Anda di halaman 1dari 12

Nama : Muhammad Al Hamzi

NIM : 2014010082
Jurusan : PAI-C
Matkul : Manajemen dan Supervisi Pendidikan
Dosen : Dr. Hasnawati, M.Pd

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH/MADRASAH

A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah /Madrasah


Batasan tentang manajemen sangat beragam menurut para pakar, hal ini disebabkan oleh
pandangan, keyakinan, dan pemahaman masing-masing pakar. Diantara pakar yang
mengemukakan pendapatnya tentang manajemen, adalah :1
1. Terry, (1972) “Management is a disrinct process consisting of planning, organizing,
actuating, and controlling, performed to determine and accomplish stated pbjective by
the use of human being and other resources”.Artinya, manajemen adalah proses berbeda
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang
dipertunjukan untuk menentukan dan menyelesaikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan menggunakan sumber daya manusia dan lainnya.
2. Prajudi Atsmosudirjo (1982), Manajemen adalah pengendalian dan pemanfaatan semua
faktor dan sumber daya yang suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau
menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu.
3. Blancard (1988) “Management” is a process og working with and trough individuals and
group and other resiurces to accomplish organizational goals. Artinya, manajemen
adalah suatu proses bekerja dengan dan melalui individu-individu dan kelompok-
kelompok serta sumber-sumber daya lainnya untuk menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu
organisasi.
4. Mondy dan Premeaux (1995), “management is the process of getting things done trugh,
the offort of other people. Artinya manajemen adalah proses sesuatu selesai dikerjakan
melalui upaya-upaya orang lain.
5. Kamars (2004), manajemen adalah usaha-usaha memanfaatkan sebagai sumber daya
yang bersifat fisik dan nonfisik untuk menyelesaikan pekerjaan atau masalah dengan
baik.

E.Mulyasa (2002)2 mengemukakan bahwa : Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan


terjemahan dari School Baset Management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat
ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan
perkembangan masyarakat setempat. Manajemen Berbasis Sekoah merupakan paradigma baru
pendidikan, yang memeberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (perlibatan masyarakat) dalam
kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola
sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan.
M. Samsul Hadi dkk, menjelaskan bahwa manajemen berbasis sekolah mengandung
pengertian pemberian otonomi kepada madrasah, dalam hal ini kepala madrasah untuk mengatur
pendidikan dan penyelenggaraan di madrasah.3
Berdasarkan batasan-batasan manajemen diatas nampaklah perbedaan pandangan para pakar
dalam memilih unsur apa yang perlu untuk menunjang menyelesaikan persoalan atau pekerjaan
yang sedang dihadapi. Terdapat beberapa konsep dalam mendefinisikan manajemen Berbasis
Sekolah/Madrasah, yaitu : (1) Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS/M) adalah strategi
baru untuk mewujudkan sekolah/madrasah yang efektif dan produktif; (2) Sekolah Berbasis
Sekolah/Madrasah merupakan paradigma baru manajemen pendidikan, yang memberikan
otonomi luas pada sekolah/madrasah, dan penglibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional;(3) Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah adalah ide tentang pengambilan
keputusan pendidikan yang diletakan pada posisi yang lebih dekat dengan pembelajaran.4
Secara umum, manajemen berbasis sekolah/madrasah dapat diartikan sebagai model
pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab) lebih besar kepada
sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada sekolah, dan mendorong
partisipasi secara langsung warga sekolah. Otonomi diartikan kemandirian, kemandirian dalam
program dan perdanaan merupakan tolak ukur utama kemandirian sekolah. Dengan otonomi yang
lebih besar, sekolah memiliki kewenangan dan bertanggung jawab yang lebih besar dalam
mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan kemandirian, sekolah lebih
berdaya dalam mengembangkan program-program yang tentu saja lebih sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan/potensi yang dimiliki.
Fleksibilitas dapat diartikan sebagai kebebasan yang diberikan kepada sekolah dalam
mengelola, memanfaatkn, dan memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk
meningkatkan mutu sekolah.

B. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah


Terdapat empat prinsip manajemen berbasis sekolah sebagai bentuk implementasi otonomi
daerah bidang pendidikan yang menjadi landasan dalam menerjemahkan konsep manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah sesuai dengan tujuannya, yaitu otonomi, fleksibilitas,
partisipasi dan inisiatif.
1. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi diartikan sebagai kemandirian, yaitu kemandirian dalam mengatur dan
mengurus diri sendiri. Kemandirian dalam program dan pendanaan merupakan tolok ukur
utama kemandirian sekolah. Kemandirin yang berlangsung secara terus menerusn akan
menjamin keberlangsungan hidup dan perkembangan sekolah.
2. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan uang diberikan kepada sekolah untuk
mengelola, memanfaatkan, memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk
meningkatkan mutu sekolah. Prinsip ini akan melahirkan sekolah yang lebih lincah dalam
bergerak dan tanggap terhadap permasalahan yang harus dihadapi.
3. Prinsip partispasi
Prinsip partisipasi dapat diartikan dengan penciptaan lingkunagn yang terbuka dan
demokratik. Warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan masyarakat didorong untuk telibat
langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan,
pelaksanaan, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dilandasi dengan
keyakinan bahwa jika seorang dilibatkan maka yang bersangkutan akan mempunyai “rasa
memiliki” terhadap sekolah, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan ke arah yang lebih bermutu.
4. Prinsip inisiatif
Prinsip ini didasari atas konsepsi bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis, melainkan
dinamis.

C. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah


Tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah secara umum adalah untuk memandirikan
atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi)

kepada seklah, pemberian fleksabilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mendorong
partispasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan muru pendidikan.
Jadi, secara terperinci Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah bertujuan untuk :
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, dleksibilitas,
partisipas, keterbukaan, kerja sama, akuntabilitas, sustainabilitas dan inisiatif dalam
mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

D. Karakteristik Dasar Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah


Pengelolaan sekolah/madrasah dengan menggunakan konsep MBS/M dapat dikenali dengan
karakteristik dasar MBS/M sebagai berikut :7
a. Terdapat pemberian otonomi luas kepada Kepala Sekolah/Madrasah
Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS/M) memberikan otonomi luas kepada
madrasah/sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengelola sumber daya dan
pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat.
b. Tingginya partisipasi masyarakat dan orang tua
Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS/M) pelaksanaan program-program
sekolah/madrasah didukung oleh tingginya partisipasi masyarakat dan orang tua peserta
didik. Orang tua peserta didik dan mayarakat tidak hanya mendukung madrasah/sekolah
melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah/madrasah dan dewan pendidikan
merumuskan serta mengembangkan program-program yang meningkatkan kualitas
sekolah/madrasah.
c. Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah yang demokratis dan profesional

Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS/M), ukuran tingkat keberhasilan


programprogramnya adalah didukung oleh kinerja tim yang kompak dan transparan dari
berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah/madrasah.
Keberhasilan MBS/M merupakan hasil sinergi dari kolaborasi tim, yaitu tidak
menunjukkan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing berkontribusi terhadap
upaya peningkatan mutu dan kinerja sekolah/madrasah.

E. Faktor-Faktor Penting dalam Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah


Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam peningkatan manajemen mutu berbasis
sekolah. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kewajiban sekolah, kebijakan dan prioritas
pemerintah, peranan orang tua dan masyarakat, peranan profesionalisme dan manajerial, serta
pengembang profesi.
a. Kewajiban sekolah
Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi
yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan pengelola sistem pendidikan profesional.
Oleh karena itu, pelaksanaannya perlu disertai seperangkat kewajiban, serta monitoring dan
tuntutan pertanggungjawaban yang relatif tinggi untuk menjamin bahwa sekolah selain memiliki
otonomi juga memunyai kewajiban melaksanakan kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan
masyarakat sekolah.
b. Kebijakan dan prioritas pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional berhak merumuskan kebijakan-
kebijakan yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan dengan program peningkatan
melek huruf dan angka,
c. Peranan orang tua dan masyarakat
MBS menunut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas untuk membangkitkan
motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat, serta
mengefesiensikan sistem dan menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih. Untuk kepentingan
tersebut, diperlukan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting
dalam manajemen berbasis sekolah, khususnya dalam pembuatan keputusan. Dengan demikian,
masyarakat dapat lebih memahami, dan dapat mengawasi serta membantu sekolah dalam
pengelolaan dan kegiatan belajar mengajar. Besaranya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sekolah memungkinkan dapat menimbulkan rancunya kepentingan antar sekolah, orang tua, dan
masyarakat. Oleh karenanya, dalam hal ini pemerintah perlu merumuskan bentuk partisipasi
(pembagian tugas) setiap unsur secara jelas dan tegas.
d. Peranan profesional dan manajerial
Manajemen berbasis sekolah menuntut perubahan-perubahan tingkah laku kepala sekolah, guru,
dan tenaga administrasi dalam mengoperasikan sekolah. Pelaksanaan MBS berpotensi
meningkatkan gesekan peranan yang bersifat profesional dan manajerial. Untuk memenuhi
persyaratan pelaksanaan MBS, kepala sekolah guru dan tenaga administrasi harus memiliki kedua
sifat tersebut yaitu, profesional dan manajerial.
e. Pengembangan profesi
Dalam MBS pemerintah harus menjamin bahwa semua unsur penting tenaga kependidikan
(sumber daya manusia) menerima pengembangan profesi yang diperlukan untuk mengelola
sekolah secara efektif. Oleh karena itu perlu adanya pusat pengembangan profesi yang berfungsi
sebagai penyedia jasa pelatihan bagi tenaga kependidikan (Mulyasa, 2014: 27-29).
Manajeman Berbasis Sasaran

A. Pengertian Dari Manajemen By Objective.

Management by objective (MBO) atau manajemen by objective atau manajemen sesuai objektif
adalah suatu proses persetujuan terhadap objektif di dalam satu organisasi sehingga
manajemen dan karyawan menyetujui objektif ini dan memahami apa posisi mereka di dalam
organisasi tersebut

Management by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan) Manajemen Berdasarkan


Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan di dalam proses pengambilan
keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. (Sondang P. Siahaan: 2004: 362).

Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by objective (MBO)
merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan
organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan bahwa dengan Management by objective
(MBO) dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management by objective (MBO)
adalah suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan program
melibatkan semua pihak (stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan.1

B. Sejarah Munculnya Sistem Manajemen By Objective.

Manajeman By Objective Sebutan “manajemen sesuai objektif” pertama dipopulerkan oleh


Peter Drucker dalam bukunya tahun 1954 yang berjudul ‘The Practice of Management’. MBO
sulit didefinisikan, namun secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan
tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan
bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil
(sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran
tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing
penilaian sumbangan masing-masing anggota.
C. Strutkur Kerja Dari Sistem Manajemen By Objective.

D. Langkah Langkah Kerja Dari Sistem Manajemen By Objective.

1. Tahap Persiapan

 Menyiapkan dokumen yang diperlukan, peraturan-peraturan tentang tupoksi


perpustakaan,

 Menyiapkan data yang diperlukan, misalnya data pemustaka yang akan dilayani.

2. Tahap Penyusunan

Mengaplikasikan 5 W + 1 H :

 Menjabarkan tugas pokok, fungsi dan rincian tugas perpustakaan, menjadi


kegiatan-kegiatan yang lebih kongkrit sehingga dapat diprogramkan dalam rangka
mencapai tujuan perpustakaan.Visi – Misi organisasi Perpustakaan..
 Menentukan hasil akhir yang ingin dicapai Tujuan (goals) pada dasarnya adalah hasil
akhir yang diharapkan dapat diraih atau dicapai oleh individu, kelompok, atau seluruh
organisasi.

 Merumuskan keadaan sekarang

 Mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah atau hambatan-hambatan yang


mungkin timbul dan kemudahan-kemudahan.

 Menuliskan rancangan tujuan manajemen (MBO/S) dengan ketentuan bahwa


rencana tujuan itu.

3. Tahap Pelaksanaan

 (Implementasi) Pengorganisasian,

 Pengarahan, Pemberian Motivasi Kerja (Kepemimpinan),

 Koordinasi,

 Integrasi,

 Sinkronisasi

4. Tahap Pengendalian, Monitor, Evaluasi Dan Penyesuaian


 Tahap Pengendalian Pelaksanaan Rencana :dimaksudkan untuk menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan : > Koreksi >
Penyesuaian selama pelaksanaan rencana > menganalisis hasil pemantauan.

E. Konsep Dari Sistem Manajemen By Objective.

1. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian / bawahan (subordinates).

2. Perencanaan yang akan dilakukan.

3. Standard pengukuran keberhasilan pencapaian tujuan.

4. Prosedur untuk mengevaluasi keberhsilan pencapaian tujuan.4


F. Sistem Manajemen By Objective Yang Efektif.

1. Komitmen pada program. Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen para
manajer disetiap tingkatan organisasi terhadap pencapaian tujuan pribadi dan
organisasi serta proses MBO.

2. Penetapan tujuan manejemen puncak. Program-program perencanaan efektif


dimulai dengan para manajer puncak yang menetapkan tujuan-tujuan pendahuluan
setelah berkonsultasi dengan para anggota organisasi lainnya.

3. Tujuan-tujuan perseorangan. Setiap manajer dan bawahan merumuskan tanggung


jawab dan tujuan jabatan mereka secara jelas. Maksudnya adalah untuk membantu
para karyawan memahami secara jelas apa yang diharapkan agar dapat tercapai.

4. Partisipasi. Derajat partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan sangat


bervariasi. Sebagai pedoman umum, semakin besar partisipasi bawahan,
semakin besar kemungkinan tujuan akan tercapai.

5. Otonomi dalam implementasi rencana. Setelah tujuan ditetapka dan di setujui, individu
mempunyai keluasan dalam memilih peralatan untuk pencapaian tujuan. Manajer
bebas mengimplementasikan dan mengembangkan program-program pencapaian
tujuan tanpa campur tangan atasan langsung dengan batasan- batasan organisasi.

G. Peninjauan kembali prestasi. Manajer dan bawahan bertemu secara periodik untuk
meninjau kembali kemajuan terhadap tujuan.Kelebihan Dari Sistem Manajemen By
Objective.

Dalam suatu penelitian tentang para manajer, Tosi dan Carroll mencatat keuntungan-
keuntungan utama dari program MBO antara lain:

1. program MBO memberi kesempatan kepada para individu untuk


mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.

2. program MBO membantu dalam perencanaan dengan membuat para


manajer menetapkan sasaran dan waktu yang ditargetkan.

3. program MBO meningkatkan komunikasi antara para manajer dan


bawahan.

4. program MBO membuat para manajer lebih menyadari tentang sasaran


organisasi.

5. progaram MBO membuat proses manajemen lebih wajar dengan


memusatkan pada suatu pencapaian.

6. MBO memiliki manfaat dalam meningkatkan kualitas pengelolaan


organisasi.

7. MBO mampu membantu terciptanya suatu perencanaan yg efektif juga


terbukti mampu melakukan pengendalian yg efektif.

8. Membuat proses evaluasi secara efektif yang dilakukan para manajer.6

H. Kekurangan Dari Sistem Manajemen By Objective.

1. Kelemahan yang melekat pada proses MBO, dalam konsumsi waktu dan
biaya yang besar.

2. Dalam hal pengembangan dan implementasi program-program MBO.

3. MBO terlihat sekilas sangat sedrhana namun di balik kesedrhanaannnya


membuat para manajer MBO harus benar- benar memahaminya sebab jika tidak
maka mereka akan sulit menjelaskannya kepada bawahan.

4. MBO tidak bisa berhasil apabila tidak mampu memberikan garis-garis pedoman
yg perlu. oleh karena itu manajer harus mengeyahui dengan tepat tujuan
perusahaan dan aktivitasnya (sesuai dengan tujuan tersrbut).

5. tujuan yg kurang jelas akan berakibat para manajer tidak mampu


menyesuaikan diri dengan MBO.

6. MBO juga ditemui kesulitan dalam menetapkan tujuan-tujuan.

7. bagi organisasi yg menggunakan MBO penetapan tujuan biasanya


dilakukan untuk jangka pendek yg kurang dari setahun.
penerapan MBO juga menyebabkan ketidakluwesan dalam hal perubahan sasaran
dubandingkan kobsep manajemen lainnya.

Anda mungkin juga menyukai