MAKALAH
(tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Kelas SD)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
LAMPUNG UTARA
2020
KATA PENGANTAR
Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Kelas Sekolah Dasar. Adapun tujuan dari tugas ini untuk mengekspresikan rasa hati
dan pikiran dengan menyusun Makalah ini semoga bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Akhirnya, tiada satupun yang sempurna. Begitu pula dengan Makalah ini.
Kepada semua pihak, kami harap kritik dan saran yang mendukung bagi
kesempurnaan Makalah ini yang selalu kami nantikan. Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................... 1
A. Kesimpulan................................................................................................................ 14
B. Saran ......................................................................................................................... 14
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah segala
usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar
menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
baik sesuai dengan kemampuan.
Dengan kata lain pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur segala hal
dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang
kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang
intensif dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak
efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif.
Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas
sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar
terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari iklim belajar ?
2) Bagaimana mengelola pengaturan kondisi kelas dan iklim belajar ?
3) Kondisi yang mempengaruhi penciptaan klim belajar yang kondusif ?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari iklim belajar.
2) Untuk mengetahui bagaimana mengelola pengaturan kondisi kelas dan iklim
belajar.
3) Untuk mengetahui kondisi yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang
kondusif
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa istilah yang kadang-kadang digunakan secara bergantian dengan kata
climate, yang diterjemahkan dengan iklim, seperti feel, atmosphere, tone, dan
environment. Dalam konteks ini, istilah iklim kelas digunakan untuk mewakili kata-kata
tersebut di atas dan kata-kata lain seperti learning environment, group climate dan
classroom environment.
Bloom (1964) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari
luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta
didik. Hoy dan Forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim kelas adalah organisasi sosial
informal dan aktivitas guru kelas yang secara spontan mempengaruhi tingkah laku.
Di samping itu, Hoy dan Miskell (1982) mengatakan bahwa iklim merupakan kualitas
dari lingkungan (kelas) yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi
tingkah laku, dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka. Selanjutnya, Hoy
dan Miskell (1982) menambahkan bahwa istilah iklim seperti halnya kepribadian pada
manusia. Artinya, masing-masing kelas mempunyai ciri (kepribadian) yang tidak sama
dengan kelas-kelas yang lain, meskipun kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau
arsitektur yang sama. Moos (1979) juga menambahkan bahwa iklim kelas seperti halnya
manusia, ada yang sangat berorientasi pada tugas, demokratis, formal, terbuka, atau
tertutup.
Dengan berdasar pada beberapa pengertian iklim dan atau iklim kelas di atas, maka
dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan
antara guru dan peserta didik atau hubungan antarpeserta didik yang menjadi ciri khusus
dari kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar. Situasi di sini dapat dipahami
sebagai beberapa skala (scales) yang dikemukakan oleh beberapa ahli dengan istilah
seperti kekompakan (cohesiveness), kepuasan (satisfaction), kecepatan (speed), formalitas
(formality), kesulitan (difficulty), dan demokrasi (democracy) dari kelas.
Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan 6 cara sebagai berikut :
Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang
perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja
kelompok.
Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan
kepadatan kelas.
Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang
menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan
menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai,
pria dan wanita). Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh
siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah
formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat
duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat
panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan
dapat belajar dengan tenang.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa
tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang
digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu
siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri.
Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat
memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa
3) Pengaturan meja-kursi
Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi
dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.
Model Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran
sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model
lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.
Model Fishbowl
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja
dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan aktivitas
belajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan
kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu.
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah
ada) adalah aset penting untuk terciptamya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena
itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
Bersikap ramah
Membiasakan diri selalu tersenyum
Berkomunikasi dengan santun dan patut
Adil terhadap semua siswa
Senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
Menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik yang
dekat dengan kehidupan siswa.
2) Mencerdaskan dan menguatkan
Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan juga dengan
kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Tidak kalah pentingnya adalah
bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata pelajaran
sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan utama
dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karena itu, guru dilatih
untuk :
Memilih tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir,
melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
Teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran,
karena jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang
diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian anak” yang menguatkan mereka
sebagai pembelajar.
Memberikan pemahaman yang cukup akan pentingnya memberikan keleluasaan
bagi siswa dalam proses pembelajaran.
Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak
akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti
rasa bersalah.
Sebelum memulai pelajaran, dengan sikap yang ramah dan penuh senyuman guru
menyapa beberapa orang siswa dan menanyakan mengenai keadaan dan kesiapan
masing-masing siswa untuk belajar. Bahkan ada guru yang membuka pelajaran
diawali dengan nyanyian pendek dan selanjutnya menugaskan seseorang siswa
melanjutkan lagu tersebut.
Di awal pelajaran, guru membiasakan siswa untuk berdoa secara bersama agar
Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan dalam memahami
pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak lupa memberikan pencerahan-pencerahan
rohani kepada para siswa agar mereka senantiasa saling menghormati dan
menghargai, kejujuran dan tanggung jawab bagi setiap tugas yang diberikan.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru senantiasa mengembangkan bentuk
komunikasi yang efektif, agar siswa dapat bertanya atau mengemukakan pendapat
dalam suasana yang menyenangkan dan merasa tidak tertekan, tidak takut atau
merasa bersalah.
Prakarsa anak untuk belajar (the will to learn) akan mati bila kepadanya
dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar,
sebagaimana ditemukan dalam paradigma behavioristik. Banyaknya aturan yang
seringkali dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak-anak
selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa bersalah. Lebih jauh lagi, anak-
anak akan kehilangan kebebasan berbuat dan melakukan kontrol diri (Kontrol diri,
dalam hal ini, bisa menjadi modal awal penumbuhan penghargaan pada keragaman).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan kelas yang dapat mendukung terciptanya atmosfir belajar yang kondusif
yaitu: kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, keluesan, penekananan pada
hal-hal yang positif, dan penanaman disiplin. Iklim kelas yang dapat mendorong proses
pembelajaran yang efektif, yaitu: menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan,
menguatkan, menghidupkan, dan memberi kebebasan.
B. Saran
Atmosfir atau iklim yang tercipta dalam interaksi belajar mengajar di kelas
memegang peranan penting dalam menstimulasi dan mempertahankan keterlibatan siswa
dalam belajar. Karena itu, guru perlu menciptakan iklim belajar yang dapat
membangkitkan komunikasi dan interaksi dalam kelas sehingga tujuan pembel¬ajaran
tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Sari, Juliyana. “Pengaruh Iklim Kelas dan Lingkungan Keluarga Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata
Pelajaran Kompetensi Kejujuran Administrasi Perkantoran Di SMK PGRI 2
Salatiga”. Skripsi, Semarang: Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi, 2013.
Mustafida, Fita. “Strategi Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif di SD/MI”, Jurnal
Vicratina, Vol 01, No 2 Tahun 2017.
http://pecintamakalah.blogspot.com/2017/02/pengaturan-kondisi-kelas-dan-iklim.html
https://nikhaastria.wordpress.com/2010/05/25/penciptaan-iklim-belajar/.