Anda di halaman 1dari 9

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif

dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.

Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah

bagian yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindak perbaikan yang akan

diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 2010).

Sebanyak 234 juta operasi di pelayanan kesehatan terjadi setiap tahunnya.

Jumlah operasi yang sangat besar ini tentunya berimplikasi pada pelayanan

kesehatan dengan keselamatan pasien adalah prioritas utamanya. Saat prosedur

operasi di rumah sakit dilakukan untuk mengobati penyakit atau menyelamatkan

nyawa pasien, di sisi lain operasi yang tidak aman justru menimbulkan insiden

keselamatan pasien baik di kamar operasi maupun setelah mendapat pelayanan

operasi (Weiser, 2008).

Insiden Keselamatan Pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang seharusnya tidak

terjadi. Sebuah laporan berjudul To Err Is Human: Building A Safer Health

System mengatakan bahwa ada faktor manusia dalam terjadinya insiden

keselamatan pasien (Institut of Medicine, 2000). Naskah ini membuat pemegang

kebijakan sistem kesehatan di berbagai belahan dunia membuat program

keselamatan pasien untuk memperbaiki sistem pelayanan kesehatan yang ada.

TESIS ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ... AHMAD AMIN MAHMUDIN


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

Komunikasi dan kerja tim adalah faktor-faktor manusia (human factor)

diantaranya yang berhubungan dengan keselamatan pasien (WHO, 2009).

Pelayanan operasi adalah pelayanan yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari

dokter bedah, dokter anestesi, perawat, teknis medik dan tenaga kesehatan lain

yang membutuhkan komunikasi yang baik agar keselamatan pasien tetap terjaga.

Lingard (2004) menyampaikan bahwa saat pelayanan operasi berlangsung, proses

komunikasi dapat berlangsung baik atau sebaliknya, yakni terjadi kegagalan

berkomunikasi seperti tersaji pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Proses Komunikasi di Kamar Operasi

Angka
No. Proses Komunikasi di Kamar Operasi
kejadian
1. Kesuksesan berkomunikasi 69,4%
2. Kegagalan berkomunikasi 30,6%
Total 100%
Sumber: Lingard, 2004

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa sepertiga proses komunikasi di kamar

operasi mengalami kegagalan. Data tersebut didapat dari pengamatan terhadap 48

pelayanan operasi. Suatu survei di rumah sakit regional juga menunjukkan bahwa

ada tren kenaikan penilaian buruk pada keterbukaan komunikasi dalam pelayanan

secara umum dari 9,07% pada 2018 menjadi 16,38% pada 2019 (Soetomo, 2018

dan 2019). Hal ini perlu menjadi perhatian bagi fasilitas kesehatan agar

melakukan upaya perbaikan dengan intervensi yang bisa memperbaiki proses

komunikasi di rumah sakit pada umumnya dan pelayanan operasi pada khususnya.

Di sisi lain, Hu (2012) memperdalam jenis kegagalan komunikasi dan

luarannya dalam kamar operasi menjadi beberapa topik seperti yang tersaji pada

Tabel 1.2.

TESIS ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ... AHMAD AMIN MAHMUDIN


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

Tabel 1.2 Topik Komunikasi di Kamar Operasi

Luaran Komunikasi
No. Topik Komunikasi
Gagal Berhasil
1. Peralatan 61% 39%
2. Prosedur 42% 58%
3. Kebijakan 24% 76%
4. Tenaga kesehatan 19% 81%
5. Terapi atau obat-obatan 15% 85%
6. Pasien lain 14% 86%
7. Laporan perkembangan 12% 88%
8. Lingkungan 4% 96%
Sumber: Hu, 2012

Topik peralatan atau alat kesehatan yang digunakan menjadi luaran

komunikasi yang paling dominan gagal (breakdown communication) pada

pelayanan operasi sehingga diperlukan program keselamatan pasien yang harus

selalu menjadi perhatian yang berkelanjutan agar tercapai zero incident, salah

satunya meningkatkan komunikasi dalam kerja tim. WHO dalam kampanye safe

surgery saves lives merekomendasikan penggunaan surgical safety checklist

sebagai bagian dari program keselamatan pasien untuk dapat meningkatkan

komunikasi dan pertukaran informasi kritis yang efektif bagi kerja tim di kamar

operasi yang sangat penting untuk terciptanya keselamatan pasien (WHO, 2009).

Sebuah review literatur menunjukkan hubungan antara komunikasi dan kerja

tim kamar operasi di lingkungan operatif dengan luaran klinis operasi termasuk

komplikasi pascaoperasi (Nurok, 2011). Pola komunikasi dan kerja tim kamar

operasi yang baik sangat dibutuhkan dalam pelayanan operasi (Undre, 2006).

Penelitian lain juga banyak dilakukan untuk mencari keterkaitan antara surgical

safety checklist dengan luaran yang dialami tim kamar operasi.

TESIS ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ... AHMAD AMIN MAHMUDIN


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

WHO menyampaikan bahwa salah satu tujuan pelaksanaan surgical safety

checklist adalah untuk meningkatkan komunikasi dan kerja tim antar anggota

kamar operasi. Surgical safety checklist dimaksudkan untuk memudahkan tim

kamar operasi melakukan serangkaian pemeriksaan prioritas yang sederhana dan

efisien untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan kerja tim dan untuk

mendorong pertimbangan aktif dari keselamatan pasien dalam setiap operasi yang

dilakukan (WHO, 2009). Anggota kamar operasi dapat terdiri dari dokter bedah,

dokter anestesi, perawat, radiographer dan lainnya.

Surgical safety checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan

pasien yang digunakan oleh tim profesional di ruang operasi yang terdiri dari

dokter bedah, dokter anestesi, perawat, radiographer dan lainnya. Surgical safety

checklist telah menjadi bagian dari standar pelayanan operasi. Modifikasi dari

checklist telah banyak digunakan di rumah sakit di seluruh dunia. Di sisi lain,

penerapan surgical safety checklist baru mencapai angka rerata 75,4% di dunia

berdasar penelitian yang mengamati 1.464 fasilitas kesehatan di 90 negara,

sehingga pelayanan operasi masih menjadi masalah serius dalam pandangan

keselamatan pasien (Delisle, 2019)

Penerapan surgical safety checklist yang belum mencapai 100% pada

populasi global, adanya potensi 30,6% terjadi kegagalan komunikasi dan data

suatu penelitian menunjukkan bahwa kegagalan komunikasi pada operasi terjadi

saat berdiskusi mengenai peralatan (61%), prosedur (42%) dan terapi (15%) yang

ketiga aspek masalah tersebut ada pada komponen surgical safety checklist, maka

perlu dilakukan analisis tinjauan secara sistematis (systematic review) mengenai

TESIS ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ... AHMAD AMIN MAHMUDIN


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

dampak penerapan surgical safety checklist terhadap komunikasi dan kerja tim di

kamar operasi.

1.2 Kajian Masalah

Penerapan surgical safety checklist adalah suatu bentuk keselamatan pasien

yang tidak hanya mencegah terjadinya kejadian tidak diinginkan dalam proses

pelayanan operasi, namun juga memberikan dampak terhadap kinerja tim dan

manfaat secara manajemen rumah sakit dalam pencatatan data operasi. Pada

Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat

memengaruhi penerapan surgical safety checklist dan ada tiga kelompok dampak

yang muncul saat penerapan surgical safety checklist.

Dalam Better knowledge for safer care disebutkan bahwa terdapat faktor

manusia dalam keselamatan pasien yang dikelompokkan menjadi faktor

organisasi, individu dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut mencakup faktor

budaya keselamatan organisasi, kepemimpinan, komunikasi, kerja tim, supervisi,

kewaspadaan situasi, pengambilan keputusan, stres, kelelahan dan lingkungan

pekerjaan (WHO, 2009). Dalam AHRQ (2009) juga disebutkan bahwa

komunikasi dan kerja tim juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

budaya keselamatan pasien. Komunikasi dan kerja tim yang baik akan

memberikan budaya keselamatan yang baik dan berujung pada berhasilnya

program keselamatan pasien.

TESIS ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ... AHMAD AMIN MAHMUDIN


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

Dampak terhadap tim


kamar operasi:
1. Kegagalan
Komunikasi (30,6%)
a. Peralatan (61%)
b. Prosedur (42%)
c. Terapi (15%)
2. Kerja tim
3. Iklim keselamatan

Penerapan Dampak terhadap


Faktor Keselamatan surgical safety pasien:
Pasien: checklist di 1. Anestesi yang aman
1. Organisasi kamar operasi 2. KTD
2. Individu belum 100% 3. Komplikasi
3. Lingkungan pada populasi 4. Kematian
global
Dampak terhadap rumah
sakit:
1. Current measures
2. Surgical surveillance
3. Surgical apgar score

Gambar 1.1 Kajian Masalah


(Lingard, 2004; WHO, 2009; WHO, 2009; Haynes, 2009;
Haynes, 2011; Hu, 2012; Deslise, 2017)

Di sisi lain agar komunikasi dan kerja tim baik perlu dilakukan intervensi ke

dalam sumber daya manusia yang terlibat di dalam pelayanan, salah satunya

anggota kamar operasi. Intervensi berupa penerapan surgical safety checklist juga

terbukti dapat meningkatkan komunikasi dan kerja tim. Pada penelitian multi

senter WHO, didapatkan hubungan yang signifikan antara penerapan surgical

safety checklist dengan perubahan sikap yang positif dari anggota kamar operasi.

Sikap tersebut beberapa diantaranya berbentuk komunikasi, kerja tim dan iklim

keselamatan (Haynes, 2011).

Untuk itu, dapat dijelaskan bahwa pada penelitian ini yang akan menjadi

topik penelitian adalah dampak penerapan surgical safety checklist sebagai suatu

TESIS ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ... AHMAD AMIN MAHMUDIN


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

program keselamatan pasien terhadap komunikasi dan kerja tim, bukan melihat

faktor komunikasi dan kerja tim yang bisa memengaruhi suatu keselamatan pasien

Penerapan surgical safety checklist juga berdampak terhadap keselamatan dan

keamanan pelayanan operasi mulai dari identifikasi pasien sebelum masuk kamar

operasi, persiapan peralatan kedokteran, sebelum pembiusan dan insisi kulit

sampai terapi setelah operasi. Kesemuanya merupakan upaya untuk menurunkan

komplikasi dan menghindari kematian. Studi awal uji coba di 8 negara

membuktikan bahwa penerapan surgical safety checklist dapat menurunkan angka

KTD (Kejadian Tidak Diinginkan), komplikasi dan kematian (Haynes, 2009).

Dampak selanjutnya adanya penerapan surgical safety checklist tertuang

dalam panduan Safe surgery safe lives. WHO menyebutkan salah satu tujuan

penerapan surgical safety checklist adalah rumah sakit akan melakukan

pengawasan rutin kapasitas dan volume operasi. Data seperti surgical site

infection, day-of-surgery mortality rate dan postoperative in-hospital mortality

rate akan melengkapi surveilans pelayanan operasi. Selain itu, dengan surgical

safety checklist, WHO secara berkesinambungan juga mengenalkan surgical

apgar score sebagai prediktor komplikasi dan morbiditas pasien operasi.

Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa penerapan surgical safety checklist

belum mencapai 100% pada populasi global, tepatnya masih 75,4% (ISOS, 2017).

Di sisi lain terdapat potensi 30,6% terjadi kegagalan komunikasi pada pelayanan

operasi. Sedangkan data suatu penelitian (Hu, 2012) menunjukkan bahwa

kegagalan komunikasi pada operasi dapat terjadi saat berdiskusi mengenai

TESIS ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ... AHMAD AMIN MAHMUDIN


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

peralatan (61% mengalami kegagalan), prosedur (42%) dan terapi (15%) yang

ketiga masalah tersebut ada pada komponen surgical safety checklist.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan surgery safety checklist di kamar operasi?

2. Bagaimana dampak penerapan surgery safety checklist terhadap

komunikasi di kamar operasi?

3. Bagaimana dampak penerapan surgery safety checklist terhadap kerja tim

di kamar operasi?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian systematic review ini dapat dijabarkan menjadi tujuan

umum dan tujuan khusus.

1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis dampak penerapan surgery safety checklist terhadap

komunikasi dan kerja tim di kamar operasi.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis penerapan surgery safety checklist di kamar operasi

2. Menganalisis dampak penerapan surgery safety checklist terhadap

komunikasi di kamar operasi.

3. Menganalisis dampak penerapan surgery safety checklist terhadap

kerja tim di kamar operasi.

TESIS ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ... AHMAD AMIN MAHMUDIN


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian systematic review ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

rumah sakit dan mahasiswa.

1.5.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit

1. Sebagai pertimbangan rumah sakit dalam penerapan surgical safety

checklist di kamar operasi

2. Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan

komunikasi dan kerja tim di kamar operasi

1.5.2 Manfaat Bagi Mahasiswa

Sebagai media pembelajaran analisis tinjauan secara sistematis (systematic

review) mengenai dampak penerapan surgical safety checklist terhadap

komunikasi dan kerja tim di kamar operasi.

TESIS ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ... AHMAD AMIN MAHMUDIN

Anda mungkin juga menyukai