketentuan rujukan ini.
- Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency).
- Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang
dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk
kepentingan peradilan.
- DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD.
- Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di mana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
- Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit
membuat kerja/aktifitas karyawan lebih aman.
1.5. LANDASAN HUKUM.
Instalasi Gawat Darurat disuatu rumah sakit adalah merupakan bagian
yang harus terselenggara sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
d. Surat Kepmenkes. RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
g. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia Nomor
047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Baptis Batu.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.


Tabel 2.1. Kualifikasi SDM Bagian Gawat Darurat RS Baptis Batu.

Kualifikasi Pengalaman
Nama Jabatan Pelatihan
Pendidikan Kerja
Kepala Instalasi Minimal Minimal BLS/PPGD/BTLS/
Gawat Darurat dokter umum 2 tahun ATLS/ACLS
Kepala Perawat Minimal
Instalasi Gawat Minimal BLS/PPGD/BTLS
D-3
Darurat 2 tahun
Keperawatan

Perawat Pelaksana D-3 - BLS/PPGD/BTLS


Keperawatn
Pekarya
SLTA - BLS
(Pembantu Perawat)

Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat RS Baptis Batu.

No. Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga


1. Dokter 7
2. S-1 Keperawatan 1
3. D-3 Keperawatan 7
4. Pekarya (Pembantu Perawat) 3

2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN.


Ditribusi ketenagaan dilakukan sesuai dengan daftar dinas perawat per bulan.
Kebutuhan tenaga diperoleh berdasarkan perhitungan standar tenaga perawat RS
Baptis Batu yang telah dibuat. Instalasi Gawat Darurat dapat mengajukan
penambahan tenaga kepada Wakil Direktur Pelayanan untuk selanjutnya
dikoordinasikan dengan Wakil Direktur Umum dan Keuangan serta Bagian
Sumber Daya Manusia untuk pengadaan ketenagaannya.
2.3. PENGATURAN JAGA.
1. Dokter Konsulen
a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi diatur
sesuai jadwal yang ditetapkan oleh Wakil Direktur Pelayanan setiap
bulan
b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi
oleh karena satu dan lain hal tidak bisa memenuhi jadwal jaga yang
ditetapkan harus memberitahukan terlebih dahulu
2. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD dengan
sepengetahuan Wakil Direktur Pelayanan dan diperbanyak untuk
didistribusikan pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter
jaga IGD, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, dan instalasi/ bagian lain yang terkait
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala IGD
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD
3. Perawat/Pekarya
a. Pengaturan jadwal jaga perawat/pekarya IGD terbagi dalam 3 shift,
yaitu sebagai berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat/pekarya IGD disusun setiap bulan oleh Kepala
Perawat IGD dengan sepengetahuan Wakil Direktur Pelayanan
c. Bila perawat/pekarya IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang
sudah ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Perawat IGD
d. Jadwal jaga perawat/pekarya IGD terpasang di papan informasi IGD
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. DENAH LUAR.

JL. RAYA TLEKUNG

SATPAM SATPAM

P P
(AMBULANCE)

KANTOR
P INFORMASI

INSTALASI
P GAWAT
DARURAT

INSTALASI RAWAT JALAN


R. R. Dokter Pasien Toilet Pasien Toilet
Bedah Minor Ruang
3.2. DENAH RUANG.

Ruang Tunggu Pasien


Life Saving R.Obat

R.Ka

Toilet Dokter
Pendafta ran
Triase

Toilet

R. Spool Hock Perawat

Resusitasi Ruang

Ruang Ruang
Pertemuan Tindakan NonRuang
Observasi
Tindakan Ruang Tindakan NonRuang
IGD Tindakan Ruang Tindakan Ruang
3.3. STANDAR FASILITAS.
1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan
pertolongan tindakan resusitasi segera dan memerlukan pengawasan
ekstra, misalnya :
 Kasus henti nafas
 Kasus henti jantung
 Pasien yang dicurigai sakit jantung
 Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena
hipoglikemia, stroke, syok, dan sebagainya)
 Kasus kejang demam
 Kasus cedera kepala berat
 Kasus tenggelam
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :
 Tempat tidur
 Tensimeter
 Oksigen sentral + selang O2
 Monitor set
 Oksimeter
 Defibrilator
 Suction set
 EKG
 Syringe pump set
 Nebulizer
 Lampu senter
 Stetoskop
 Papan keras
 Neck collar
 Catheter set (dengan berbagai ukuran)
 Nasogastric tube set (dengan berbagai ukuran)
 Tempat sampah
 Emergency trolley
 Ventilation bag dewasa
 Ventilation bag anak
 Ventilation bag bayi
 Laryngoscope + blade
 Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
 Stilet
 Spuit (dengan berbagai ukuran)
 Jelly
 Sarung tangan
 Plester
 Gunting plester
 Oropharyngeal tube/guedel (dengan berbagai ukuran)
2. Infus Trolley
 Infusion set (microdrip, macrodrip, blood set)
 Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tourniquet
 Alcohol swab
 Plester
 Gunting plester
3. Cairan infus, obat, dan alat kesehatan
a. Cairan infus
 RL
 NaCl 0,9%
 D10% (500 cc)
 Asering
 Manitol
b. Obat
 Adrenalin injeksi
 Atropine sulfate injeksi
 Morphine injeksi
 Pethidine injeksi
 Diazepam injeksi
 Diazepam suppository
 Dexamethasone injeksi
 Aminophylline injeksi
 Dextrose 40%
 NaCL 0,9% 25 ml
 Aquadest 25 ml
 Natrium bicarbonate
 Lidocaine injeksi
 ISDN
 Asam asetilsalisilat
 MgSO4 20%
 Dopamin injeksi
 Furosemide injeksi
Berikut ini adalah tabel daftar obat yang tersedia di IGD RS Baptis
Batu berikut dengan penjelasan indikasi penggunaan dan dosisnya :

NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS


1. Adrenalin Anaphylati Anak : 0,01 ml/kg (iv)
1 : 1000 c shock Dewasa : 0,5 – 1 ml
Ampul (im/sc/iv)
(1 mg/ml) Diulang tiap 5–10
menit, bila perlu
2. Aminophylline Asthma Anak : 0,1 – 0,5 ml/kg
Ampul bronchial (iv, push)
(250 mg/10 ml) e Dewasa : 1 ml
(iv, push)
Diulang tiap 5 menit,
bila perlu
3. Aspirin Acute myocard 1 – 2 tablet sublingual.
(Aspilet ®) infarct
80 mg/tablet
4. Atropin - Symptomatic 0,5 – 1 mg IV
Ampul bradycardia
0,25 mg/1 ml (> 60 x/menit)
- Asystole 1 mg iv push
Diulang tiap 3-5 menit
sampai total 0,4 mg/10
kg BB.
- Intoksikasi Dosis : 1 4 mg IV
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
insektisida Diulang tiap 10 – 15
menit sampai
atropinisasi
5. Diazepam Kejang Anak 0,25 mg/kg, IV
(Valium ®) pelan
Ampul Dewasa 10 mg, IV
10 mg/2 ml pelan
6. Dopamin Shock 2,5 – 20 μg/kg/min IV
Ampul Yang belum drip
200 mg/10 ml teratasi dengan Dosis ginjal 1 – 5
pemberian cukup μg/kg/’ drip
cairan Dosis jantung 5 – 10
μg/kg/’ drip
Dosis syok /
Vasopresor
10 – 20 μg/kg/’ drip
7. Furosemide Edem Paru Akut 20 – 40 mg IV
(Lasix ®) (TD > 90 0,5 – 1 mg/kg IV (max
Ampul mm/Hg) 2 mg/kg)
20 mg/2 ml Hypertensi berat
8. Morphin AMI 3 – 5 mg IV
Ampul Edem Paru Akut 5 – 10 mg IM
10 mg/1 ml (TD > 90 Dapat diulang bila
mm/Hg) perlu
9. Glucose 40% Hypoglycemia 25 – 50 ml, IV pelan
Vial 10 gr/25 ml
10. Sodium
Bolus 1 meq/kg, IV
Bicarbonate
Metabolic pelan
(Meylon ®)
acidosis Drip 0,05
Vial 25 meq / 25
meq/kg/menit
ml
11. Isosorbide Angina Pectoris 1 tablet Sublingual
dinitrite Diulang tiap 5 menit,
(Cedocard ®) max 3 tablet
12. Dexamenthasone Asthma 0,05 – 0,2 mg/kg, IV
(Oradexon ®) Bronchiale (1 ml untuk 10 – 25 kg
Ampul 4 Anaphylactic BB)
mg/1ml reaction
13. Digoxin Flutter / fibralasi 1 tablet peroral, dapat
(Lanoxin) atrial CHF diulang 6 jam
0,25 mg/tablet kemudian.
14. Pethidin Analgetik kuat 1 mg/kg BB iv/im
Ampul (100
mg/2 ml)
15. MgSO4 20%  Ventrikel 5 – 10 ml iv, pelan –
Ampul 5 gr/25 Takikard pelan.
ml i de
(Torsade
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
pointes) 10 ml iv, pelan –
 Eklampsia pelan.
16. Lidokain  Cardiac I mg/kgBB bolus
(Xylocard aritmia pelan-pelan, dapat
500®) (karena MI) diulang 10 menit
Ampul  Takikardi kemudian 0,5 mg/kg
(500mg/5 ml) Ventrikel lalu drip 2-4 mg.
17. Combivent Asma 1 amp untuk pasien
nebulizer Bronkhiale dewasa
18. Diazepam Kejang Dewasa : 10 mg rectal
(stesolid®) Anak-anak : 5 mg
Rectal enema 10 rectal
mg/2,5 ml dan 5
mg/2,5 ml

c. Spuit (dengan berbagai ukuran)


d. Jarum suntik (dengan berbagai ukuran)
e. Glucometer set
4. Ruang Administrasi
Kebutuhan perlengkapan administrasi yang diperlukan, antara lain :
a. Buku register IGD
b. Buku laporan IGD
c. Formulir pemeriksaan penunjang medis
d. Formulir dokumen keperawatan
e. Telepon dalam dan luar
f. Rak brosur
g. Meja komputer
h. Komputer
i. Printer
j. Kursi
Adapun kelengkapan alat kesehatan yang diperlukan, antara lain :
a. Stetoskop
b. Termometer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Palu refleks
f. Lampu senter
5. Ruang Bedah Minor
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah
minor, misalnya :
 Jahit luka karena kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, dan
sebagainya
 Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage
 Pasien yang akan dilakukan tindakan pleural puncture (thoracentesis)
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk
 Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine cair,
H2O2, alkohol 70%, NaCl 0,9%, aquadest)
 Tromol gauze + gauze steril
 Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
 Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
 Plester + gunting plester
 ABD, berbagai tampon
 Sofratulle®
 Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
 Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
 Pisau aesculap
 Berbagai salep antibiotik
 Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
 Set pemasangan infus + berbagai cairan infus
 Set pemasangan nasogastric tube
 Set pemasangan foley catheter
 Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
 Spalk/bidai (dengan berbagai ukuran)
 Operating lamp
 Tempat sampah
 Sarung tangan
 Korentang dan tempatnya
 Scoop strecher
 Skort plastik (apron)
e. Lemari instrumen set
 Sprei lobang
 Baskom steril
 Cath kawat
 Alat buka jahit
 Alat jahit wajah
 Alat jahit isi 6, 7
 Haemostat bengkok
 Haemostat lurus
 Tangkai pisau
 Speculum hidung
 T. Jarum biasa
 T. Jarum besar
 Ring forcep
 Slang karet
 Gunting metz
 Catheter tray
 Tabung enema
 Baskom irigasi
 Hak bergigi
 Korentang klem
 Alat vena sectie
 Alat thoracentesis
 Alat umbilikel
 Alat THT
 Slang dubur
 Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tromol kasa
 Bak instrumen
 Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)
f. Ruang Triase
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk memberikan
pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan tujuan
utama IGD, yaitu :
 Mencegah kematian dan cacat
 Menerima rujukan pasien gawat darurat
 Menanggulangi korban bencana
 Menanggulangi “false emergency” sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
triase, antara lain :
- Tempat tidur
- Lembar status emergency
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer
g. Ruang Pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah)
Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan :
 Dilakukan pengukuran tanda- tanda vital
 Dilakukan pemeriksaan fisik
 Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
 Menunggu masuk ke ruang rawat inap
 Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang catheter,
pasang nasogastric tube, dan sebagainya)
 Menunggu obat
 Menunggu proses penyelesaian administrasi
 Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor
Adapun kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
ruang pemeriksaan kasus bedah maupun non-bedah, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. O2 set (sentral)
d. Tensimeter dinding
e. Tongue spatel
f. Sarung tangan
g. Jelly
h. Masker
6. Ruang Tindakan Obstetriginekologi
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang dilakukan tindakan
obstetriginekologi.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
tindakan obstetriginekologi, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Tensimeter dinding
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon
7. Ruang Spool Hock
Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat- alat keperawatan, seperti
pispot, urinal, dan baskom mandi.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di ruang spool hock,
antara lain :
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bed pan
d. Berbagai cairan (lysol, tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan on steril
i. Rak
j. Tempat jarum dan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel + cairan
m. Tempat tenun kotor
n. Cikrak
8. Ruang Penyimpanan Oksigen
Ruang ini berfungsi untuk penempatan oksigen beserta perangkatnya.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
penyimpanan oksigen, antara lain :
a. Tabung O2 besar, pipa saluran dan kran
b. Etiket O2
9. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan stock obat dan alat di IGD.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di gudang, antara
lain :
 Form PermintaanLaborat
 Persetujuan tindakan medik
 Form cairan keluar masuk
 Surat persetujuan perawatan
 Data pasien
 Peraturan opname pasien
 Form pemeriksaan fisik
 Catatan/Pesan-pesan dokter
 Plastik sampah
 Rinso
 Pipet
 Envelope uk. 95 x 152 mm
 Envelope uk. 110 x 230 mm
 Karet gelang
 Clear pembersih kaca
 Pengharum ruangan
 Tissue gulung
 Clips
 Batu baterai kecil
 Batu baterai sedang
 Batu baterai besar
 Lem
 Buku tulis biasa/quarto
 Buku folio kecil panjang
 Form permintaan pemeriksaan USG
 Resep
 Surat rujukan
 Surat keterangan dokter
 Memo
 Pemeriksaan radiologi
 Form penolakan tindakan medis/opname
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di gudang
medis, antara lain :
 Inf. Cath. 14 gr x 2’
 Inf. Cath. 16 gr x 2’
 Inf. Cath. 18 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 20 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 22 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 24 gr x ¾’
 Spuit 1 cc
 Spuit 3 cc
 Spuit 5 cc
 Spuit 10 cc
 Spuit 20 cc
 Spuit 50 cc
 Infus set pediatrik
 Infus set dewasa
 Infus set darah
 Jarum suntik 18
 Jarum suntik 20
 Jarum suntik 23
 Jarum suntik 25
 RL 500 cc
 NaCl 3% 500 cc
 NaCl 500 cc
 NaCl 1000 cc
 D5 500 cc
 Asering
 Kaen 3 B
 D 10% 500 cc
 Folleycath No. 8
 Folleycath No. 14
 Folleycath No. 16
 Folleycath No. 18
 Folleycath No. 20
 Slang lambung No. 4
 Slang lambung No. 16
 Slang lambung No. 18
 Jelly
 Sofratul
 Electroda
 Hansaplast
 Leukopon 2.5 cm x 9.2 m
 Leukocrefe 7.5 cm x 4.5 m
 Leukocrefe 10 cm x 4.5 m
 Leukocrefe 15 cm x 5 m
 Verband gulung 5 cm
 Verband gulung 10 cm
 Kondom cath
 Urine bag
 Endotracheal tube no. 6
 Endotracheal tube no. 7
 Endotracheal tube no. 7.5
 Endotracheal tube no. 8
 Meylon 84 25 cc
 Dextrose 40% 25 cc
 Spatel tongue
 Catheter tip
 Spinal needle no. 23
 Sarung tangan 6 ½
 Sarung tangan 7
 Sarung tangan 7 ½
 Alkohol
 Savlon
 Kapus
 H2O2
 Bethadine cair
 EKG rol
 Formalin 10%
10. Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tissue gulung
d. Tempat sampat
e. Ember
f. Gayung
11. Ruang Istirahat Dokter Jaga
Kelengkapan sarana yang diperlukan di ruang istirahat dokter jaga,
antara lain :
a. Tempat tidur
b. Telepon dalam
c. Televisi
d. Kursi
12. Ruang Ganti Perawat
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang ganti perawat, antara lain :
a. Pipa penggantung baju
b. Hanger
13. Ruang Tunggu Pasien
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang sedang :
 Menunggu pemeriksaan fisik/ukur tanda- tanda vital
 Menunggu hasil (laboratorium dan X – Ray)
 Menunggu penyelesaian proses administrasi
 Menunggu proses masuk ke Instalasi Rawat Inap
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang tunggu pasien, antara lain :
a. Kursi
b. Tempat sampah
c. Rak brosur
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1.PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN.


Pasien datang ketempat penerimaan gawat darurat. Tempat pendaftaran
pasien sebelum jam 07.00-14.00 di loket 1 Poliklinik, sedangkan jam 14.00-07.00
pendaftaran pasien di IGD. Pasien ditolong terlebih dulu, baru kemudian
dilakukan penyelesaian administrasinya.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari
setiap pasien :
 Pasien boleh langsung pulang
 Pasien dirujuk/dikirm ke rumah sakit lain
 Pasien harus dirawat
1. Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk
dirawat dapat langsung dibawa ke ruangan perawatan sambil menunggu
tempat tidur kosong dari ruang perawatan.
2. Jika pasien sudah sadar dan dapat diwawancarai, Petugas pendaftaran
mendatangi pasien/keluarga untuk mendapatkan identitas selengkapnya.
3. Bagian pendaftaran mengecek data identitas kebagian rekam medis
untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat ke rumah sakit.
4. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya segera
dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap memakai
nomor yang dimilikinya.
5. Bagi pasien yang pernah dirawat/berobat ke rumah sakit maka diberikan
nomor rekam medis.
6. Petugas pendaftaran harus selalu memberitahukan ruang perawatan
sementara mengenai situasi tempat tidur di ruang perawatan.

4.2.SISTEM KOMUNIKASI.
Komunikasi sangat berperan penting dalam penaggulangan penderita
gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi kegawat
daruratan yang mungkin terjadi sehari – hari atau bencana tertentu dapat
menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsitem penunjang penaggulangan penderita gawat
darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Instalasi
Gawat Darurat RS. Baptis Batu siap 24 jam menggunakan sarana komunikasi
intern dan extern.
 Intern dengan ext.301
 Extern dengan hotline (0341) 5044505, 594161ext 301.

4.3.PELAYANAN TRIASE.
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam
menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan kecepatan penanganan serta
pemindahan. Pasien diseleksi berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan
kategori :
1. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya serta anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat, misalnya penyakit kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dll.
5. Kecelakaan
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkna cidera (fisik,
mental, sosial)
6. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa / rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian, harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus
emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien
emergency adalah : kasus Prioritas 1 (P1) yaitu pasien gawat darurat,
prioritas 2 (P20 yaitu pasien gawat tidak darurat dan/atau pasien darurat
tidak gawat. Sedangkan yang termasuk pasien false emergency adalah
kasus Prioritas 3 (P3) yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus
prioritas 0 (P0) yaitu pasien yang datang dalam keadaan sudah
meninggal dunia (death on arrival)
Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian
dalam triase setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien.
Kartu warna yang digunakan adalah :
1. MERAH : Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
 Syok oleh berbagai kausa
 Gangguan pernafasan
 Trauma kepala dengan pupil anisokor
 Perdarahan eksternal masif
 Gangguan jantung yang mengacam
 Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi.
2. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi
perawatan dapat ditunda sementara, misalnya :
 Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen berat)
 Fraktur multiple
 Fraktur femur / pelvis
 Luka bakar luas
 Gangguan kesadaran / trauma kepala
 Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.
3. HIJAU : Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda, misalnya :
 Fraktur minor
 Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
4. HITAM : Korban yang telah meninggal dunia
Pasien yang meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah.

4.4.TRANSPORTASI PASIEN.
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat
darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita gawat
darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada penderita gawat
darurat, perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
d. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.
2. Cara kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan jalan
nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas
termasuk dokter dan ventilasi harus tetap diperthankan dalam
perjalanan.
d. Ke Rumah Sakit lain :
 Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas
dan membawa surat rujukan.
 Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat
dengan membawa surat rujukan dan memakai ambulans.

4.5.PELAYANAN FALSE EMERGENCY.


Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency). Langkah – langkah dalam
memberikan pelayanan false emergency adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang mengalami
penyakit akut dan gawat ”True Emergency” bukan berdasarkan urutan
kedatangan pasien.
2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat ”False Emergency”
akan mendapatkan pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.
3. Pada jam kerja (07.00-14.00) setiap hari Senin – Jumat, kasus-kasus
false emergency akan dialihkan ke poliklinik, atau
4. Dokter poliklinik dimintakan bantuannya untuk melayani pasien false
emergency di IGD bila Dokter IGD sedang menangani pasien true
emergency.

4.6.PELAYANAN VISUM ET REPERTUM.


Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat / diperiksa
berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan visum et repertum
adalah sebagai berikut :
1. Penyidik (Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak yang
berwajib (Kepolisian) untuk pembuatan Visum Et Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada
permintaan Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara objektif berdasarkan
pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada Rekam Medik jika
kejadiaannya sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya. Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta atau
melihatnya.

4.7. Pelayanan DOA (Death on arrival)


DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD. Pasien yang datang dalam keadaan DOA langsung disalurkan /
ditempatkan di kamar jenazah.
Syarat pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan foto copy bukti diri yang syah kepada
petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambilan Jenazah kepada
petugas.
Jika jenazah berada di kamar jenazah maksimal 4 jam, lebih dari itu jenazah
langsung dikirim ke RSUD Saiful Anwar Malang.

4.8. Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit


IGD RS. Baptis Batu diklasifikasikan sebagai Instalasi Pelayanan Gawat
Darurat kelas II, karena telah memiliki dokter spesialis empat besar yang siap
dipanggil (on – call), dokter umum yang siaga ditempat (on – site) 24 jam yang
memiliki kualifikasi pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan
mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat transportasi
untuk rujukan dan komunikasi yang siap 24 jam.
Sarana Penunjang pelayanan :
1. Penunjang medis : Pelayanan Radiologi, laboratorium, farmasi
2. Penunjang non medis : Telepon dan ambulans.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien
gawat darurat via telepon :
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomor telepon
Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulans, petugas
IGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun informasi pelayanan
pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana sebagai berikut :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans tidak
menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil ambulans
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di
rumah sakit dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.

4.9. Sistem Rujukan.


Rujukan pasien dari RS Baptis Batu hanya dapat dilakukan oleh dokter
spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu dokter
spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan). Dokter jaga IGD
sebelum melakukan rujukan pasien harus mengkorfirmasikan pasien tsb kepada
dokter spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien. Adapun bentuk rujukan yaitu
:
1. Alih Rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
- Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
- Trauma kapitis dengan kemungkinan perdarahan intra kapitis
- Permintaan pasien
- Dugaan kasus SARS, flu burung,flu babi
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan
b. Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat
dilakukan di RS Baptis Batu
3. Spesimen
a. Darah
b. Urin
c. Jaringan
d. Mukus / sekret
BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan obat dan alat kesehatan / alkes meliputi pemesanan,


pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat / alkes untuk pasien – pasien
IGD.

Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar / masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Blanko pemesanan obat dan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas / pekarya pagi mengantar alkes yang terpakai untuk
disterilkan dan mengambil kembali setelah disterilkan untuk disimpan pada
tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab dinas
pagi setiap hari Sabtu dengan mengisi blanko pemesanan alkes yang
ditandatangani Kepala perawat / Kepala IGD dengan jumlah yang sesuai
pengeluaran / kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari libur, pemesanan
dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas IGD membuat permintaan ke bagian Gudang, dengan mengisi
Formulir Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh Ka. Bag. Gawat
Darurat atau Ka. IGD.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan :
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan mengisi
formulir permintaan barang. Formulir tersebut terlebih dahulu diajukan
kepada Kepala Departemen Pelayanan untuk diketahui, dipertimbangkan
dan disetujui serta ditandatangani oleh Kepala Bagian Gawat Darurat / Ka.
IGD dan Kepala Departemen Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Kepala Departemen
Pelayanan, selanjutnya diajukan kepada Tim Pengadaan, untuk
dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk mendapat
kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian / petugas pembelian,
untuk membeli barang – barang sesuai kebutuhan bagian yang meminta.
Dalam hal kebutuhan barang – barang rutin yang telah dilakukan
perjanjian kerjasama, maka pembelian dapat langsung di lakukan ke
pemasoknya, setelah ada pengesahan dari Tim Pengadaan.
e. Bagian / petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian barang –
barang sesuai permintaan baik untuk barang – barang rutin atau barang –
barang yang non stock.
f. Pemasok mengantar barang ke R.S. Baptis Batu sesuai pesanan dan
barang tersebut diterima oleh bagian, Petugas Gudang memeriksa apakah
barang – barang tersebut sesuai dengan pesanan baik jenis maupun jumlah
pesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian Gawat
Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan, Petugas IGD
melakukan prosedur pada permintaan alat – alat umum diatas.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1. PENGERTIAN.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau idak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.

6.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

6.3. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN.


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan
IGD.
2. Terdapat petugas IGD yang memahami mengenai keselamatan pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun
keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak
diharapkan (KTD).
4. Setiap pasien yang masuk melalui IGD harus mendapat penilaian
langsung oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi kedaruratannya.
5. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam
keselamatan pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di IGD.
Konsultasi spesialistik dilakukan di IGD, kecuali bila penyakit pasien
dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status
maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau kamar
operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh
kepala perawat jaga saat itu.
8. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien :
sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.
9. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
- Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
- Insidens pasien jatuh.
- Insidens kejadian infus blong.
- Insidens kesalahan pemberian obat.
- Insidens kesalahan cara pemberian obat.
- Insidens kesalahan persiapan operasi.
- Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1. PENGERTIAN.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

7.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS. Baptis Batu.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

7.3. TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN.


a. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
- Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi.
- Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat
kontak dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,
dll.
- Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit
luka, memasang infus, dll
- Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
- Dekontaminasi dengan larutan klorin
- Pencucian dengan sabun
- Pengeringan
d. Menggunakan baju kerja yang bersih
e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
- HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
- Flu burung
Kewaspadaan standar karyawan / petugas IGD dalam menghadapi
penderita dengan dugaan flu burung adalah :
 Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan
menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat
selruh telapak tangan maupun punggung tangan.
 Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
 Memakai masker N95 atau minimal masker badan
 Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila
diperlukan)
 Menggunakan apron / gaun pelindung
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
- Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU

Beberapa indikator mutu dalam pelayanan gawat darurat sebagai berikut :


1. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat (KPPGD)
Pelayanan Pertama Gawat Darurat dikatakan terlambat apabila pelayanan
terhadap penderita gawat dan atau darurat yang dilayani dengan tindakan Life
Saving oleh petugas gawat darurat lebih dari 5 menit.
Petugas gawat darurat adalah petugas yang bekerja di Ruang Gawat Darurat ,
yang telah dilatih PPGD.
Tindakan Darurat atau Life Saving adalah tindakan yang ditujukan untuk
menyelamatkan jiwa manusia yang sedang terancam karena penyakit atau
luka-luka yang dideritanya.
Rumus :
Banyaknya penderita gawat darurat yang
KPPGD = dilayani dalam 5 menit per bulan X 100%
Total penderita gawat darurat pada bulan tsb

Analisis harus dilakukan secara berkala 3 (tiga) bulan sekali secara terus
menerus. Yang harus disimpulkan dari analisis ini adalah kecenderungan
(trend) dari Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
2. Angka Kematian (AK) di IGD
Rumus :
Jumlah kematian
AK = X 100%
Jumlah Pasien IGD

Angka kematian ini harus dikumpulkan dan dilaporkan setiap 3 bulan sekali.
Yang perlu diperhatikan adalah kecenderungan angka kematian ini dari waktu
ke waktu. Tidak dimasukkan didalam angka kematian ini Death On Arrival
(DOA).
BAB IX
PENUTUP

Demikianlah buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami


mengajak semua pihak yang bekerja di RS Baptis Batu untuk dapat bersama-sama
membina dan mengembangkan sistem pelayanan di IGD. Semua petugas baik
tenaga medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan
yang telah digariskan di dalam buku pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai