Anda di halaman 1dari 7

Untuk yang lain, lihat Tradisi (disambiguasi).

Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau
agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya
ini, suatu tradisi dapat punah.

 Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau
agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya
ini, suatu tradisi dapat punah.

 4 bulan lalu
 Lapor Penyalahgunaan

 Penjawab 2

suatu kebiasaan atau adat yang diturunkan dari keturunan kita yang sebelumya baik secara lisan
maupun tulisan.

materi referensi:

pikiran gue.

 4 bulan lalu
 Lapor Penyalahgunaan

 Penjawab 3

kebiasaan yang turun temurun dan menjadikan aturan yang tidak boleh diabaikan

materi referensi:

adat istidat

 4 bulan lalu
 Lapor Penyalahgunaan
 Penjawab 4

Kebiasaan para leluhur

Dampak Positif

a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap
masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.

b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan


dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk
berpikir lebih maju.

c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik

Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih
merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.

Dampak Negatif

Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.


a. Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat


melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak
pilihan yang ada.

b. Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah
makhluk sosial.

c. Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja,
dan lain-lain.

d. Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti
arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu
dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.

2
Pendidikan Pancasila [Masyarakat Madani I]
I.
PENDAHULUAN

Adanya beberapa kasus yang berkenaan dengan penindasan rakyat yang dilakukan oleh penguasa merupakan
realitas yang sering kita lihat dan kita dengar dalam setiap pemberitaan pers, baik melalui media elektronika maupun
media cetak.

Keadaan-keadaan tersebut pada akhirnya akan bermuara pada perlunya dikaji kembali kekuatan
rakyat/masyarakat (civil) dalam konteksi nte ra k si- rel a tio n sh ip, baik antara rakyat dengan negara, maupun antara
rakyat dengan rakyat. Kedua pola hubungan interaktif tersebut akan memposisikan rakyat sebagai bagian integral dalam
komunitas negara yang memiliki kekuatanb a rga in in g dan menjadi komunitas masyarakat sipil yang memiliki
kecerdasan, analis a kritis yang tajam serta mampu berinteraksi di ligkungannya secara demokratis dan berkeadaban.

Kemungkinan akan adanya kekuatanciv il sebagai bagian dari komunitas bangsa ini akan mengantarkan pada
sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang, yakni masyarakat madani.

II.
PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI

Di Indonesia, istilah masyarakat madani mengalami penerjemahan yang berbeda-beda dengan sudut pandang
yang berbeda pula, seperti masyarakat madani sendiri, masyarakat sipil, masyarakat kewargaan, masyarakat warga dan
civil society (tanpa diterjemahkan).

Masyarakat Madani; konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsepc iv il


society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada
simposium Nasional dalam rangka Forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal, 26 September
1995 di Jakarta.

Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan perorangandengan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya usaha serta
inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan mengikuti undang-undang dan bukan nafsu
atau keinginan individu menjadikan keterdugaan ataup red icta b ili ty serta ketulusan atau

transparencysist em .

Paradigma dengan pemilihan istilah masyarakat madani ini dilatarbelakangi oleh konsep kota ilahi, kota
peradaban atau masyarakat kota. Pada prinsipnya konsep masyarakat madani adalah adalah sebuah tatanan komunitas
masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi, dan berkeadaban serta menghargai akan adanya pluralisme
(kemajemukan).

Masyarakat madani mempunyai prinsip pokok pluralis, toleransi dan human right termasuk didalamnya adalah
demokrasi. Sehingga masyarakat madani dalam artian negara menjadi suatu cita-cita bagi negara Indonesia ini, meskipun
sebenarnya pada wilayah-wilayah tertentu, pada tingkat masyarakat kecil, kehidupan yang menyangkut prinsip pokok dari
masyarakat madani sudah ada. Sebagai bangsa yang pluralis dan majemuk, model masyar

3
Pendidikan Pancasila [Masyarakat Madani I]
madani merupakan tipe ideal suatu mayarakat Indonesia demi terciptanya integritas sosial
bahkan integritas nasional.
Masyarakat Sipil; merupakan penurunan langsung dari istilah civil society. Istilah ini
banyak dikemukakan oleh Mansour Fakih untuk menyebutkan prasyarat masyarakat dan
negara dalam rangka proses penciptaan dunia secara mendasar baru dan lebih baik.
Masyarakat Kewargaan; konsep ini pernah digulirkan dalam sebuah Seminar

Nasional Asosiasi Ilmu Politik Indonesia XII di Kupang NTT. Wacana ini digulirkan oleh M. Ryas Rasyid dengan
tulisannya “Perkembangan Pemikiran Masyarakat Kewargaan”, Riswanda Imawan dengan karyanya “Rekruitmen
Kepemimpinan dalam Masyarakat Kewargaan dalam Politik Malaysia. Konsep ini merupakan respon dari keinginan
untukmenciptakan warga negara sebagai bagian integral negara yang mempunyai andil dalam setiap perkembangan dan
kemajuan negara (state).

Civil Society; istilah ini (dengan tidak menerjemahkannya) merupakan konsep yang
digulirkan Muhammad AS. Hikam. Menurutnya, konsep civil society yang merupakan warisan wacana yang berasal dari
Eropa Barat, akan lebih mendekati substansinya jika tetapdisebutkan dengan istilah aslinya. Menurutnya pengertian civil
society (dengan memegang konsep de ‘Tocquiville) adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial yan terorganisasi dan
bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-

generating), dan keswadayaan (self-supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan

negara, dan keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. Dan sebagai ruang
politik, civil society merupakan suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan, dan refleksi mandiri,
tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan material, dan tidak terserap dalam jaringan-jaringan kelembagaan politik resmi.
Di dalamnya tersirat pentingnya suatu ruang publik yang bebas (the free public sphere). Tempat dimana transaksi
komunikasi yang bebas bisa dilakukan oleh warga masyarakat.

Berbagai pengistilahan tentang wacana mayarakat madani di Indonesia tersebut, secara substansial bermuara
pada perlunya penguatan masyarakat (warga) dalam sebuah komunitas negara untuk mengimbangi dan mampu
mengontrol kebijakan negara (policy of

state) yang cenderung memposisikan warga negara sebagai subjek yang lemah. Untuk itu,
maka diperlukan penguatan masyarakat sebagai prasyarat untuk mencapai kekuatan
bargaining masyarakat yang cerdas di hadapan negara tersebut, dengan komponen

pentingnya adalah adanya lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang mampu berdiri secara mandiri di hadapan negara,
terdapat ruang publik dalam mengemukakan pendapat, menguatnya posisi kelas menengah dalam komunitas masyarakat,
adanya indepedensi pers sebagai bagian dari social control, membudayakan kerangka hidup yang demokratis, toleran serta
memiliki peradaban dan keadaban yang tinggi.

Problematika peradaban di Indonesia yang timbul akibat globalisasi diantaranya dapat dilihat
dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting- kehidupan sosial. Akibat perkembangan
teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional Indonesia. Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita.
Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang
perlu dijaga kelestariannya. Dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini,
kita disuguhi banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang
mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan televisi,
masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal
dari berbagai belahan bumi. Hal ini menyebabkan terpinggirkannya kesenian asli Indonesia.

Problematika peradaban yang penting lainnya adalah adanya kemungkinan punahnya suatu
bahasa di daerah tertentu disebabkan penutur bahasanya telah “terkontaminasi” oleh pengaruh
globalisasi. Contoh kasusnya ialah seperti yang terjadi di Sumatera Barat. Di daerah ini sering
kali kita temukan percampuran bahasa (code mixing) yang biasanya dituturkan oleh anak muda
di Sumater Barat, seperti pencampuran Bahasa Betawi dan Minang dalam percakapan sehari-hari
(kama lu?, gak tau gua do, dan lain-lain). Hal ini jelas mengancam eksistensi bahasa di suatu
daerah.

Problematika peradaban di Indonesia yang timbul akibat globalisasi diantaranya dapat


dilihat dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting- kehidupan sosial. Akibat
perkembangan teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional
Indonesia. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah
kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi
yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional
kita. Dengan televisi,masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat
mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.

Hal ini menyebabkan terpinggirkannya kesenian asli Indonesia. Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini
tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang
merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-
pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik.. Contoh
lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil
dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.

Kehidupan sosial juga merupakan salah satu unsur pembentuk peradaban yang banyak
dipengaruhi oleh globalisasi. Dimensi nilai dalam kehidupan yang sebelumnya berdasarkan pada
konsep kolektifisme kini berubah menjadi individualisme. Manusia tidak lagi merasa senasib,
sepenanggungan dengan manusia lainnya (seperti pada zaman perjuangan) dikarenakan
perkembangan teknologi dan informasi menuntut mereka untuk saling berkompetisi dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mendesak. Hal ini juga berdampak pada berkurangnya
kontak sosial antara sesama manusia dalam konteks hubungan kemasyarakatan.
Contoh lain adalah kenyataan bahwa kebutuhan ekonomi semakin meningkat, atau
dengan kata lain masyarakat menjadi lebih konsumtif dan cenderung memiliki gaya hidup
hedonis yang lebih suka bersenang-senang.

Problematika peradaban yang penting lainnya adalah adanya kemungkinan punahnya


suatu bahasa di daerah tertentu disebabkan penutur bahasanya telah “terkontaminasi” oleh
pengaruh globalisasi. Contoh kasusnya ialah seperti yang terjadi di Sumatera Barat. Di daerah ini
sering kali kita temukan percampuran bahasa (code mixing) yang biasanya dituturkan oleh anak
muda di Sumater Barat, seperti pencampuran Bahasa Betawi dan Minang dalam percakapan
sehari-hari (kama lu?, gak tau gua do,dan lain-lain). Hal ini jelas mengancam eksistensi bahasa
di suatu daerah.

Anda mungkin juga menyukai