Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KAMAR OPERASI

Disusun oleh :
DODI SAPUTRA
NIM: P2003008

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Kamar operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di Rumah Sakit yang

diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan elektif atau akut yang

membutuhkan keadaan steril. Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu

bagian tubuh (Hancock, 1999). Operasi (elektif atau kedaruratan) pada umumnya

merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan (Brunner & Suddarth, 2002).

Perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase proses

pembedahan, yaitu: Praoperatif, Intraoperatif, dan Pascaoperatif. Kesimpulannya,

Operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang

terdiri dari fase Praoperatif, Intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) yang

merupakan peristiwa yang menegangkan.

B. FASE PERIOPERATIF

a) Fase Praoperatif: Fase ini dimulai saat intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika

pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan: penetapan

pengkajian dasar pasien, menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan

pasien untuk anestesi pada pembedahan. Macam anestesi yang diberikan :

Anestesi umum yaitu anestesi yang menghambat sensasi di seluruh tubuh;

Anestesi lokal yaitu anestesi yangb menghambat sensasi di sebagian tubuh atau di

bagian tubuh tertentu.

b) Fase Intraoperatif: Fase ini dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan

berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas

keperawatan: memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan


pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga

keselamatan pasien.

c) Fase Pascaoperatif: Fase Pascaoperatif dimulai pada saat pasien masuk ke ruang

pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut. Lingkup aktifitas

keperawatan: Mengkaji efek anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta

mencegah komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan,

perawatan tindak lanjut.

C. JENIS-JENIS PERAWAT KAMAR OPERASI

a. Scrub nurse. Scrub nurse adalah perawat yang berhubungan langsung dengan

tindakan operasi. Scrub nurse bertugas menyiapkan, menyediakan, menghitung

instrumen atau alat yang akan digunakan oleh operator selama operasi

berlangsung. Seorang scrub nurse harus mengetahui setiap set instrumen yang

akan digunakan, selain itu scrub nurse juga dituntut untuk memahami setiap

langkah-langkah operasi.

b. Circulating nurse. Circulating nurse bertugas memantau jalannya operasi, menjaga

agar area steril tidak terkontaminasi, mencatat penggunaan bahan medis seperti

jumlah kassa, jarum, atau mata pisau. Selain itu circulating nurse juga bertugas

untuk melengkapi catatan keperawatan pasien selama operasi berlangsung.

D. PERAN PERAWAT PERIOPERATIF

a. Fase Pre-Operatif

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.

Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase

ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan fase awal yang menjadi landasan

untuk kesuksesan tahapan berikutnya. Kesalahan yang


dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Tugas

perawat:

• Persiapan fisik klien meliputi: status kesehatan fisik secara umum, status

nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, pengosongan kandung kemih,

latihan pra-operasi (latihan tarik napas dalam, latihan ROM),

• Persiapan penunjang (EKG, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan

laboratorium)

• Persiapan jenis anestesi yang diberikan

• Informed consent

• Persiapan mental dan psikis klien


b. Fase Intraoperatif
• Mengatur posisi klien saat akan dioperasi untuk keselamatan klien itu sendiri

• Melakukan pematauan Fisiologis, memperhitungkan efek dari hilangnya atau

masuknya cairan secara berlebihan pada pasien, membedakan data

kardiopumonal yang normal dengan yang abnormal, melaporkan perubahan-

perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh dan tekanan darah pasien.

• Memberikan dukungan emosional pada pasien dan mengkaji status emosional

pasien

c. Fase Pascaoperatif

• Mengkaji efek dari anesthesia

• Memantau tanda-tanda vital klien

• mencegah adanya komplikasi dari operasi

• Memberikan penyuluhan agar mempercepat proses penyembuhan klien


• Perawatan tindak lanjut setelah operasi (rehabilitasi)

• Pemulangan

Perletakan dan Peruangan Kamar Operasi Rumah sakit dirancang dengan

sistem zonasi (zoning). Zonasi rumah sakit disarankan mempunyai pengelompokkan

sebagai berikut:

1. Zona Publik Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap

lingkungan luar misalnya unit gawat darurat, poliklinik, administrasi, apotik,

rekam medik, dan kamar mayat.

2. Zona Semi Publik Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidak

langsung berhubungan dengan lingkungan luar, misalnya laboratorium, radiologi,

dan rehabilitasi medik.

3. Zona Privasi Area yang menyediakan dan ruang perawatan dan pengelolaan

pasien, misalnya gedung operasi, kamar bersalin, ICU/ ICCU, dan ruang

perawatan. Zona Pelayanan Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas

rumah sakit, misalnya ruang cuci, dapur, bengkel, dan CSSD. Pelayanan, tenaga,

sarana prasarana dan peralatan untuk pelayanan kamar operasi yang berada di

zona privasi terkait dengan pelayanan anestesiologi dan reanimasi serta perawatan

intensif sesuai klasifikasi rumah sakit. Selain berdekatan dengan ICU serta

pelayanan anestesiologi pada tipe rumah sakit D dan C dimana UGD belum

memiliki kamar operasi cito sendiri maka letak kamar operasi ini (IBS) harus

berdekatan dengan UGD. Rumah sakit menyediakan lingkungan yang aman dan

nyaman untuk melakukan operasi baik untuk pasien maupun tenaga medis yang

beraktifitas di dalamnya. Kenyamanan dan keamanan ini dapat di capai dari dua

hal kenyamanan fisik dan kenyamanan non fisik. Yang dimaksud dengan

kenyamanan fisik dapat di capai dengan memenuhi persyaratan sebuah kamar

operasi dan membuat desain bangunannya memberikan kenyamanan visual,

termal dan audio.


Sedangkan kenyamanan non fisik dapat dicapai dengan memberikan ruangan

sesuai dengan kebutuhan kenyamanan hidup manusia dan mendesain ruangan

agar bersuasana yang tidak membuat bosan. Contohnya dengan memberikan

ruang tunggu bagi dokter dokter sebelum atau sesudah melakukan operasi, dimana

ruangan tersebut di lengkapi dengan fasilitas sofa yang ergonomis, view natural

atau artifisial, internet connection, bed dan pantry semi streril misalnya.

Persyaratan fisik kamar operasi meliputi:

1. Bangunan kamar operasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Mudah dicapai oleh pasien

b. Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan perbatasan daerah steril dan

non-steril

c. Kereta dorong pasien harus mudah bergerak

d. Lalu lintas kamar operasi harus teratur dan tidak simpang siur

e. Terdapat batas yang tegas yang memisahkan antara daerah steril dan non-

steril, untuk pengaturan penggunaan baju khusus

f. Letaknya dekat dengan UGD

2. Rancang bangun kamar operasi harus mencakup:

a. kamar yang tenang untuk tempat pasien menunggu tindakan anestesi yang

dilengkapi dengan fasilitas induksi anestesi

b. Kamar operasi yang langsung berhubungan dengan kamar induksi

c. Kamar pulih (recovery room)

d. Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, llinen, obat farmasi

termasuk bahan narkotik

e. Ruang/ tempat pengumpulan/ pembuangan peralatan dan linen bekas pakai

operasi

f. Ruang ganti pakaian pria dan wanita terpisah

g. Ruang istirahat untuk staf yang jaga


h. Ruang operasi hendaknya tidak bising dan steril. Kamar ganti hendaknya

ditempatkan sedemikian rupa sehingga terhindar dari area kotor setelah

ganti dengan pakaian operasi. Ruang perawat hendaknya terletak pada

lokasi yang dapat mengamati pergerakan pasien.

i. Dalam ruang operasi diperlukan 2 ruang tindakan, yaitu tindakan elektif

dan tindakan cito

j. Alur terdiri dari pintu masuk dan keluar untuk staf medik dan paramedik;

pintu masuk pasien operasi; dan alur perawatan

k. Harus disediakan spoelhock untuk membuang barang-barang bekas operasi

l. Disarankan terdapat pembatasan yang jelas antara:

✓ Daerah bebas, area lalu lintas dari luar termasuk pasien

✓ Daerah semi steril, daerah transisi yang menuju koridor kamar

operasi dan ruangan semi steril

✓ Daerah steril, daerah prosedur steril diperlukan bagi personil yang

harus sudah berpakaian khusus dan masker

✓ Setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh 2 kamar scrub up

✓ Harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenazah dan bahan

kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung m. Syarat kamar

operasi:

• Pintu kamar operasi harus selalu tertutup.

• Lebar pintu minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,1 m, terdiri dari

dua daun pintu

• Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka dan ditutup

• Sepertiga bagian pintu harus dari kaca tembus pandang

• Paling sedikit salah satu sisi dari ruang operasi ada kaca
• Ukuran kamar operasi minimal 6x6 m2 dengan tinggi minimal 3

• Dinding, lantai dan langit-langit dari bahan yang tidak berpori

• Pertemuan lantai, dinding dan langit-langit dengan

lengkung

• Plafon harus rapat, kuat dan tidak bercelah

• Cat /dinding berwarna terang

• Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan

dan berwarna terang, ditutup dengan vinyl atau keramik.

• Tersedia lampu operasi dengan pemasangan seimbang, baik

jumlah lampu operasi dan ketinggian pemasangan

• Pencahayaan 300-500 lux, meja operasi 10.000-20.000 lux 4

• Ventilasi kamar terkontrol dan menjamin distribusi udara melalui

filter. Ventilasi menggunakan AC sentral atau semi sentral dengan

98% steril dan dilengkapi saringan. Ventilasi harus dengan sistem

tekanan positif/ total pressure.

• Suhu kamar idealnya 20-26º C dan harus stabil ƒ Kelembaban

ruangan 50-60%

• Arah udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi dari atas

ke bawah

• Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar,

untuk itu harus dibuat ruang antara


• Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang

operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril

dari bagian alat steril cukup dengan sebuah loket yang dapat

dibuka/ ditutup

• Pemasangan gas medik secara sentral diusahakan melalui atas

langit-langit

• Di bawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang

dipasang di bawah lantai

• Ada sistem pembuangan gas anestesi yang aman

Tipe D Tipe C Tipe B Sarana Ruang tersendiri yang memenuhi persyaratan septik dan

aseptik sesuai dengan kemampuan pelayanan bedah dan anestesiologi pada kelas rumah

sakit ini.

1. Ruangan: Ruang scrub Ruang pra-anestesi Ruang operasi yang berhubungan langsung

dengan kamar induksi

2. Ruang pemulihan

3. Ruang sterilisasi

4. Ruang menyimpan peralatan, linen, obat farmasi

5. Ruang peralatan dan linen bekas pakai

6. Ruang ganti pakaian wanita dan pria

7. Ruang staf jaga

8. Ruang tunggu

9. Gudang

10. Toilet.

Rumah sakit memberikan pelayanan anestesiologi dan reanimasi dengan memberikan

anestesia dan analgesia bagi pasien pembedahan dan tindakan medik lain yang menimbulkan

rasa takut, rasa cemas dan rasa nyeri, melakukan resusitasi jantung, paru dan otak, melakukan

tindakan penunjang hidup pasien gawat karena trauma atau


penyakit medik lain, melakukan penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan, asam basa,

gas darah dan metabolisme, serta melakukan penatalaksanaan nyeri kronis. Rumah sakit

menyediakan lingkungan yang nyaman untuk melakukan anestesi, yaitu minimum 20º C dan

maksimal 26º C Fasilitas untuk induksi anestesi dirancang dan dilengkapi untuk dapat

memberikan pelayanan yang aman;

a. Ruangan dilengkapi dengan oksigen medik, penghisap lendir, penerangan yang sesuai,

dan perlengkapan standar resusitasi

b. Adanya peralatan elektrik dan instalasi listrik yang memenuhi syarat

c. Tenaga listrik darurat dan penghisap lendir yang digunakan secara mekanik dapat

diperoleh sewaktu-waktu terjadi kegagalan listrik.

Sarana fisik minimal yang diperlukan untuk mendukung pelayanan anestesiologi dan

reaminasi:

a. Kamar persiapan anestesia

b. Fasilitas di kamar bedah

c. Kamar pulih sadar d. Ruang perawatan/ terapi intensif (ICU)

d. Kantor administrasi

e. Kamar obat dan alat Sistem Sirkulasi. Pada kamar operasi pengguna jalur sirkulasinya

adalah pasien, pengunjung staf medis, perawat dan logistical support. Pasien yang masuk

ke kamar operasi dapat berasal dari bangsal, UGD atau dari instalasi rawat jalan yang di

terima di ruang persiapan. Pengunjung yang biasanya merupakan keluarga dari pasien

yang dioperasi akan menunggu di ruang tunggu keluarga pasien. Masing masing dari

mereka akan di bedakan jalur sirkulasinya. Sistem sirkulasi manusia dan logistical support

di kamar operasi ini menggunakan system one way yaitu tidak saling bertubrukan

terutama untuk logistical steril dan non steril dengan menggunakan system koridor

maupun selasar, yang memiliki standar lebar yang sama yaitu minimal 2,44 m. Untuk

rumah sakit yang baru berkembang dan belum memungkinkan adanya system one way

ini, maka dapat di siasati dengan menghilangkan factor penulasarn infeksi dan

memperlebar koridornya agar


persyaratan keteraturan tetap dapat di pertahankan Mekanikal dan Elektrikal di Kamar

Operasi Kamar operasi harus mempunyai standar yang tinggi terhadap kebersihan dan

kondisi aseptic.

Kamar oeprasi mempunyai beberapa jenis yang standar peruangan dan mechanical

nya sedikit berbeda, seperti ruang operasi untuk cystoscopy, ophthalmology, orthopedic

dan neurosurgery mempunyai standar electrical yang berbeda terutama yang berkaitan

dengan peralatan medis yang harus disedikan. Secara umum kamar operasi membutuhkan

medical gases yang harus terpenuhi yaitu oxygen, nitrous oxide dan juga mempunyai

vacuum system untuk memompa gas gas yang tidak terpakai. Gas gas tersebut dapat

dilairkan melalui system hose drop atau medical gas column. Di kamar operasi juga

dibutuhkan smoke evacuation sebagai pembuang asap yang ditimbulkan oleh laser atau

cutter. Juga harus ada system fluorescent fixture, gas evacuation system yang dperlukan

untuk membuang gas anastesi yang sudah tidak terpakai. Penghawaan di kamar operasi

juga harus dingin dengan menggunakan system fresh air yang menjaga kesegaran di ruang

operasi dan tidak menimbulkan kantuk (Feri, n.d.)


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Perioperatif
Pengkajian pada fase perioperatif dilakukan untuk menggali permasalahan pada
pasien sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan kondisi
pasien
a. Pengkajian umum
1) Identifikasi pasien : Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi
nama, umur pasien sangat penting untuk diketahui agar guna melihat kondisi
pada berbagai jenis pembedahan
2) Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan : Diperlukan sebagai penetapan
finansial yang sangat bergantung pada kemampuan pasien dan kebijakan
rumah sakit tempat pasien dan akan menjalani pembedahan
3) Persiapan umum : Informed consent dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan
b. Pengkajian Riwayat
1) Riwayat alergi : Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai
obat yang mungkin diberikan selama fase intraoperatif
2) Kebiasaan merokok, alcohol, narkoba : Pasien perokok memiliki resiko yang
lebih besar mengalami komplikasi paru-paru pasca operasi. Kebiasan
mengkonsumsi alcohol mengakibatkan reaksi yang merugikan terhadap obat
anastesi. Pasien yang mempunyai riwayat narkoba perlu diwaspadai
kemungkinan terjadi HIV dan hepatitis
3) Penkajian nyeri : Pengkajian nyeri yang benar memungkinkan perawat
perioperatif uantuk menentukan status nyeri pasien.
c. Pengkajian psikososial/spiritual
1) Kecemasan praoperatif : Untuk menggali peran orang terdekat, baik keluarga
atau sahabat. Adanya sumber dukungan orang terdekat akan menurunkan
kecemasan.
2) Perasaan pasien yang merasa takut biasanya akan sering bertanya, tampak
tidak nyaman jika ada yang memasuki ruangan/secara aktif mencari dukungan
dari teman dan keluarga.
3) Konsep diri : pasien yang lebih positif lebih mampu menerima operasi yang di
dalamnya dengan tepat
4) Citra diri : perawat mengkaji perubahan citra tubuh pasien yang akan terjadi
akibat operasi.
5) Sumber koping : Perawat perioperatif mengkaji adanya dukungan yang tepat
diberikan oleh orang terdekat.
6) Kepercayaan spiritual memainkan peran yang paling dalam menghadapi
cemas.
7) Pengetahuan, persepsi, pemahaman dapat membantu perawat merencanakan
tindakan, mempersiapkan kondisi emosional pasien.
8) Inform consent : Suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar, sbelum
melakukan pembedahan.
d. Pemeriksaan fisik
Dimulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan persistem. Fokus
pemeriksaan yang dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat
melakukan anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan system tubuh yang akan
mempengaruhi atau dipengaruhi respon pembedahan.
e. Pemeriksaan diagnostik
Dokter bedah akan meminta pasien untuk menjalankan pemeriksaan diagnostic
guna melihat kondisi yang tidak normal
2. Intraoperatif
a. Pengkajian mental bisa pasien diberi anastesi local dan pasien masih sadar/terjaga
sebaiknya perawat menjelaskan procedure yang sedang dilakukan terhadapnya
dan memberi dukungan agar tidak cemas.
b. Pengkajian fisik (tanda-tanda vitas) bila terjadi ketidak normalan maka perawat
harus memberi tahukan ketidak normalan tersebut kepada ahli bedah.
c. Transfusi dan infuse, monitor flabot apakah masih tersedia/belum.
d. Pengeluaran urine
3. Post operatif
a. Status respirasi : Bersihan jalan napas, kedalaman pernapasan, kecepatan dan sifat
pernapasan serta bunyi napas.
b. Status sirkulasi : Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit.
c. Status neurologis : Tingkat kesadaran.
d. Balutan : Keadaan drein, keadaan luka
e. Kenyamanan : Terdapat nyeri, mual, muntah.
f. Keselamatan diperlukan penghalang samping tempat tidur kabel panggil yang
dijangkau dan alat pemantau dipasang.
g. Perawatan : Cairan infuse, jumlah cairan, kecepatan, kelancaran cairan.
h. Nyeri : Waktu, tempat, frekuensi, kualitas, dan factor yang
memperberat/memperingan nyeri.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
a. Ansietas b/d kehawatiran mengalami kegagalan d.d rencana operasi
b. Resiko hipotermi perioperative b/d procedure pembedahan
2. Post Operasi
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d.d kondisi pembedahan
b. Resiko infeksi d.d tindakan invasive
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pre operasi
No. SDKI SLKI SIKI
1 Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas
Defisini: Kondisi emosi dan Setelah dilakukan Obesevasi
pengalaman subyektif individu tindakan 1. Idemtifikasi saat
terhadap objek yang tidak jelas keperawatan dalam tingkat ansietas
dan spesifik akibat antisipasi waktu …x 24 jam berubah
bahaya yang memungkinkan ekspektasi tingkat 2. Monitor tanda-tanda
individu melakukan tindakan ansietas klien ansietas
untuk menghadapi ancaman. membaik. Teraupetik
Ditandai dengan : Kriteria hasil: 1. Ciptakan suasana
Gejala dan Tanda Mayor a. Verbalisasi teraupetik
- Data Subjektif : kebingungan 2. Temani pasien untuk
1. Merasa bingung b. Verbalisasi mengurangi
2. Merasa khawatir khawatir akibat kecemasan
dengan akibat dari kondisi yang di 3. Dengarkan dengan
kondisi yang dihadapi hadapi penuh perhatian
3. Sulit berkonsentrasi c. Prilaku gelisah 4. Gunakan pendekatan
- Data Objektif : d. Prilaku tegang tenang
1. Tampak gelisah e. Tremor Edukasi
2. Tampak tegang f. Pucat 1. Jelaskan prosedur
3. Sulit tidur g. Palpitasi dan sensasi
Gejala dan Tanda Minor 2. Anjurkan keluarga
- Data subjektif untuk saling
1. Mengeluh pusing bersama pasien
2. Anoreksia 3. Anjurkan
3. Palpitasi mengungkapkan
4. Merasa tidak berdaya perasaan
- Data Objektif 4. Latih Teknik
1. Frekuensi napas relaksasi
meningkat
2. Frekuensi nadi
meningkat
3. Tekanan darah
meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada
masa lalu
2 Resiko hipotermi perioperatif Termoregulasi Manajemen
Definisi : Beresiko mengalami Setelah dilakukan Hiportermia
penurunan suhu tubuh di bawah tindakan Observasi
36 C secara tiba-tiba yang keperawatan 1. Monitor suhu tubuh
terjadi satu jam sebelum diharapkan 2×24 2. Monitor tanda gejala
pembedahan hingga 24 jam jam ekspektasi hipotermia
setelah pembedahan. termoregulasi Teraupetik
membaik. 1. Sediakan lingkungan
Kriteria Hasil : yang hangat
a. Menggigil 2. Lakukan
b. Suhu tubuh penghangatan pasif
c. Suhu kulit Edukasi
d. Takipnea 1. Anjurkan
makan/minum
hangat
2. Post Operasi
No. SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
Defisini: Pengalaman sensorik Setelah dilakukan Observasi
atau emosional yang berkaitan tindakan 1. Idemtifikasi lokasi,
dengan kerusakan jaringan keperawatan dalam karakteristik, durasi,
actual atau fungsional, dengan waktu …x 24 jam frekuensi, kualitas,
onset mendadak atau lambat ekspektasi tingkat dan intesitas nyeri
dan berintensitas ringan nyeri klien membaik. 2. Identifikasi skala
hingga berat yang berlangsung Kriteria hasil: nyeri
kurang dari 3 bulan. a. Keluhan nyeri Teraupetik
Ditandai dengan : b. Meringis 1. Ajarkan Teknik
Gejala dan Tanda Mayor c. Gelisah nonfarmakologi
- Data Subjektif : d. Kesulitan tidur Kolaborasi
1. Mengeluh nyeri e. Frekuensi nadi 1. Kolaborasi
- Data Objektif : f. Pola napas pemberian analgetik
1. Tampak meringis g. Tekanan darah
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
- Data subjektif
(tidak tersedia)
- Data Objektif
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas berubah
3. Proses berfikir
terganggu
4. Menarik diri
5. Berfokus pada diri
sendiri
6. Diaforesis
2 Resiko infeksi Tingkan infeksi Pencegahan infeksi
Definisi : Beresiko mengalami Setelah dilakukan Obeservasi
peningkatan terserang tindakan 1. Monitor tanda gejala
organisme patogenik. keperawatan infeksi lokaldan
diharapkan 2×24 sistemik
jam ekspektasi Teraupetik
tingkat infeksi 1. Cuci tangan
membaik. sebelum dan
Kriteria Hasil : sesudah kontak
a. Demam dengan pasien dan
b. Kemerahan lingkungan
c. Nyeri 2. Pertahankan Teknik
d. Bengkak aseptic pada pasien
e. Drainase resiko tinggi
purulen Edukasi
1. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
2. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Tim Prokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik, Jakarta.

Tim Prokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Jakarta.

Tim Prokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan, Jakarta.

Long, B. C. & Phipps, W. J. (1985). Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing


Process Approach, St. Louis : Cv. Mosby Company.

Dwi M. A. (2010). Laporan Pendahuluan Praktek Keperawatan. Jakarta

Feri, D. (n.d.). Kamar Operasi. 1–10.

Anda mungkin juga menyukai