Anda di halaman 1dari 7

Pengertian pendapatan nasional

Pendapatan menurut KBBI adalah hasil kerja (usaha). Bila dihubungkan dengan ilmu ekonomi,
pendapatan adalah sesuatu yang diterima seseorang sebagai hasil kerja (usaha) dan imbalan atas
penyediaan faktor-faktor produksi yang dapat berupa gaji, upah, sewa, bunga, atau laba. Bila setiap
individu, keluarga atau perusahaan mempunyai pendapatan, negara juga memiliki pendapatan, yang
dikenal dengan istilah pendapatan nasional. Besarnya pendapatan nasional yang diperoleh pemerintah
digunakan sebagai alat ukur kemakmuran negara tersebut dari waktu ke waktu. Selain itu, pendapatan
nasional juga dapat digunakan sebagai pembanding tingkat perekonomian dengan negara lain.

Pendapatan nasional menggambarkan tingkat produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu negara dalam kurun waktu satu tahun tertentu. Dengan demikian pendapatan nasional
mempunyai peran penting dalam menggambarkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai serta
perubahan dan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Kegiatan perekonomian negara dalam
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, merupakan upaya pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Aktivitas tersebut melibatkan individu,
keseluruhan masyarakat baik pemerintah, swasta, dan rumah tangga. Setiap negara akan
mengumpulkan berbagai informasi mengenai kegiatan ekonominya agar secara kontinu dapat
diperhatikan perubahan-perubahan tingkat dan corak kegiatan ekonomi yang berlaku.Pengertian
pendapatan nasional

Pendapatan menurut KBBI adalah hasil kerja (usaha). Bila dihubungkan dengan ilmu ekonomi,
pendapatan adalah sesuatu yang diterima seseorang sebagai hasil kerja (usaha) dan imbalan atas
penyediaan faktor-faktor produksi yang dapat berupa gaji, upah, sewa, bunga, atau laba. Bila setiap
individu, keluarga atau perusahaan mempunyai pendapatan, negara juga memiliki pendapatan, yang
dikenal dengan istilah pendapatan nasional. Besarnya pendapatan nasional yang diperoleh pemerintah
digunakan sebagai alat ukur kemakmuran negara tersebut dari waktu ke waktu. Selain itu, pendapatan
nasional juga dapat digunakan sebagai pembanding tingkat perekonomian dengan negara lain.

Pendapatan nasional menggambarkan tingkat produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu negara dalam kurun waktu satu tahun tertentu. Dengan demikian pendapatan nasional
mempunyai peran penting dalam menggambarkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai serta
perubahan dan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Kegiatan perekonomian negara dalam
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, merupakan upaya pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Aktivitas tersebut melibatkan individu,
keseluruhan masyarakat baik pemerintah, swasta, dan rumah tangga. Setiap negara akan
mengumpulkan berbagai informasi mengenai kegiatan ekonominya agar secara kontinu dapat
diperhatikan perubahan-perubahan tingkat dan corak kegiatan ekonomi yang berlaku.

Pengertian pendapatan nasional dapat dilihat melalui tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan produksi, melalui pendekatan ini pendapatan nasional diartikan sebagai penjumlahan
nilai tambah dari setiap barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu.
2. Pendekatan pendapatan, nah kalo yang satu ini pendekatan pendapatan nasional yang menghitung
jumlah pendapatan yang diterima oleh pemilik faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa suatu negara dalam satu periode tertentu.

3. Pendekatan pengeluaran, pendekatan ini menghitung pendapatan nasional dari jumlah pengeluaran
seluruh pelaku ekonomi, baik di dalam negeri maupun luar negeri selama satu periode tertentu.

Dalam menjelaskan konsep pendapatan nasional akan ditemui beberapa istilah yang dianggap sama
meskipun sebenarnya tidak demikian. Istilah yang paling dominan tentang pendapatan nasional antara
lain istilah PDB, GNP, dan NNI, kemudian istilah lain yang sekarang ini sering muncul adalah PDRB.
Keempatnya merupakan istilah yang menunjukkan pendapatan nasional suatu negara, namun demikian
instrumen yang digunakan untuk masing-masing negara berbeda sehingga akan memiliki arti yang
berbeda pula untuk penggunaan istilah-istilah tersebut. Selain istilah di atas, ada istilah lain yang
merupakan penggambaran konsep pendapatan nasional, antara lain NNP, PI, dan DI. Ada perbedaan
yang mendasar dari istilah-istilah tersebut di atas. Di bawah ini akan dibahas tentang perbedaan di
antara istilah-istilah pendapatan nasional, sebagai berikut.

1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah jumlah dari seluruh produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara selama satu tahun termasuk di dalamnya barang dan
jasa yang dihasilkan oleh orang asing dan perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri. Tetapi
tidak termasuk hasil barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang bekerja di
luar negeri (misal untuk Indonesia TKI atau TKW yang bekerja di Luar negeri). Ada sembilan lapangan
usaha yang masuk dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB), antara lain:

-Pertanian;

-Pertambangan dan penggalian;

-industri;

-listrik, gas, dan air bersih;

-Bangunan atau konstruksi;

-Perdagangan, hotel, dan restoran;

-Pengangkutan dan komunikasi;

-Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan
oleh unit-unit produksi yang ada di daerah selama 1 (satu) tahun. Dalam perhitungan PDRB ini juga
termasuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan asing yang beroperasi di daerah tersebut.
Keberadaan perusahaan-perusahaan baik nasional maupun multi nasional yang menghasilkan nilai
barang/jasa akhir secara tidak langsung juga akan membawa pengaruh bagi perolehan pendapatan
suatu daerah. Struktur perekonomian suatu daerah baik provinsi atau kabupaten akan mempengaruhi
atau juga dipengaruhi oleh jumlah perusahaan-perusahaan yang beroperasi di daerah yang
bersangkutan.

Semakin tinggi nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan perusahaan-perusahaan yang ada di daerah-
daerah provinsi atau kabupaten maka akan semakin tinggi pula perolehan PDRB-nya dan nantinya
pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah melalui peningkatan PDRB akan memacu peningkatan pertumbuhan perekonomian
nasional.

3. NET NATIONAL PRODUCT (NNP) ATAU PRODUK NASIONAL NETTO (PNN)

Merupakan hasil dari dari nilai dari GNP yang telah dikurangi dengan penyusutan modal dalam proses
produksi. Inti dari NNP merupakan konsep pendapatan nasional yang dilihat hanya dari laba yang
diperoleh. Karena tujuan dari NNP adalah untuk mencari netto atau nilai bersih dari suatu produksi,
Squad.

4.NET NATIONAL INCOME (NNI) ATAU PENDAPATAN NASIONAL NETTO

Nah, kalau NNI ini menghitung pendapatan nasional berdasarkan jumlah balas jasa yang diterima oleh
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi.

5. PERSONAL INCOME (PI) ATAU PENDAPATAN PERSEORANGAN

PI ini juga bagian dari pendapatan nasional lho. PI ini menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh
setiap orang. Tetapi harus dikurangi dengan laba yang ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan sosial, dan
ditambah dengan pembayaran pindahan/transfer (transfer payment)

6.DISPOSABLE INCOME ATAU PENDAPATAN YANG SIAP DIBELANJAKAN

Merupakan pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan untuk membeli barang dan jasa beserta
tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata semua penduduk di suatu
negara.Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara
dengan jumlah penduduk negara tersebut.[Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDRB per kapita.
Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan
sebuah negara. Semakin besar pendapatan per kapitanya, maka semakin besar juga kemungkinan
negara itu memiliki tingkat pembangunan dan pendapatan rata-rata penduduk yang tinggi.
Apa itu Pendapatan Per Kapita?

Pendapatan per kapita adalah ukuran jumlah uang yang diperoleh per orang di suatu negara atau
wilayah geografis. Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk menentukan pendapatan rata-rata per
orang untuk suatu daerah dan untuk mengevaluasi standar hidup dan kualitas hidup penduduk.
Pendapatan per kapita untuk suatu negara dihitung dengan membagi pendapatan nasional negara
tersebut dengan penduduknya.

Penghitungan pendapatan per kapita mencakup pria, wanita, dan anak, bahkan bayi yang baru lahir,
sebagai anggota populasi. Ini berbeda dengan pengukuran umum lainnya dari kemakmuran suatu
daerah, seperti pendapatan rumah tangga, yang menghitung semua orang yang tinggal di bawah satu
atap sebagai rumah tangga, dan pendapatan keluarga, yang dianggap sebagai keluarga yang terkait
dengan kelahiran, perkawinan, atau adopsi yang tinggal di bawah atap yang sama.

Fungsi Pendapatan Per Kapita

Fungsi penghitungan pendapatan per kapita adalah untuk mengetahui apakah suatu wilayah bisa
disebut sejahtera atau tidak. Akan tetapi, tidak hanya itu, pengukuran pendapatan per kapita juga
berguna dalam menilai keterjangkauan suatu daerah. Ini dapat digunakan bersamaan dengan data soal
harga real estat. Pendapatan per kapita dapat membantu menentukan apakah terjangkau tidaknya
harga perumahan oleh rata-rata keluarga. Daerah yang terkenal mahal seperti di kota-kota besar
misalnya, mempertahankan rasio harga rumah rata-rata yang sangat tinggi terhadap pendapatan per
kapita.

Bisnis juga dapat menggunakan pendapatan per kapita ketika mereka akan membuka toko di suatu kota
atau wilayah. Jika populasi kota memiliki pendapatan per kapita yang tinggi, perusahaan mungkin
memiliki peluang yang lebih baik untuk menghasilkan pendapatan dari penjualan barang-barang mereka
karena orang akan memiliki lebih banyak uang untuk berbelanja dibandingkan kota dengan pendapatan
per kapita yang rendah

Manfaat menghitung pendapatan per kapita Hasil penghitungan pendapatan per kapita suatu negara
sangat bermanfaat, yaitu:

1. Mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara

2. Mengetahui hasil rangkaian kegiatan ekonomi suatu negara selama satu tahun.

3. Sumber informasi dan alat analisis yang sangat penting, karena menggambarkan situasi dan struktur
ekonomi, tingkat perkembangan, kekuatan dan kelemahan ekonomi negara tersebut.
4. Dasar pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun atau merumuskan kebijakan untuk
mendorong laju pertumbuhan dan pembangunan ekonominya.

5. Mengukur tingkat inflasi yang sedang terjadi.

3. Distribusi Pendapatan ( Kurva Lorentz & Gini Ratio)

a. Kurva lorenz adalah presentasi grafis dari ketimpangan pada sebuah sistem. Secara khusus, kurva
lorenz digunakan dalam pengukuran koefisien gini, yakni salah satu indikator target pembangunan
dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Pemerataan pembangunan masih merupakan isu utama dalam penyelenggaraan negara. Baik Indonesia
maupun dunia internasional memiliki pekerjaan rumah yang berat, yakni memastikan bahwa hasil dari
kegiatan perekonomian dinikmati secara merata oleh semua orang.

Meski begitu, adanya ketimpangan ekonomi merupakan hal yang mutlak terjadi mengingat tidak semua
orang punya akses ke sumber daya yang sama. Mengendalikan ketimpangan ini merupakan tugas
bersama yang harus dilakukan dengan cermat berdasarkan data yang valid.

Kurva Lorenz Adalah Gambaran Besar Ketimpangan

Kurva Lorenz dikembangkan oleh seorang ekonom berkebangsaan Amerika Serikat bernama Max Lorenz
pada tahun 1905. Dia mengembangkan sebuah grafik yang mempresentasikan jumlah populasi
berbanding total pendapatan kumulatif, atau jumlah orang kaya pada persentil bawah.

Dengan demikian, kurva lorenz adalah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari
suatu variabel tertentu, misalnya pendapatan, dengan distribusi seragam. Dalam hal ini variabel itu
adalah kumulatif penduduk.

Kurva ini kerap disertai dengan garis diagonal lurus dengan kemiringan 1. Kemiringan ini mewakili
kesetaraan dalam distribusi pendapatan atau nilai kekayaan. Di bawahnya, ada kurva lorenz yang
menunjukkan distribusi yang diamati.

Area di antara garis lurus dan garis lengkung inilah yang dinamakan koefisien gini. Koefisien ini
menunjukkan ketimpangan ekonomi yang terjadi pada objek yang diamati.

Ketimpangan dalam Kurva Lorenz

Kurva Lorenz sejatinya dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan apapun bentuknya.
Penghitungannya dimulai dengan mengukur secara empiris nilai kekayaan atau total pendapatan, serta
bagaimana distribusinya dalam suatu populasi masyarakat.
Data kemudian disajikan dalam bentuk grafis yang dapat digunakan langsung sebagai kurva lorenz.
Ekonom atau ahli statistik juga mungkin menggunakan kurva lain yang mewakili fungsi kontinu, namun
kurva lorenz memberikan informasi yang lebih terperinci mengenai distribusi kekayaan atau
pendapatan.

Sebab, kurva lorenz secara visual menampilkan distribusi di tiap persentil. Kurva ini menjukkan dengan
tepat di persentil pendapatan mana variasi terhadap garis kesetaraan terjadi, dan seberapa besar
ketimpangannya.

b. Koefisien Gini

Meski dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan dalam sistem apa saja, Kurva Lorenz dikenal
secara khusus untuk melihat koefisien gini. Yakni, indikator makroekonomi yang mewakili
ketidaksetaraan ekonomi.

Prinsipnya, semakin jauh kurva dari garis dasar, yakni garis lurus diagonal, maka semakin tinggi tingkat
ketimpangan ekonomi.

Koefisien gini dikembangkan oleh pakar statistik berdarah Italia, Corrado Gini pada tahun 1912.
Koefisien ini sendiri diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur ketidakmerataan distribusi penduduk
dan pendapatan atau kekayaan mereka.

Ukuran ketidakmerataan yang direpresentasikan merupakan ketimpangan agregat yang angkanya


berada dalam kisaran nol sampai satu.

Pada pengukuran koefisien gini, persentase kumulatif penduduk diwakili oleh garis horizontal.
Sementara itu, total pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk diwakili oleh garis
vertikal.

Adapun garis diagonal berfungsi sebagai patokan pemerataan sempurna. Semakin dekat koefisien gini
kepada angka 0, maka kurvanya akan semakin dekat dengan garis diagonal.

Koefisien Gini di Indonesia

Di Indonesia, konsensus yang berlaku menetapkan bahwa ketimpangan rendah ditandai dengan
koefisien gini di bawah 0,4. Sementara range 0,4-0,5 dinyatakan sebagai ketimpangan sedang. Di atas
itu, koefisien gini dinyatakan sebagai ketimpangan tinggi.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.25/MEN/IX/2009 Tentang Tingkat Pengembangan Pemukiman Transmigrasi, gini rasio merupakan
ukuran pemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan dalam 10 kelas
pendapatan atau decille.

Penghitungan terhadap koefisien gini atau gini ratio dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebanyak
dua kali dalam setahun, yakni di Bulan Maret dan Bulan September.
Bias Dalam Kurva Lorenz dan Koefisien Gini

Meski telah digunakan secara luas hingga menjadi salah satu indikator resmi dalam pembangunan, kurva
lorenz mungkin saja menunjukkan bias dibandingkan kondisi sebenarnya. Bias dapat terjadi akibat input
data yang kurang terwakili atau masih memiliki gap dengan situasi riil.

Kurva ini sangat sensitif terhadap input data, sementara data bisa saja dimanipulasi. Namun, secara
umum, kurva ini tetap bermanfaat untuk memberi gambaran kasar ketimpangan di suatu sistem atau
negara.

Di samping soal bias, koefisien gini dewasa ini sering diragukan akurasinya oleh para analis dan ekonom
di dunia. Alasannya adalah akurasi.

Mereka menganggap koefisien ini sangat bergantung pada data Produk Domestik Bruto (PDB) dan
pendapatan. Padahal, saat ini praktik shadow economics dan ekonomi sektor informal kian bergejolak,
yang tidak tercatat di dalam PDB.

Kapital yang berputar pada dua sektor yang sulit tercatat secara akurat dalam PDB itu kian besar.
Akibatnya, banyak pendapatan ekonomi yang tidak tercatat sehingga mempengaruhi akurasi koefisien
gini dan kurva lorenz dalam merepresentasikan ketimpangan ekonomi suatu negara.

Bias lainnya adalah kurva ini dinilai kurang cakap merepresentasikan bentuk ketidaksetaraan.
Penyebabnya adalah terbatasnya dimensi yang diwakilkan oleh celah koefisien. Jadi, beberapa bentuk
ketidaksetraan yang berbeda bisa memiliki bentuk kurva lorenz yang mirip, padahal masing-masing
seharusnya dihadapi dengan pendekatan yang berbeda-beda. Lantaran bias-bias tersebut, kurva lorenz
dan koefisien gini tetap digunakan namun hanya sebatas suplementasi yang memberi kita gambaran
besar. Sementara itu, lembaga penyedia data statistik seperti BPS dan World Bank mulai membuat
representasi yang lebih baik mengenai profil ketimpangan di suatu negara untuk melengkapi cakrawala
berfikir dalam mengambil kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai