Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka akibat trauma tumpul adalah kerusakan jaringan disebabkan oleh benda atau

alat yang tidak bermata tajam, konsitensi keras atau kenyal, dan permukaan halus atau

kasar cara kejadian trauma benda tumpul lebih sering di sebabkan oleh kecelakaan atau

penganiayaan, jarang karna bunuh diri. Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda

tumpul yang sering dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar,

luka babras luka robek denga tepi tidak rata,serta patah tulang bagian tubuh yang paling

banyak terkena adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah luka-luka tersebut dapat

menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ bervariasi mulai dari ringan

hingga berat,bahkan lebih parah yaitu kematian,sebat terjadi kematian karena keruakan

organ vital atau perdarahan yang banyak. (eliasthem, micheal. 2008)

Luka btrauma benda tumpul yang tidak terjadi akibat kecelakaan lalu lintas

merupakan akibat dari benda yang mengenai atau melukai orang yang relative tidak

bergerak dan orang bergerak kearah benda yang tidak bergerak.dalam bidang medikolegal

yang diharapkan dapat membantu dalam proses pemeriksaan untuk kepentingan di bidang

kedokteran forensic.

B. Rumusan Masalah

1. apakah Definisi dari Trauma benda tajam dan tumpul pada abdomen?

2. apa etiologi dari penyakit Trauma benda tajam dan tumpul pada abdomen?

3. .jelaskan patofisiologi dari penyakit trauma benda tajam dan tumpul pada abdomen?

4. .bagaimana manifestai klinis dari penyakit benda tumpul dan tajam pada abdomen?
5. apakah pemeriksaan penunjang dari penyakit benda tumpul dan tajam pada

abdomen?

6. apa saja penatalakanaan penatalaksanaan dari penyakit tersebut?

7. apakah pemeriksaan diagnostic pada penyakit tersebut

8. apakah komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi asuhan keperawatan benda tumpul dan tajam

2. Utuk mengetahui eteologi benda tumpul dan tajam

3. Utuk mengetahui patofisiologi benda tumpul dan tajam

4. Untuk mengetahui gejala akibat terkena benda tumpul dan tajam

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit benda tumpul dan tajam

pada abdomen?

6. Untuk mengetahui saja penatalakanaan penatalaksanaan dari penyakit tersebut?

7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada penyakit tersebut

8. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit


BAB II

PEMBAHASAN

A.   DEFENISI

Trauma adalah pengalaman yang mempengaruhi dan menguasai diri seseorang

dengan kecemasan, biasanya pengalaman tersebut tidak menyenangkan sehingga orang

bersangkutan tidak ingin pengalaman yang serupa terulang lagi. Trauma adalah Luka/

syok/kekagetan yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi secara tiba, di luar kendali,

menekan, sangat menyakitkan, membahayakan kehidupan,  mengancam jiwa. (Riyadina,

W, 2009)

Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen yang meliputi

daerah retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal. Mekanisme trauma Langsung Pasien

terkena langsung oleh benda atau perantara benda yang mengakibatkan cedera misalnya

tertabrak mobil dan terjatuh dari ketingian Tidak langsung Pengendara mobil terbentur

dengan dash borard mobil ketika kedua mobil tabrakan.

B. ETIOLOGI

Adapun etiologi dari penakit ini yaitu :

1. Trauma tumpul : organ yang terkena limpa, hati, pankreas, dan ginjal.

disebabkan oleh kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor. Trauma

tumpul yaitu Trauma di daerah abdomen yang tidak menyebabkan perlukaan

kulit / jaringan tetapi kemungkinan perdarahan akibat trauma bisa terjadi. Organ

berisiko cedera :  Hepar 40 - 55 % , Limpa 35 – 45 %. (yulianti, D. 2007)

2. Trauma tembus :  organ yang terkena hati, usus halus dan besar. disebabkan

oleh baku tembak dan luka tusukan.  Trauma tembus (Tusuk dan tembak)
Penyebab benda tajam atau benda tumpul dengan kekuatan penuh hingga melukai

rongga abdomen. Perdarahan hebat  ruftur arteri/vena , Cedera organ di rongga

abdomen. Organ berisiko cedera : Luka Tusuk : Hepar (40%), Usus halus (30%),

Diafragma (20%), Colon (14%). Luka tembak : Usus halus (50%), Colon (40%),

Liver (30%), Ruptur vaskuler abdominal (25%).

C. PATOFISIOLOGI

Trauma pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada

trauma tumpul dengan viskositas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan

kerusakan suatu organ. Sedangkang trauma tumpul viskositas tinggi sering menimbulkan

kerusakan organ multiple, seperti organ padat ( heper, lien, ginjal) dari pada organ-organ

berongga.(Sjamsuhidajat, de jong. 2010)

Cederah akselerasi (kompresi) merupakan suatu kondisi trauma tumpul langsung

kearah abdomen atau bagian pinggang. Kondisi ini merupakan manifestasikerusakan

vaskuler dengan respons terbenuknya formasi hematom didalam visera. Cederah deselerasi

adalah suatu kondisi dimana suatu peregangan yang berlebihan memberikan manifetasi

terhadap cederah intra abdominal. Kekuatan peregangan secara longitudinal memberikan

manifestasi rupture (robek) pada struktur di persimpangan antara segmen intra abdomen.

Kondisi cederah akselerasi dan deselerasi memberikan berbagai masalah pada pasien

sesuai organ intraabdominal yang mengalami gangguan. Hal ini memberikan implikasi

pada asuhan keperawatan. Masalah keperawatan. Masalah keperawatan yang muncul

berhubungan dengan kondisi kedaruratan klinis, respons sistemik, dampak intervensi

medis. (Sjamsuhidajat, de jong. 2010)


D. MANIFESTASI KLINIS

tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :

1. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul

di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.

2. Darah dan cairan Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium

yang disebabkan oleh iritasi.

3. Cairan atau udara dibawah diafragma Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh

perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.

4.  Mual dan muntah

5.  Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)

Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.

(susanto martin, 2013)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan abdomen harus sistematis, meliputi pemeriksaan inspeksi, auskultasi,

palpasi dan perkusi.

Palpasi: abdomen di periksa adanya kondii lecet (abrasi) atau ekimosis. Tanda memar

akibat sabuk pengaman, yakni luka memar atau abrasi perut bagian bawah sangat

berhubungan dengan kondii patologis intraperitoneal.

Auskultasi: auskultasi adanya bunyi usus bagian toraks dapat menunjukkan adanya

cederah pada otot diagfragma.


Palpasi: pemeriksaan palpasi dapat mengungkapkan adanya keluhan trendemes (nyeri

tekan) baik secara lokasi atau seluruh abdomen, kekakuan abdomial, atau rebound

tendemess yang menunjukkan cederah peritoneal.

Perkusi: dilakukan untuk mendapatkan adanya nyeri ketuk pada orang yang

mengalami cederah

2. Pemerikaan rektal hederah arus dilakukan untuk mencari bukti cedera penetrasi akibat

patah tulang panggul dan feses di evaluasi adanya darah kotor pada fases. Pengkajian

dengan memasang NGT ( dilakukan apabila tidak ada kontraindikasi, misalnya:

faktor dasar tengkorak) di lakukan untuk menilai dekompresi lumbang dan untuk

menilai pengaruh darah pada NGT.

3. Pemeriksaan fungsi perkemihan di lakukan terutama adanya tanda adan riwayat

trauma panggul yang bisa mencederai uretra dan kandung kemih. Palpasi

kekencangan kandung kemih. Dan kemampuan dalam melakukan miksi dilakukan

untuk mengkaji adanya ruptur uretra.

4. Pada pengkajian psikososial, pasien dan keluarga biasanya mengalami kecemasan dan

pasien memerlukan pemenuhan informasi yang berhubungan dengan kondisi klinis

dan rencana pembedahan darurat

F. PENATALAKSANAAN

1. Trauma Tumpul abdomen

Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC bila pasien

telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu sendiri. Pipa

lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang untuk mencegah

terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan kateter di pasang untuk


mengosongkan kandung kencing dan menilai urin. Pada trauma tumpul, bila

terdapat kerusakan intra peritoneum harus dilakukan laparotomi, sedangkan bila

tidak, pasien diobservasi selama 24-48 jam.Tindakan laparotomi dilakukan untuk

mengetahui organ yang mengalami kerusakan. Bila terdapat perdarahan, tindakan

yang dilakukan adalah penghentian perdarahan. Sedangkan pada organ berongga,

penanganan kerusakan berkisar dari penutupan sederhana sampai reseksi

sebagian.

2. Trauma tembus abdomen

Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC bila pasien

telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu sendiri.Pipa

lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang untuk mencegah

terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan kateter di pasang untuk

mengosongkan kandung kencing dan menilai urin.

Peningkatan nyeri di daerah abdomen membutuhkan eksplorasi bedah. Luka

tembus dapat mengakibatkan renjatan berat bila mengenai pembuluh darah besar

atau hepar. Penetrasi ke limpa, pancreas, atau ginjal biasanya tidak mengakibatkan

perdarahan massif kecuali bila ada pembuluh darah besar yang terkena.

Perdarahan tersebut harus diatasi segera, sedangkan pasien yang tidak tertolong

dengan resusitasi cairan harus menjalani pembedahan segera. Penatalaksanaan

pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada baian bawah atau

abdomen berbeda-beda. Namun semua ahli bedah sepakat semua pasien dengan

tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani eksplorasi bedah, tetapi hal ini

tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemerikaan abdomen harus sistematis, meliputi pemeriksaan infeksi, auskultasi,

palpasi dan perkusi

 inspeksi : abdomen diperiksa adanya kondisi lecet(abrasi) atau ekimeis. Tanda

memar akibat sabuk pengaman yakni luka memar atau abrasi perut bagian bawah

sangat berhubungan dengan kondisi patologis intraperitoneal

 auskultasi : auskultasi adanya bunyi usus bagian toraks dapat menunjukkan

adanya cedera pada otot diafragma

 palpasi : pemeriksaan palpasi dapat mengungkapkan adanya keluhan tendemess

( nyeri tekan) bai ecara local atau seluruh abdominal

 perkusi : dilakukan untuk mendapatkan adanya nyeri ketuk pada organ yang

mengalami cedera patah tulang panggul dan feses di evaluasi adanya darah kotor

pada feses.

H. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi yang dapat terjadi yaitu:

1. Hemoragi

2. Syok

3. Cedera

4. infeki
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, bahsa,

pekerjaan, pendidikan, status, alamat.

Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi

menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.


b. Pengkajian primer

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,

harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedic mungkin

harus melihat. Apabila sudah di temukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya

maka harus segera di ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada

indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan nafas.

1. Airway, dengan control tulang belakang, membuka jalan nafas menggunakan

teknik “hend tilt chin lift” atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,

periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan nafas.

Muntahan, makanan, darah, atau benda asing lainnya.

2. Breathing dengan fentilasi yang adekuat memerika pernafasan dengan

menggunakan cara “ lihat – dengar – rasakan” tidak lebih dari 10 detik untuk

memastikan apakah ada nafas atau tidak, elanjutnya lakukan pemeriksaan

status respirai (kecepatan, ritme dan adekuat tidanya pernafasan).

3. Circulation dengan control perdarahan jika pernafasan tersengal – sengal dan

tidak adekuat, maka bantuan nafas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda –

tanda circulation, lakukan resusitasi jantung segerah. Rasio komprensi dada

dan bantuan nafas dalam RJP 15:2 (15 kali komprensi dada dan 2 kali bantan

nafa.

c. Pengkajian skunder

1. Pengkajian fisik

- Inspeksi
 Harus teliti, meteorismus, darm contour, darm steifung, adanya

tumor, dilatasi vena, benjolan di tempat terjadi hernia, dll

 Sikap penderita pada peritonitis : infeksi artic coxae dan genue

sehingga melemaskan dinding perut dan rasa sakit

- Palpasi

 Di perhatikan adanya distensi perut, defans muskuler, sakit tekan

titik Mcbumey, iliopsoas sing, obturator sing, rovsing sing,

rebound tenderness.

 Rectal toucher : umntuk menduga kausa ileus mekanik,

invaginasi, tumor, appendikuler infiltrate.

 Pemeriksaan vagina

- Perkusi

 Penting untuk menilai adanya massa atau cairan intra abdominal

- Auskultasi

 Harus abar dan teliti

 Borboryhmi, metallic sound pada ileus mekanik

 Silent abdomen pada peritonitis/ ileus paralitik.

2. Terauma tembus abdomen

 Tambahkan riwayat mekanisme cedera : kekuatan/ tembakan ; kekuatan

tumpul (pukulan)

 Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk,

memar, dan tempat keluarnya peluru.


 Auskultasi ada/ tidaknya biing usus adalah tanda awal keterlibatan

intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi peritoneum, biasanya dilakukan

laporanatomi (insisi pembedahan pengalaman rongga abdomen )

 Kaji pasien pasien untuk progresi ditensi abdomen, gerakkan

melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan

bisisinf usus, hipotesnsi dan syok.

 Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera inta-abdomen, observasi

cederah yang berkaitan.

 Catat semua hasil fisik selama pemeriksaan pasien.

3. Trauma tumpul abdomen

 Metode cedera

 Wakru awitan gejala

 Lokasi pemumpang jika kecelakaan lalulitas ( sopir sering ,enderita

ruktur limpa atau hati). Sabuk keselamatan di gunakan/ tidak, tipe

restasin yang di gunakan

 Waktu makan atau minum terakhir

 Kecenderungan perdarahan

 Alergi kekakuan pemerikaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk

mendeteksi masalah yang mencancam kehidupan.

B. Diagnosa keperawatan

1. kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

2. nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrai abdomen
3. resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya

pertahanan tubuh.

4. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.

No. DIAGNOSA NOC NIC


1. Kekurangan volume Setelah dilakukan - monitor dengan ketat risiko

cairan berhubungan pemerikaan 2x 24 jam terjadinya perdarahan pada

dengan perdarahan. diharapkan pasien dapat pasien

Domain 2, kelas, membaik, dengan - monitor tanda dan gejala

5,00027 karakteristik skala 5 pendarahan menetap

Batasan Karakteristik dengan indicator : (contoh, cek semua sekresi

 penurunan tekanan  tekanan darah darah yang terlihat jelas

darah  denyut nadi radial maupun yang tersembunyi

 kelemahan  hematokrit - lindungi pasien dari trauma

 peningkatan yang dapat menyebabkan


 keeimbangan intake

frekueni nadi perdarhan


dan output dalam 24

 peningkatan - instruksikan pasien untuk


jam

hematokrit meningkatkan makanan

yang kaya vitamin K


2 nyeri berhubungan Setelah dilakukan - Tentukan lokasi,

dengan adanya trauma pemeriksaan 2x 24 jam karakteristik, kualitas dan

abdomen atau luka diharapkan nyeri pasien keparahan nyeri sebelum

penetrai abdomen. dapat teratasi dengan mengobati nyeri

Domain,12,kelas 1, karakteristik konsisten - Tentukan analgesic


00132 positif pada skala 5 sebelumnya, rute

batasan karakteritik dengan indikator pemberian, dan dosis untuk

 Perubahan posisi  Mengenali kapan mencapai hasil

untuk menghindari nyeri terjadi pengurangan nyeri yang

nyeri  Menggunakan optimal

 Putus asa analgesik yang - Cek adanya alergi obat

 Melindungi area direkomendasikan - Evaluai kemampuan pasien

nyeri  Melaporkan nyeri untuk berperan erta dalam

 Eksprei wajah yang terkontrol pemilihan analgesic yang

nyeri, ,misalnya,  Melaporkan sesuai ketika lebih dari atu

mata kurang perubahan terhadap diberikan

bercahaya gejala nyeri pada

professional

kesehatan
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan - Alokasikan kesesuaian luar

berhubungan dengan pemeriksaan selama 2x ruangan per pasien, seperti

tindakan pembedahan, 24 jam di harapkan pasien yang di indikasikan oleh

tidak adekuatnya dapat berespon dengan pedoman pusat

pertahanan tubuh. karekteristik positif pada pengendalian dan

Domain 11, kelas 1, skala 5 dengan indicator : pencegahan penyakit

00004  Kemerahan - Tempatkan isolai sesuai

Faktor resiko  Nyeri tindakan pencegahan

 Gangguan  Ketidakstabilan suhu - Pertahankan teknik isolasi

integritas kulit yang sesuai


 Gangguan kognisi
 Penurunan yang tidak bias di - Ajarkan pasien untuk

hemoglobin jelaskan meminum antibiotic seperti

 Kurang  Kolonisasi kultur yang di resepkan

pengetahuan untuk darah

menghindari

pemajanan

patogen

4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Kaji adanya alergi makan

nutrisi kurang dari pemeriksaan 2x 24 jam di - Tentukan status gizi pasien

kebutuhan tubuh b/d harapkan pasien dapat dan kemampuan(pasien)

intake yang kurang. berespon terhadap untuk memenuhi kebutuhan

 Gangguan ensasi keseimbangan nutrisi. gizi

rasa Pada skala 5 dengan - Anjurkan pasien untuk

 Kram abdomen indicator : meningkatkan intake Fe

 Kurang minat pada  Asupan gizi - Anjurkan paien untuk

makanan  Asupan makanan meningkatkan protein dan

 Nyeri abdomen  Asupan cairan vitamin C

 Energi

D. Evaluasi

Setelah mendapatkan implementasi keperawatan, maka pasien dengan trauma abdomen

di harapkan sebagai berikut:


1. Kebutuhan cairan terpenuhi

2. Nyeri dapat hilang atau terkontrol.

3. Tidak terjadinya infeksi

4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Trauma tumpul abdomen adalah pukulan/ benturan langsung pada rongga

abdomen yang menghasilkan cidera tekanan tekanan pada isi rongga abdomen terutama

organ pada (hati,pancreae,ginjal, limpa) dan berongga (lambung,usu halus, uusus besar,

pembuluh-pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan rupture abdomen. Trauma

abdomen disebabkan oleh kecelakaan lalulintas,penganiyayaan, olaraga dan terjatuh

daqri ketinggian.

B. SARAN

Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan mampu memahami dan menerapkan

asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan trauma abdomen. Karena

bagaimana pun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka

penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai,oleh sebab itu perlu adanya penjelaan

pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Eliasthem, micheal, 2008. Buku saku sudirman penuntun kedaruratan medis. Jakarta :

EGC

Riyadina, W. 2009. Profil cidera akibat jatuh, kecelakaan lalu linta, dan terluka benda

tumpul/ tajam. pada masyarakat Indonesia

Sjamsunidajat, de jong. Buku ajar ilmu bedah, ed- 3 jakarta. EGC. 2010

Susanto martin. Trauma abdomen, trauma tajam. 2013

Yulianti, D. 2007. Insiden kecelakaan benda tajam oleh perawat di IRD RS umum pusat

DR. sardjito yokyakarta

Anda mungkin juga menyukai