Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KELAS SEKOLAH DASAR

MAKALAH

PENCIPTAAN IKLIM KELAS

(tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Kelas SD)

Dosen Pengampu : Berta Apriza, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

ALVINA SHERLY ALYUSMA NPM : 1986206006

WINDA NURUL CHOIRIAH NPM : 1986206081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI

LAMPUNG UTARA

2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang setinggi-tingginya kami persembahkan kehadirat Tuhan


Allah SWT. Atas limpahan rahmat-Nya kami diberi kesehatan untuk menyelesaikan
tugas Makalah Mata Kuliah Manajemen Kelas SD. Terimakasih yang sedalam-
dalamnya kami ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan karya
tulis sederhana ini.

Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Kelas Sekolah Dasar. Adapun tujuan dari tugas ini untuk mengekspresikan rasa hati
dan pikiran dengan menyusun Makalah ini semoga bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Akhirnya, tiada satupun yang sempurna. Begitu pula dengan Makalah ini.
Kepada semua pihak, kami harap kritik dan saran yang mendukung bagi
kesempurnaan Makalah ini yang selalu kami nantikan. Terimakasih.

Kotabumi, 27 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4

Latar Belakang .............................................................................................................. 4


Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
Tujuan Masalah............................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN PENGELOLAAN KELAS ............................................... 5

A. Pengertian Iklim Belajar ........................................................................................... 5


B. Pengaturan Kondisi Kelas dan Iklim Belajar ........................................................... 6
C. Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Belajar Yang Kondusif.................. 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14

A. Kesimpulan................................................................................................................ 14

B. Saran ......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah segala
usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar
menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
baik sesuai dengan kemampuan.

Dengan kata lain pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur segala hal
dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang
kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang
intensif dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak
efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif.

Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas
sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar
terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari iklim belajar ?
2) Bagaimana mengelola pengaturan kondisi kelas dan iklim belajar ?
3) Kondisi yang mempengaruhi penciptaan klim belajar yang kondusif ?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari iklim belajar.
2) Untuk mengetahui bagaimana mengelola pengaturan kondisi kelas dan iklim
belajar.
3) Untuk mengetahui kondisi yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang
kondusif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iklim Belajar

Ada beberapa istilah yang kadang-kadang digunakan secara bergantian dengan kata
climate, yang diterjemahkan dengan iklim, seperti feel, atmosphere, tone, dan
environment.  Dalam konteks ini, istilah iklim kelas digunakan untuk mewakili kata-kata
tersebut di atas dan kata-kata lain seperti learning environment, group climate dan
classroom environment.

Bloom (1964) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari
luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta
didik.   Hoy dan Forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim kelas adalah organisasi sosial
informal dan aktivitas guru kelas yang secara spontan mempengaruhi tingkah laku.

Di samping itu, Hoy dan Miskell (1982) mengatakan bahwa iklim merupakan kualitas
dari lingkungan (kelas) yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi
tingkah laku, dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka.  Selanjutnya, Hoy
dan Miskell (1982) menambahkan bahwa istilah  iklim  seperti halnya  kepribadian pada
manusia.  Artinya, masing-masing kelas mempunyai ciri (kepribadian) yang tidak sama
dengan kelas-kelas yang lain, meskipun kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau
arsitektur yang sama.  Moos (1979) juga menambahkan bahwa iklim kelas seperti halnya
manusia, ada yang sangat berorientasi pada  tugas, demokratis, formal, terbuka, atau
tertutup.

Dengan berdasar pada beberapa pengertian iklim dan atau iklim kelas di atas, maka
dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan
antara guru dan peserta didik atau hubungan antarpeserta didik yang menjadi ciri khusus
dari kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar.  Situasi di sini dapat dipahami
sebagai beberapa skala (scales) yang dikemukakan oleh  beberapa ahli dengan istilah
seperti kekompakan (cohesiveness), kepuasan (satisfaction), kecepatan (speed), formalitas
(formality), kesulitan (difficulty), dan demokrasi (democracy) dari kelas.

B. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar

Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan


kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi
kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk
terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan
dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa
setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa
yang mampu dan mau dilakukannya.

Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan 6 cara sebagai berikut :

 Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif


 Penataan ruang belajar sebagai sentra belajar
 Penciptaan atmosfir belajar yang kondusif
 Penetapan strategi pembelajaran dan
 Pemanfaatan media dan sumber belajar
 Penilaian hasil belajar

1) Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif

Lingkungan fisik di kelas meliputi pengaturan ruang belajar yang didesain


sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenagkan dan dapat
menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik. Seperti pengaturan
meja, kursi, lemari, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya siswa yang
berprestasi, alat-alat peraga, media pembelajaran dan jika perlu di iringi dengan
nuansa musik yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan atau nuansa musik
yang dapat membangun gairah belajar siswa.

Design ruang kelas yang baik dimaksudkan untuk menanamkan, menumbuhkan,


dan memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Dengan
ruang kelas yang baik, para siswa dapat berkomunikasi secara bebas, saling
menghormati dan menghargai pendapat masing-masing.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan
fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu :

 Visibility (Keleluasaan Pandangan)


Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak
mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang
guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat
memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.

 Accesibility (mudah dicapai)


Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil
barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar
tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak
dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.

 Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang
perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja
kelompok.

 Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan
kepadatan kelas.

 Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang
menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan
menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

2) Penataan ruang belajar sebagai sentra belajar


Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk
bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan
memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal
berikut perlu diperhatikan yaitu :

 Ukuran bentuk kelas


 Bentuk serta ukuran bangku dan meja
 Jumlah siswa dalam kelas
 Jumlah siswa dalam setiap kelompok
 Jumlah kelompok dalam kelas

Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai,
pria dan wanita). Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh
siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah
formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat
duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat
panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan
dapat belajar dengan tenang.

Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa
tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang
digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu
siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri.
Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat
memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa

3) Pengaturan meja-kursi

Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling


berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk
melakukan aktivitas belajar. Meja-kursi juga hendaknya dapat digerakkan,
dipindahkan, dan disusun secara fleksibel. Beri keleluasaan siswa mengatur sendiri
atau memilih meja-kursinya masing-masing. Berikut dikemukakan beberapa bentuk
penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan
interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran.
 Model huruf U

Model susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai tujuan.


Dalam model ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan membaca, dapat
melihat guru atau media visual dengan mudah, dan memungkinkan mereka bisa
saling berhadapan langsung.

 Model Corak Tim

Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di


ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap
tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja
guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar
menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis.

 Model Meja Konferensi

Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi
dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.

 Model Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran
sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model
lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.

 Model Fishbowl

Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untuk menyusun


permainan peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas kelompok. Susunan yang
paling khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran kursi. Guru juga dapat
meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi
luar.

 Model Breakout groupings

Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja
dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan aktivitas
belajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan
kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu.

4) Pemajangan gambar dan warna

Pemajangan gambar dan pemilihan warna perlu mempertimbangkan saran-saran


berikut.

 Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan pajangan-pajangan yang


dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat gambar, poster,
motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh tertentu, untuk dipilih dan
dipajang dalam kelas.
 Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan isi poster afirmasi yang sama,
guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau poster-poster tersebut.
 Guna mengoptimalkan penataan ruang, maka hasil-hasil pekerjaan siswa
sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. karya-karya terpilih siswa
yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan praise yang dapat memotivasi
siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.

5) Ventilasi dan pengaturan cahaya

Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah
ada) adalah aset penting untuk terciptamya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena
itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.

6) Pengaturan penyimpanan barang-barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai


kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-
barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti
buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya, hendaknya
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa.Tentu
saja masalah pemeliharaan juga sangat penting dan secara periodik harus dicek dan
recek. Hal lainnya adalah pengamanan barang-barang tersebut. Baik dari pencurian
maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah kebersihan dan
kerapihan. Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam membuat keputusan
mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.

C. Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Belajar Yang Kondusif

Lingkungan sistem pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat memperlancar


proses belajar mengajar dikelas seperti : Kompetensi dan kreativitas guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran, penggunaan metode dan strategi belajar yang
bervariasi, pengaturan waktu dalam proses belajar mengajar dan pengunaan media dan
sumber pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta penentuan evaluasi
untuk mengukur hasil belajar siswa. Keselurahan aspek yang dijelaskan di atas didesain
sedemikian rupa dalam proses pembelajaran.

Yang menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfir/iklim belajar yang kondusif


adalah penciptaan suasana pembelajaran yaitu :

1) Menyenangkan dan mengasyikkan

Menyenangkan dan mengasyikkan terkait dengan aspek afektif perasaan. Guru


harus berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru hendaknya dapat mengundang
dan mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang disukai dan menantang
siswa untuk berkreasi secara aktif. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi
pembelajaran yang kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan
baik oleh guru. Untuk keperluan itu guru-guru dilatih beberapa sikap antara lain :

 Bersikap ramah
 Membiasakan diri selalu tersenyum
 Berkomunikasi dengan santun dan patut
 Adil terhadap semua siswa
 Senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
 Menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik yang
dekat dengan kehidupan siswa.
2) Mencerdaskan dan menguatkan

Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan juga dengan
kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Tidak kalah pentingnya adalah
bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata pelajaran
sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan utama
dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karena itu, guru dilatih
untuk :

 Memilih tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir,
melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
 Teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran,
karena jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang
diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian anak” yang menguatkan mereka
sebagai pembelajar.
 Memberikan pemahaman yang cukup akan pentingnya memberikan keleluasaan
bagi siswa dalam proses pembelajaran.
 Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak
akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti
rasa bersalah.

Beberapa praktik penciptaan atmosfir / iklim belajar yang baik (good


practice) dikemukakan berikut ini yaitu :

 Sebelum memulai pelajaran, dengan sikap yang ramah dan penuh senyuman guru
menyapa beberapa orang siswa dan menanyakan mengenai keadaan dan kesiapan
masing-masing siswa untuk belajar. Bahkan ada guru yang membuka pelajaran
diawali dengan nyanyian pendek dan selanjutnya menugaskan seseorang siswa
melanjutkan lagu tersebut.
 Di awal pelajaran, guru membiasakan siswa untuk berdoa secara bersama agar
Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan dalam memahami
pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak lupa memberikan pencerahan-pencerahan
rohani kepada para siswa agar mereka senantiasa saling menghormati dan
menghargai, kejujuran dan tanggung jawab bagi setiap tugas yang diberikan.
 Selama proses pembelajaran berlangsung, guru senantiasa mengembangkan bentuk
komunikasi yang efektif, agar siswa dapat bertanya atau mengemukakan pendapat
dalam suasana yang menyenangkan dan merasa tidak tertekan, tidak takut atau
merasa bersalah.

3) Menghidupkan dan memberikan kebebasan

Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan


pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan
mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan kegiatan-
kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi
kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau
dilakukannya.

Prakarsa anak untuk belajar (the will to learn) akan mati bila kepadanya
dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar,
sebagaimana ditemukan dalam paradigma behavioristik. Banyaknya aturan yang
seringkali dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak-anak
selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa bersalah. Lebih jauh lagi, anak-
anak akan kehilangan kebebasan berbuat dan melakukan kontrol diri (Kontrol diri,
dalam hal ini, bisa menjadi modal awal penumbuhan penghargaan pada keragaman).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengelolaan kelas yang dapat mendukung terciptanya atmosfir belajar yang kondusif
yaitu: kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, keluesan, penekananan pada
hal-hal yang positif, dan penanaman disiplin. Iklim kelas yang dapat mendorong proses
pembelajaran yang efektif, yaitu: menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan,
menguatkan, menghidupkan, dan memberi kebebasan.

B. Saran

Atmosfir atau iklim yang tercipta dalam interaksi belajar mengajar di kelas
memegang peranan penting dalam menstimulasi dan mempertahankan keterlibatan siswa
dalam belajar. Karena itu, guru perlu menciptakan iklim belajar yang dapat
membangkitkan komunikasi dan interaksi dalam kelas sehingga tujuan pembel¬ajaran
tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ratna Sari, Juliyana. “Pengaruh Iklim Kelas dan Lingkungan Keluarga Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata
Pelajaran Kompetensi Kejujuran Administrasi Perkantoran Di SMK PGRI 2
Salatiga”. Skripsi, Semarang: Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi, 2013.

Priyatna, Hadinata. “Konstribusi Iklim Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa


SMA”. Jurnal Universitas Gunadarma, No. 4 / Vol. 1. September 2007.

Mustafida, Fita. “Strategi Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif di SD/MI”, Jurnal
Vicratina, Vol 01, No 2 Tahun 2017.

http://pecintamakalah.blogspot.com/2017/02/pengaturan-kondisi-kelas-dan-iklim.html

https://nikhaastria.wordpress.com/2010/05/25/penciptaan-iklim-belajar/.

Anda mungkin juga menyukai