Anda di halaman 1dari 61

PENGARUH LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP

PROFITABILITAS (STUDI KASUS SEKTOR BARANG KONSUMSI SUB

SEKTOR FARMASI DAN KOSMETIK YANG TERDAFTAR PADA

BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014 - 2018)

SKRIPSI

Oleh :

Nama : Annisa

NIM : 2015-06-62201-00

UNIVERSITAS ISLAM ATTAHIRIYAH

JAKARTA

2019

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pasti memiliki tujuan

tertentu yang ingin dicapai, tidak hanya untuk mencari laba namun juga

berusaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Dalam mencapai

tujuan tersebut, tidak sedikit pihak manajemen yang menerapkan praktik

yang tidak sehat dalam pengambilan keputusan baik secara operasional atau

dalam metode akuntansi yang berpengaruh pada peningkatan kinerja suatu

perusahaan (Anastasia dan I Gde: 2014). Kinerja perusahaan dapat

tercermin dalam informasi yang disajikan pada laporan keuangan, yakni

dalam laporan posisi keuangan ataupun dalam laporan laba rugi perusahaan

komprehensif. Analisis laporan keuangan berguna untuk mengindentifikasi

setiap kelemahan dari keadaan keuangan yan dapat menimbulkan masalah

di masa depan, dan menentukan setiap kekuatan yang dapat dipergunakan

(Muslich,dalam Rahim: 2016).

Perusahaan industri barang konsumsi adalah salah satu sektor yang

ikut berperan dalam pasar modal. Industri barang konsumsi merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, mulai dari mengolah

bahan baku menjadi barang jadi hingga dikonsumsi oleh masyarakat. Bagi

investor atau pelaku indusri, barang konsumsi merupakan salah satu industri

yang prospektif untuk berinvestasi. Hal tersebut karena produk industri


3

barang konsumsi merupakan kebutuhan sehari- hari yang dikonsumsi oleh

masyarakat. Dengan demikian, industri barang konsumsi menjadi peran

terbesar dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Pertumbuhan PDB subsektor industri barang konsumsi mengalami

fluktuasi. Dalam subsektor industri makanan dan minuman, PDB pada tahun

2015 sebesar 10,98% menurun sampai tahun 2016 menjadi sebesar 4,07%,

kembali naik pada tahun 2017 menjadi 9,49%, dan menurun kembali

menjadi 7,54% pada tahun 2018. Hal yang sama pada subsektor industri

pengolahan tembakau, sub sektor industri kimia, farmasi dan obat

tradisional dan sub sektor kosmetik mengalami fluktuasi juga pada tahun

2015 sampai dengan 2017. Perusahaan industri barang konsumsi secara

keseluruhan mencatat pertumbuhan yang cukup baik dari tahun ke tahun,

karena semakin meningkatnya permintaan terhadap produk-produk industri

barang konsumsi. Pertumbuhan industri barang konsumsi yang terus-

menerus positif tentunya akan menaikkan pula nilai investasi pada bidang

ini nantinya.

Perusahaan yang dianggap prospektif dapat diartikan sebagai

perusahaan yang memberikan profit atau laba di masa yang akan datang.

Pada dasarnya, suatu perusahaan yang baik kinerjanya akan mempunyai

laba yang tinggi. Karena dalam dunia investasi, laba yang tinggi dapat

dilihat dari kinerja perusahaannya, dimana semakin tinggi laba yang

diharapkan maka semakin baik kinerjanya. Petumbuhan laba tidak dapat

dipastikan, maka perlu adanya suatu prediksi petumbuhan laba. Petumbuhan


4

laba tentunya akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor

dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan,

maupun para kreditur yang akan memberikan pinjaman ke dalam

perusahaan.

Salah satu alternatif untuk mengetahui informasi keuangan yang

dihasilkan bermanfaat untuk memprediksi petumbuhan laba, termasuk

kondisi keuangan di masa depan adalah analisis rasio keuangan (Widhi,

2011:3). Jenis rasio keuangan sangat banyak, para pemakai laporan

keuangan dapat menentukan jenis rasio yang akan dipakai sesuai dengan

kebutuhan mereka. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain Quick Ratio (QR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Net Profit

Margin (NPM).

Menurut Munawir (2012:8), “Rasio ini merupakan ukuran

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan

tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu

yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa

piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas,walaupun kenyataannya

mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang”. Apabila tingkat

likuiditas baik, perusahaan akan efektif dalam menghasilkan laba yang

munjukkan kinerja perusahaan meningkat sehingga para investor percaya

untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.

Menurut Harjadi dalam Komalasari (2015) Debt to Equity Ratio

merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja


5

perusahaan adalah aspek leverage atau hutang perusahaan. Hutang

merupakan komponen penting perusahaan khususnya sebagai salah satu

sarana pendanaan. Sering terjadi penurunan kinerja perusahaan disebabkan

besarnya utang yang dimiliki perusahaan sehingga kesulitan dalam

memenuhi kewajiban tersebut. Rasio Debt to Equity Ratio merupakan rasio

yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi oleh modal

sendiri. Menurut (Dwi Putri Esthrirahayu, dkk, 2014), semakin tinggi DER

menunjukkan semakin besar kepercayaan dari pihak luar, hal ini sangat

memungkinkan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, karena dengan

modal yang besar maka kesempatan untuk meraih tingkat keuntungan juga

besar sehingga dalam dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang baik.

Menurut Riyanto (2013:336) “Net Profit Margin adalah perbandingan

antara net operating income dengan net sales. Net Profit Margin merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Rasio ini

akan menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total

penjualan bersih.

Penelitian-penelitian terdahulu yang menghubungkan rasio keuangan

dengan pertumbuhan laba yang terjadi pada perusahaan telah banyak

dilakukan, diantaranya dalam penelitian yang dilakukan oleh Gautama dan

Hapsari (2016) menggunakan rasio aktivitas dan rasio solvabilitas untuk

melihat hubungan terhadap profitabilitas. Hal ini dilakukan juga oleh

Purwanto dan Bina (2016). Untuk hasilnya menunjukkan bahwa, penelitian

Gautama dan Hapsari (2016) pada rasio aktivitas dan rasio solvabilitas
6

secara parsial. Penelitian-penelitian terdahulu yang menghubungkan rasio

keuangan dengan pertumbuhan laba yang terjadi pada perusahaan telah

banyak dilakukan, diantaranya dalam penelitian yang dilakukan oleh

Gautama dan Hapsari (2016) menggunakan rasio aktivitas, rasio

profitabilitas, dan rasio solvabilitas untuk melihat hubungan terhadap

pertumbuhan laba. Hal ini dilakukan juga oleh Purwanto dan Bina (2016).

Untuk hasilnya menunjukkan bahwa, penelitian Gautama dan Hapsari

(2016) pada rasio aktivitas dan rasio solvabilitas secara parsial tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas. Namun berbeda dengan penelitian

Purwanto dan Bina (2016), menunjukkan hasil bahwa rasio aktivitas dan

rasio solvabilitas memiliki pengaruh signifikan negative terhadap

pertumbuhan laba, sedangkan rasio profitabilitas memiliki pengaruh

signifikan positif terhadap pertumbuhan laba. Selanjutnya, Trirahaju (2015)

dan Riyadi (2017) menggunakan rasio yang sama yaitu rasio likuiditas, rasio

solvabilitas, rasio aktivitas, untuk melihat hubungan terhadap profitabilitas.

Dimana, penelitian Trirahaju (2015) menunjukkan bahwa, rasio likuiditas

dan rasio profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan

laba, rasio aktivitas dan rasio solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap

profitabilitas. Namun berbeda dengan hasil penelitian Riyadi (2017),

menunjukkan bahwa, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas memiliki

pengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan rasio likuiditas dan rasio

solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Penelitian lain

dilakukan oleh Puspasari et al (2017) dimana hasilnya menunjukkan bahwa


7

rasio likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba,

sedangkan rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan ukuran perusahaan

memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti menyimpulkan

bahwa dalam menganalisis pertumbuhan laba perusahaan dapat

menggunakan rasio-rasio keuangan, dengan menggunakan rasio keuangan

tersebut peneliti dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan laba perusahaan

dengan menggunakan data historis berupa laporan keuangan perusahaan.

Pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya, bertujuan untuk

mengetahui pertumbuhan laba perusahaan dengan menggunakan rasio

keuangan Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Net Profit Margin.

Karena berdasarkan dimensi waktu dari data yang dimiliki merupakan

kombinasi antara time series dan cross section, maka pada penelitian ini

menggunakan metode analisis data panel. Dimana, menurut Suharsaputra

(2012:39) analisis time series merupakan penelitian longitudinal yang

mengkaji fenomena dalam suatu rangkaian waktu, sedangkan cross-section

merupakan penelitian yang menggunakan data yang dikumpulkan dalam

satu waktu terhadap banyak individu (Nachrowi dan Usman, 2008:309).

Dari uraian diatas, penulis ingin membuktikan apakah variabel

independen yang digunakan dalam penelitian penulis memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen yang dimiliki. Dimana, variabel independen

yang digunakan yaitu Quick Ratio (QR) dan Debt to Equity Ratio (DER),

sedangkan variabel dependen yang digunakan Net Profit Margin (NPM).


8

Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas Dan Solvabilitas Terhadap

Profitabilitas (Studi Kasus Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor

Farmasi Dan Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

Periode 2014 - 2018).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya permintaan pada barang konsumsi membuat perusahaan

menerapkan praktik yang tidak sehat dalam pengambilan keputusan

baik secara operasional atau dalam metode akuntansi.

2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto barang konsumsi mengalami

fluktuasi khususnya farmasi dan kosmetik.

3. Adanya masalah penelitian tentang perbedaan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi profitabilitas.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah ini agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara

fokus sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi penelitian

ini pada “Pengaruh Likuiditas Dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas

(Studi Kasus Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi Dan Kosmetik

Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2014 - 2018).

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat diambil


9

perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas pada

perusahaan Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi Dan

Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.

2. Bagaimana solvabilitas berpengaruh terhadap profitabilitas pada

perusahaan Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi Dan

Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitan

Adapun tujuan penelitian ini dibagi atas tujuan umum dan tujuan

khusus adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis tingkat likuiditas pada perusahaan Sektor Barang

Konsumsi Sub Sektor Farmasi Dan Kosmetik Yang Terdaftar Pada

Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menganalisis tingkat solvabilitas pada perusahaan Sektor

Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi Dan Kosmetik Yang Terdaftar

Pada Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk menganalisis perbandingan likuiditas dan profitabilitas

perusahaan Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi Dan

Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.

1.5.2. Manfaat Penelitian

1. Bagi Teoritis
10

Untuk memberikan sumbangan pikiran terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan ekonomi mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap

profitabilitas. Dan dapat digunakan sebagai dasar perluasan penelitian

terutama yang berhubungan dengan rasio keuangan yang dikaitkan

dengan pada penelitian selanjutnya.

2. Bagi Praktis

Bagi investor, dengan adanya informasi mengenai laporan keuangan

dengan jelas dapat membantu dalam keputusan berinvestasi. Dan bagi

perusahaan Go Public, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan masukan bagi perusahaan tersebut dalam membuat

kebijakan, sehingga dapat menarik banyak investor


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Konsep Laporan Keuangan

Hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi disebut dengan laporan

keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi

yang dilakukan dari perusahaan yang terjadi selama satu periode akuntansi

atau satu tahun buku.

Menurut Hanafi dan Halim, dalam buku Analisis Laporan Keuangan

(2012:63), Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa

memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan

informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan

gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan.

Menurut Adrian dan Shin dalam jurnal yang berjudul Liquidity And

Financial Contagion (2010,42) “laporan keuangan merupakan ringkasan

transaksi yang digunakan sebagai alat untuk menginformasikan kondisi

keuangan yang terjadi selama satu periode akuntansi atau satu tahun buku

dari suatu organisasi atau perusahaan”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (20011:3), tujuan laporan

keuangan adalah “menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan

11
12

ekonomi”. Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari

laporan keuangan adalah “memberikan informasi keuangan yang

mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan yang ditujukan

kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja

keuangan terhadap perusahaan di samping pihak manajemen perusahaan”.

Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan,

membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari

keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak

keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk

meramalkan, membandingkan dan menilai keuangan. Seandainya nilai

uang tidak stabil, maka hal ini akan dijelaskan dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak

saja aspek-aspek kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan - penjelasan

lainnya yang dirasakan perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat

diukur secara objektf.

Menurut Prastowo dan Juliaty (2015;4-5) pemakai laporan keuangan

antara lain meliputi:

1. Investor

Para investor (dan penasehatnya) berkepentingan terhadap risiko

yangmelekat dan hasil pengembangan dari investasi yang

dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu

menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi

tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi yang


13

memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan

perusahaan dalam membayar dividen.

2. Kreditor (pemberi pinjaman)

Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat

dibayar pada saat jatuh tempo

3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang

terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha

berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih

pendek dibanding kreditor.

4. Sharehoolder’s (para pemegang saham)

Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai

kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh

dan penanaman modal untuk business plan selanjutnya.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai

kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam

perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya


14

berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga

membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,

menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun

statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Karyawan

Karyawan dan kelompok — kelompok yang mewakilinya tertarik

pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.

Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka

melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan

balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

8. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota mas yarakat dalam berbagai cara,

seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk

jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para

penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu

masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan

perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian

aktivitasnya.

Laporan keuangan atau yang biasa disebut dengan Financial

Statement berisikan informasi tentang prestasi perusahaan dimasa lampau

dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menetapkan kebijakan dimasa

yang akan datang atau di periode yang akan datang. Seperti yang telah di
15

jelaskan diatas, bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan dari data

transaksi keuangan perusahaan.

Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2011:12),

meliputi:

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan perubahan ekuitas

4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan

Kelima komponen dari laporan keuangan tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan tentang aktiva,

kewajiban dan modal dari suatu perusahaan pada periode tertentu. Adapun

pengertian neraca menurut para ahli dapat dilihart melalui beberapa

pendapat, antara lain:

Menurut Hanafi dan Halim, dalam buku Analisis Laporan Keuangan

(2012:63), Neraca adalah laporan yang meringkas posisi keuangan suatu

perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan sumber daya

ekonomis (asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal saham, dan

hubungan antar item tersebut.

Sedangkan menurut Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas

Laporan Keuangan (2010:107), Laporan Neraca, yang disebut juga dengan


16

laporan posisi keuangan perusahaan, adalah laporan yang menggambarkan

posisi aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu.

Menurut Hermanto dan Agung (2015,11) untuk menggambarkan

posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca mempunyai tiga

unsur keuangan, yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas. Ketiga unsur tersebut

dapat di subklasifikasikan sebagai berikut:

a. Aktiva, merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan dapat di

subklasifikasikan menjadi 5 unsur, yaitu:

1) Aktiva lancar, yaitu yang manfaat ekonominya diharapkan akan

diperoleh dalam waktu kurang dari satu tahun. Misalnya kas,

surat berharga, persediaan, piutang. Aktiva lancar merupakan

sumber dana dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Maka

dari itu Aktiva lancar harus dipertimbangkan dalam mengukur

tingkat likuiditas suatu perusahaan.

2) Investasi jangka panjang, yaitu penanaman modal yang biasanya

dilakukan dengan tujuan memperoleh penghasilan tetap atau

untuk menguasai perusahaan lain. Misalnya investasi saham,

investasi obligasi.

3) Aktiva tetap, yaitu aktiva yang memiliki substansi (wujud) fisik,

digunakan dalam operasi normal perusahaan dan_ tidak

dimaksudkan untuk dijual, serta memberikan manfaat ekonomi

lebih dari satu tahun. Misalnya tanah, gedung, kendaraan dan

mesin.
17

4) Aktiva yang tidak berwujud, yaitu aktiva yang tidak mempunyai

substansi fisik dan biasanya berupa hak atau hak istimewa yang

memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan untuk jangka

waktu lebih dan satu tahun. Misalnya hak cipta, Merck dagang

dan lisensi.

5) Aktiva lain — lain, yaitu aktiva yang tidak dapat dimasukkan ke

dalam salah satu dari empat subklasifikasi tersebut, misalnya

beban ditangguhkan, piutang kepada direksi, deposito, pinjaman

karyawan.

b. Kewajiban, yang merupakan hutang perusahaan masa kini dapat

disubklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:

1) Kewajiban lancar, yaitu. kewajiban yang penyelesaiannya

diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya

perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi dalam jangka kurang

dari satu tahun. Misalnya hutang dagang, hutang wesel, hutang

gaji dan upah, hutang pajak, hutang biaya atau beban lainnya

yang belum dibayar

2) Kewajiban jangka = panjang, = yaitu. =kewajiban yang

penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari

sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam

jangka waktu kurang dari satu tahun. Misalnya hutang obligasi,

hutang bank.
18

3) Kewajiban lain — lain, yaitu kewajiban yang tidak dapat

dikategorikan ke dalam salah satu subklasifikasi kewajiban

tersebut, misalnya hutang kepada direksi, hutang kepada

pemegang saham.

c. Ekuitas, yaitu merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang

merupakan - selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Ekuitas

dapat dibagi menjadi dua, yaitu

1) Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya modal

saham (termasuk sio saham bila ada), dan

2) Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak

dibagikan kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk dividen,

(ditahan).

2. Laporan Laba Rugi

Bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan

pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan

dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.

Untuk dapat menggambarkan informasi mengenai potensi (Kemampuan)

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, laporan laba

rugi mempunyai dua unsur, yaitu penghasilan dan beban, yang dijelaskan

sebagai berikut:

a. Penghasilan (income) yang diartikan sebagai kenaikan manfaat

ekonomi dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau


19

penurunan kewajiban perusahaan selama periode tertentu dapat

disubklasifikasikan meliputi:

1) Pendapatan (revenures), yaitu penghasilan yang timbul dalam

pelaksanaan aktivitas yang biasa dan yang dikenal dengan

sebutan yang berbeda, misalnya penjualan barang dagang,

penghasilan jasa, pendapatan bunga, pendapatan dividen, royalti

dan sewa.

2) Keuntungan (gains), yaitu pos lain yang memenuhi definisi

penghasilan dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam

pelaksanaan aktivitas perusahaan yang rutin misalnya pos yang

timbul dalam pengalihan aktiva lancar, revaluasi sekuritas,

kenaikan jumlah aktiva jangka panjang.

b. Beban (expense) diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi

dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban (yang

menyebabkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian

kepada pemilik) perusahaan selama periode tertentu.

3. Laporan Arus Kas

Yaitu bagian dari laporan_keuangan suatu perusahaan yang

dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk

dan keluar uang (kas) perusahaan yang diklasifikasikan menjadi 3 aktivitas

operasi, investasi dan pembiayaan.

Laporan arus kas merupakan gambaran dari mana uang kas diperoleh

perusahaan dan bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan arus kas


20

merupakan ringkasan dari penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan

selama periode tertentu

4. Laporan Perubahan Ekuitas

Yaitu salah satu bagian laporan keuangan yang menunjukan

perubahan ekuitas pemilik selama satu periode. Laporan perubahan ekuitas

terdiri dari saldo awal modal pada neraca saldo setelah disesuaikan di

tambah laba bersih atau dikurang rugi selama satu periode dan dikurangi

dengan pengambilan prive.

Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai

komponen laporan keuangan yang menunjukkan:

a. Rugi atau laba bersih periode yang bersangkutan.

b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta

jumlahnya yang berdasarkan SAK terkait diakui secara langsung

dalam ekuitas.

c. Pengaruh akumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan

perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam

SAK terkait.

d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik

e. Saldo akumulasi rugi dan laba pada awal dan akhir periode serta

perubahannya

f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing — masing jenis model

saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang

menungkapkan secara terpisah setiap perubahannya.


21

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Yaitu catatan tambahan dan informasi yang ditambahkan ke akhir

laporan keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada pembaca

dengan informasi lebih lanjut. Catatan atas Laporan Keuangan membantu

menjelaskan perhitungan item tertentu dalam laporan keuangan serta

memberikan penilaian yang lebih komprehensif dari kondisi keuangan

perusahaan. Catatan atas Laporan Keuangan dapat mencakup informasi

tentang hutang , kelangsungan usaha , piutang, kewajiban kontinjensi ,

atau informasi kontekstual untuk menjelaskan angka-angka keuangan

(misalnya untuk menunjukkan gugatan).

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.

Setiap pos dalam neraca, laporan laba — rugi dan laporan arus kas harus

berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan

keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:

a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan

akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi

yang penting.

b. Informasi yang diwajibkan dalam SAK tetap tidak disajikan dineraca,

laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.

c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan

tetap diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.


22

2.1.2. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Ada beberapa pengertian analisis laporan keuangan yang

dikemukakan oleh para ahli, antara lain.

Menurut Harahap (2017;190) mengemukakan bahwa “analisis

laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

hubungannya yang bersifat signifikan yang mempunyai makna antara satu

dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nun kuantitatif

dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang

angan penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.

Sedangkan menurut Prastowo dan Juliaty (2015:52) menjelaskan

bahwa “analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk

membedah laporan keuangan ke dalam unsur — unsurnya, menelaah

masing — masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan di antara unsur

— unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan

pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendin”.

Menurut Plantin, Shapra dan Shin (2014:365) analisis laporan

keuangan merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk memahami

hubungan — hubungan yang terdapat dalam laporan keuangan.

Menurut Prastowo dan Juliaty (2015:54), secara umum metode

analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang

dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk

beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan


23

kecenderungannya. Disebut metode horizontal karena analisis ini

membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut

metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke

tahun (periode)

2. Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan

dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode)

tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan

pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun

(periode) yang sama. Karena membandingkan antara pos yang satu

dengan yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut

metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini

membandingkan pos — pos laporan keuangan pada tahun (periode)

yang sama.

Menurut Hermanto dan Agung (2015:66) ada beberapa teknik yang

dapat digunakan dalam analisa laporan keuangan, antara lain:

1. Analisis perbandingan laporan keuangan (komparatif), adalah teknik

analisa perbandingan dari laporan keuangan selama beberapa periode

yang mengkaji perkembangan dalam rentabilitas,efektivitas/ intensitas

penggunaan modal, likuiditas / posisi keuangan jangka pendek,

solvabilitas/ posisi keuangan jangka panjang. Sehingga hasil kajian

merupakan analisa dinamis atau analisa horizontal.

2. Analisa trend, adalah teknik analisa perbandingan dari laporan

keuangan selama beberapa periode yang menggunakan tahun awal


24

sebagai tahun dasar dimana semua pos — pos yang ada dalam laporan

keuangan tahun dasar dinyatakan dengan angka 100, sehingga pos —

pos yang sama ditahun setelah tahun dasar diamati dalam rasio terhadap

tahun dasarnya. Jadi trend yang dimaksud adalah menunjukan

hubungan antara masing — masing pos suatu tahun dengan pos yang

sama pada tahun dasar.

3. Analisa rasio, merupakan teknik yang membandingkan pos — pos yang

berlainan dalam adu laporan keuangan. Perbandingan ini dilakukan atas

pos — pos yang mempunyai hubungan satu sama lainnya. Berbeda

dengan analisa komparatif dan analisa trend, analisa ini memberikan

informasi mengenai keadaan posisi keuangan pada suatu periode.

Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, merupakan suatu analisis

untuk mengetahui sumber — sumber serta penggunaan modal kerja

atau untuk mengetahui sebab — sebab berubahnya modal kerja dalam

periode tertentu.

4. Analisis sumber dan penggunaan kas, merupakan suatu analisis untuk

mengetahui sebab — sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk

mengetahui sumber — sumber serta penggunaan uang kas selama

periode tertentu.

5. Analisa break event, biasa disebut sebagai hubungan antara besarnya

jumlah investasi dan volume yang ditargetkan untuk mencapai

profitabilitas. Analisa break avent atau disebut analisa titik impas

merupakan sarana untuk menentukan titik dimana perusahaan tidak


25

mengalami keuntungan ataupun kerugian dalam mencapai usahanya.

Analisa laba kotor, merupakan salah satu metode yang bermanfaat yang

dapat digunakan oleh manajemen dalam rangka meningkatkan operasi

pusat laba dan pusat investasi analisa yang mendalam terhadap

perubahan — perubahan penjualan, biaya dan laba kotor menimbulkan

suatu pengertian yang menyeluruh mengenai langkah — langkah yang

diperlukan agar operasi perusahaan tidak terlalu menyimpang dan

harapan — harapan yang dianggarkan.

6. Analisis persentase perkomponen (Common Size) merupakan suatu

metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing —

masing aktiva terhadap total aktivanya.

Tujuan Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2015:68),

tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:

a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode

tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah

dicapai untuk beberapa periode.

b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi

kekurangan perusahaan.

c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu

dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat

ini.
26

e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis

tentang hasil yang mereka capai.

Menurut Hermanto dan Agung (2015:59) tujuan analisa laporan

keuangan adalah “untuk mengambil keputusan perencanaan dan kontrol

guna menjamin tercapainya tujuan perusahaan dalam mencapai rentabilitas

yang memuaskan dan dapat menjamin posisi keuangan yang sehat”.

Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah

informasi dalam suatu laporan keuangan.

Sedangkan menurut Munawir (2016:31), “tujuan analisis laporan

keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh

informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah

dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih

berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut

diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut

sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan

yang akan diambil”.

2.1.3. Konsep Likuiditas

Beberapa pengertian likuiditas menurut beberapa ahli ekonomi

adalah sebagai berikut: Menurut Munawir (2013:31) “Likuiditas adalah

menunjukkan kemampuan suata perusahaan untuk memenuhi kewajiban


27

keuangan yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Sedangkan menurut

Sofyan (2016:301) berpendapat “Likuiditas adalah menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek”.

Sementara menurut Sugiarso (2016:114) mengemukakan bahwa

“Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek”. Sedangkan menurut

Sutrisno (2016:215) menyebutkan bahwa “likuiditas adalah kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus

dipenuhi”’.

Sedangkan menurut Brunnermeier dan Pederson (2013:153) bahwa

likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek yang harus di penuhi. Perusahaan dapat

dikatakan dapat memenuhi kewajiban tepat pada waktunya apabila aktiva

lancar pada perusahaan lebih besar daripada hutang lancar.

Perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban tepat pada waktunya

berarti perusahaan tersebut dalam kondisi likuid. Sebaliknya apabila

perusahaan tidak dapat memenuhi kewayiban tepat pada waktunya berarti

perusahaan tersebut dalam kondisi likuid.

Terdapat dua faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam

mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan, dua faktor tersebut antara

lain aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek.


28

Menurut Kasmir (2014:132), secara umum ada beberapa tujuan dan

manfaat rasio likuiditas, yaitu :

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau

hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.

Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah

waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan

(tanggal dan bulan tertentu).

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban

jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya

jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama

dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban

jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan

persediaan. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan yang

dianggap likuiditasnya lebih rendah.

4. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar hutang.

5. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke

waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

6. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dan masing —

masing komponen yang ada di aktiva lancar dan hutang lancar.

7. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki

kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
29

Faktor — faktor yang Menentukan Likuiditas menurut Simorangkir

(2010:152), secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi posisi

likuiditas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Besarnya investasi pada harta tetap dibandingkan dengan seluruh data

jangka panjang, pemakaian dana untuk pembelian harta tetap adalah

salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Jikalau makin

banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk harta tetap. Oleh

sebab itu rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat

dicegah dengan menambah jangka panjang untuk menutup kebutuhan

harta tetap yang meningkat

2. Volume kegiatan perusahaan,

Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan

dana untuk membiayai harta lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut

dipenuhi dengan meningkatkan hutang — hutang, tetapi jika hal —

hal lain tetap, investasi dana jangka panjang untuk membiayai

tambahan kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat

dipertahankan.

3. Pengendalian harta lancar

Apabila pengendalian yang kurang baik terhadap besarnya investasi

dalam persediaan dan piutang menyebabkan adanya investasi yang

melebihi daripada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun

dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka


30

panjang. Kesimpulannya ialah bahwa perbaikan dalam pengendalian

investasi semacam imi akan dapat memperbaiki rasio likuiditas

Menurut Harahap (2017:301) “Rasio likuiditas merupakan rasio

yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

pendeknya”. Sedangkan menurut Martono dan Haryjito (2014:53)

mendefinisikan rasio likuiditas sebagai berikut:

“Rasio likuiditas (liquidity ratio) yaitu rasio yang menunjukkan

hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang

lancar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban — kewajiban finansialnya yang

harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek”.

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan

perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas

dihitung dengan menggunakan aktiva lancar dan kewajiban lancar.

Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Menurut Astuti (2014:31) mengemukakan bahwa “Rasio lancar

dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Rasio lancar menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup

dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam

jangka pendek”. Sedangkan menurut Hermanda dan Agung

(2012:106) “Rasio lancar adalah hasil pembagian antara jumlah aktiva


31

lancar dibagi dengan hutang lancar yang artinya tingkat keamanan

bagi kreditor jangka pendek”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio lancar

menutupi semua kewajiban — kewajiban lancar. Perbandingan aktiva

lancar dengan hutang lancar adalah | : 1 yang artinya 100%. Jadi,

apabila perusahaan dalam keadaan likuid maka aktiva lancar dapat

menutupi semua hutang. Semakin besar aktiva lancar suatu

perusahaan maka semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan

untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acit Test Ratio)

Menurut Munawir (2012:8), “Rasio ini merupakan ukuran

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya

dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan

memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas

dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang

kas,walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada

piutang”.

Apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa

jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari
32

100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya

(Fahmi 2011:62).

Menurut Hermanda dan Agung (2016:107) “Rasio cepat (Quick

Ratio atau Acit Test Ratio) dihitung dengan mengeluarkan pos — pos

aktiva lancar yang tidak likuid atau yang cukup lama prosesnya bila

dijadikan kas, atau hanya pos yang lancar saja yang akan digunakan.

Antara lain terdiri dari kas, wesel tagih dan piutang dagang.

Rasio cepat menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling

likuid dalam menutupi hutang lancar”.

Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

3. Rasio Kas (Cash Ratio) Menurut Hermanto dan Agung dalam buku

Analisa Laporan

Keuangan (2016:108) “Rasio Kas (Cash Ratio) merupakan rasio

yang paling likuid Siantar rasio — rasio yang ada, sebab rasio ini

hanya memperbandingkan pos — pos lancar yang terdapat dalam

aktiva lancar yaitu cash on hand, cash in bank dan wesel, yang

dibandingkan dengan jumlah hutang lancar’’. “Rasio ini merupakan

rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar

dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar

tahun yang bersangkutan (Muchlisin Riadi, 2012:2)”.


33

Rasio Kas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2.1.4. Konsep Solvabilitas

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik

kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang (Munawir, 2002: 32).

Menurut Kasmir (2013: 156-163) jenis Rasio Solvabilitas (Leverage)

antara lain :

1) Debt To Assets Ratio (DAR) Rasio ini merupakan perbandingan

antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh

aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari

keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat

dihitung dengan rumus:

2) Debt To Equity Ratio (DER) Merupakan perbandingan antara hutang–

hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan

kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh

kewajibanya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:


34

3) Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) Merupakan perbandingan

antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan untuk

menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam memenuhi kewajiban

perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

2.1.5. Konsep Profitabilitas

1) Pengertian Profitabilitas

Profit dalam kegiatan operasional perusahaan merupakan elemen

penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang

akan datang. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari kemampuan

perusahaan untuk dapat bersaing dipasar.

Setiap perusahaan mengharapkan profit yang maksimal. Laba

merupakan alat ukur utama kesuksesan suatu perusahaan. Profitabilitas

adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang oleh

perusahaan.

Menurut Sutrisno (2016:16) “profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang


35

bekerja didalamnya. Profitabilitas menurut sofyan Syafri Harahap

(2014:304) adalah “Menggambarkan kemampuan perusahaan

mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada

seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang

perusahaan, dan lain sebagainya”.

Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2014:109) “Profitabilitas

merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang

dilakukan oleh perusahaan”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan

adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan

menggunakan sumber daya yang ada didalam perusahaan itu sendiri.

2) Rasio Profitabilitas

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting

adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Untuk

mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan digunakan rasio

profitabiitas. Menurut Kasmir (2015:196) “Rasio Profitabilitas merupakan

rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”.

Rasio profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2014:107)

“Sekelompok rasio yang menunjukan gabungan efek – efek dari likuiditas,

manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi.Rasio ini meliputi margin

laba atas penjualan, rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba,

tingkat pengembalian atas total aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas

saham biasa”.
36

Rasio profitabilitas merupakan J. Fred Weston dan Thomas

E.copeland (2014:237) adalah mengukur efektivitas manajemen

berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan

investasi. Rasio profitabilitas menurut Sutrisno (2015:222) adalah rasio

untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh

oleh perusahaan.

Berdasarkan teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio

profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar sebuah

perusahaan mampu menghasilkan laba dengan menggunakan semua faktor

perusahaan yang ada didalamnya untuk menghasilkan laba yang maksimal.

Rasio profitabilitas ini yang biasanya dijadikan bahan pertimbangan

investor dalam menanamkan sahamnya disuatu perusahaan. Bila suatu

perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi terhadap

pengembalian saham, maka seorang investor akan memiih perusahaan

tersebut untuk menanamkan sahamnya.

Penjualan dan investasi yang besar sangat diperlukan dan

mempengaruhi besarnya rasio profitabilitas semakin besar aktivitas

penjualan dan investasi maka akan semakin besar pula rasio

profitabilitasnya.

Secara umum ada empat jenis analisis utama yang digunakan untuk

menilai tingkat profitabilitas yakni terdiri dari, Menurut Kasmir

(2015:199):

a. Net Profit Margin (NPM)


37

Menurut Riyanto (2013:336) “Net Profit Margin adalah suatu

rasio yang mengukur keuntungan netto per rupiah penjualan”.

Menurut Riyanto (2013:336) “Net Profit Margin adalah

perbandingan antara net operating income dengan net sales. Net

Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

margin laba atas penjualan. Rasio ini akan menggambarkan

penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan bersih.

Persentase ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

b. Return On Asset (ROA)

Return On Asset menurut Kasmir (2012:201) adalah “rasio yang

menunjukan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan”.

Menurut Toto Prihadi (2008) mengemukakan ROA bertujuan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendaya gunakan

aset untuk memperoleh laba dan mengukur hasil total untuk seluruh

kreditor dan pemegang saham selaku penyedia sumber dana.

Menurut Toto Prihadi (2008:68) “Return On Asset yaitu rasio yang

digunakan untuk mengukur tingkat laba terhadap asset yang

digunakan dalam menghasilkan laba tersebut”. Persentase ini

dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :


38

c. Return On Equity (ROE)

Menurut Brigham & Houston (2010:99) “Return On Equity

yaitu rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa mengukur tingkat

pengembalian atas investasi pemegang saham. Sedangkan menurut

Tandelin “Return On Equity menggambar sejauh mana kemampuan

perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang

saham”.

Menurut Sawir (2015 : 20) “Return On Equity adalah rasio yang

memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal

sendiri secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari investasi

yang telah dilakukan pemiliki modal sendiri atau pemegang saham

perusahaan”. Persentase ini dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut :

d. Earning Per share (EPS)

Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan

jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa

(Syamsuddin, 2014:66). Menurut Sofyan Syafri Harahap 2008 : 306

“Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukan berapa besar

kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba”. Oleh


39

karena itu pada umumnya perusahaan manajemen perusahaan,

pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik

akan Earning Per Share. Earning Per Share merupakan suatu

indikator keberhasilan suatu perusahaan.

2.1.6. Konsep Net Profit Margin

Net profit margin menurut Werner R. Murhadi (2013 : 64) yaitu

mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba neto

dari setiap penjualannya. Jika semakin tinggi nilai net profit margin, maka

itu menunjukkan semakin baik.

Menurut Kasmir (2015:200), menyatakan bahwa Net profit margin

merupakan ukuran keuntungan yang membandingkan antara laba setelah

bunga dan pajak dibandingkan dengan penjulan. Rasio ini menunjukkan

pendapatan bersih perusahaan atas penjulan.

Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan

dalam menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode tertentu (Mamduh

Hanafi, 2015:83).

Menurut Werner R. Murhadi (2013:64) Net Profit Margin adalah

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba neto dari

setiap penjualannya. Semakin tinggi nilai NPM maka menunjukkan

semakin baik.
40

Menurut Hery (2015:235) mengemukakan bahwa harga saham

sebagai berikut : “Net profit margin (NPM) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur besarnya persentasi laba bersih atas penjualan

bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan

bersih”. Menurut Werner R.Muhardi (2013:64) mengemukakan bahwa net

profit margin adalah : “Net profit margin adalah mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba neto dari setiap

penjualannya. Semakin tinggi nilai net profit margin maka menunjukan

semakin baik”. Sedangkan net profit margin menurut Kasmir (2015:197)

mengemukakan bahwa : “Net profit margin (NPM) merupakan hubungan

antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan menunjukan kemampuan

manajemen dalam menjalankan perusahaan sampai cukup berhasil dalam

memulihkan atau mengendalikan harga pokok barang dagangan/jasa,

beban operasi, penyusutan, bunga pinjaman dan pajak”.

Net Profit Margin ratio bisa dihitung melalui cara membagi laba

bersih dengan total penjualan. Rumus mencari net profit margin adalah

sebagai berikut ini.

Net Profit Margin = Net Profit/ Net Sales

Keterangan:

Net Profit Margin = Marjin laba bersih

Net Profit = Laba bersih setelah pajak

Net Sales = Pendapatan penjualan bersih


41

Berdasarkan beberapa teori menurut para ahli di atas maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa Net Profit Margin adalah kemampuan

perusahaan untuk memperoleh laba di setiap penjualan yang telah di

kurangi bunga dan pajak disetiap periode.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Hal ini juga didukung dari penelitian Afrinda(2009), hasil

penelitiannya menjelaskan bahwa debt to assets ratio, debt to equity ratio

dan long term debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap

profitabilitas yaitu return on total assets ratio (ROA).

Berbeda dengan penelitian Ludijanto (2012) tentang pengaruh

likuiditas dan solvabilitas terhadap perofitabilitas pada perusahaan real

estate dan property yang terdaftar di BEI, mengemukakan adanya pengaruh

positif antara leverage atau solvabilitas terhadap profitabilitas pada

perusahaan property dan real estate di BEI. Hal ini didukung dengan

penelitian Yahya (2012), tentang analisis pengaruh leverage terhadap

perofitabilitas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI, dalam

temuan hasil penelitiannya juga menjelaskan bahwa debt to assets ratio

(DAR) berpengaruh positif terhadap return on total assets ratio (ROA).

Penelitian yang dilakukan oleh Casimira Susilaningrum pada tahun

2016 ini berjudul “Pengaruh Retun On Assets, Rasio Likuiditas dan Rasio

Solvabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR) sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada

Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI)”. Tujuan penelitian eleven


42

adalah untuk mengetahui pengaruh : (1) ROA terhadap Nilai perusahaan, (2)

Rasio Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan, (3) Rasio Solvabilitas terhadap

Nilai Perusahaan, (4) ROA, Rasio Likuiditas, dan Rasio Solvabilitas

terhadap Nilai Perusahaan, (5) ROA, Rasio Likuiditas, dan Rasio

Solvabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan CSR sebagai variabel

moderasi. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi sederhana, analisis regresi berganda dan analisis regresi moderasi

dan pengungkapan nilai perusahaan menggunakan Tobin’s Q.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif

rasio likuiditas dan solvabilitas terhadap nilai perusahaan. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian relevan adalah keduanya menggunakan

rasio solvabilitas dan rasio likuiditas sebagai variabel independen serta

menggunakan Tobin’s Q untuk pengungkapan nilai perusahaan. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian relevan yaitu penelitian relevan

mengunakan ROA sebagai variabel independen dan juga mnggunakan CSR

sebagai variabel moderasi, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan

rasio profitabilitas sebagai variabel independen lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Alfredo Mahendra DJ pada tahun 2011

ini berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan

(Kebijakan Deviden sebagai Variabel Moderating) pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian relevan adalah

untuk mengetahui pengaruh : (1) likuiditas terhadap nilai perusahaan (2)

kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap nilai


43

perusahaan (3) leverage terhadap nilai perusahaan (4) kebijakan dividen

mampu memoderasi pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan (5)

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (6) kebijakan

dividen mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan. Metode analisis dalam penelitian relevan menggunakan analisis

regresi linier berganda dan Moderated Regression Analysis untuk

mengetahui gambaran mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai pemoderasi secara parsial

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Likuiditas berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dan Profitabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian relevan adalah keduanya menggunakan

rasio likuiditas, rasio leverage dan rasio profitabilitas sebagai variabel

independen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian relevan yaitu

penelitian relevan menggunakan populasi yakni perusahaan manufaktur

yang terdaftardi BEI sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan

sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. (Sugiyono: 2014:60). Berikut kerangka pemikiran

dalam penelitian ini:


44

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Likuiditas
(X1)

Profitabilitas (Y)

Solvabilitas (X2)

Sumber : Penelitian terdahulu, pendapat Daniel Arfab Aruan (2013)

2.4. Hipotesis

1. Diduga ada Pengaruh likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus

pada perusahaan Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi Dan

Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia tahun 2014-

2018).

2. Diduga ada Pengaruh Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Studi Kasus

pada perusahaan Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi Dan

Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia tahun 2014-

2018).
45

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dimulai pada bulan Juli 2019 yang akan ditargetkan untuk

selesai pada bulan September 2019. Tempat penelitian pada Perusahaan

barang konsumsi (farmasi dan kosmetik) yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia Periode 2014 - 2018.

Tabel 3.1
Rencana Penelitian
Bulan
No Keterangan
Juni Juli Agustus
1 Persetujuan Dosen Seminar
2 Observasi
3 Pengumpulan data
4 Bimbingan Skripsi
5 Persetujuan Dosen pembembing
6 Sidang Skripsi
Sumber : Data Olah Tahun 2019

3.2. Desain Peneitian

Menurut Hendryadi (2018:125) fungsi dari desain penelitian adalah

untuk memastikan bahwa bukti yang diperoleh memungkinkan peneliti

untuk secara efektif menjawab masalah penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Hendryadi

(2018:129) penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan

analisis data yang berbentuk numerik/angka. Pada dasarnya,pendekatan ini

menggambarkan data melalui angka-angka, seperti persentasi tingkat


46

pengangguran,kemiskinan, dan rasio keuangan, dan lain sebagainya. Tujuan

penelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan dan menggunakan

model matematis, teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena

yang diselifiki oleh peneliti.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Menurut Hendryadi (2018:214) populasi adalah sekumpulan

orang,kejadian,atau benda yang memiliki karakteristik tertentu dan

dijadikan objek penelitian.

Dalam penelitian ini populasinya adalah Perusahaan barang konsumsi

(farmasi dan kosmetik) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode

2015 – 2018 sebanyak 16 perusahaan.

3.3.2. Sampel

Menurut Hendryadi (2018:216), sampel adalah sebagian dari populasi

yang akan diambil untuk diteliti dan hasil penelitiannya digunakan sebagai

representasi dari populasi secara keseluruhan.

Penulis menggunakan metode Purposive Sampling dalam

pengambilan sampel. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2018:109), Purposive

Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau

kriteria-kriteria tertentu.

Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini terdapat beberapa

kriteria antara lain.


47

1) Perusahaaan Studi Kasus Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi

Dan Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia yang

mempublikasikan laporan keuangan lengkap per 31 Desember dari

tahun 2014 sampai 31 September 2018.

2) Perusahaan Studi Kasus Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi

Dan Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia yang

menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan mata uang rupiah

selama periode 2014 sampai 2018.

3) Perusahaan Studi Kasus Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi

Dan Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia yang

memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan penulis terkait

dengan indikator perhitungan yang dijadikan variabel dalam penelitian

ini selama periode 2014 sampai 2018.

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel semua perusahaan

dari populasi sebanyak 16 perusahaan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Sumber Data

Sember data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, sebagai

berikut.

a. Pengumpulan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan

sumber data yang menyediakan mengenai saham dan laporan keuangan

tahunan pada perusahaan Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi


48

Dan Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia untuk

menghitung rasio keuangannya. Pengumpulan data tersebut dilakukan

penulis dengan membuka website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI)

yaitu www.idx.co.id.

b. Pengumpulan data dari website resmi perusahaan yang menjadi sampel

penelitian yang menyediakan data laporan keuangan tahunan guna

menghitung rasio keuangannya.

c. Kajian pustaka dalam penelitian ini memuat data yang bersifat teori

sebagai pendukung data penelitian yang diperoleh. Dalam hal ini

penulis menggunakan buku dan jurnal-jurnal yang penulis peroleh dari

berbagai sumber,baik dari perpustakaan maupun sumber lainnya.

3.4.2. Jenis Data

Menurut Hendryadi (2018:189), data adalah segala informasi yang

dijadikan dan diolah untuk suatu kegiatan penelitian sehingga dapat

dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan cara

memperolehnya,data dibedakan menjadi dua jenis yaitu data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Menurut Hendryadi (2018:191),data primer yaitu data yang

dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan

langsung dari objeknya.

b. Data Sekunder
49

Menurut Hendryadi (2018:191), data sekunder yaitu data yang

diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah

oleh pihak lain,biasanya sudah dalam bentuk publikasi.

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder,data yang

digunakan adalah laporan keuangan Perusahaan Perdagangan Eceran

yang berhubungan dengan variabel penelitian,yaitu.

1) Laporan Posisi Keuangan Perusahaan periode 2014-2018.

2) Laporan Laba Rugi Perusahaan perode 2014-2018.

3) Laporan Perubahan Ekuitas periode 2014-2018.

3.5. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Menurut Hendryadi (2018:92) variabel adalah suatu konsep atau

konstruk yang akan dipelajari dan diambil kesimpulannya dari kegistsn

penelitian.

Penelitian ini mengunakan dua variabel yaitu variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen). Berikut ini disajikan tabel

penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut.

Tabel 3.3

Ringkasan Definisi Operasional Variabel,Skala,dan Pengukurannya

Vaeiabel Konsep Variabel Indikator Skala


Likuiditas Menurut Hermanda dan Rasio

(Quick Agung (2016:107)


“Rasio cepat (Quick
Ratio)
Ratio atau Acit Test
X1
Ratio) dihitung dengan
50

Vaeiabel Konsep Variabel Indikator Skala


mengeluarkan pos —
pos aktiva lancar yang
tidak likuid atau yang
cukup lama prosesnya
bila dijadikan kas, atau
hanya pos yang lancar
saja yang akan
digunakan. Antara lain
terdiri dari kas, wesel
tagih dan piutang
dagang.
Solvabili Menurut Riyanto Rasio
tas (Debt (2013:336) Debt To
To Equity Ratio merupakan
Equity perbandingan antara
Ratio) hutang–hutang dan
X2 ekuitas dalam
pendanaan perusahaan
dan menunjukkan
kemampuan modal
sendiri, perusahaan
untuk memenuhi
seluruh kewajibanya
rumus sebagai berikut :
Net Kasmir (2015:197) Rasio
profit mengemukakan
margin bahwa : “Net profit
(NPM) margin (NPM)
merupakan hubungan
Y
antara laba bersih
51

Vaeiabel Konsep Variabel Indikator Skala


setelah pajak dengan
penjualan menunjukan
kemampuan
manajemen dalam
menjalankan
perusahaan sampai
cukup berhasil dalam
memulihkan atau
mengendalikan harga
pokok barang
dagangan/jasa, beban
operasi, penyusutan,
bunga pinjaman dan
pajak”.
Sumber : Data diolah,2019

3.6. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.6.1. Metode Analisis

Menurut Hendryadi (2018 : 238), menentukan teknik analisis

merupakan sebuah proses yang terintegrasi dalam prosedur penelitian.

Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah hipotesis yang

sudah diajukan.Hasil analisis data selanjutnya diintepretasikan dan

dibuatkan kesimpulannya.

Dalam penelitian kuantitatif,teknik analisis terbagi menjadi dua yaitu

statistic deskriptif dan statistik inferensial.

a. Statistik Deskriptif
52

Menurut Hendryadi (2018:238), Statistik deskriptif adalah statistik

yang menggambarkan fenomena atau data sebagaimana dalam bentuk

tabel, grafik, frekuensi, rata-rata ataupun bentuk lainnya. Statistik

deskriptif meliputi kegiatan mengumpulkan data,mengolah data, dan

menyajikan data.

b. Statistik Inferensial

Menurut Hendryadi (2018 : 244),Statistik Inferensial merupakan

penelitian sampel dimana peneliti ingin menaksir parameter populasi

melalui data sampel.

Pengolahan data statistik memiliki peran yang sangat penting dalam

suatu penelitian karena dari hasil pengolahan data akan kita dapatkan

kesimpulan penelitian. Teknik pengolahan data mencakup perhitungan data

analisis model penelitian. Sebelum membuat kesimpulan dalam suatu

penelitian analisis terhadap data harus dilakukan agar hasil penelitian

menjadi akurat. Maka penelitian ini dilakukan dengan metode statistik yang

dibantu program EVIEWS 10.

Analisis dalam penelitian ini menggunakan data panel yang

merupakan gabungan antara data deret waktu (time-series) dan data deret

lintang (crosssection). Ada dua macam panel data yaitu data panel balance

dan data panel unbalance, data panel balance adalah keadaan dimana unit

cross-sectional memiliki jumlah observasi time series yang sama.

Sedangkan data panel unbalance adalah keadaan dimana unit cross-

sectional memiliki jumlah observasi time series yang tidak sama. Pada
53

penelitian ini menggunakan data panel balance panel. Adapun tahapan atau

langkah-langkahnya adalah dengan melakukan analisis kuantitatif terdiri

dari:

1. Estimasi model regresi dengan menggunakan data panel

2. Pemilihan model regresi data panel

Penggunaan data panel pada penelitian memiliki beberapa

keunggulan. Kelebihan data panel menurut Baltagi dalam Gujarati (2012)

antara lain:

1. Dapat mengontrol heterogenitas individu dengan memberikan variable

spesifik-subjek.

2. Dengan menggabungkan antara observasi runtut waktu dan seksi silang,

data panel member lebih banyak informasi, lebih banyak variasi, sedikit

kolinearitas antar variabel lebih banyak degree of freedom dan lebih

efisien.

3. Dengan mempelajari observasi seksi silang berulang-ulang, data panel

paling tepat untuk mempelajari dinamika perubahan.

4. Data penel paling baik untuk mendeteksi dan mengukur dampak yang

secara sederhana tidak bisa dilihat pada data seksi silang murni dan

runtut waktu murni.

5. Data panel memudahkan untuk mempelajari model perilaku yang rumit.

6. Dengan membuat data menjadi lebih banyak, data panel dapat

meminimumkan bias yang bisa terjadi jika kita mengagregasi

individuindividu atau perusahaan-perusahaan ke dalam agregasi besar.


54

Pemodelan data panel pada dasarnya menggabungkan pembentukan

model yang dibentuk berdasarkan runtun waktu (time series) dan

berdasarkan cross section:

1. Mode dengan data time series

Yt = α + ß Xt + ε ; t = 1,2,....,T ; T: banyaknya data time series

2. Model dengan data cross section

Yi = α + ß Xi + ε ; i = 1,2,....,N ; N: banyaknya data cross section

Sehingga secara umum dalam model data panel dapat dituliskan

sebagai berikut:

Yit = α+ βXit + εit ; i = 1,2,.....N; dan t = 1,2,.....,T

dimana :

Y = variabel dependen

X = variabel independen merupakan data time series.

N = banyaknya variabel dependen merupakan data cross sectional

(banyaknya observasi)

T = banyaknya waktu

N x T = banyaknya data panel

Analisis regresi ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari variable

QR (Quick Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), terhadap NPM (Net Profit

Margin) pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi Dan

Kosmetik Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2014 - 2018.
55

Maka pada penelitian ini, analisis regresi dilakukan dengan metode analisis

regresi data panel dengan model persamaannya sebagai berikut:

Yit= α+β1X it + β2X it + εit

Keterangan:

Yit = Net Profit Margin ke-i tahun ke-t

α = Konstanta

X1it = Quick Ratio ke-i tahun ke-t

X2it = Debt To Equity Ratio ke-i tahun ke-t

β1...β6 = Koefisien regresi

ε = Tingkat kesalahan (standard error)

Dalam penelitian ini data time series diperoleh melalui periode waktu

yaitu dari kuartal 2 (Juni) tahun 2010 sampai kuartal 4 (Desember) tahun

2014, sehingga data time series pada penelitian ini berjumlah 19. Adapun

data cross section diambil dari data jumlah bank yaitu 6 Bank Umum

Syariah di Indonesia, sehingga jumlah observasinya sejumlah 114. Untuk

mengestimasi koefisien-koefisien model dengan data panel, program

EVIEWS menyediakan beberapa teknik yaitu :

1. Estimasi Model Regresi Data Panel

Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat

tiga teknik (model) pendekatan yang terdiri dari Common Effect,

pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random

effect). Ketiga model pendekatan dalam analisis data panel tersebut,

dapat dijelaskan sebagai berikut:


56

a. Common Effect Model

Merupakan pendekatan paling sederhana yang disebut estimasi

CEM atau pooled least square. Model ini tidak memperhatikan

dimensi individu maupun waktu sehingga diasumsikan bahwa

perilaku antar individu sama dalam berbagai kurun waktu. Model ini

hanya mengkombinasikan data time series dan cross section dalam

bentuk pool, mengestimasinya menggunakan pendekatan kuadrat

terkecil/pooled least square.

Pada pendekatan ini diasumsikan bahwa nilai intersep masing-

masing variabel adalah sama, begitu pula slope koefisien untuk

semua unit cross-section dan time series. Berdasarkan asumsi ini

maka model CEM dinyatakan sebagai berikut:

Yit = α + ß Xit + uit ; i = 1,2,....,N; t = 1,2,….., T

Dimana i menunjukkan cross section (individu) dan t menunjukkan

periode waktunya. Dengan asumsi komponen error dalam

pengolahan kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah

untuk setiap unit cross section dapat dilakukan.

b. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model Fixed effects mengasumsikan bahwa terdapat efek yang

berbeda antar individu. Perbedaan itu dapat diakomodasi melalui

perbedaan pada intersepnya. Oleh karena itu, dalam model fixed

effects, setiap individu merupakan parameter yang tidak diketahui

dan akan diestimasi dengan menggunakan teknik variabel dummy.


57

Salah satu cara memperhatikan unit cross-section pada model

regresi panel adalah dengan mengijinkan nilai intersep berbeda-beda

untuk setiap unit cross-section tetapi masih mengasumsikan slope

koefisien tetap. Model FEM dinyatakan sebagai berikut

Yit = αi + ß Xit + uit ; i = 1,2,....,N; t = 1,2,….., T

Teknik seperti diatas dinamakan Least Square Dummy Variabel

(LSDV). Selain diterapkan untuk efek tiap individu, LSDV ini juga

dapat mengakomodasi efek waktu yang bersifat sistemik. Hal ini

dapat dilakukan melalui penambahan variabel dummy waktu di

dalam model.

c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model).

Berbeda dengan fixed effects model, efek spesifik dari masing-

masing individu diperlakukan sebagai bagian dari komponen error

yang bersifat acak dan tidak berkorelasi dengan variabel penjelas

yang teramati, model seperti ini dinamakan random effects model

(REM). Model ini sering disebut juga dengan error component

model (ECM). Pada model REM, diasumsikan αi merupakan

variabel random dengan mean α0, sehingga intersep dapat

dinyatakan sebagai αi=α0+εi dengan εi merupakan error random

mempunyai mean 0 dan variansσ2εi, εi tidak secara langsung

diobservasi atau disebut juga variabel laten. Persamaan model REM

adalah sebagai berikut:

Yit = α0 + ß Xit + wit ; i = 1,2,....,N; t = 1,2,….., T


58

Dengan wit = εi + uit, suku error gabungan wit memuat dua

komponen error yaitu εi komponen error cross section dan uit yang

merupakan kombinasi komponen error cross section dan time series.

Karena itu, metode OLS tidak bisa digunakan untuk

mendapatkan estimator yang efisien bagi model random effects.

Metode yang tepat untuk mengestimasi model random effects adalah

Generalized Least.

2. Pemilihan Model Regresi Data Panel

Dari ketiga model yang telah diestimasi akan dipilih model mana

yang paling tepat/sesuai dengan tujuan penelitian. Ada tahapan uji (test)

yang dapat dijadikan alat dalam memilih model regresi data panel (CE,

FE atau RE) berdasarkan karakteristik data yang dimiliki, yaitu: F Test

(Chow Test) dan Hausman Test.

a. F Test (Chow Test)

Uji Chow-Test bertujuan untuk menguji/membandingkan atau

memilih model mana yang terbaik apakah model Common Effect

atau Fixed Effect yang akan digunakan untuk melakukan regresi data

panel. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Uji Chow-Test adalah

sebagai berikut:

1) Estimasi dengan Fixed Effect

2) Uji dengan menggunakan Chow-test

3) Melihat nilai probability F dan Chi-square dengan asumsi :


59

a) Bila nilai probability F dan Chi-square > α = 5%, maka uji

regresi panel data menggunakan model Common Effect.

b) Bila nilai probability F dan Chi-square < α = 5%, maka uji

regresi panel data menggunakan model Fixed Effect.

Atau pengujian F Test ini dilakukan dengan hipotesis sebagai

berikut:

H0: Common Effect (CE)

H1: Fixed Effect Model

H0: ditolak jika nilai F hitung > F tabel, atau bisa juga dengan:

H0: ditolak jika nilai Probabilitas F < α (dengan α 5%)

Uji F dilakukan dengan memperhatikan nilai probabilitas (Prob.)

untuk Cross-section F. Jika nilainya > 0,05 (ditentukan di awal

sebagai tingkat signifikansi atau alpha) maka model yang terpilih

adalah CE, tetapi jika < 0,05 maka model yang terpilih adalah FE.

Squares (GLS) dengan asumsi homoskedastik dan tidak ada

crosssectional correlation. Untuk menentukan model estimasi

yang akan digunakan, maka dilakukan Uji Chow-Test dan Uji

Hausman-Test.

4) Bila berdasarkan Uji Chow-Test model yang terpilih adalah

Common Effect, maka langsung dilakukan uji regresi data panel.

Tetapi bila yang terpilih adalah model Fixed Effect, maka

dilakukan Uji Hausman-Test untuk menentukan antara model


60

Fixed Effect atau Random Effect yang akan dilakukan untuk

melakukan uji regresi data panel.

b. Uji Hausman Test

Uji Hausman Test dilakukan untuk membandingkan/memilih

model mana yang terbaik antara FE dan RE yang akan digunakan

untuk melakukan regresi data panel. Langkah-langkah yang

dilakukan dalam Hausman-Test adalah sebagai berikut:

1) Estimasi dengan Random Effect

2) Uji dengan menggunakan Hausman-test

3) Melihat nilai probability F dan Chi-square dengan asumsi :

a) Bila nilai probability F dan Chi-square > α = 5%, maka uji

regresi panel data menggunakan model Random Effect.

b) Bila nilai probability F dan Chi-square < α = 5%, maka uji

regresi panel data menggunakan model Fixed Effect

Atau dengan hipotesis sebagai berikut :

H0: Random Effect Model

H1: Fixed Effect Model

Ho ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai α.

Ho diterima jika P-value lebih besar dari nilai α.

Nilai α yang digunakan adalah 5%.

Uji Hausman dilihat menggunakan nilai probabilitas dari cross

section random effect model. Jika nilai probabilitas dalam uji


61

Hausman lebih kecil dari 5% maka Ho ditolak yang berarti bahwa

model yang cocok digunakan dalam persamaan analisis regresi

tersebut adalah model fixed effect. Dan sebaliknya jika nilai

probabilitas dalam uji Hausman lebih besar dari 5% maka Ho

diterima yang berarti bahwa model yang cocok digunakan dalam

persamaan analisis regresi tersebut adalah model random effect.

Anda mungkin juga menyukai