Masalah-Masalah Terkait Pengobatan Diabetes Melitu
Masalah-Masalah Terkait Pengobatan Diabetes Melitu
Abstrak
Pengelolaan diabetes melitus tipe 2 (DMT2) yang kompleks memicu masalah-masalah yang menyebabkan
sasaran terapi tidak tercapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
dialami pasien DMT2 dalam pengobatan. Pendekatan kualitatif digunakan dalam desain penelitian ini.
Pengumpulan data melalui wawancara semiterstruktur, bertatap muka. Rekrutmen partisipan dilakukan
di poliklinik penyakit dalam rumah sakit di Yogyakarta (RSUD Sleman, RS Bethesda, dan RSUD Wates)
pada bulan November 2015–Mei 2016. Kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup diterapkan untuk
memperoleh jawaban dari partisipan. Pertanyaan-pertanyaan wawancara terkait dengan pemahaman
tentang penyakit dan obat, aktivitas perawatan diri diabetes, komunikasi dengan tenaga kesehatan,
dukungan sosial, dan kondisi psikologis. Setiap sesi wawancara direkam audio, ditranskrip verbatim,
dan dianalisis menggunakan matriks. Partisipan juga diperiksa kadar HbA1c untuk mengetahui baik-
buruknya kontrol glikemik. Dua puluh tiga partisipan memenuhi sesi wawancara, berusia antara 35–
72 tahun dan didominasi perempuan (n=12). Kadar HbA1c rata-rata 7,9±2,0 %. Hasil analisis data
teridentifikasi masalah pasien DMT2 dikategorikan menjadi masalah terkait faktor demografi, sosial,
gaya hidup, hubungan dengan tenaga kesehatan, pemahaman mengenai penyakit, efek penyakit,
pengendalian penyakit, komorbiditas, pengetahuan tentang pengobatan, dan asupan obat. Pemberian
edukasi dan konseling kefarmasian sebaiknya tidak hanya berorientasi pada terapi farmakologi saja,
namun juga memberikan motivasi pada pasien untuk mengubah perilaku, serta mempertimbangkan
faktor psikologis dalam pengelolaan DMT2.
Kata kunci: Diabetes melitus, edukasi, konseling, masalah terkait pengobatan, wawancara
26
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
27
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
Patuh
Pengetahuan
Keterangan:
baik
Tidak patuh • Patuh-tidaknya pasien dalam menggunakan obat diidentifikasi dari informasi
Kadar glukosa darah terkait dengan frekuensi tidak minum obat atau tidak suntik insulin dalam satu
terkontrol bulan terakhir.
Patuh Pengetahuan
buruk • Baik-buruknya pengetahuan pasien tentang obat diidentifikasi dari bisa-
tidaknya pasien menyebutkan dengan benar nama atau identitas obat yang
Tidak patuh
sedang digunakan, fungsi obat, efek yang diharapkan dan tidak diharapkan,
cara penggunaan, tempat penyimpanan, pengalaman menggunakan obat/obat
Patuh Pengetahuan tradisional.
baik
Tidak patuh • Baik-buruknya pengetahuan pasien tentang penyakit dipastikan dari penjelasan
Kadar glukosa darah
tidak terkontrol pasien tentang penyebab dan gejala penyakit, sifat penyakit, kadar glukosa
darah normal, komplikasi DM, penyakit penyerta, pengelolaan penyakit
Patuh
Pengetahuan termasuk kebiasaan olahraga, diet, pemeriksaan kadar glukosa darah,
buruk pemeriksaan kaki sendiri, kondisi pengelihatan.
Tidak patuh
muka langsung dengan informan. Seluruh Kriteria inklusi partisipan adalah pasien
percakapan direkam dengan menggunakan rawat jalan yang didiagnosis dokter DMT2
alat perekam suara atas persetujuan partisipan. (tertulis dalam rekam medik) yang berkunjung
Respon nonverbal (seperti tersenyum, tertawa, di poliklinik penyakit dalam; berusia 18 tahun
terlihat sedih, merasa marah, ragu-ragu) yang atau lebih; mendapatkan terapi antidiabetes
muncul selama wawancara dicatat apabila oral (ADO) saja, insulin saja, atau kombinasi
perlu. Penulisan naskah publikasi penelitian keduanya; bersedia untuk mengikuti penelitian
ini mengacu pada Standards for Reporting dengan menandatangani lembar persetujuan.
Qualitative Research (SRQR).17 Pasien-pasien yang mengalami gangguan
pada fungsi pendengaran, tidak mampu diajak
Tempat dan subjek penelitian berkomunikasi, pikun, dan tidak memenuhi
Rekrutmen partisipan dilakukan di rumah sesi wawancara dieksklusi.
sakit umum yang terletak di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) yang merupakan provinsi Instrumen penelitian
dengan prevalensi penderita DM tertinggi di Pedoman wawancara semiterstruktur
Indonesia.18 Rumah sakit pertama yang dipilih digunakan untuk mengumpulkan data (Tabel
yaitu RSUD Sleman yang merupakan rumah 1). Pengembangan panduan wawancara ini
sakit milik pemerintah daerah kabupaten mulanya dilakukan dengan proses pencarian
yang berpenduduk terbanyak se-provinsi.19 referensi secara komprehensif dari pustaka
Kedua, RSUD Wates yang mewakili daerah maupun penelitian-penelitian terdahulu.9,21–30
rural. Ketiga, RS Bethesda yang terletak di Partisipan tidak mengalami kesulitan ketika
kawasan strategis pusat Kota Yogyakarta. menjawab pertanyaan dalam sesi wawancara
Rumah sakit-rumah sakit tersebut merupakan karena menggunakan bahasa yang sederhana
fasilitas layanan kesehatan sekunder tipe B, dan mudah dimengerti tanpa menggunakan
memiliki pelayanan spesialis penyakit dalam, istilah-istilah medis. Pertanyaan terbuka
dan terakreditasi paripurna. Pengambilan data dan tertutup digunakan untuk memperoleh
dilakukan pada tahun 2015–2016. jawaban dari partisipan. Probing dilakukan
Partisipan dipilih secara purposive dengan untuk memperoleh keterangan secara lebih
teknik sampling variasi maksimum (Gambar mendalam dari respon partisipan terhadap
1) untuk memperoleh keragaman informan.20 suatu pertanyaan. Pertanyaan wawancara
28
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
29
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
• Dieksklusi (n = 3)
• Baru terdiagnosis (n = 1)
Pemeriksaan HbA1c
(n = 23) HbA1c = Hemoglobin terglikosilasi
Baik Buruk
(n = 12) (n = 11)
Hilang kontak (n = 1)
Analisis (n = 9)
30
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
31
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
32
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
ASUPAN OBAT
PENGETAHUAN TENTANG • Jumlah obat
PENGOBATAN • Kemudahan penggunaan
• Pengetahuan tentang obat obat
Melupakan minum obat/ PEMAHAMAN TENTANG
• Pengetahuan tentang nama obat dan dosis •
saya minum. Soalnya kalau minum itu dari Badan Kependudukan dan Keluarga
kakinya bengkak.” (perempuan, 35 tahun, Berencana Nasional (BKKBN), khususnya di
#06) sarana logistik, melaporkan bahwa ia banyak
bergaul dengan tenaga kesehatan sehingga
Pada pasien dengan latar belakang pendidikan pengetahuan tentang obat diakuinya lebih baik.
yang mempelajari makhluk hidup diperoleh Hal itu menyebabkan persepsi penggunaan
jawaban lebih rinci mengenai pengetahuan obat herbal tidak aman.
tentang penyakitnya.
“Saya seperti herbal-herbal itu kan tidak
“Yang saya tahu, gangguan pada uji klinik, saya takut. [kalau obat yang
manajemen gula karena faktor insulin bisa diberikan dokter?] Nah, itu saya tahu
atau reseptor insulin bisa dari seluruh (teruji klinik). Soalnya saya sejak kecil
jaringan, seluruh sel yang ada, seluruh (awal) memang (bekerja) di BKKBN di
sistem yang ada, seluruh kelenjar yang bagian logistiknya. Saya kan pimpinan di
ada kalau sudah degenerasi kemudian sarana di tingkat kabupaten. Jadi obat-
sampai pada poin yang tersulit untuk obatan harus melalui saya. Saya tahu
menggantikannya seperti ini coba, kalau sedikit-sedikit (tentang) obat. Teman
insulin saya itu sampai pada batas yang dokter banyak. Di samping itu, istri saya
sangat rendah otomatis kan kita depend bidan, jadi saya kalau mau beli obat ini
on insulin. Kalau sudah seperti itu, apa baca-baca (rincian tentang produk obat)
daya kita? Coba kalau memang ada jadi saya ketakutan sendiri, lah.” (laki-laki,
metode yang bisa me-refresh sel-sel beta, 66 tahun, #12)
semuanya kembali normal.” (pendidikan
sarjana biologi, laki-laki, 52 tahun, #05) Pernyataan selanjutnya mengimplikasikan
bahwa pemahaman pasien mengenai kadar
Salah satu partisipan merupakan pensiunan glukosa darah rendah dan tinggi sangat
33
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
penting, agar dapat menginterpretasikan hasil “…saya berpikir yang namanya hidup
pemeriksaan glukosa darah mandiri. Hal mati itu Tuhan yang ngatur, tapi kalau kita
tersebut berguna dalam pengaturan diri terkait bisa katakanlah mengikuti aturan main
dengan jumlah dan jenis makanan, olahraga, yang diciptakan Tuhan kenapa enggak?
maupun untuk mengetahui efektivitas obat Termasuk kalau terpaksa harus minum
atau insulin. obat, ngapain kita nggak minum obat?
nggak minum obat nyatanya gulanya
“Saya kalau (glukosa darah) puasa langsung naik. Ngapain kita enggak suntik
harusnya 100 kurang dikit, tapi (hasil insulin, pada saat kita depend on insulin,
pemeriksaan) 100 lebih sedikit. Berarti kalau enggak ada insulin ya kita klenger
pola makan saya masih kebanyakan. sendiri kan.” (laki-laki, 52 tahun, #05)
Terus nanti (setelah makan) minum obat
(diperiksa kadar glukosa darah 2 jam Kebiasaan yang terdapat dalam suatu
sesudah makan) harusnya 150 ke bawah, masyarakat menjadikan pengalaman masa
(hasil pemeriksaan) saya 132. Pernah lalu sebagai acuan memahami karakteristik
saya tidak minum obat, saya kebetulan di penyakit maupun menentukan sikap dan
pesta ada minuman makanan yang enak- tindakan, termasuk implementasi pengaturan
enak lah ya, ada es ada lain-lain manis- makan.
manis semua. Terus sampai rumah cek, Manusia sebagai makhluk sosial tidak
lho kok 218. Terus saya minum obat, turun dapat lepas dari lingkungan. Dalam kehidupan
cepat.” (laki-laki, 66 tahun, #12) bermasyarakat, sering terjadi hal-hal di luar
harapan yang memicu terjadinya stres.
Faktor terkait kondisi klinik
Persepsi seseorang tentang penyakit DM “… di samping itu pikiran. nah itu kuncinya,
tergantung pada pengalaman yang pernah jadi makanya saya kemarin ngurus pemilu
dialami sendiri atau penderita lain. Pasien DM itu saya didaftar masuk KPPS. Dulu kan
cenderung menganggap bahwa penyakitnya saya di tingkat kecamatan, PPPK. Terus
bukan merupakan penyakit yang parah panwas, tapi sekarang saya mundur soalnya
karena tidak mengharuskan mereka terbaring saya tidak mau terlalu beban berat. Itu di
sepanjang waktu selayaknya orang sakit. antaranya, jadi pikiran harus santai, itu
memengaruhi (gula darah).” (laki-laki, 66
“Penyakit ini termasuk ringan, ada yang tahun, #12)
lebih parah. Kalau ibu ini gula kering.
Kalau gula basah itu misalnya ada luka Faktor terkait obat
kebacok atau kesandung, lama sembuh Pemahaman pasien mengenai mekanisme
ndak bisa sembuh. Seperti temen saya itu kerja obat yang sedang dikonsumsi berpengaruh
sampe dipotong kakinya.” (perempuan, pada perilaku patuh terhadap setiap rejimen
pendidikan Sekolah Dasar, 62 tahun, #43) terapi.
Pasien dengan durasi DM lebih lama cenderung “Kalau acarbose eclid itu pada suapan
telah dapat menerima kondisi penyakitnya. pertama, dia harus segera bekerja
Berbeda dengan pasien yang baru terdiagnosis mengendalikan substansi karbohidrat yang
harus melalui tahap penyangkalan (denial), ada supaya nanti tidak segera pecah. Pelan-
marah (anger), menawar (bargaining), dan pelan. Kemudian kalau metformin sehabis
depresi. makan. Itu yang disarankan begitu. Kalau
34
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
metformin tiga kali, tapi saya tergantung dalam mengendalikan konsumsi makanan
makan. Jadi kadang-kadang posisi sibuk sehari-hari, seperti karbohidrat, lemak maupun
nggak mungkin makan tiga kali ya sudah protein, kecuali telah terindikasi mengalami
dua kali, ambil posisi itu, begitu.” (laki- kondisi klinis tertentu.
laki, 52 tahun, #05)
“Iya, saya diet. Tapi diet saya tidak terlalu
Anggapan bahwa obat herbal bebas efek ini (ketat), mengurangi saja. Jadi misalnya
samping mendasari masyarakat yang masih nasi tuh saya makan sedikit. Kemudian
menggunakan bahan alam untuk mengobati santan-santan tuh memang perut saya
penyakit. sudah tidak menerima gitu. Daging-daging
juga sudah tidak (makan). Tahu, tempe
“Saya coba pake daun insulin, itu katanya saya tidak makan. Tahu, tempe, kacang-
bagus. Ya memang bagus, itu cuman apa kacangan hanya kalau pingin sekali ya
ya? Lama-lama tu kok rasanya bosen gitu. nyoba aja. Karena kreatinnya tinggi jadi
Banyak kok yang nanem-nanem daun-daun saya mengurangi.” (perempuan, 66 tahun,
itu buat obat.” (perempuan, 62 tahun, #43) #11)
Pasien DMT2 dengan durasi penyakit lama Salah satu perilaku yang sering dilakukan
telah membuktikan bahwa olahraga efektif oleh pasien saat menggunakan obat adalah
menjaga kadar glukosa darah pada kisaran lupa, baik dilakukan secara sengaja maupun
normal. Namun, terlalu sibuk dengan pekerjaan tidak.
menjadikan pasien merasa tidak memiliki
waktu dan kesempatan untuk berolahraga. “Pernah (lupa minum obat). Sering.
Umpamanya pagi yang glimepiride itu kan
“Empat bulan terakhir saya off. Jalan itu setengah jam sebelum makan, itu kadang
tidak intens karena waktu tadi, biasanya lebih dari setengah jam baru ingat makan.
kalau saya punya waktu, habis subuh Katanya kalau insulin nggak boleh kaya
biasanya saya (naik) sepeda 20 menit gitu. Saya takutnya itu loh. Kadang-kadang
selesai, tapi akhir-akhir ini sudah tidak belum minum obat tapi sudah makan.”
memungkinkan saya melakukan itu. Dan (perempuan, 54 tahun, #32)
mungkin ini yang memperparah kondisi
yang ada. Saya dulu waktu awal saya Kerjasama antara pasien dengan tenaga
kombinasi dengan sepeda wuuiiih langsung kesehatan dalam pengobatan DM diperlukan
turun (gula darah) ke sisi normal betul-betul untuk mencapai keberhasilan terapi.
normal. Rentang beberapa bulan sampai
saya menghentikan (naik) sepeda. Itu bagus “Mengapa dok, saya makai insulin kok
sebenernya. Gula yang ada pernah cukup nggak bisa turun-turun dari 200 dok?
rendah, 102 kalau ndak salah waktu puasa nyuntiknya udah 3 kali. Ya itu dokter, hanya
itu. Kemudian naik (gula 2 jam sesudah belum pas dengan dosisnya. Lha pasnya
makan) itu 136 waktu itu. Itu nyaman sekali berapa? Tambahi, nambah 2, 2, 2 (unit).
begitu nyaman sekali. Jadwal yang crowded Dulu pernah hanya dikasih 1 hari 1 kali,
sekali, kita akhirnya terdzolimi begitu.” kok tinggi dok? Pernah 2 kali, masih tinggi
(laki-laki, 52 tahun, #05) dok, akhirnya kembali 3 kali lagi, wah
gimana ini (jadi) kelinci percobaan.” (laki-
Pasien dengan DM sering mengalami kesulitan laki, 57 tahun, #02)
35
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
36
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
atau insulin.15 Pasien perlu selalu dimotivasi berdampak terhadap kualitas dan intensitas
dengan mengingatkan kembali pilar-pilar komunikasi efektif antara pasien dan tenaga
pengelolaan DMT2, tidak memandang durasi kesehatan.
penyakit agar kontrol glikemiknya terkendali. Temuan pasien DM cenderung menganggap
Hal ini didukung hasil studi Saleh dkk., makin bahwa penyakitnya bukan penyakit parah
lama durasi DM makin tinggi kadar HbA1c.41 karena tidak mengharuskan mereka terbaring
Peran anggota keluarga dalam pengelolaan sepanjang waktu selayaknya orang sakit.
DM tidak hanya melalui pemberian dukungan Persepsi bahwa penyakit yang diidap berasal
dalam bentuk perhatian yang positif, seperti dari Tuhan muncul pada pasien dengan durasi
memuji pelaksanaan diet atau berolahraga DM lebih lama. Seperti dilaporkan Permana
bersama, namun juga perilaku yang tidak dan Harbiyan, pasien DM muslim Jawa di
mendukung, yaitu seperti kritikan, omelan, Yogyakarta berkeyakinan bahwa menjaga
paksaan.42 Semakin banyak anggota keluarga ketenangan pikiran yaitu dengan cara selalu
yang tinggal bersama, besar kemungkinan mengingat Allah atau Tuhan dapat membantu
mendapatkan perhatian dalam hal aktivitas mempertahankan glukosa darah.44 Pasien baru
perawatan diri dan membantu pengobatan. terdiagnosis berpotensi mengalami tahap-
Oleh sebab itu, anggota keluarga terdekat tahap penyangkalan (denial), marah (anger),
dapat juga menjadi target edukasi agar dapat menawar (bargaining), dan depresi.45
berkolaborasi dalam menerapkan pola makan Riwayat keluarga merupakan salah satu
sehat, olahraga teratur, membantu pemantauan faktor risiko DM.46 Apabila ditemui pasien
glukosa darah mandiri dan interpretasinya, baru terdiagnosis, belum tentu mereka minim
mengelola stres, meminimalkan kemungkinan akan pengalaman yang berhubungan dengan
lupa menggunakan obat maupun lupa jadwal penyakit DM karena kebiasaan masyarakat
kontrol dokter.15 Pelaksanaan ritual ibadah menjadikan pengalaman masa lalu sebagai
(haji) berpotensi memengaruhi kepatuhan acuan dalam memahami suatu keadaan serta
terhadap pengobatan pasien karena aktivitas untuk menentukan sikap maupun tindakan.
fisik teratur, jumlah dan jenis makanan yang Kebiasaan untuk mengamati kondisi-kondisi
dikonsumsi terkontrol, kondisi psikis jauh tertentu terkait dengan penyakit digunakan
dari stres menyebabkan pasien merasa tidak penderita dalam pengelolaan diri sendiri.
mengalami masalah dengan penyakitnya.43 Kurangnya pemahaman mengenai hubungan
Olahraga menjadi sebuah masalah karena antara diet dengan penyakit menjadi sebuah
sebagian besar pasien DMT2 beranggapan hambatan kepatuhan terhadap pengaturan
bahwa rutinitas harian termasuk olahraga. Di makan. Penderita DM seringkali mengalami
samping itu, terdapat keragu-raguan pasien kesulitan dalam mengendalikan konsumsi
dalam memilih olahraga yang sesuai dengan karbohidrat, lemak, dan protein kecuali sudah
kondisi kesehatannya. Pasien cenderung terindikasi mengalami kondisi klinis tertentu.
menunjukkan sikap/perilaku makan yang Pasien DMT2 dengan durasi penyakit lama
membatasi dan menganggap bahwa kontrol diet telah membuktikan bahwa olahraga teratur
yang kaku merupakan satu-satunya cara diet efektif menjaga kadar glukosa darah pada
yang tepat. Tuntutan untuk mengikuti anjuran rentang normal. Namun demikian, kesibukan
gizi menjadikan mereka lebih rentan tidak yang menyita waktu juga menjadi hambatan.
melaporkan jenis makanan yang dikonsumsi. Selain itu, tantangan yang dialami pasien DM
Bertambahnya beban kerja tenaga kesehatan adalah mengelola kondisi psikologis. Hal ini
yang disebabkan jumlah pasien yang datang konsisten dengan hasil studi yang dilaporkan
ke fasilitas kesehatan meningkat pesat dapat Helgeson dkk. bahwa penderita DM yang
37
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
bekerja dan memiliki pendapatan yang lebih yang buruk dapat memicu peningkatan kadar
banyak lebih besar kemungkinan mengalami glukosa darah. Pasien DMT2 memerlukan
stres.47 Dalam kehidupan bermasyarakat, sering edukasi tentang komplikasi DM, efek samping
terjadi hal-hal yang memicu stres. obat, penggunaan obat herbal atau suplemen,
Ketidakpahaman akan dampak penurunan serta klarifikasi tentang mitos penggunaan
fungsi pankreas yang menyebabkan sekresi insulin.
insulin berkurang, yang lalu memperparah
kondisi resistensi insulin, menjadikan pasien Ucapan Terima Kasih
pengidap DM tidak memahami tujuan dari
pengobatan. Berkembangnya mitos bahwa Ungkapan terima kasih disampaikan kepada
tingkat keparahan penyakit ditandai dengan para pasien penelitian, rekan sejawat apoteker,
penggunaan insulin memicu pengidap DM dokter, serta perawat di rumah sakit tempat
menjadi malu ketika menggunakan insulin. penelitian.
Selain itu, kekhawatiran insulin menyebabkan
ketergantungan juga mengakibatkan mereka Pendanaan
enggan diterapi insulin.
Terdapat beberapa keterbatasan penelitian Penelitian ini merupakan sebagian dari
terkait dengan pengumpulan data. Pertama, hasil penelitian disertasi yang didanai oleh
sub-sub tema yang terbangun hanya terasa Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
dari perspektif pasien DMT2 saja. Triangulasi Tinggi Republik Indonesia melalui Beasiswa
dengan observasi aktivitas pengelolaan diri Unggulan Dalam Negeri (BUDN). Poster
pasien DMT2, wawancara mendalam dengan dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah
tenaga kesehatan, maupun diskusi kelompok Tahunan (PIT) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
terfokus perlu dilakukan untuk membangun 2019 di Bandung, 13–15 Maret 2019.
justifikasi tema-tema secara koheren, dengan
demikian hasil penelitian dapat menjadi lebih Konflik Kepentingan
valid.48 Kedua, masalah-masalah yang dialami
oleh pasien DMT2 yang teridentifikasi pada Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat
penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
pada kelompok demografi yang berbeda dari kepenulisan (authorship), dan atau publikasi
populasi penelitian ini. Ketiga, dalam proses artikel ini.
pengumpulan data ditemui partisipan yang
tidak memahami maksud pertanyaan dalam Daftar Pustaka
Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, kuesioner
versi Bahasa Jawa mungkin dapat divalidasi 1. Anna LK. Pengobatan diabetes habiskan 33
sebagai alat ukur. Kemungkinan lain adalah persen biaya kesehatan dari BPJS. Harian
mengeksklusi partisipan yang tidak mahir Kompas. [diunduh 09 September 2016].
berbahasa Indonesia. Tersedia dari: http://lifestyle.kompas.com/
read/2016/04/09/150000023/Pengobatan.
Simpulan Diabetes.Habiskan.33.Persen.Biaya.Kes
ehatan.dari.BPJS
Penelitian menyimpulkan bahwa penderita 2. Ali N. Diabetes and you: A comprehensive,
dengan durasi DM kurang dari lima tahun holistic approach. United Kingdom:
memeriksa kadar glukosa darah hanya pada Rowman & Littlefield Publisher, Inc.; 2011.
saat akan kontrol dokter. Kondisi psikologis 3. Rudianto A, Lindarto D, Decroli E,
38
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
39
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
40
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
31. Wiener ES, Mullins CD, Pincus KJ. Collab Res Intern Med Public Health.
A framework for pharmacist-assisted 2015;7(5):82–91.
medication adherence in hard-to-reach 39. Agrawal N, Agrawal MK, Kumari T,
patients. Res Soc Adm Pharm. 2015;11 Kumar S. Correlation between body
(5):595–601. doi: 10.1016/j.sapharm.201 mass index and blood glucose levels in
4.11.010 jharkhand population. Int J Contemp
32. Fusch PI, Ness LR. Are we there yet? Med Res. 2017;4(8):1633–6.
Data saturation in qualitative research. 40. American Diabetes Association. Obesity
Qual Rep. 2015;20(9):1408–16. management for the treatment of type 2
33. Al Hamid AM, Ghaleb M, Aljadhey H, diabetes. In: Diabetes Care. American
Aslanpour Z. Factors contributing to Diabetes Association; 2016.
medicine-related problems in adult patients 41. Saleh F, Ara F, Afnan F. Assessment of
with diabetes and/or cardiovascular gap between knowledge and practices
diseases in Saudi Arabia: A qualitative among type 2 diabetes mellitus patients
study. BMJ Open. 2017;7(11):e017664. at a tertiary-care hospital in Bangladesh.
doi: 10.1136/bmjopen-2017-017664 Adv Public Health. 2016;2016:1–7. doi:
34. Ahmad NS, Islahudin F, Paraidathathu T. 10.1155/2016/4928981
Factors associated with good glycemic 42. Mayberry LS, Osborn CY. Family support,
control among patients with type 2 medication adherence, and glycemic
diabetes mellitus. J Diabetes Investig. control among adults with type 2 diabetes.
2014;5(5):563–9. doi: 10.1111/jdi.12175 Diabetes Care. 2012;35(6):1239–45. doi:
35. D’Antoni D, Smith L, Auyeung V, 10.2337/dc11-2103
Weinman J. Psychosocial and demographic 43. Wahyuningrum R, Wahyono D, Mustofa
predictors of adherence and non-adherence M, Prabandari YS. A qualitative study
to health advice accompanying air quality discovering the common medication-
warning systems: A systematic review. therapy problems in patients with type
Environ Health. 2017;16(1):100. doi: 10. 2 diabetes mellitus (T2DM) in Asian J
1186/s12940-017-0307-4 Pharm Clin Res. 2017;10(7):246. doi: 10.
36. Zou W, Ni L, Lu Q, Zou C, Zhao M, Xu 22159/ajpcr.2017.v10i7.18217
X, et al. Diabetes onset at 31–45 years of 44. Permana I, Harbiyan MT. How Javanese
age is associated with an increased risk muslim with diabetes in Yogyakarta
of diabetic retinopathy in type 2 diabetes. managing the daily self-care activity. Int J
Sci Rep. 2016;6(1):38113. doi: 10.1038/ Public Health Sci. 2015;4(4):241–9. doi:
srep38113 10.13140/RG.2.1.1766.2960
37. Pradono J, Sulistyowati N. (Correlation 45. Kalra S, Jena B, Yeravdekar R. Emotional
between education level, knowledge of and psychological needs of people with
environmental health, healthy behavior diabetes. Indian J Endocrinol Metab.
with health status) correlation study on 2018;22(5):696–704. doi: 10.4103/ijem.I
people aged 10–24 in Jakarta Pusat. Bul JEM_579_17
Penelit Sist Kesehat. 2014;17(1):89–95. 46. Zhao Y, Song C, Ma X, Ma X, Wang Q, Ji
doi: 10.22435/bpsk.v17i1Jan.3579 H, et al. Synergistic effect of family history
38. Shrestha N, Yadav SB, Joshi AM, Patel of diabetes and dietary habits on the risk
BDP, Shrestha J, Bharkher DL. Diabetes of type 2 diabetes in Central China. Int J
knowledge and associated factors among Endocrinol. 2017;2017:9707284. doi: 10.
diabetes patients in central Nepal. Int J 1155/2017/9707284
41
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 9, Nomor 1, Maret 2020
47. Helgeson VS, Van Vleet M, Zajdel M. 48. Creswell JW. Research design: Qualitative,
Diabetes stress and health: Is aging a quantitative, and mixed methods
strength or a vulnerability? J Behav Med. approaches, 3rd Edition. Thousand Oaks
2019(Nov):31728816. doi: 10.1007/s108 California: Sage Publications; 2009.
65-019-00106-4
© 2020 Wahyuningrum et al. The full terms of this license incorporate the Creative Common Attribution-Non Commercial License (https://
creative commons.org/licenses/by-nc/4.0/). By accessing the work you hereby accept the terms. Non-commercial use of the work are permitted
without any further permission, provided the work is properly attributed.
42