Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
DODI SAPUTRA
NIM: P2003008
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Kamar operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di Rumah Sakit yang
bagian tubuh (Hancock, 1999). Operasi (elektif atau kedaruratan) pada umumnya
Perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase proses
Operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang
B. FASE PERIOPERATIF
a) Fase Praoperatif: Fase ini dimulai saat intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika
Anestesi lokal yaitu anestesi yangb menghambat sensasi di sebagian tubuh atau di
b) Fase Intraoperatif: Fase ini dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan
keselamatan pasien.
c) Fase Pascaoperatif: Fase Pascaoperatif dimulai pada saat pasien masuk ke ruang
a. Scrub nurse. Scrub nurse adalah perawat yang berhubungan langsung dengan
instrumen atau alat yang akan digunakan oleh operator selama operasi
berlangsung. Seorang scrub nurse harus mengetahui setiap set instrumen yang
akan digunakan, selain itu scrub nurse juga dituntut untuk memahami setiap
langkah-langkah operasi.
agar area steril tidak terkontaminasi, mencatat penggunaan bahan medis seperti
jumlah kassa, jarum, atau mata pisau. Selain itu circulating nurse juga bertugas
a. Fase Pre-Operatif
ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan fase awal yang menjadi landasan
perawat:
• Persiapan fisik klien meliputi: status kesehatan fisik secara umum, status
laboratorium)
• Informed consent
perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh dan tekanan darah pasien.
pasien
c. Fase Pascaoperatif
• Pemulangan
sebagai berikut:
1. Zona Publik Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap
2. Zona Semi Publik Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidak
3. Zona Privasi Area yang menyediakan dan ruang perawatan dan pengelolaan
pasien, misalnya gedung operasi, kamar bersalin, ICU/ ICCU, dan ruang
rumah sakit, misalnya ruang cuci, dapur, bengkel, dan CSSD. Pelayanan, tenaga,
sarana prasarana dan peralatan untuk pelayanan kamar operasi yang berada di
zona privasi terkait dengan pelayanan anestesiologi dan reanimasi serta perawatan
intensif sesuai klasifikasi rumah sakit. Selain berdekatan dengan ICU serta
pelayanan anestesiologi pada tipe rumah sakit D dan C dimana UGD belum
memiliki kamar operasi cito sendiri maka letak kamar operasi ini (IBS) harus
berdekatan dengan UGD. Rumah sakit menyediakan lingkungan yang aman dan
nyaman untuk melakukan operasi baik untuk pasien maupun tenaga medis yang
beraktifitas di dalamnya. Kenyamanan dan keamanan ini dapat di capai dari dua
hal kenyamanan fisik dan kenyamanan non fisik. Yang dimaksud dengan
ruang tunggu bagi dokter dokter sebelum atau sesudah melakukan operasi, dimana
ruangan tersebut di lengkapi dengan fasilitas sofa yang ergonomis, view natural
atau artifisial, internet connection, bed dan pantry semi streril misalnya.
non-steril
d. Lalu lintas kamar operasi harus teratur dan tidak simpang siur
e. Terdapat batas yang tegas yang memisahkan antara daerah steril dan non-
a. kamar yang tenang untuk tempat pasien menunggu tindakan anestesi yang
operasi
j. Alur terdiri dari pintu masuk dan keluar untuk staf medik dan paramedik;
kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung m. Syarat kamar
operasi:
• Lebar pintu minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,1 m, terdiri dari
• Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka dan ditutup
• Paling sedikit salah satu sisi dari ruang operasi ada kaca
• Ukuran kamar operasi minimal 6x6 m2 dengan tinggi minimal 3
lengkung
• Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan
ruangan 50-60%
• Arah udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi dari atas
ke bawah
dari bagian alat steril cukup dengan sebuah loket yang dapat
dibuka/ ditutup
langit-langit
Tipe D Tipe C Tipe B Sarana Ruang tersendiri yang memenuhi persyaratan septik dan
aseptik sesuai dengan kemampuan pelayanan bedah dan anestesiologi pada kelas rumah
sakit ini.
1. Ruangan: Ruang scrub Ruang pra-anestesi Ruang operasi yang berhubungan langsung
2. Ruang pemulihan
3. Ruang sterilisasi
8. Ruang tunggu
9. Gudang
10. Toilet.
anestesia dan analgesia bagi pasien pembedahan dan tindakan medik lain yang menimbulkan
rasa takut, rasa cemas dan rasa nyeri, melakukan resusitasi jantung, paru dan otak, melakukan
gas darah dan metabolisme, serta melakukan penatalaksanaan nyeri kronis. Rumah sakit
menyediakan lingkungan yang nyaman untuk melakukan anestesi, yaitu minimum 20º C dan
maksimal 26º C Fasilitas untuk induksi anestesi dirancang dan dilengkapi untuk dapat
a. Ruangan dilengkapi dengan oksigen medik, penghisap lendir, penerangan yang sesuai,
c. Tenaga listrik darurat dan penghisap lendir yang digunakan secara mekanik dapat
Sarana fisik minimal yang diperlukan untuk mendukung pelayanan anestesiologi dan
reaminasi:
d. Kantor administrasi
e. Kamar obat dan alat Sistem Sirkulasi. Pada kamar operasi pengguna jalur sirkulasinya
adalah pasien, pengunjung staf medis, perawat dan logistical support. Pasien yang masuk
ke kamar operasi dapat berasal dari bangsal, UGD atau dari instalasi rawat jalan yang di
terima di ruang persiapan. Pengunjung yang biasanya merupakan keluarga dari pasien
yang dioperasi akan menunggu di ruang tunggu keluarga pasien. Masing masing dari
mereka akan di bedakan jalur sirkulasinya. Sistem sirkulasi manusia dan logistical support
di kamar operasi ini menggunakan system one way yaitu tidak saling bertubrukan
terutama untuk logistical steril dan non steril dengan menggunakan system koridor
maupun selasar, yang memiliki standar lebar yang sama yaitu minimal 2,44 m. Untuk
rumah sakit yang baru berkembang dan belum memungkinkan adanya system one way
ini, maka dapat di siasati dengan menghilangkan factor penulasarn infeksi dan
Operasi Kamar operasi harus mempunyai standar yang tinggi terhadap kebersihan dan
kondisi aseptic.
Kamar oeprasi mempunyai beberapa jenis yang standar peruangan dan mechanical
nya sedikit berbeda, seperti ruang operasi untuk cystoscopy, ophthalmology, orthopedic
dan neurosurgery mempunyai standar electrical yang berbeda terutama yang berkaitan
dengan peralatan medis yang harus disedikan. Secara umum kamar operasi membutuhkan
medical gases yang harus terpenuhi yaitu oxygen, nitrous oxide dan juga mempunyai
vacuum system untuk memompa gas gas yang tidak terpakai. Gas gas tersebut dapat
dilairkan melalui system hose drop atau medical gas column. Di kamar operasi juga
dibutuhkan smoke evacuation sebagai pembuang asap yang ditimbulkan oleh laser atau
cutter. Juga harus ada system fluorescent fixture, gas evacuation system yang dperlukan
untuk membuang gas anastesi yang sudah tidak terpakai. Penghawaan di kamar operasi
juga harus dingin dengan menggunakan system fresh air yang menjaga kesegaran di ruang
A. PENGKAJIAN
1. Perioperatif
Pengkajian pada fase perioperatif dilakukan untuk menggali permasalahan pada
pasien sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan kondisi
pasien
a. Pengkajian umum
1) Identifikasi pasien : Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi
nama, umur pasien sangat penting untuk diketahui agar guna melihat kondisi
pada berbagai jenis pembedahan
2) Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan : Diperlukan sebagai penetapan
finansial yang sangat bergantung pada kemampuan pasien dan kebijakan
rumah sakit tempat pasien dan akan menjalani pembedahan
3) Persiapan umum : Informed consent dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan
b. Pengkajian Riwayat
1) Riwayat alergi : Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai
obat yang mungkin diberikan selama fase intraoperatif
2) Kebiasaan merokok, alcohol, narkoba : Pasien perokok memiliki resiko yang
lebih besar mengalami komplikasi paru-paru pasca operasi. Kebiasan
mengkonsumsi alcohol mengakibatkan reaksi yang merugikan terhadap obat
anastesi. Pasien yang mempunyai riwayat narkoba perlu diwaspadai
kemungkinan terjadi HIV dan hepatitis
3) Penkajian nyeri : Pengkajian nyeri yang benar memungkinkan perawat
perioperatif uantuk menentukan status nyeri pasien.
c. Pengkajian psikososial/spiritual
1) Kecemasan praoperatif : Untuk menggali peran orang terdekat, baik keluarga
atau sahabat. Adanya sumber dukungan orang terdekat akan menurunkan
kecemasan.
2) Perasaan pasien yang merasa takut biasanya akan sering bertanya, tampak
tidak nyaman jika ada yang memasuki ruangan/secara aktif mencari dukungan
dari teman dan keluarga.
3) Konsep diri : pasien yang lebih positif lebih mampu menerima operasi yang di
dalamnya dengan tepat
4) Citra diri : perawat mengkaji perubahan citra tubuh pasien yang akan terjadi
akibat operasi.
5) Sumber koping : Perawat perioperatif mengkaji adanya dukungan yang tepat
diberikan oleh orang terdekat.
6) Kepercayaan spiritual memainkan peran yang paling dalam menghadapi
cemas.
7) Pengetahuan, persepsi, pemahaman dapat membantu perawat merencanakan
tindakan, mempersiapkan kondisi emosional pasien.
8) Inform consent : Suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar, sbelum
melakukan pembedahan.
d. Pemeriksaan fisik
Dimulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan persistem. Fokus
pemeriksaan yang dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat
melakukan anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan system tubuh yang akan
mempengaruhi atau dipengaruhi respon pembedahan.
e. Pemeriksaan diagnostik
Dokter bedah akan meminta pasien untuk menjalankan pemeriksaan diagnostic
guna melihat kondisi yang tidak normal
2. Intraoperatif
a. Pengkajian mental bisa pasien diberi anastesi local dan pasien masih sadar/terjaga
sebaiknya perawat menjelaskan procedure yang sedang dilakukan terhadapnya
dan memberi dukungan agar tidak cemas.
b. Pengkajian fisik (tanda-tanda vitas) bila terjadi ketidak normalan maka perawat
harus memberi tahukan ketidak normalan tersebut kepada ahli bedah.
c. Transfusi dan infuse, monitor flabot apakah masih tersedia/belum.
d. Pengeluaran urine
3. Post operatif
a. Status respirasi : Bersihan jalan napas, kedalaman pernapasan, kecepatan dan sifat
pernapasan serta bunyi napas.
b. Status sirkulasi : Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit.
c. Status neurologis : Tingkat kesadaran.
d. Balutan : Keadaan drein, keadaan luka
e. Kenyamanan : Terdapat nyeri, mual, muntah.
f. Keselamatan diperlukan penghalang samping tempat tidur kabel panggil yang
dijangkau dan alat pemantau dipasang.
g. Perawatan : Cairan infuse, jumlah cairan, kecepatan, kelancaran cairan.
h. Nyeri : Waktu, tempat, frekuensi, kualitas, dan factor yang
memperberat/memperingan nyeri.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
a. Ansietas b/d kehawatiran mengalami kegagalan d.d rencana operasi
b. Resiko hipotermi perioperative b/d procedure pembedahan
2. Post Operasi
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d.d kondisi pembedahan
b. Resiko infeksi d.d tindakan invasive
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pre operasi
No. SDKI SLKI SIKI
1 Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas
Defisini: Kondisi emosi dan Setelah dilakukan Obesevasi
pengalaman subyektif individu tindakan 1. Idemtifikasi saat
terhadap objek yang tidak jelas keperawatan dalam tingkat ansietas
dan spesifik akibat antisipasi waktu …x 24 jam berubah
bahaya yang memungkinkan ekspektasi tingkat 2. Monitor tanda-tanda
individu melakukan tindakan ansietas klien ansietas
untuk menghadapi ancaman. membaik. Teraupetik
Ditandai dengan : Kriteria hasil: 1. Ciptakan suasana
Gejala dan Tanda Mayor a. Verbalisasi teraupetik
- Data Subjektif : kebingungan 2. Temani pasien untuk
1. Merasa bingung b. Verbalisasi mengurangi
2. Merasa khawatir khawatir akibat kecemasan
dengan akibat dari kondisi yang di 3. Dengarkan dengan
kondisi yang dihadapi hadapi penuh perhatian
3. Sulit berkonsentrasi c. Prilaku gelisah 4. Gunakan pendekatan
- Data Objektif : d. Prilaku tegang tenang
1. Tampak gelisah e. Tremor Edukasi
2. Tampak tegang f. Pucat 1. Jelaskan prosedur
3. Sulit tidur g. Palpitasi dan sensasi
Gejala dan Tanda Minor 2. Anjurkan keluarga
- Data subjektif untuk saling
1. Mengeluh pusing bersama pasien
2. Anoreksia 3. Anjurkan
3. Palpitasi mengungkapkan
4. Merasa tidak berdaya perasaan
- Data Objektif 4. Latih Teknik
1. Frekuensi napas relaksasi
meningkat
2. Frekuensi nadi
meningkat
3. Tekanan darah
meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada
masa lalu
2 Resiko hipotermi perioperatif Termoregulasi Manajemen
Definisi : Beresiko mengalami Setelah dilakukan Hiportermia
penurunan suhu tubuh di bawah tindakan Observasi
36 C secara tiba-tiba yang keperawatan 1. Monitor suhu tubuh
terjadi satu jam sebelum diharapkan 2×24 2. Monitor tanda gejala
pembedahan hingga 24 jam jam ekspektasi hipotermia
setelah pembedahan. termoregulasi Teraupetik
membaik. 1. Sediakan lingkungan
Kriteria Hasil : yang hangat
a. Menggigil 2. Lakukan
b. Suhu tubuh penghangatan pasif
c. Suhu kulit Edukasi
d. Takipnea 1. Anjurkan
makan/minum
hangat
2. Post Operasi
No. SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
Defisini: Pengalaman sensorik Setelah dilakukan Observasi
atau emosional yang berkaitan tindakan 1. Idemtifikasi lokasi,
dengan kerusakan jaringan keperawatan dalam karakteristik, durasi,
actual atau fungsional, dengan waktu …x 24 jam frekuensi, kualitas,
onset mendadak atau lambat ekspektasi tingkat dan intesitas nyeri
dan berintensitas ringan nyeri klien membaik. 2. Identifikasi skala
hingga berat yang berlangsung Kriteria hasil: nyeri
kurang dari 3 bulan. a. Keluhan nyeri Teraupetik
Ditandai dengan : b. Meringis 1. Ajarkan Teknik
Gejala dan Tanda Mayor c. Gelisah nonfarmakologi
- Data Subjektif : d. Kesulitan tidur Kolaborasi
1. Mengeluh nyeri e. Frekuensi nadi 1. Kolaborasi
- Data Objektif : f. Pola napas pemberian analgetik
1. Tampak meringis g. Tekanan darah
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
- Data subjektif
(tidak tersedia)
- Data Objektif
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas berubah
3. Proses berfikir
terganggu
4. Menarik diri
5. Berfokus pada diri
sendiri
6. Diaforesis
2 Resiko infeksi Tingkan infeksi Pencegahan infeksi
Definisi : Beresiko mengalami Setelah dilakukan Obeservasi
peningkatan terserang tindakan 1. Monitor tanda gejala
organisme patogenik. keperawatan infeksi lokaldan
diharapkan 2×24 sistemik
jam ekspektasi Teraupetik
tingkat infeksi 1. Cuci tangan
membaik. sebelum dan
Kriteria Hasil : sesudah kontak
a. Demam dengan pasien dan
b. Kemerahan lingkungan
c. Nyeri 2. Pertahankan Teknik
d. Bengkak aseptic pada pasien
e. Drainase resiko tinggi
purulen Edukasi
1. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
2. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Tim Prokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Jakarta.
Tim Prokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan, Jakarta.