Anda di halaman 1dari 7

Diabetes Sebagai Faktor Risiko Herpes Zoster Pada Orang Dewasa

Mitra Saadatian-Elahi, Bernard Bauduceau, Corinne Del-Signore, Philippe Vanhems

Abstrak
Tujuan: Mengevaluasi peran diabetes sebagai faktor risiko herpes zoster (HZ) dan untuk
membahas implikasi pencegahan melalui vaksinasi dengan vaksin HZ yang tersedia.

Metode: Melakukan peninjauan penelitian dengan menyelidiki tingkat kejadian HZ pada pasien
dengan diabetes. Makalah dalam bahasa Inggris atau Prancis yang diterbitkan antara Januari 2000
dan Desember 2018 telah dipilih dari PubMed dan Google Scholarship dengan menggunakan kata
kunci yang sesuai.

Hasil: Risiko HZ secara signifikan lebih tinggi terjadi pada pasien dengan diabetes dibandingkan
dengan kontrol. Hasil tersebut dapat dilihat dalam 11 penelitian dari 16 penelitian. Besarnya risiko
yang terkait dengan diabetes bervariasi di seluruh penelitian dari 1,06 hingga 2,38 (p <0,05).
Insiden HZ pada pasien dengan diabetes meningkat seiring bertambahnya usia dan lebih tinggi
pada wanita dibandingkan pada pria. Insiden komplikasi HZ yang paling umum, yaitu neuralgia
pasca herpes juga lebih tinggi pada pasien diabetes.

Kesimpulan: Herpes Zoster dapat menjadi penyakit komplikasi tambahan pada komorbiditas
sebelumnya yaitu pasien dengan diabetes. Investigasi dampak dan tindakan pencegahan dengan
menggunakan vaksinasi Hepres Zoster. Oleh karena itu, vaksinasi HZ sangat penting pada pasien
diabetes.

Keyword : Diabetes, Herpes Zoster, Vaccine, Review

1
Pengantar

Virus varicella zoster (VZV), penyebab varicella (cacar air) terutama pada anak-anak,
merupakan satu dari delapan virus herpes yang bersifat patogen pada manusia. Setelah
infeksi primer, virus dapat membentuk laten di ganglia akar trigeminal dan dorsal. Herpes
zoster (HZ) atau Shigles disebabkan oleh reaktivasi VZV dan bermanifestasi sebagai ruam
dan vesikula kulit merah akut yang nyeri dan unilateral yang biasanya muncul di batang
tubuh, leher, atau wajah. HZ dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti postherpetic
neuralgia (PHN) yang dapat menjadi kecacatan selama beberapa tahun, sehingga dapat
mengganggu kualitas hidup. Komplikasi oftalmik dilaporkan pada 10-20% kasus HZ .
Gejala sisa yang permanen dari infeksi ophthalmic zoster yaitu radang mata kronis dan
kebutaan.

Insiden tahunan HZ pada populasi umum telah dilaporkan berkisar antara 3 sampai 5 kasus
per 1000 orang per tahun. Kerentanan HZ meningkat dengan bertambahnya usia yaitu 25%
orang dewasa usia > 50 tahun. Tingkat insiden tertinggi yaitu terjadi pada 8-12 per 1000
orang pertahun dan dilaporkan terjadi pada usia 80 tahun. Insiden HZ terbukti lebih tinggi
terjadi pada wanita dibandingkan pria dalam beberapa penelitian sementara pada penelitian
lain tidak ditemukan adanya perbedaan statistik dalam tingkat kejadian antara jenis kelamin.

Diabetes adalah penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Penderita
diabetes mungkin akan lebih mudah terserang penyakit menular. Dalam suatu penelitian
dengan studi retrospektif kohort yang menggunakan perawatan primer dan rumah sakit
sebagai tempat penelitian didapatkan sebanyak 56,9% pasien dengan diabetes memiliki
setidaknya satu penyakit infeksi dibandingkan dengan 46,2% dari subjek kontrol.

Kematian yang berhubungan dengan infeksi juga meningkat secara signifikan pada pasien
dengan diabetes dibandingkan dengan individu tanpa diabetes. Rasio bahaya untuk kematian
akibat infeksi pada pasien dengan diabetes dibandingkan dengan mereka yang tidak
menderita diabetes adalah 1,80 (95% CI: 1,71-1,90). Tujuan dari naskah ini adalah untuk
meninjau studi yang menilai peran dari diabetes sebagai faktor risiko terjadinya HZ dan
untuk membahas implikasi pencegahan HZ dengan vaksinasi.

2
Penelitian literatur

Pencarian literatur dilakukan menggunakan PubMed dan Google Scholarship untuk makalah
dalam bahasa Inggris atau Prancis yang diterbitkan antara Januari 2000 dan Desember 2018..
Strategi pencarian didasarkan pada istilah Medical Subject Heading (MeSH) : diabetes,
herpes zoster atau herpes zoster dalam kombinasi dengan kejadian, rasio kemungkinan, risiko
atau asosiasi.

Hasil

Dari 16 studi yang menyelidiki besarnya hubungan antara HZ dan diabetes (Tabel 1), tiga
dilakukan di Asia, lima di Eropa, empat di AS, dua di Israel, satu di Australia dan satu di
Kanada. Database rekam medis elektronik digunakan hampir pada semua penelitian. Kedua
jenis diabetes dianalisis secara terpisah dalam tiga penelitian.

3
Tabel 1. Tabel studi karakteristik peranan diabetes sebagai faktor risiko Herpes Zoster

4
Risiko HZ secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan diabetes dibandingkan pada
kontrol dari 11 studi (Tabel 1). Namun, besarnya risiko yang terkait dengan diabetes sangat
bervariasi, mulai dari 1.06 (95% CI: 1.03–1.09) dalam studi kasus kontrol berbasis populasi
yang dilakukan di Inggris, kemudian menjadi 2,38 (95% CI: 2,04-2,78) dalam studi kohort
retrospektif berbasis populasi yang dilakukan di Jepang.

Tingkat kejadian (IR) HZ pada pasien dengan diabetes dilaporkan dalam empat penelitian.
Dalam studi retrospektif berbasis populasi, IR dari HZ pada pasien dengan diabetes adalah
9,3 kasus / 1000 orang-tahun (95% CI: 9,1-9,4) dibandingkan dengan 6,8 (95% CI: 6,8-6,9)
pada control. Analisis retrospektif dari rekam medis elektronik pada orang dewasa
menunjukkan dari 1,2 juta kasus tahunan HZ yang diidentifikasi dari 2005 hingga 2009,
sebanyak 13,5% terjadi pada pasien dengan diabetes.

Diskusi

Kejadian HZ pada pasien dengan diabetes meningkat seiring bertambahnya usia dan terjadi
lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria. Kejadian paling sering dilaporkan pada
orang dewasa di atas 65 tahun. Mekanisme imunologi atau hormonal dan perbedaan jenis
kelamin mungkin menjadi salah satu faktor risiko terjadinya HZ pada orang dewasa.
Penelitian lebih lanjut tentang distribusi jenis kelamin HZ pada pasien dengan diabetes
diperlukan untuk menentukan apakah jenis kelamin merupakan faktor risiko yang sebenarnya
dalam populasi ini.

Insiden HZ pada pasien dengan diabetes bervariasi di seluruh penelitian. Penjelasan


mengenai mekanisme patofisiologis diabetes dapat menjadi faktor risiko HZ telah
dilaporkan sebelumnya. Misalnya, imunitas yang dimediasi sel (CMI) sangat penting
dalam mengontrol pengaktifan kembali VZV diyakini terganggu pada pasien ini, membuat
mereka lebih rentan terhadap infeksi HZ (pada studi yang dilakukan dengan subyek
penelitian 63 pasien diabetes dan 67 relawan sehat). Respon imun bawaan yang didorong
oleh sel polimorfonuklear dan monosit / makrofag juga dilaporkan lebih rendah pada
pasien diabetes. Ketidakseimbangan homeostasis sel-T dan vaskulopati yang dimediasi
oleh sel imun akibat VZV dapat meningkatkan risiko HZ pada individu dengan diabetes.

5
Insiden PHN setelah Herpes Zoster pada orang dewasa yang imunokompeten dilaporkan
terjadi pada 10-20% kasus. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol dianggap
imunosupresi karena efek negatif dari peningkatan gula darah pada sistem kekebalan tubuh.
Kehadiran imunosupresi dapat memperburuk terjadinya nyeri PHN yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Nyeri neuropatik diabetes juga merupakan komplikasi umum dari diabetes, mempengaruhi
lebih dari 90% pasien HZ pada penelitian. Penatalaksanaan nyeri neuropatik diabetik
termasuk terapi farmakologi (pengontrol kadar gula darah) dapat menyingkirkan penyebab
lain dari nyeri neuropati perifer. Terjadinya PHN dapat memperburuk manajemen ini.

Lokalisasi dari oftalmik HZ adalah masalah lain yang menetap atau berkembang setelah
terjadinya ruam zoster dan dapat terjadi pada 10-20% episode HZ dengan keterlibatan
seluruh mata dan pada akhirnya dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Peningkatan
kejadian HZ pada pasien dengan diabetes membuat ancaman tambahan untuk fungsi visual
pasien ini.

Saat ini ada dua vaksin HZ yaitu vaksin hidup dilemahkan dan yang lainnya adalah vaksin
subunit HZ. Vaksin hidup yang dilemahkan telah menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar
70% pada orang dewasa dengan imunokompremise. Vaksin juga dapat mengurangi risiko HZ
sebesar 70% (95% CI: 54.1-80.6) dan 61% (95% CI: 51.1-69.1) pada individu yang
imunokompeten dengan range usia 50–59 tahun dan 60 tahun. Dalam studi kohort baru-baru
ini, efektivitas vaksin terhadap PHN pada tahun pertama setelah vaksinasi adalah 82,8%
(95% CI: 77,6–86,7), namun kemudian menurun secara bertahap seiring waktu menjadi
48,7% (95% CI: 30,2-62,3) setelah delapan tahun. Dalam studi kohort individu berusia 65
tahun, efektivitas vaksin terhadap PHN adalah 0,59 (95% CI: 0,21-0,79) dibandingkan
dengan non-vaksin.

Mengenai penggunaan vaksin HZ pada pasien diabetes, masih terdapat kekurangan informasi
tentang penggunaan subunit adjuvan vaksin inaktif pada individu DM, meskipun tidak
dikontraindikasikan pada populasi ini. Keamanan dan efektivitas vaksin yang dilemahkan
pada individu dengan diabetes telah diselidiki dalam beberapa penelitian. Efektivitas vaksin
yang dilemahkan tidak berbeda antara pasien dengan nefropati diabetik dan populasi umum.

6
Dalam dua penelitian skala kecil lainnya di Jepang, vaksin HZ yang dilemahkan secara
langsung aman untuk pasien diabetes dan meningkatkan kekebalan terhadap VZV.
Kesimpulan

Kesimpulannya, hasil dari tinjauan ini mendukung hipotesis bahwa diabetes dapat menjadi
faktor risiko independen untuk HZ. Rekomendasi vaksin saat ini menargetkan individu yang
berusia 60 tahun ke atas, tetapi pasien dengan diabetes juga dapat memperoleh manfaat dari
vaksinasi, khususnya karena peningkatan risiko terjadinya HZ dan konsekuensinya pada
kualitas hidup populasi yang rentan ini. Penelitian selanjutnya dilakukan untuk
mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai sifat hubungan antara HZ dan diabetes, dan
untuk menentukan apakah pasien harus dipertimbangkan sebagai populasi target untuk
pencegahan primer dengan vaksin HZ

Anda mungkin juga menyukai