Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan

Nama : Yunus J. E. Randubada


Nim : P.O. 0220219038
Tempat Praktik : Ruangan NSCC
Tanggal Praktik : 12 Juli – 17 Juli 2021
Judul Kasus : Non Hemoragik Stroke (NHS)

Poltekkes Kemenkes Palu


Prodi DIII Keperawatan Poso
T.A. 2021
A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak
sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik
untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015)
Stroke non hemoragik adalah stroke yang di sebabkan karena penyumbatan pembuluh darah di otak
oleh thrombosis maupun emboli sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi
kematian sel atau jaringan otak yang disuplai (Wijaya & Putri 2013).
B. Etiologi / Faktor Presisposisi
Stroke non hemoragik disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke
otak. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah karena adanya penebalan pada
dinding pembuluh darah yang disebut dengan atheroschlerosis dan bekuan darah yang bercampur lemak
yang menempel pada dinding pembuluh darah, yang dikenal dengan istilah thrombus.Yang kedua adalah
tersumbatnya pembuluh darah otak oleh emboli, yaitu bekuan darah yang berasal dari thrombus di jantung.
Thrombus atau bekuan darah di jantung ini biasanya terjadi pada pasien yang terpasang katup jantung
buatan, setelah serangan miokard akut, atau pasien dengan gangguan irama jantung berupa febrilasi atrial,
yaitu irama jantng yang tidak teratur yang berasal dari serambi jantung (Mulyatsih & Arizia, 2008).
C. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer dan Bare, (2013) stroke menyebabkan berbagai deficit neurologik, gejala muncul
akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi akibat terganggunya aliran darah ke tempat tersebut,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Gejala tersebut antara lain :
1. Umumnya terjadi mendadak, ada nyeri kepala
2. Parasthesia, paresis, Plegia sebagian badan
3. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control volunter terhadap
gerakan motorik. Di awal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralysis dan
hilang atau menurunnya refleks tendon.
4. Dysphagia
5. Kehilangan komunikasi
6. Gangguan persepsi
7. Perubahan kemampuan kognitif dan efek psikologis
8. Disfungsi Kandung Kemih
Stroke bisa menyebabkan dampak yang sangat serius, apabila terjadi tanda-tanda peringatan berikut,
maka konsultasi dengan dokter harus segera dilakukan untuk meminimalkan gejala sisa stroke (defisit yang
dihasilkan dari penyakit atau insiden sebelumnya):
1. Ketidak mampuan untuk berbicara dengan jelas atau mengalami kesulitan untuk berbicara
2. Sensasi mati rasa secara tiba-tiba dan bersifat sementara, kelemahan atau kelumpuhan salah satu
lengan, satu kaki atau setengah dari wajah (biasanya terjadi di sisi yang sama)
3. Penglihatan yang kabur secara tiba-tiba atau penurunan kualitas penglihatan pada satu mata
4. Sakit kepala yang parah secara tiba-tiba
5. Gangguan keseimbangan tubuh dan koordinasi tangan dan kak,i atau terjatuh secara tiba-tiba tanpa
alasan yang jelas
6. Rasa pusing atau pingsan tanpa alasan yang jelas • Inkontinensia (buang air kecil secara spontan)
D. Patofisiologi
1. Narasi
Faktor pencetus hipertensi, Dm, penyakit jantung dan beberapa faktor lain seperti merokok,
stress, gaya hidup yang tidak baik dan beberapa faktor seperti obesitas dan kolestrol yang meningkat
dalam darah dapat menyebabkan penimbunan lemak atau kolestrol yang meningkat dalam darah
dikarenakan ada penimbunan tersebut, pembuluh darah menjadi infark dan iskemik. Dimana infark
adalah kematian jaringan dan iskemik adalah kekurangan suplai oksigen. Hal tersebut dapat
menyebabkan arterosklerosis dan pembuluh darah menjadi kaku. Aterosklerosis adalah penyempitan
pembuluh darah yang mengakibatkan pembekuan darah di serebral dan terjadilah stroke non
hemoragik. Pembuluh darah menjadi kaku menyebabkan, pembuluh darah mudah pecah dan
mengakibatkan stroke hemoragik. (Nurarif dan Hardhi, 2015, modifikasi)
Dampak dari stroke non hemoragik yaitu suplai darah kejaringan serebral non adekuat dan
dampak dari stroke hemoragik terdapat peningkatan tekana sistemik. Kedua dampak ini menyebabkan
perfusi jaringan serebral tidak adekuat. Pasokan oksigen yang kurang membuat terjadinya
vasospasme arteri serebral dan aneurisma. Vasospasme arteri serebral adalah penyempitan
pembuluh darah arteri cerebral yang kemungkinan akan terjadi gangguan hemisfer kanan dan kiri dan
terjadi pula infark/iskemik di arteri tersebut yang menimbulkan masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik. Aneurisma adalah pelebaran pembuluh darah yang disebabkan oleh otot dinding di
pembuluh darah yang melemah hal ini membuat di arachnoid (ruang antara permukaan otak dan
lapisan yang menutupi otak) dan terjadi penumpukan darah di otak atau disebut hematoma kranial
karena penumpukan otak terlalu banyak, dan tekanan intra kranial menyebabkan jaringan otak
berpindah/ bergeser yang dinamakan herniasi serebral. (Nurarif dan Hardhi, 2015, modifikasi)
Pergeseran itu mengakibatkan pasokan oksigen berkurang sehingga terjadi penurunan
kesadaran dan resiko jatuh. Pergeseran itu juga menyebabkan kerusakan otak yang dapat membuat
pola pernapasan tak normal (pernapasan cheynes stokes) karena pusat pernapasan berespon
erlebhan terhadap CO2 yang mengakibatkan pola napas tidak efektif dan resiko aspirasi. (Nurarif dan
Hardhi, 2015, modifikasi)
2. Pathway

Gangguan persepsi sensori

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai berikut:
1. Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carespiratori ratean lumbal
menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan
jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
3. CT scan. Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan
otak.
4. MRI MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).
6. EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang
infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
F. Penaktalaksanaan
Fase Akut:
1. Pertahankan fungsi vital seperti: jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan sirkulasi.
2. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation: Nimotop. Pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik / emobolik.
3. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
4. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
5. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak
ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang .

Post Fase Akut:

1. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik


2. Program fisiotherapi
3. Penanganan masalah psikososial

G. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
- Keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri sejak awal masuk RS 4 hari yang lalu.
- Keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri sejak awal masuk RS 4 hari yang lalu.
- Keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri sejak awal masuk RS 4 hari yang lalu.
b. Data Obyektif

- Pasien tidak sadar,


- GCS : 6 / E: 2,V: 1, M: 3 ( Stupor).
- TTV: TD: 140/80 mmHg,
- N: 59 x/m,
- RR: 24 x/m,
- S : 37, 7 0C,
- SPO2: 100%. Pasien terpasang O2 masker non hibriting 8 lpm.
- hemiparesis pada sisi tubuh bagian kanan.
- CT Scan : terjadi penyumbatan pembulu darah di otak oleh emboli yang terbawah melalui
pumbulu darah jantung.
- pasien tira baring,GCS :6. Hemiparesis pada sisi tubuh bagian kanan. Kekuatan otot
3 0

3 0
- pasien penurunan kesadaran ,GCS: 6.
Terpasang NGT.

c. Analisa Data
No Data- Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Keluarga Penyumbatan aliran Ketidakefektifan perfusi
mengatakan pasien tidak sadarkan darah ke otak. jaringan serebral
diri sejak awal masuk RS 4 hari
yang lalu. Data Objektif : Pasien
tidak sadar,GCS : 6 / E: 2,V: 1, M:
3 ( Stupor).TTV: TD: 140/80
mmHg, N: 59 x/m,RR: 24
x/m, S : 37, 7 0C, SPO2:
100%. Pasien terpasang O2
masker non hibriting 8 lpm.
hemiparesis pada sisi tubuh
bagian kanan.
CT Scan : terjadi penyumbatan
pembulu darah di otak oleh emboli
yang terbawah melalui pumbulu
darah jantung.
2 Data Subjektif : Keluarga Kelemahan Kerusakan mobilitas fisik.
mengatakan pasien tidak neoromuskular
sadarkan diri sejak awal masuk
RS 4 hari yang lalu.
Data Objektif : pasien tira
baring,GCS :6. Hemiparesis
pada sisi tubuh bagian kanan.
Kekuatan otot
3 0
3 0
3 Data Subjektif : Keluarga Kelemahan otot Resiko ketidakseimbangan
mengatakan pasien tidak menelan nutrisi kurang dari
sadarkan diri sejak awal masuk kebutuhan tubuh.
RS 4 hari yang lalu. Data
Objektif : pasien penurunan
kesadaran ,GCS: 6.
Terpasang NGT.

2. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan Penyumbatan aliran darah ke
otak.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Kelemahan neuromuscular
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Kelemahan
otot menelan
3. Perencanaan

No DX. Keperawatan NOC NIC


1 1 Ketidakefektifan perfusi NOC : Status Sirkulasi NIC: Monitor Tekanan
jaringan serebral ,Perfusi Jaringan : Intrakranial.
berhubungan dengan Serebral. Dengan aktifistas:
Penyumbatan aliran setelah di lakukan 1) pantau TTV tiap jam
darah ke otak. tindakan keperawatan 2) kaji adanya tanda-
selama1 x 24 jam tanda tekanan
diharapkan perfusi intrakranial
jaringan serebral Optimal 3) kaji tingkat
dengan kriteria hasil : kesedaran
 tekanan darah dalam 4) pantau status
batas normal,Nadi neurologis secara
dalam batas normal teratur
,RR dalam batas 5) pantau adanya
normal. hipertensi ortostatik
 tidak ada tanda- 6) tinggikan kepala
tanda peningkatan tempat tidur 150-300
intrakranial, 7) Kolaborasi
 tingkat kesedaran pemeberian obat
membaik sesuai indikasi
8) Kolaborasi
pemberian antibotik
9) kolaborasi
pemberian O2
Sesuai anjuran
(O2 masker non
rebriting 8 Lpm)
2 Kerusakan mobilitas fisik NOC: Gerak sendi : aktif. NIC: Terapi aktivitas,
berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan ambulasi, mobilitas sendi
Kelemahan keperawatan selama 1 x 24 dan Perubahan posisi .
neuromuscular. jam diharapkan pasien Dengan aktifitas :
terhindar dari kerusakan
1) melakukan Rom
mobilitas fisik dengan
pasif
kriteria hasil :
2) mobilisasi pasien
 Klien meningkat dalam tiap 2 jam.
aktivitas fisik 3) kolsultasi dengan
 Mengerti tujuan dari alih fisioterapi.
peningkatan mobilitas Mengajarkan
keluarga cara
melakukan ROM
pasif pada pasien
3 Resiko NOC: Status Nutrisi :
ketidakseimbangan Asupan makan dan cairan. NIC: Manejemen nutrisi.
nutrisi kurang dari setelah di lakukan tindakan Dengan aktifitas :
kebutuhan tubuh keperawatan selama 1 x 3
berhubungan dengan hari dihapakan pasien 1) Kaji adanya alergi
Kelemahan otot terhindar dari Resiko makanan
menelan ketidakseimbangan nutrisi 2) Monitor jumlah nutrisi
kurang dari kebutuhan dan kandungan kalori
tubuh dengan Kriteria 3) Kolaborasi dengan ahli
Hasil : gizi untuk menentukan
 Mampu jumlah kalori dan nutrisi
mengidentifikasi yang dibutuhkan pasien
kebutuhan nutrisi 4) Berikan informasi
 Tidak ada tanda tentang kebutuhan
tanda malnutrisi nutrisi
 Tidak terjadi 5) memberikan makan
penurunan berat melalui NGT jika pasien
badan yang menggunakan NGT.
berarti
H. Daftar Pustaka

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2096/1/KTI%20NUSATIRIN.pdf

http://repository.poltekeskupang.ac.id/917/1/KTI%20STROKE%20NON%20HEMORAGI..pdf

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/306/1/Untitled.pdf

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1077/1/KTI%20SAMUDRA%20NUR%20KHALID.pdf

Anda mungkin juga menyukai